32
BAB IV KOLABORASI
Dunia sadar
bahwa saat
ini diperlukan
adanya kerangka kerja baru yang menuntut manusia dalam perancangan dan
penciptaan suasana kerja. Para pekerja itu adalah pekerja di bisnis murni atau yang dikenal
dengan pekerja swasta maupun yang bekerja di bidang pemerintah atau dikenal sebagai pegawai negeri. Mereka ini harus bersatu dan
memiliki arah yang strategis dalam bisnis, mempunyai hubungan kerja yang saling mempercayai, dan dapat membangun nilai-nilai
yang sama antara para pekerja tersebut dengan pelanggannya. Kerangka kerja baru sebagaimana yang dimaksud dikenal dengan
nama kolaborasi, yang beberapa tahun lalu terkesan atau berkonotasi sebagai tindakan yang negatif, mengarah pada kerjasama yang
negatif dari sudut pandang apa yang dihasilkan dari kerjasama yang kolaboratif. Perkembangan jaman tidak lagi mengatakan sebagai hal
yang negatif akan tetapi kolaborasi sebagai bentuk kerjasama yang sangat baik yang dapat menciptakan hasil kerjasama maksimal dalam
suasana yang kondusif, menyenangkan, saling rnenghargai dan terbuka. Di dalam budaya kerja yang kolaboratif posisi tawar
menawar atau negosiasi menempati kedudukan yang utama, sebab Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu
menjelaskan konsep kolaborasi dan pengembangan budaya kerja tempat kerja yang kolaboratif
Modul Diklatpim Tingkat III
33
orang-orang yang terlibat dalam kerja kolaboratif harus dapat menyampaikan apa yang dikehendaki dan menerima umpan balik
dari apa yang ia kehendaki. Di sini posisi negosiasi menduduki peran utama. Hal ini akan terlihat dari apa yang dirumuskan oleh Edward
M marshal, PhD dalam bukunya Transforming The way We Work: The Power of the Collaborative Work Place, ia mengatakan bahwa:
Kolaborasi adalah proses yang mendasar dari bentuk kerjasama yang melahirkan kepercayaan, integritas dan terobosan melalui pencapaian
konsensus, kepemilikan dan keterpaduan pada semua aspek organisasi.
It is a principle-based process of working together, which produces integrity, and breakthrough result by building true consensus,
ownership, and alignment in all aspects of the organization. Kolaborasi adalah pendekatan utama yang akan menggantikan
pendekatan hirarki pada prinsip-prinsip pengorganisasian untuk memimpin dan mengelola lingkungan kerja pada abad 21.
Collaboration is the premier candidate to replace hierarchy as the organizing principle for leading and managing the 21st-century
workplace.
A. Lima Komponen Utama Dalam Kolaborasi
Berikut adalah lima komponen utama yang harus diperhatikan dalam kolaborasi:
34
Negosiasi Kolaborasi dan Jejaring Kerja
1. Collaborative Culture.
Seperangkat nilai-nilai dasar yang membentuk tingkah laku dan sikap bisnis. Di sini yang dimaksudkan adalah budaya
dari orang-orang yang akan berkolaborasi.
2. Collaborative Leadership.
Suatu kebersamaan yang merupakan fungsi situasional dan bukan sekedar hirarki dari setiap posisi yang melibatkan
setiap orang dalam organisasi.
3. Strategic Vision.
Prinsip-prinsip pemandu dan tujuan keseluruhan dari organisasi yang bertumpu pada pelajaran yang berdasarkan
kerjasama intern dan terfokus secara strategis pada kekhasan dan peran nilai tambah di pasar
4. Collaborative Team Process.
Sekumpulan proses kerja non birokrasi dikelola oleh tim-tim kolaborasi dari kerjasama profesional yang bertanggung
jawab penuh bagi keberhasilannya dan mempelajari keterampilan-keterampilan yang memungkinkan mereka
menjadi mandiri.
5. Collaborative Structure.
Pembenahan diri dari sistem-sistem pendukung bisnis terutama sistem informasi dan sumberdaya manusia,
memastikan keberhasilan tempat kerja yang kolaboratif. Para anggotanya merupakan kelompok intern yang melihat
organisasi sebagai pelanggan dan terfokus pada kualitas di segala aspek kerjanya.
Modul Diklatpim Tingkat III
35
Dengan demikian, kolaborasi sebenarnya merupakan salah satu karakteristik dalam strategi negosiasi yang utamanya untuk
mencapai kesepakatan bersama dari adanya kepentingan yang berbeda-beda dari pihak-pihak yang sesungguhnya mempunyai
kepentingan yang sama atas suatu tujuan. Kunci dari keberhasilan kolaborasi adalah: Jalan terbaik
manakah yang akan kita tempuh untuk mencapai tujuan bersama
Gambar 2: Tempat Kerja Kolaboratif
Organisasi secara keseluruhan harus saling mengisi kerangka budaya kerja, sehingga cukup kuat untuk menggantikan hirarki.
Kerangka kerja tidak harus sebuah program atau teknik atau cara yang canggih untuk memanipulasi masa depan akan tetapi harus
didasarkan pada prinsip-prinsip dasar, peningkatan hubungan kerja yang stabil, menolong menetapkan ketentuan-ketentuan
Collaborative Culture
Collaborative Leadership
Collaborative Structure
Collaborative Team Processes
Strategic Vision
Collaborative Leadership
36
Negosiasi Kolaborasi dan Jejaring Kerja
baru, dan memampukan para manajer menggunakan nilai-nilai kebersamaan dalam pengambilan keputusan.
Ada tujuh nilai dasar The seven core values yang digunakan untuk mengembangkan hubungan kerja yaitu :
1. Menghormati orang lain Respect for people.
Landasan utama dari setiap organisasi adalah kepuasan masing-masing individu. Setiap orang yang akan berkolaborasi
menginginkan posisi yang kuat dan adanya kesamaan. Mereka menginginkan kepuasan pribadi yang tinggi dan atau
lingkungan kerja yang mendukung dan mendorong kepuasan Dirinya.
2. Penghargaan dan integritas rnemberikan pengakuan, etos kerja
Honor and integrity. Dalam banyak budaya, kehormatan integritas membentuk
perilaku individu. Misalnya: budaya hara-kiri di Jepang sebagai akibat kurangnya
rasa kehormatan diri dan integritas. 3.
Rasa memiliki dan bersekutu Ownership and alignment. Ketika semua pegawai merasa memiliki tempat kerjanya,
pekerjaan dan
perusahaannya maka
mereka akan
memeliharanya dengan baik. 4.
Konsensus Consensus. Ini adalah kesepakatan umum bahwa kegunaan yang amat
besar adalah hubungan kerja yang dilandasi oleh keinginan untuk menang-menang win-win amounts to. Dalam tempat
kerja yang kolaboratif keputusan 100 harus fully agreed
Modul Diklatpim Tingkat III
37
untuk mencapai win-win. Ini artinya mereka harus melalui ketidaksetujuannya sebagai usaha kuat dalam mencapai tujuan.
5. Penuh rasa tanggung jawab dan tanggunggugat Full responsibility and Accountability.
Dalam paradigma hirarki, orang menjadi tertutup satu dengan lainnya, karena uraian pekerjaannya, tugas-tugasnya dan
karena unit organisasinya. Setiap orang kenyataannya hanya bertanggung jawab pada daftar tugas pekerjaannya. Di tempat
kerja yang kolaboratif, ditempatkan kembali konteks dari akuntabilitas.
Ada beberapa tingkat akuntabilitas : a. Accountability as personal integrity-Akuntabilitas sebagai
integritas seseorang b.
Accountability as direct dealings-Akuntabilitas sebagai penawaran langsung
c. Accountability as coaching and counseling – Akuntabilitas sebagai bukti kegiatan administratif, yaitu bahwa
pertanggungjawaban penuh dan akuntabilitas itu sejajar yang merupakan integritas dari masing-masing individu dan
integritas kolektif sebagai orang dewasa dan professional. 6. Hubungan saling mempercayai Trust-based Relationship.
Semua orang menginginkan adanya kepercayaan dan keterbukaan dalam bekerja, mereka juga ingin dipercaya. Akan
tetapi kepercayaan
tidak datang
dengan mudahnya.
Kenyataannya, banyak di antara mereka kurang saling mempercayai. Inilah yang menyulitkan dalam suatu organisasi.
38
Negosiasi Kolaborasi dan Jejaring Kerja
7. Pengakuan dan pertumbuhan Recognition and Growth Hal terpenting dalam tempat kerja yang kolaboratif adalah
mendorong orang untuk mau bekerja, dan segera memberi pengakuan terhadap hasil kerja seseorang bagi semua anggota
tim atau kelompok. Ketujuh nilai dasar inilah yang mewakili kerangka budaya
kerja organisasi abad 21 yang menambah makna kerjasama. Gambar 2 : Tujuh nilai dasar kolaborasi
Honor and Integrity
Ownership And Alignment
Consensus
Trust-based Relationship
Full Responsibility
and Accountability
Respect for People
Recognition and Growth
Modul Diklatpim Tingkat III
39
B. Beberapa Pemikiran Tentang Kolaborasi