SMPMTs Kelas VIII
200
g. Langkahkan kaki kiri ke belakang yang disusul kaki kanan dengan ayunan tangan ke depan
badan akhirnya posisi penari bertolak belakang h. Tangan kiri mengembalikan selendang ke tempat
semula yaitu diletakkan di pundak kiri badan untuk men jepit sarung yang berbarengan dengan
tangan kanan yang diputar sehingga bentuk kipas dalam keadaan terbuka yaitu jari kipas
menghadap keluar yang terletak di depan dada.
6. Ragam Gerak 6 Angayung Kipasa Appa Sulapa
a. Langkahkan kaki kanan ke samping kanan yang disusul dengan kaki kiri, tangan kanan diayun
ke samping kanan badan dengan bentuk jari kipas menghadap ke atas yang di
ikuti dengan pandangan kanan.
b. Kaki kiri ke samping yang disusul kaki kanan, tangan kiri diayun ke atas sejajar dengan pundak
lalu diputar dan turun ke samping kiri badan untuk kingking lipa dengan ber barengan tangan
kanan lalu kembali ke depan dada dengan bentuk jari kipas menghadap ke bawah.
c. Ragam ini dilakukan sebanyak 4 kali dengan arah mata angin dan berakhir dengan jari kipas
menghadap ke atas yang terletak di depan badan yaitu kembali pada posisi awal posisi seperti
semula.
7. Ragam Gerak 7 Adakka Tassikali-kali Renjang- Renjang
a. Tangan kiri menjepit sarung antara jari telunjuk dengan jari tengah yang terletak kira-kira 30 cm
dari paha kingking lipa. b. Ta n g a n k a n a n m e m e g a n g k i p a s d e n g a n
j a r i k i p a s meng hadap ke atas dan letak kipas sejengkel dari dada.
c. Langkahkan kaki kanan ke depan yang disusul dengan kaki kiri, sedang letak kipas seperti
pada posisi awal, pandangan ke depan kira- kira 3m dari depan lalu ber
jalan ke depan dengan hitungan 2 kali
d. Berjalan renjang-renjang untuk pulang keluar dengan posisi awal seperti pada ragam semula.
Sumber: Kemdikbud, 2014
Sumber: Kemdikbud, 2014
Seni Budaya
201
Mengenal Tokoh
Tahun 1950, waktu itu di Gubernuran Makassar. Presiden Soekarno tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan bertanya,
”Adakah tarian daerah yang bisa saya nikmati?”
Dengan cepat Andi Siti Nurhani Sapada tanpa persiapan
sama sekali meminjam pakaian adat Mandar, lalu me nyuguh kan tari Pattuddu yang berasal dari daerah Mandar, kini Provinsi Sulawesi
Barat. Bung Karno terkesan dan mengharap kan agar kiprah ibu
Nani diteruskan dalam membina dan mengembangkan tari-tarian Sulawesi Selatan.
Peristiwa bersejarah itulah yang memacu semangat ibu Nani, panggilan akrabnya, untuk lebih menekuni seni tari. Sebelumnya ia
adalah seorang penyanyi top pada zamannya dengan nama panggilan Daeng Sugi. Ia pernah bergabung dalam Orkes Daerah Baji Minasa
1949 pimpinan Bora Daeng Irate, pencipta lagu Makassar, Angin Mammiri. Tidak salah lagi, Andi Nurhani Sapada adalah pelantun
pertama lagu Angin Mammiri. Maka, sejak tahun 1950 hingga 1965, setiap tahun wanita
bangsawan kelahiran Parepare, 25 Juni 1929 itu tampil di Istana Negara. Ibu Nani memimpin tim keseniantari dari Sulawesi
Selatan pada acara peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI setiap 17 Agustus. Tahun 1952 sampai tahun 1985 ibu Nani
telah mengolah, membina, dan mencipta kan seni tari Sulawesi Selatan, antara lain Pakarena, Pattuddu, Padendang, Bosara,
Pabbekkenna Majjina, Pattennung, Dendang-Dendang, Pasuloi, Anging Mamiri, dan Tomassenga. Adapun fragmen tari yang
diciptakannya antara lain Sultan Hasanuddin, Pajjonga, Wetadampali Masala Olie, Saleppang Sampu, dan Anak Rara.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ketika pe merin tah mengirim tim kesenian ke Australia tahun 1975, dua karya ibu Nani,