Ragam Gerak 5 Angngangka Cinde
Seni Budaya
201
Mengenal Tokoh
Tahun 1950, waktu itu di Gubernuran Makassar. Presiden Soekarno tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan bertanya,
”Adakah tarian daerah yang bisa saya nikmati?”
Dengan cepat Andi Siti Nurhani Sapada tanpa persiapan
sama sekali meminjam pakaian adat Mandar, lalu me nyuguh kan tari Pattuddu yang berasal dari daerah Mandar, kini Provinsi Sulawesi
Barat. Bung Karno terkesan dan mengharap kan agar kiprah ibu
Nani diteruskan dalam membina dan mengembangkan tari-tarian Sulawesi Selatan.
Peristiwa bersejarah itulah yang memacu semangat ibu Nani, panggilan akrabnya, untuk lebih menekuni seni tari. Sebelumnya ia
adalah seorang penyanyi top pada zamannya dengan nama panggilan Daeng Sugi. Ia pernah bergabung dalam Orkes Daerah Baji Minasa
1949 pimpinan Bora Daeng Irate, pencipta lagu Makassar, Angin Mammiri. Tidak salah lagi, Andi Nurhani Sapada adalah pelantun
pertama lagu Angin Mammiri. Maka, sejak tahun 1950 hingga 1965, setiap tahun wanita
bangsawan kelahiran Parepare, 25 Juni 1929 itu tampil di Istana Negara. Ibu Nani memimpin tim keseniantari dari Sulawesi
Selatan pada acara peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI setiap 17 Agustus. Tahun 1952 sampai tahun 1985 ibu Nani
telah mengolah, membina, dan mencipta kan seni tari Sulawesi Selatan, antara lain Pakarena, Pattuddu, Padendang, Bosara,
Pabbekkenna Majjina, Pattennung, Dendang-Dendang, Pasuloi, Anging Mamiri, dan Tomassenga. Adapun fragmen tari yang
diciptakannya antara lain Sultan Hasanuddin, Pajjonga, Wetadampali Masala Olie, Saleppang Sampu, dan Anak Rara.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ketika pe merin tah mengirim tim kesenian ke Australia tahun 1975, dua karya ibu Nani,
SMPMTs Kelas VIII
202
yaitu tari Bosara dan Pattennung, ikut ditampilkan. Pada awal 1970- an ibu Nani menggarap karya besar dalam bidang musik dengan
menampilkan tidak kurang dari 90 pemain kecapi dan suling yang ia namakan Simfoni Kecapi. Selain itu, ibu Nani juga pernah
memodiikasi sebuah instrumen kecapi yang menggunakan enam grip yang kini di Sulawesi Selatan dikenal sebagai kecapi
Anida singkatan dari Andi Nurhani Sapada. Jenis kecapi yang kini banyak diperjualbelikan di Sulawesi Selatan itu mampu
memainkan lagu-lagu berskala nada diatonis. Keunggulan lain ibu Nani ialah kemampuannya menggarap
tarian massal. Dalam usianya yang kini melewati 76 tahun ia masih bisa mengenang saat-saat indah ketika ia menggarap tari
Pakduppa tari menjemput tamu yang dimainkan 300-an orang tatkala pembukaan Pekan Olahraga Mahasiswa tahun 1968 di
Makassar. Guna penyerbarluasan karya-karya dan berbagai ide seninya, tahun 1962 ibu Nani mendirikan Institut Kesenian
Sulawesi IKS. Tujuan IKS adalah menawarkan pendidikan seni kepada putra-putri Indonesia untuk lebih mengenal seni
tari empat kelompok etnis di Sulawesi Selatan Makassar,
Bugis, Toraja, Mandar serta mengatur dan menggelar beragam pertunjukan, khususnya tari dan musik daerah.
Tanggal 20 Desember 2005 Hajjah Andi Siti Nurhani Sapada Daeng Masugi menerima anugerah berupa Satya
Lencana Kebudayaan dan hadiah seni atas darma baktinya selama ini dalam membina dan mengembangkan kesenian
Indonesia, khususnya seni tari Sulawesi Selatan. Sebelum itu ibu Nani menerima anugerah seni dari pemerintah RI tahun
1972. Dari pemerintah Australia ia juga meraih cultural award tahun 1975. Dalam era pemerintahan Wali Kota Makassar HM
Daeng Patompo, Ibu Nani diangkat sebagai warga teladan tahun 1976. Gelar yang sama dan dalam tahun yang sama ia terima