Konsep dasar penyakit TALASEMIA
128
diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi pasien menderita anorexia, risiko terjadi komplikasi akibat tranfusi yang berulang-ulang, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit dan cemas orang tua terhadap kondisi anak Ngastiyah, 2005.
Menurut Suriadi 2006 tindakan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap pasien dengan thalassemia di antaranya membuat perfusi jaringan pasien menjadi adekuat kembali,
mendukung anak tetap toleran terhadap aktivitasnya, memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat dan membuat keluarga dapat mengatasi masalah atau stress yang terjadi pada
keluarga.
Selain tindakan keperawatan yang di atas tadi, perawat juga perlu menyiapkan klien untuk perencanaan pulang seperti memberikan informasi tentang kebutuhan melakukan
aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak, jelaskan terapi yang diberikan mengenai dosis dan efek samping, jelaskan perawatan yang diperlukan di rumah,
tekankan untuk melakukan control ulang sesuai waktu yang di tentukan Suriadi, 2006.
i. Komplikasi
Menurut Suriadi 2006 beberapa komplikasi yang biasanya terjadi pada penderita thalassemia yaitu Fraktur Patologi, Hepatosplenomegali, Gangguan tumbuh kembang dan
Gangguang Disfungsi Organ. Komplikasi jantung termasuk aritmia membandel termasuk gagal jantung kongestif
kronis yang disebabkan oleh siderosis miokardium, sering merupakan kejadian terminal. Dengan regimen modern dalam penanganan komprehensif untuk penderita ini, banyak dari
komplikasi ini dapat dicegah dan yang lainnya diperbaiki dan ditunda awitannya. Behrman, 2012.
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfuse darah yang berulang-ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar zat besi dalam darah sangat tinggi,
sehingga ditimbun di dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut hemokromatosis.
Limpa yang besar mudah rupture akibat trauma yang ringan saja. Kadang-kadang thalassemia disertai tanda hipersplenisme seperti leucopenia dan trombositopenia.
Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung Ngastiyah, 2005. 3.
Konsep Dasar Penyakit ASMA BRONCHIALE
a. Pengertian
Asma bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronchial berespons secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu.
Asma bronchiale adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi klinis adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah baik secara spontan maupun dari pengobatan The American Thorasic Sociaety.
129
b. Penyebab
Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang hiperesponsif terhadap iritan. Alergi mempengaruhi keberadaan maupun tingkat keparahan asam, dan atopi atau
predisposisi genetic untuk perkembangan respo Ig-E terhadap allergen udara yang umum merupakan factor predisposisi terkuat untuk berkembangnya asma.
1. Pajanan allergen orang yang sensitive dan allergen yang umum: debu, Jamur, dan
bulu binatang. 2. Infeksi virus.
3. Iritan : Polusi udara, asap, parfum,sabun deterjen. 4.
Jenis makanan tertentu terutama zat yang ditambahkan dalam makanan 5. Perubahan cepat suhu ruangan.
6. Olahraga terutama yang berlebihan. 7. Stres psikologis. Muscari, 2005.
c.
Patofisiologi Stimulus atau terpapar allergen menyebabkan reaksi inflamasi. Stimulasi allergen
dapat meningkatkan sirkulasi Ig E, mast sel dan makrofag sehingga menyebabkan pengeluaran histamine, basophil, eosinophil, neutropil, platelet, limposit T dan
prostaglandin. Akibat inflamasi maka bronchus mengalami kontriksi, edema mukosa dan meningkatnya produksi secret sehingga terjadi obstruksi dan sumbatan jalan nafas, yang
mana menyebabkan perubahan Ventilasi-perfusi, meningkat pernafasan, hipercapnea, dan hipoksemia jika tidak segera diatasi akan menyebabkan gagal nafas. Potts dan Mandleco,
2005. d.
Manifestasi Klinis Manifestasi klasik pada anak dengan asma bronchiale adalah terdengar Wheezing saat
ekspirasi, batuk kronis, dyspnea. Keluhan lain adalah tachypnea, nyeri dada, kelelahan, peka terhadap rangsang, penggunaan otot pernafasan, cuping hidung dan ortopnea, pada anak
yang besar saat duduk tampak bahu diangkat ke atas dengan tangan menahan pada paha dan posisi agak membungkuk.
Pada anak yang sering mengalami kekambuhan maka bentuk dada Barrel Chest dan penggunaan otot pernafasan saat berbafas. Sedangkan pada anak yang mengalami distress
nafas berat akan mengalami diaphoresis, cyanosis, dan pucat. Potts dan Mandleco, 2005. e.
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Diagnosa asma dibuat berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan diagnostic yang terdiri dari : 1. Pemeriksaan fungsi parru untuk menentukan luasnyaberatnya asma.
2. Pemeriksaan Peak exspiratory flow rate PEF dilakukan diakhir ekspirasi untuk
mengukur aliran udara perliter dalam satu menit, PEF rendahlambat selama episode akut sebab perubahan ekspirasi dan tertahanya secret sehingga terjadi obstruksi jalan
nafas.
130
3. Pemeriksaan rongsen X-Ray untuk mengetahui penyakit lain. 4. Pemeriksaan test kulit untuk mencari faktor reaksi allergen yang dapat menyebabkan
reaksi asma. 5.
Pemeriksaan analisa gas darah umumnya normal dan untuk memeriksa adanya hipoksemia, hiperkapnea atau asidosis.
6. Kadar leukosit naik jika terdapat infeksi. Potts dan Mandleco, 2005. f.
Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan asama brochiale adalah:
1. Status asmatikus
2. Pneumotorak 3. Atelektasis
4. Empisema g.
Penatalaksanaan Menurut Depkes 2008 penatalaksanaan secara umum meliputi:
1. Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernafasan bias dirawat dirumah denag terapi penujang. Tidak perlu diberi bronchodilator.
2. Anak dengan distress pernafasan atau mengalami wheezing berulang beri salbutamol dengan nebulasi atau MDI metered dose inhaler, jika tidak tersedia salbutamol maka
beri beri suntikan epineprinadrenalis subcutan. Kaji kembali anak setelah 20 menit untuk menentukan terapi selanjutnya :
Jika distress pernafasan membaik dan tidak ada nafas cepat maka dirawat dirumah dan berikan salbutamol hirup atau sirup atau peroral.
Jika distress pernafasan menetap maka anak dirawat di rumah sakit dan berikan
terapi oksigen, bronchodilator kerja cepat. 3. Jika anak mengalami sianosis sentral atau tidak bias minum maka dirawat, berikan
terapi oksigen dan bronchodilator dan obat lain jenis obat 4. Jika dirawat maka berikan oksigen, bronchodilator kerja cepat dan berikan steroid
dosis pertama dengan segera. Respons positif distress pernafasan berkurang, udara masuk trdengar elbih baik saat auskultasi harus terlihat dalam 20 menit. Bila tidak
terjadi beri bronchodilator kerja cepat dengan interval 20 menit.
5. Jika tidak ada respons setelah 3 dosis nronchodilator keja cepat maka beri aminopilin intra vena.
h. Jenis obat-obatan yang digunakan
Menurut Depkes 2008, Obat-obatan Bronchodilator kerja cepat, meliputi: 1. Salbutamol Nebulasi
2. Salbutamol MDI 3. Epineprin adrenalin sub cutan
4. Bronchodilator oral : Steroid, aminopilin dan antibiotik.
131
i. Penatalaksanaan keperawatan
Pemberian obat digunakan untuk membantu memperbaiki obstruksi jalan nafas dan meningkatkan
fungsi pernafasan.
Intervensi keperawatan
difokuskan untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas, memenuhi kebutuhan cairan, meningkatkan istirahat dan menghilangkan stress pada anak dan orangtua. Dukungan pada keluarga untuk
berpartisipasi dalam perawatan anak serta memberikan informasi cara mengatasi serangan akut:
1
Mempertahankan kepatenan jalan nafas Jika anak mengalami kesulitan bernafas maka berikan suplemen oksigen dengan
menggunakan kanule atau masker, posisi anak dengan semifowler atau duduk tegak dengan penyangga, observasi menggunakan oksimetri dan status pernafasan serta
jelaskan pada keluarga semua prosedur yang diberikan pada anak. Monitor efek samping pemberian obat aerosol dan observasi tanda vital.
2. Memenuhi kebutuhan cairan.
Pemberian cairan sering diperlukan untuk memperbaiki dan mempertahankan keseimbangan cairan dan mengatasi sumbatan oleh secret dan penyempitan jalan
nafas. Hindari pemberian berlebihan karena dapat menyebabkan edema paru. Cairan peroral diberikan secara perlahan, obervasi intake dan output dan observasi status
hidrasi.
3. Meningkatkan istitahat dan menghilangkan stress.
Anak yang mengalami serangan asama akut sering mengalami kelelahan dan kehabisan tenaga sehingga anak ditempatkan diruangan khusus bila memungkinkan dan tenang.
4. Dukungan keluarga untuk berpartisipasi.
Berikan penjelasan pada keluarga dan orangtua tentang perkembangan kondisi anak minimal 2xhari dan libatkan keluarga dalam perawatan anak.