Studi Budidaya Lily Potong (Lilium Spp.) di Kebun Cibodas PT. Puri Sekar Asri Lembang-Bandung, Jawa Barat.

(1)

LEMBANG-BANDUNG, JAWA BARAT

ISTIR SYADAH A24070141

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

Cultivation Study of Lily Cut Flower at Cibodas Field PT. Puri Sekar Asri, Lembang, Bandung, West Java Istir Syadah1, Desta Wirnas2, Surjono Hadi Sutjahjo2 1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

Lily as cut flower is one of ornamental plant which has high price in Indonesia. High demand of lily cut flower in domestic market must be followed by good agriculture practices to decrease the lost product. The internship was implemented at PT. Puri Sekar Asri, Lembang, Bandung which supplies lily as cut flower. The purposes of this internship were to know, learn and analyze the harvest and postharvest management of lily cut flower that carried out in Cibodas field and also to increase the basic knowledge and skills of the author related to the cultivation, harvest and postharvest handling on lily cut flower. Through the observations of five lily varieties which were cultivated in Cibodas field, Crystal Blanca variety was the most widely cultivated variety. The development of lilies were based on each characteristic of the variety and its growing environment. Cool storage could be extending the vaselife of lily cut flower for 5 days. Exact Harvest and postharvest standardization and practices have not been fully implemented by workers at the company .it can be seen from the very high presentage of harvesting error at Acapulco dan Rio Negro variety which can reach over 50% and high presentage grading errors at Lake Carey variety which can reach 40%.


(3)

(4)

ISTIR SYADAH. Studi Budidaya Lily Potong (Lilium Spp.) di Kebun Cibodas PT. Puri Sekar Asri Lembang-Bandung, Jawa Barat. (Dibimbing oleh DESTA WIRNAS dan SURJONO HADI SUTJAHJO).

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan di kebun budidaya Cibodas PT. Puri Sekar Asri dimulai pada bulan Maret hingga Juli 2011. Kegiatan yang dilakukan penulis selama magang adalah bekerja sebagai karyawan harian selama satu bulan, pendamping kepala bagian selama satu bulan dan pendamping manajer kebun selama dua bulan. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari teknik budidaya lily khususnya aspek panen dan pasca panen bunga potong lily secara langsung di PT. Puri Sekar Asri serta untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan mahasiswa dalam kegiatan budidaya, pengelolaan produksi maupun aspek manajerial usaha bunga potong lily.

Kebun produksi bunga potong PT. Puri Sekar Asri terletak di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Letak geografis PT. Puri Sekar Asri berada pada titik koordinat 6o48’42” LS-107o37’3” BT. Kebun produksi Cibodas terletak pada ketinggian 1260 m di atas permukaan laut (dpl). Kantor pusat PT. Puri Sekar Asri beralamat di Jl. Pangkalanjati, Pondok Labu, Jakarta Selatan, sedangkan kebun produksi bunga potong terletak di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Suhu harian rata-rata Desa Cibodas adalah 15 oC - 24 oC dan kelembaban relatif harian rata-rata 82%. Jenis tanah yang terdapat di kebun produksi Cibodas adalah Andosol. Kebun produksi Cibodas dikelola oleh 1 orang manajer divisi kebun, 3 orang kepala bagian subdivisi, 3 orang tenaga kerja pria dan 5 orang tenaga kerja wanita.

Kegiatan budidaya bunga potong lily secara keseluruhan dilaksanakan di kebun budidaya Cibodas yang dimulai dari penanaman hingga pascapanen. Umbi yang ditanam di kebun merupakan umbi siap tanam dan diimpor langsung dari perusahaan bulb grower bernama jan de wit en zonen bv di Belanda. Produksi lily di kebun produksi Cibodas dilakukan pada screenhouse dan umbi ditanam di


(5)

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman lily (vegetative dan generatif), pemanenan (kriteria panen, persentase hasil panen dan persentase kesalahan panen), pasca panen (kriteria grading, persentase grade dan persentase kesalahan grade) dan vase life bunga potong lily. Pengamatan dilakukan pada lima varietas lily yang ditanam yaitu Acapulco,

Conca D’or, Rio Negro, Lake Carey dan Crystal Blanca.

Umbi lily ditanam pada bedengan berukuran ± 30 x 1 m dengan jarak tanam ± 20 x 15 cm. Media tanam yang digunakan berupa campuran antara tanah dengan pupuk dasar (kotoran ayam, sekam dan kotoran sapi). Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta pinching.

Perbedaan pertumbuhan antar varietas lily yang ditanam disebabkan oleh perbedaan karakteristik masing-masing varietas. Kondisi screenhouse yang masih dalam tahap perbaikan menyebabkan perlindungan tanaman lily dari lingkungan kurang optimal sehingga mempengaruhi kondisi fisik tanaman lily. Penerapan standar perusahaan baik saat panen maupun saat grading belum diterapkan dengan baik. Hal ini terlihat dari persentase kesalahan panen sebesar 84 % pada varietas Acapulco dan persentase kesalahan grading sebesar 40 % pada varietas Lake Carey. Kurangnya jumlah pekerja yang memenuhi kualifikasi pada kegiatan panen dan pasca panen serta pengawasan terhadap proses panen maupun pasca panen merupakan kendala utama yang sedang dihadapi perusahaan, sehingga diperlukannya evaluasi serta pengawasan yang lebih ketat pada proses panen maupun pasca panen bunga lily potong.


(6)

LEMBANG-BANDUNG, JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ISTIR SYADAH

A24070141

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(7)

BANDUNG, JAWA BARAT.

Nama :

ISTIR SYADAH

NIM :

A24070141

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Desta Wirnas, SP. M.Si. Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. NIP. 19701228 200003 2 001 NIP. 19600204 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003


(8)

Penulis dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada 1 Juni 1989 yang merupakan anak ketiga dari Hj. Dra. Roswati A.W. dan H. A. Hasan Gaffar. Tahun 2001 penulis lulus pendidikan Sekolah Dasar di MINT Bawamai Pontianak, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di MTs. Assalaam Sukoharjo, Jawa Tengah. Tahun 2007 penulis menyelesaikan studi di SMA Assalaam Sukoharjo, Jawa Tengah. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Program Studi Agronomi dan Hortikultura melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007.

Penulis aktif dalam kegiatan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Kalimantan Barat (KPMKB) pada tahun 2007 hingga 2010. Penulis juga mengikuti beberapa kepanitiaan di dalam organisasi seperti Gebyar Pertanian, Agrosportment dan Festival Tanaman. Penulis melaksanakan kegiatan magang untuk penulisan skripsi selama empat bulan pada bulan Maret hingga Juli 2011 di kebun budidaya Cibodas PT. Puri Sekar Asri, Lembang-Bandung, Jawa Barat.


(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis diberi kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi magang yang berjudul “Studi

Budidaya Lily Potong (Lilium Spp.) di Kebun Cibodas PT. Puri Sekar Asri Lembang-Bandung, Jawa Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelsaian skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Desta Wirnas, SP. MSi. dan Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bantuan, bimbingan, ilmu dan pengarahan selama penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS. selaku pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

3. Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc. Agr. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ayah, Mamak, Didi, Kak La, Kak Long, Bang Agus dan seluruh keluarga besar Abdul Wahab dan Abdul Gaffar yang telah memberikan perhatian, kasih sayang dan dukungan yang tidak pernah habis kepada penulis.

5. Seluruh staf PT. Puri Sekar Asri dan pekerja di kebun budidaya Cibodas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang dan membantu penulis selama pelaksanaan magang berlangsung.

6. AGH 44 terutama Ephie, Okti, Tahu, Ita, Eva, Lilies, Dita, Lia Juwita, Galuh, Ipeh, Anne Syifa, Gina, Benny, Kosmas yang telah menjadi sahabat setia serta memberikan dukungan dan motivasi penuh bagi penulis.


(10)

motivasi dan dukungan kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2012 Penulis


(11)

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Botani ... 3

Syarat Tumbuh ... 5

Budidaya ... 7

... Pemanenan ... 14

Pasca Panen ... 15

METODOLOGI ... 20

Waktu dan Tempat ... 20

Metode Pelaksanaan ... 20

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 22

Analisis Data dan Informasi . ... 23

KEADAAN UMUM ... 25

Letak Geografis dan Wilayah Administratif ... 25

Keadaan Iklim dan Tanah ... 25

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 26

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 27

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 29

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 33

Aspek Teknis ... 33

Teknik Budidaya ... 33

Persiapan Lahan ... 34

Persiapan Tanam ... 36

Penanaman ... 38

Pemeliharaan ... 39

Panen ... 48

Pasca Panen ... 50

Karakteristik Tanaman Lily ... 57

Aspek Manajerial ... 59

Karyawan Harian ... 59

Pendamping Kepala Bagian Subdivisi ... 60

Asisten Manajer Divisi Produksi ... 60

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62


(12)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

Kesimpulan ... 81

Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(13)

Nomor Halaman 1. Data Penanaman Umbi Lily Selama Tiga Bulan (Februari-Mei

2011) ... 28

2. Jenis dan Komposisi Pupuk Cair yang Digunakan di Kebun

Produksi Cibodas ... 42 3. Jenis dan Komposisi Pestisida yang Digunakan di Kebun

Produksi Cibodas ... 44 4. Standar Panen yang Digunakan sebagai Acuan Pemanenan ... 49 5. Standar Grading Lily yang Digunakan di Kebun Produksi ... 52 6. Tinggi dan Jumlah Daun berbagai Varietas Lily pada

Pengamatan Terakhir ... 63 7. Panjang Kuntum dan Diameter Kuntum berbagai Varietas Lily

pada Pengamatan Terakhir ... 64 8. Jumlah Kuntum berbagai Varietas Lily ... 67 9. Persentase Panen terhadap Populasi Tanam berbagai Varietas

Lily ... 70 10.Standar Panen dan Persentase Kesalahan Panen Aktual Lily

Potong di Kebun Produksi Cibodas ... 74 11.Persentase Grade pada berbagai Varietas Lily di Kebun

Produksi Cibodas ... 76 12.Standar Grading Lily Potong di Kebun Produksi Cibodas ... 77 13.Persentase Kesalahan Grading Aktual Lily Potong di Kebun


(14)

Nomor Halaman

1. Alur Penanganan Pasca Panen Bunga Potong ... 16

2. Peta Lokasi Kebun Produksi Cibodas PT. Puri Sekar Asri ... 25

3. Perusahaan Bulb Grower yang Memasok Umbi Lily di PT. Puri Sekar Asri ... 33

4. Umbi Lily dalam Peti Kemas yang Diimpor dari Perusahaan Bulb Grower di Belanda ... 34

5. Pembersihan dan Pengolahan Lahan untuk Persiapan Tanam Lily ... 34

6. (a) Lokasi Pencampuran Pupuk Dasar dan (b) Pengalokasian Pupuk Dasar ... 35

7. Kegiatan Penyiraman pada Pengolahan Lahan Lanjutan ... 36

8. Shading Net ... 37

9. Papan Keterangan Tanam ... 37

10.(a) Kegiatan Penanaman dan (b) Supporting Net ... 38

11.(a) Kegiatan Penyiraman yang Dilakukan Karyawan dan (b) Shower yang Digunakan pada Ujung Selang ... 40

12.Sumber Air Irigasi Kebun Produksi Cibodas ... 40

13.Sprinkler ... 41

14.Kegiatan Pemupukan ... 42

15.Aplikasi Pupuk Cair ... 43

16.(a) Aplikasi Pestisida dan (b) Mesin Compressor ... 45

17.(a) Lily yang Terserang Aphid, (b) Lily yang Terserang Siput, (c) Lily yang Terserang Ulat dan (d) Hama Ulat pada Lily ... 46

18.(a) Penyakit Pythium pada Tanaman Lily dan (b) Penyakit Fusarium pada Tanaman Lily ... 47


(15)

20.(a) Kuntum Layak Panen pada Lily Jenis Acapulco, (b) Crystal

Blanca, (c) Rio Negro, (d) Conca D’or dan (e) Lake Carey ... 49

21.Kegiatan Sortasi Hasil Panen Lily ... 51

22.Kegiatan Grading pada Lily ... 52

23.Kegiatan Pengemasan dan Pembagian Pesanan pada Lily ... 53

24.(a) Pengemasan dengan Menggunakan Kardus dan (b) Pengemasan dengan Memanfaatkan Peti Kemas Umbi ... 54

25.(a) Alat Transportasi Berupa Mobil Boks Perusahaan dan (b) Mobil Paket ... 55

26.Kegiatan Penjemuran Lily... 56

27.(a) Penyimpanan Lily di Ruang Pendingin dan (b) Alat Pendingin/Cooler ... 57

28.Penampilan Bunga pada berbagai Varietas Lily ... 58

29.Umur Tanaman berbagai Varietas Lily di Kebun Produksi Cibodas 68

30.Produksi Lily Potong Tahun 2010 ... 69

31.Scoring Indeks Warna Kematangan Kuntum Lily Potong di Kebun Produksi Cibodas ... 72

32.Kerusakan pada Lily Akibat Kegiatan Panen dan Pasca Panen ... 77

33.Lama Vaselife berbagai Varietas Lily pada Cool Storage dan Suhu Ruang ... 80


(16)

Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Magang Penulis di Kebun Produksi PT. Puri

Sekar Asri, Desa Cibodas, Lembang, Bandung, Jawa Barat ... 86

2. Volume Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Desa Cibodas, Lembang, Bandung Tahun 2006-2010 ... 88

3. Data Suhu (oC), Kelembaban/RH, Curah Hujan Desa Cibodas, Lembang, Bandung Tahun 2011 ... 89

4. Lay Out Tata Guna Lahan Kebun Produksi Cibodas ... 95

5. Struktur Organisasi PT. Puri Sekar Asri ... 96


(17)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bunga potong merupakan komoditi yang khas dan dijual dalam keadaan segar. Keunggulan bunga potong adalah bentuk dan warnanya yang secara artistik mampu menarik calon konsumen (Longdong, 2009). Bunga potong lily adalah salah satu komoditas tanaman hias yang memiliki nilai jual cukup tinggi karena memiliki bentuk yang indah, bau yang harum serta warna yang bermacam-macam (Marlina, 2009). Harga bunga lily per tangkai di pasar domestik rata-rata jauh lebih tinggi dibandingkan harga bunga potong lainnya (Haryani,1994). Tidak hanya di Indonesia, di Eropa bunga lily juga termasuk bunga potong yang mempunyai pasar tertinggi bersama-sama dengan mawar, tulip, krisan, dan gerbera (Nainggolan 1995).

Sampai dengan tahun 1996, permintaan bunga potong lily dalam negeri mencapai 10 juta tangkai per tahun atau sekitar delapan milyar rupiah. Permintaan tersebut diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi dan pembangunan pariwisata nasional (Yursak, 2003). Menurut data dari Direktorat budidaya tanaman hias, ekspor bunga potong di Indonesia pada 2004 senilai USD 1.538.245 dengan negara tujuan Jepang, Korea Selatan, Singapura, Australia dan USA. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peluang dan potensi bagi bunga potong lily untuk diekspor ke luar negeri.

Terdapat tiga jenis lily yang dibudidayakan di Indonesia yaitu Asiatic hibrida, Oriental Hibrida dan Lilium longiflorum atau biasa disebut dengan Easter Lily. Jenis lily yang paling cocok ditanam di Indonesia adalah jenis Oriental Hibrida. Lily jenis ini juga lebih disukai konsumen karena bunganya indah dan wangi (Direktorat Tanaman Hias, 2005).

Ketersediaan dan kualitas bunga potong lily merupakan faktor penting sebagai bunga potong yang diminati. Hal ini tidak terlepas dari teknik pemanenan dan penanganan pasca panen yang dilakukan perusahaan budidaya bunga lily potong tersebut. Teknik panen dan penanganan pasca panen yang tepat pada bunga lily potong akan mengurangi kehilangan hasil, meningkatkan mutu dan


(18)

kualitas serta nilai jual karena bunga lily merupakan komoditas hortikultura yang bersifat mudah rusak.

PT. Puri Sekar Asri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang florikultur terutama produksi berbagai jenis bunga potong. Salah satu komoditas utama yang diproduksi PT. Puri Sekar Asri adalah bunga lily potong. Pemilihan lokasi magang di PT. Puri Sekar Asri dilakukan untuk mempelajari dan mengetahui pengusahaan bunga potong lily di perusahaan tersebut.

Tujuan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan magang di kebun budidaya PT. Puri Sekar Asri adalah :

1. Mempelajari teknik budidaya lily khususnya aspek panen dan pasca panen bunga potong lily secara langsung di PT. Puri Sekar Asri.

2. Meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan mahasiswa dalam kegiatan budidaya, pengelolaan produksi maupun aspek manajerial usaha bunga potong lily.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Tanaman lily (Lilium Spp.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai bunga potong dan sering digunakan dalam rangkaian bunga maupun dekorasi ruangan. Lily dapat tumbuh secara optimal pada dataran tinggi antara 400-1500 m di atas permukaan laut. Klasifikasi botani tanaman lily adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiosperma Kelas : Monocotyledone Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Lilium

Spesies : Lilium spp.

Easter Lily Lilium (Lilium longiflorum) pertama kali dijelaskan secara botani oleh Carl Peter Thunberg pada tahun 1794. Easter Lily merupakan tanaman asli dari kepulauan tropis Liukiu yang termasuk ke dalam deretan kepulauan Okinawa dan Oshima serta Kawanabe. Menurut sebuah legenda Easter Lily tiba di Bermuda setelah sebuah badai menghancurkan kapal yang bepergian dari Asia Timur ke Inggris. Kapal yang sudah rusak tersebut mendarat di Bermuda, dan seorang penumpang misionaris meninggalkan beberapa umbi yang telah dikumpulkannya di Thailand kepada seorang penghuni pulau sebagai bayaran atas penerimaannya selama kapal diperbaiki. Ketika tanaman Lily telah tumbuh subur di Bermuda, seorang penanam bunga dari Philadelphia membawa umbi lily untuk ditanam di greenhouse miliknya. Kejadian ini mengenalkan Easter Lily pada Amerika (Miller, 1992).

Secara tradisional lily dikelompokkan pada hibrida-hibrida Asiatic, Oriental, dan Longiflorum dengan karakteristik spesifiknya masing-masing yang positif maupun negatif. Hibrida Asiatic dikenal dengan banyaknya pilihan warna, biasanya berbunga banyak dan umbinya lebih kecil dibandingkan dengan umbi dari hibrida Oriental. Sebaliknya bunga-bunga dari hibrida Asiatic berukuran lebih kecil dan kurang eksotis bila dibandingkan dengan kedua jenis lainnya.


(20)

Selain itu beberapa diantara hasil persilangan hibrida Asiatic rentan terhadap penyakit daun terbakar. Hibrida Oriental menghasilkan bunga-bunga yang lebih besar dengan bentuk yang lebih indah dan wangi yang lebih kuat. Hibrida Oriental tidak membutuhkan banyak cahaya namun masa produksinya lebih lama, variasi warna yang terbatas serta rentan terhadap berbagai macam penyakit. Hibrida Longiflorum dapat dibedakan dari ukurannya yang besar dan bentuk kelopaknya. Kebutuhan udara dingin hibrida Longiflorum terbatas serta memiliki karakteristik kekuatan batang yang baik, namun hibrida Longiflorum memiliki keterbatasan pilihan warna yang ada serta sangat rentan terhadap virus.

Teknik persilangan baru telah ditemukan untuk memungkinkan persilangan hibrida dari satu kelompok dengan kelompok hibrida lainnya. Tujuan persilangan ini adalah untuk mengkombinasi karakter-karakter positif seperti ketahanan terhadap penyakit yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok. Persilangan ini telah menghasilkan kelompok baru pada lily. Tiap kelompok menunjukkan bentuk, warna, serta perbaikan baru dalam segala aspek. Kelompok-kelompok yang dihasilkan dari persilangan tersebut adalah hibrida Longiflorum Asiatic (LA), Oriental Trumpet (OT), Longiflorum Oriental (LO), dan Oriental Asiatic (OA). Hibrida LA merupakan persilangan antara hibrida Longiflorum dengan hibrida Asiatic dan dimulai pada tahun 1970. Hibrida OT merupakan persilangan antara hibrida Oriental dengan lily terompet dan dimulai pada tahun 1980. Hibrida LO merupakan persilangan antara hibrida Longiflorum dengan hibrida Oriental dan dimulai pada tahun 1990. Hibrida OA merupakan persilangan antara hibrida Oriental dengan hibrida Asiatic dan dimulai pada tahun 1995 (International Flower Bulb Center, 2005).

Lily merupakan tanaman berumbi sejati (bulb), umbi tanaman lily berbentuk cawan yang dikelilingi oleh sisik (scale) yang berfungsi sebagai cadangan makanan berisi zat tepung, gula dan protein. Scale menyerupai lembaran yang berdaging tipis dan dapat dipisahkan dengan mudah dan dapat ditumbuhkan menjadi tunas dan tanaman baru (Crocket, 1973).

Saat tanaman berbunga, bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah terdiri dari batang, daun dan bunga, sedangkan bagian tanaman yang terdapat di bawah permukaan tanah terdiri dari akar batang dan akar basal, sisik


(21)

dalam dan sisik luar serta calon umbi baru pada tengah umbi. Hampir semua jenis lily memiliki petal dan sepal yang berbentuk hampir serupa. Bunga lily memiliki enam benang sari yang terdiri dari anther dan filamen serta satu putik yang terdiri dari stigma, style dan ovary (Miller, 1992).

Syarat Tumbuh

Panjang Hari dan Intensitas Cahaya

Lily merupakan tanaman hari panjang yang hanya akan berbunga apabila periode gelap yang dialaminya berada di bawah periode kritis (12 jam). Jumlah jam penyinaran yang diterima tanaman lily dalam jangka waktu 24 jam mempengaruhi pertumbuhan bunganya. Di negara subtropis untuk meningkatkan pertumbuhan bunga maka dilakukan tambahan penyinaran pada hari-hari pendek guna memperpanjang hari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Penyinaran tambahan (perpanjangan fotosintesis sampai 16 jam) dilakukan pada saat tunas sudah mulai muncul 50 %. Perlakuan ini dihentikan setelah 6 minggu atau ketika tunas bunga mulai terlihat. Penyinaran tambahan dapat dilakukan dengan menggunakan lampu cahaya berkapasitas 20 Watt/m2 untuk menyinari tanaman sebelum atau sesudah adanya cahaya matahari alami. Lily yang dihasilkan dengan kondisi cahaya yang kurang akan tumbuh terlalu tinggi dan batang menjadi lunglai. Tanaman lily juga mengalami pertambahan pertumbuhan vegetatif tanaman dibawah periode hari panjang (16 jam). Perlakuan hari panjang pada tanaman lily selama 10 hari meningkatkan pertambahan tinggi tanaman sebanyak 19-21 % (Miller, 1992).

Lily jenis hibrida Oriental yang membutuhkan lebih dari 100 hari untuk panen memberikan respon paling baik pada perlakuan penyinaran tambahan tersebut. Penambahan penyinaran merupakan cara yang baik untuk mempercepat pemasaran hasil panen di musim semi, namun perlakuan ini akan menyebabkan ukuran tangkai bunga lebih pendek dan persentase gugurnya bunga menjadi sedikit tinggi (International Flower Bulb Center, 2005).

Lily memerlukan intensitas cahaya matahari yang penuh. Kekurangan cahaya akan meningkatkan panjang batang namun akan mengurangi jumlah


(22)

kuntum bunga per tangkainya. Lily sangat sensitif terhadap cahaya rendah terutama ketika batang baru mencapai 10 cm. Cahaya yang kurang dari 50% pada saat itu akan berpengaruh secara serius terhadap inisiasi bunga (Rimando,2001).

Suhu

Hasil panen yang berkualitas tinggi dapat diperoleh dengan memastikan pengakaran yang benar pada umbi. Suhu di bawah 10-12 oC selama 2-3 minggu setelah penanaman akan menghasilkan pengakaran yang baik. Suhu awal tanam yang rendah akan memperpanjang fase vegetatif namun suhu yang tinggi diatas 15 oC akan menurunkan kualitas produksi. Suhu greenhouse yang paling menguntungkan setelah pengakaran bagi lily jenis hibrida Oriental dan hibrida Oriental Trumpet (OT) adalah 15 oC pada malam hari dan 17 oC pada siang hari. Tambahan sinar matahari juga penting bagi pertumbuhan lily, oleh karena itu tidak menjadi masalah apabila suhu pada siang hari hingga 20-25 oC. Hibrida OT memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap suhu tinggi hingga 25 oC. Fluktuasi suhu melebihi 10-12 oC antara siang dan malam harus dihindari untuk mencegah terjadinya malformasi pada kuntum bunga. Suhu dibawah 12 oC dapat menyebabkan daun menguning dan kuntum gugur, namun suhu yang tinggi akan menyebabkan tanaman menjadi pendek, berkurangnya jumlah bunga serta meningkatnya resiko terkena penyakit dan kelainan fisiologis (International Flower Bulb Center, 2005).

Suhu merupakan faktor penting yang mengatur pembungaan pada lily. Sebelum terjadi inisiasi bunga yaitu selama inisiasi pertumbuhan batang, perlakuan suhu rendah (vernalisasi) minimum penting untuk dilakukan. Meskipun suhu sampai dengan 20 ºC telah dikenal sebagai suhu vernalisasi, namun suhu optimum dan yang digunakan secara komersial digunakan adalah perlakuan suhu rendah 5ºC selama 6-8 minggu. Umbi yang tidak divernalisasi masih bisa berbunga tetapi perkembangannya lambat dan akan menunda antesis. Di negara yang tidak memiliki musim dingin (Indonesia), para petani biasanya membeli umbi dari pemasok yang sudah memberikan perlakuan vernalisasi pada umbi sebelum umbi dikirimkan, namun tidak menutup kemungkinan petani sendiri yang melakukan vernalisasi (Rimando.2001).


(23)

Kelembaban Relatif

Kelembaban relatif di dalam greenhouse harus terjaga tetap pada tingkat 70-80 %. Fluktuasi tajam pada RH harus dihindari dan diusahakan perubahan RH berjalan secara perlahan dan bertahap. Perubahan RH yang terlalu cepat akan menyebabkan stres pada tanaman dan mengakibatkan daun menjadi terbakar dan kering. Pelaksanaan prosedur penanaman yang baik sejalan dengan perlindungan cahaya yang cukup, ventilasi yang tepat dan pengairan yang benar harus dijalankan untuk menghindarinya.

Ketika kondisi yang sangat panas atau dingin, RH di luar greenhouse

sangat rendah maka disarankan untuk tidak membuka ventilasi terlalu lebar. Pengaturan ventilasi yang baik dilakukan pagi-pagi sekali ketika RH di luar

greenhouse sedang tinggi. Pemberian air terlalu banyak pada siang hari ketika RH di dalam greenhouse rendah tidak diizinkan. Penyiraman juga disarankan untuk dilakukan pada waktu terbaik yaitu pada pagi hari. Penggunaan layar pelindung panas juga dapat mengendalikan suhu, RH dan intensitas cahaya dalam

greenhouse. Saat intensitas cahaya matahari tinggi yaitu pada bulan-bulan musim panas pada negara subtropis dapat digunakan pelindung panas untuk menurunkan intensitas cahaya sampai 70% selama 2-3 minggu pertama. Setelah 2-3 minggu penggunaan pelindung panas maka intensitas cahaya yang dapat dikurangi menurun hingga tidak lebih dari 50 %. Hal ini berlaku untuk penanaman jenis lily apapun (International Flower Bulb Center, 2005).

Budidaya Teknik Budidaya

Lily sebagai bunga potong secara komersial diperbanyak melalui umbi, sedangkan lily untuk produksi umbi diperbanyak melalui bagian vegetatif tanaman yaitu sisik (scale), calon umbi (bulblet) yang tumbuh pada batang bawah tanaman serta kultur jaringan. Budidaya lily melalui benih hanya dilakukan untuk keperluan persilangan dan pengembangan jenis baru (Miller, 1992).

Memproduksi lily sebagai bunga potong biasanya dilakukan pada tanah petak di dalam rumah tanaman yang dinaungi kaca, plastik atau pelindung


(24)

lainnya. Hal ini akan mengurangi masalah sehubungan dengan kondisi iklim yang tidak menguntungkan sehingga dapat memproduksi lily sepanjang tahun. Menanam lily di lapangan hanya dapat dilakukan di daerah yang iklimnya menunjang selama proses penanaman. Selain penanaman di tanah petak, terdapat berbagai sistem penanaman antara lain penanaman pada peti kemas yang bisa dilakukan di Nederland dan negara lainnya. Penggunaan kotak sebagai wadah tanam dilakukan sebagai pengendalian terhadap penyakit karena penggunaan substrat segar yang mempunyai struktur yang baik sebagai media tanam. Selain itu penanaman menggunakan peti kemas memungkinkan untuk mengintegrasikan penanaman menjadi sistem yang lebih bertanggung jawab pada lingkungan. Sistem penanaman lainnya adalah penanaman lily di tempat terbuka untuk penanaman setahun atau multi-tahun. Penanaman dalam pot juga dapat dilakukan pada lily. Lily yang ditanam di dalam pot digunakan sebagai tanaman hias bukan sebagai tanaman potong (International Flower Bulb Center, 2005).

Media Tumbuh

Lily dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun harus tetap berhati-hati untuk memastikan struktur tanah yang baik dan kemampuan menyerap air selama tahap pertumbuhan tanaman terutama lapisan tanah paling atas. Tanah berlumpur dan berat tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman hibrida Oriental. Bagi lily jenis lainnya tanah ini masih bisa digunakan dengan mencampurkan subsrat pada lapisan yang mengandung humus di kedalaman 40-50 cm. Hal ini akan memperbaiki penyerapan udara dan memungkinkan penyerapan cairan pada lapisan tanah lapisan atas. Tanah yang berat biasanya akan mengurangi tinggi tanaman. Adanya kecukupan oksigen pada tanah merupakan hal yang penting untuk sistem akar yang sehat. Penambahan bahan-bahan organik pada tanah akan meningkatkan mutu struktur tanah sekaligus keseimbangan air, penyerapan pupuk dan aerasi pada tanah. Pemberian bahan-bahan organik seperti jerami-sekam, pupuk sapi yang telah didekomposisikan selama 1 tahun, gambut hitam, dan kulit pohon yang sudah menjadi kompos sangat dianjurkan pada tanah yang akan digunakan untuk menanam lily terutama pada tanah yang berat. Bahan-bahan organik tersebut dapat dicampurkan pada 50 cm lapisan teratas tanah.


(25)

Tingkat pH pada lapisan tanah harus terjaga dengan baik karena mempengaruhi perkembangan akar dan penyerapan nutrisi pada akar. Tanah dengan pH sangat rendah akan menyerap terlalu banyak Mg, Al, Fe, sedangkan tanah dengan pH terlalu tinggi akan mempersulit tanah menyerap fosfor, Mg dan Fe. Lily dengan jenis hibrida Asiatic LA dan Longiflorum akan tumbuh optimum pada pH 6-7, sedangkan untuk hibrida Oriental OA, LO dan OT akan tumbuh optimum pada 5-6.5. Suhu tanah sebelum penanaman yang optimum untuk pemunculan akar adalah 10-12 oC bagi semua jenis lily (International Flower Bulb Center, 2005).

Penanaman

Umbi yang ditanam pada greenhouse biasanya digolongkan menurut ukuran umbi. Umbi yang berukuran besar akan memproduksi bunga dalam jumlah yang lebih banyak dan berbunga lebih awal dibandingkan dengan umbi yang berukuran lebih kecil. Umbi ditanam sedalam 8-15 cm di bedengan, pot atau

polybag. Penanaman umbi yang terlalu dangkal akan memperlambat pembungaan hingga 5 hari (Rimando,2001).

Setiap jenis lily memiliki kerapatan tanam yang berbeda karena ukuran umbi maupun hasil panen yang akan dihasilkan berbeda. Kerapatan tanam juga tergantung pada lama masa tanam dan jenis tanah yang digunakan. Penanaman yang dilakukan ketika tersedia cahaya banyak maka kerapatan tanaman dapat ditingkatkan sedangan penanaman pada waktu gelap atau dalam kondisi penyinaran yang rendah maka kerapatan tanam perlu dikurangi. Pada umbi yang berukuran 16/18 kerapatan tanam pada jenis hibrida Oriental berdaun kecil adalah 40-50 umbi/m2, hibrida Oriental berdaun besar 35-45 umbi/m2, hibrida Longiflorum 35-45 umbi/m2 dan hibrida Asiatic 40-50 umbi/m2.

Penyerapan air, oksigen dan nutrisi tanaman 3 minggu pertama setelah tanam tergantung pada akar. Oleh karena itu perlu untuk memastikan akar sudah tumbuh minimal 5 cm, tidak berpenyakit dan tidak kekurangan air pada saat tanam. Tunas batang akan tumbuh di bagian atas umbi namun masih di dalam tanah selama 3 minggu awal setelah penanaman. Tunas batang tersebut akan menggantikan tugas akar untuk mendistribusikan 90 % kebutuhan air dan nutrisi


(26)

tanaman. Selama musim panas penanaman dilakukan pada pagi hari. Umbi yang akan ditanam harus dijaga agar tidak kering oleh karena itu umbi dikeluarkan sedikit demi sedikit ke lokasi penanaman. Umbi yang mengering akan menurunkan kualitas bunga. Umbi lily ditanam pada tanah yang lembab serta kedalaman yang cukup ±10 cm dari atas permukaan tanah (International Flower Bulb Center, 2005).

Pengairan

Penanaman umbi pada tanah yang kering sangat tidak dianjurkan. Tanah yang akan digunakan harus dibasahi terlebih dahulu beberapa hari sebelum penanaman sehingga pertumbuhan akar dapat segera terjadi. Lahan disiram kembali setelah dilakukan penanaman untuk menghindari perusakan struktur tanah dan memastikan tersedianya air untuk umbi agar akar basal dan akar batang dapat tumbuh secepatnya. Air juga harus dipastikan menyentuh akar basal karena calon batang pada beberapa jenis umbi tidak hanya tumbuh ke atas tetapi juga tumbuh ke bawah. Kekurangan air akan menyebabkan pertumbuhan berjalan lambat, tidak merata, batang tumbuh pendek dan tunas bunga cepat mengering. Terlalu banyak air juga harus dihindari karena akan mengurangi oksigen yang diperlukan akar sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Akar yang melemah akan rentan terkena terhadap pythium dan pythophtora. Tanah yang terlalu basah pada saat pertumbuhan batang akan membuat batang menjadi lemah karena sel pertumbuhan yang meledak. Jumlah air yang harus disediakan tergantung pada jenis tanah, iklim greenhouse, jenis lily, tahap perkembangan tanaman serta tingkat kepekatan garam pada tanah. Pemakaian air dapat mencapai 8-9liter/m2/hari pada masa kering. Pengairan dengan menggunakan air hujan lebih disarankan sebagai pengganti air sumur. Air sumur terkadang mengandung kalsium karbonat, magnesium karbonat atau besi. Elemen-elemen ini meninggalkan bintik-bintik pada daun. Selain itu, air sumur mengandung garam terbentuk dari ikatan antara logam Na, Ca, Mg dengan ion klorida.

Hal terpenting pada sistem irigasi adalah kemampuan mendistribusikan air secara seragam dan air yang digunakan tidak merusak struktur tanah. Ukuran tetesan air hendaknya tidak terlalu besar dan tidak melakukan penyiraman terlalu


(27)

banyak sekaligus untuk menghindari kerusakan struktur tanah. Penggunaan

sprinkler yang diletakkan di atas tanaman memberikan distribusi yang baik sekaligus menjadi cara untuk membasuh tanaman. Waktu terbaik untuk mengairi tanaman adalah pada pagi hari sebelum atau saat matahari terbit (International Flower Bulb Center, 2005).

Sistem irigasi secara drip dan trickle semi-otomatis cocok untuk budidaya di greenhouse. Fluktuasi tingkat kelembaban sangat berbahaya sama seperti kekeringan pada tanah yang dapat menyebabkan kehilangan bunga. Sementara itu, tanah yang terlalu basah dapat menyebabkan akar terserang fungi dan cendawan (Rimando,2001).

Pemupukan

Tanaman lily sangat peka terhadap garam. Kandungan garam yang tinggi akan menghasilkan akar yang keras, mudah pecah dan berwarna kuning sampai coklat, serta mengurangi kemampuan akar untuk menyerap air sehingga akan mengurangi tinggi tanaman. Kandungan garam pada tanah ditentukan oleh kandungan garam pada pupuk kandang atau buatan. Ion-ion yang bertanggung jawab dalam proses salinasi tanah yaitu Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dan Cl-, kandungan garam pada air irigasi yang terbentuk dari ikatan antara logam Na, Ca, Mg dengan ion klorida, dan nutrisi yang terdapat pada tanah. Tanah yang akan ditanami diperiksa terlebih dahulu 6 minggu sebelum penanaman untuk mengetahui kandungan garamnya. EC tanah tidak boleh melebihi 1.0, sedangkan klorin tidak boleh melebihi 1.5 mmol/liter. Jika EC maupun klorin melebihi batas tersebut maka sebelum dilakukan penanaman tanah hendaknya diaduk-aduk terlebih dahulu dengan air yang memiliki kandungan EC kurang dari 0.5. Hal ini dilakukan agar pemupukan dapat diaplikasikan tanpa kekhawatiran adanya peningkatan kadar garam pada tanah yang merusak panen. Penggunaan pupuk organik dan buatan harus dilakukan secara hati-hati karena dapat mengakibatkan kelebihan garam.

Lily membutuhkan nutrisi baru untuk menghasilkan bunga, terutama pada tiga minggu pertama setelah tanam. Terlalu banyak pemberian pupuk lebih merusak tanaman dibandingkan kekurangan pupuk. Selama tiga minggu pertama


(28)

setelah penanaman, perkembangan akar telah terjadi. Nutrisi tambahan diberikan secara bergantian untuk mencegah kerusakan pada tanaman akibat kadar garam. Hal ini berkaitan dengan banyaknya kalsium nitrat dan potassium nitrat yang diberikan pada 3 minggu pertama setelah tanam. Aplikasi pupuk yaitu Ca(No) dengan komposisi 15.5% N, 26.3% CaO sebanyak 1 kg/100 m2 dan KNO dengan komposisi 13.7% N, 46.2% KO dengan jumlah 1 kg/100 m2. Penambahan segala bentuk magnesium sulfat 0.15-0.20 kg/100 m2 tergantung pada pengamatan di lapang apakah terjadi pemudaran warna pada bunga-bunga yang terletak di bawah. Pelaksanaan pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan sprinkler putar pada tanaman yang kering. Untuk menghindari daun terbakar maka aplikasi ini harus diikuti dengan penyemprotan air yang merata pada tanaman setelahnya (International Flower Bulb Center, 2005).

Lily sangat tidak toleran terhadap kelebihan pupuk dan salinitas yang tinggi, oleh karena itu lakukan pemupukan seperlunya. Kelebihan pupuk dan salinitas yang tinggi dapat menyebabkan pelukaan pada akar tanaman, menghambat pertumbuhan tanaman selanjutnya dan mengurangi jumlah kuntum

bunga. Karena lily merupakan tanaman yang “heavy-feeder”, pemupukan yang

cukup pada awal perkembangan tanaman amat penting dan pemupukan haruslah dimulai dengan tambahan pupuk lengkap ketika batang setinggi 2-5 cm (Rimando, 2001).

Pemeliharaan

Penggunaan sistem penunjang tanaman terkadang dibutuhkan tergantung dari masa penanaman dan jenis tanaman. Panen yang dihasilkan pada musim dingin selalu membutuhkan penunjang. Tanaman yang memiliki tinggi 80-100 cm juga membutuhkan penunjang. Apabila panen melibatkan pencabutan atau pemotongan batang maka penunjang dibutuhkan untuk menjaga supaya tanaman disekelilingnya tidak rebah. Cara yang biasa digunakan untuk menunjang tanaman adalah dengan menggunakan kawat yang dibentuk menjadi kotak-kotak lebar. Kawat ini kemudian dinaikkan seiring dengan petumbuhan tanaman. Kawat penunjang seperti ini juga dapat digunakan untuk menetukan jarak tanam.


(29)

Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida tidak dianjurkan terkecuali dalam keadaan mendesak. Jauh lebih baik untuk menyingkirkan gulma secara mekanis atau melakukan sterilisasi sebelum tanam melalui penguapan atau menggenangi lahan. Penggunaan herbisida selalu mengahadirkan resiko rusaknya tanaman. gulma kecil dapat dikendalikan dengan menyemprotkan herbisida yang sesuai setelah tunas muncul ke permukaan tanah tetapi sebelum daun membuka secara signifikan. Jika ditemukan banyak jenis rumput tahunan tumbuh maka pengendalian jangan dilakukan dengan satu jenis herbisida tetapi dari kombinasi dari herbisida-herbisida. Penyemprotan harus selalu dilakukan menjelang senja pada tanaman yang kering dengan menggunakan 5 liter air/100 m2. Keesokan paginya tanaman dicuci melalui kegiatan pengairan (International Flower Bulb Center, 2005).

Perlindungan tanaman dari penyakit dapat dilakukan dengan melakukan perawatan terhadap tanah. Tanah yang ditanami harus bebas dari patogen dengan menjada kondisi optimum tanaman selama penanaman atau dengan melakukan rotasi tanaman. Apabila masih ditemukan patogen maka dianjurkan untuk melakukan perawatan tanah yaitu penguapan, penggenangan dan solarisasi setahun sekali. Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur dan sering ditemukan pada lily adalah busuk umbi, bercak pada batang, botrytis, penicillium,

phytophthora, pythium, sclerothium, dan rhizoctonia, sedangkan hama yang sering ditemukan pada lily adalah nematode daun dan aphids. Pengendalian terhadap jamur dan hama ini dilakukan dengan menyemprotkan fungisida dan insektisida seminggu sekali sebelum terjadi pembungaan dan pastikan tidak meninggalkan residu.

Umur Tanaman

Lamanya waktu yang dibutuhkan bagi tanaman lily mulai dari penanaman hingga panen tergantung pada jenis lily yang ditanam, musim pada saat penanaman (daerah subtropis), lama perlakuan vernalisasi pada umbi dan suhu

greenhouse. Jumlah hari tergantung dari suhu optimum pada siang atau malam hari. Umur tanaman lily jenis hibrida Oriental pada musim semi adalah 90-135 hari, pada musim panas adalah 75-100 hari dan pada musim gugur adalah 80-120


(30)

hari. Umur tanaman lily jenis hibrida OT pada musim semi adalah 90-125 hari, pada musim panas 60-90 hari dan pada musim gugur 90-110 hari.

Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan komoditas pada tingkat kematangan yang tepat dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang sedikit serta dilakukan secepat mungkin (Santoso dan Purwoko, 1995). Bunga potong yang merupakan komoditas hortikultura adalah bagian dari keseluruhan tanaman yang hidup dan masih melakukan aktivitas metabolisme. Setelah bunga dipotong dari tanamannya, maka bunga beserta tangkainya akan terpisah dari sumber-sumber alami yang diperlukan dalam proses metabolismenya. Jika proses ini terus berlanjut maka bunga potong akan layu dan mati lebih dini. Bunga potong harus diberi tambahan karbohidrat berupa gula/sukrosa tepat setelah bunga dipotong dari tanamannya untuk mengurangi proses metabolisme. Sukrosa merupakan bentuk yang paling efisien untuk tanaman dan mudah ditransportasikan dalam sel-sel tanaman (Wiryanto,1993).

Pemanenan bunga potong dengan tingkat mekar secara komersial bervariasi pada bunga yang berbeda-beda (tergantung komoditas dan varietas). Hal ini dipengaruhi oleh musim, kondisi lingkungan, jarak ke tujuan distribusi, dan kebutuhan konsumen. Umumnya bunga dipotong atau dipanen pada tahap lebih awal dan akan membuka penuh serta berkembang dengan kualitas yang baik di vas bunga. Pemotongan bunga pada saat kuncup lebih disukai untuk mengurangi kerusakan karena temperatur yang tinggi dan pengaruh gas etilen, namun terdapat beberapa bunga yang tidak dapat mekar jika dipotong atau dipanen saat masih kuncup (Halevy dan Mayak, 1979). Saat panen yang tepat bagi bunga potong lily adalah ketika kuntum terbawah sudah menunjukkan warnanya (Rimando, 2001).

Kegiatan panen hanya dilakukan ketika bunga sudah cukup matang tetapi belum terlalu matang agar bunga lily mekar dan menarik. Tahap panen paling cepat berbeda-beda untuk tiap jenis lily, tergantung pada jumlah kuntum yang dihasilkan dalam satu batang. Satu batang lily yang menghasilkan lebih dari 10 kuntum dapat dipanen apabila terdapat minimal 3 kuntum menunjukkan


(31)

warnanya. Satu batang lily yang menghasilkan 5-10 kuntum dapat dipanen apabila terdapat minimal 2 kuntum menunjukkan warnanya. Satu batang lily yang menghasilkan kuntum kurang dari 5 dapat dipanen apabila terdapat minimal 1 kuntum menunjukkan warnanya. Pemanenan yang dilakukan sebelum itu akan menghasilkan bunga yang tidak bagus, warnanya agak pudar dan tidak semua kuntum akan mekar. Pemanenan yang terlalu matang juga akan menyebabkan masalah pada pascapanen dan distribusi termasuk noda yang disebabkan oleh serbuk sari, memar pada petal dan kuntum yang membuka sebagai akibat dari pencemaran etilen yang disebabkan oleh bunga-bunga yang sudah mekar. Jika diperlukan maka pemotongan terhadap bunga yang telah mekar dapat dilakukan. Pemanenan lebih baik dilakukan dengan memotong batang dibandingkan dengan mencabutnya dari tanah. Pencabutan menyebabkan gangguan pada akar-akar tanaman lainnya, terlebih jika kawat penunjang tidak digunakan maka pencabutan dapat merobohkan tanaman lainnya. Batang pada jenis hibrida Oriental dan Longiflorum tidak dapat dicabut karena perkembangan akarnya yang kuat. Pemanenan lily lebih dianjurkan pada pagi hari untuk membatasi pengawetan dan untuk membatasi tanaman dalam keadaan kering maksimal selama 30 menit pada tanaman selama di greenhouse (International Flower Bulb Center, 2005).

Pasca Panen

Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang dimanfaatkan dalam keadaan segar sehingga mudah rusak (Harjadi, 1989). Komoditas hortikultura merupakan jaringan hidup yang terus melakukan perubahan fisiologi setelah panen. Oleh karena itu diperlukan teknik penanganan pasca panen yang tepat (Santoso dan Purwoko, 1995). Tujuan penanganan pasca panen pada bunga potong adalah untuk mengusahakan agar kemunduran kualitas bunga potong sekecil mungkin dan kehilangan hasil seminimal mungkin. Apabila dibandingkan dengan produk hortikultura lainnya seperti buah dan sayuran yang hanya memiliki unit morfologi tunggal, bunga terdiri dari unit morfologi yang banyak seperti

sepal, petal, ovary, stamen, stem, dan daun. Setiap bagian ini saling berhubungan dengan yang lainnya dan menjadikan bunga sebagai sistem yang lebih kompleks untuk ditangani (Halevy dan Mayak, 1979).


(32)

Terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi pasca panen bunga potong termasuk sifat bawaan yang melekat pada tanaman tersebut seperti varietas dan tingkat kematangan ketika dipanen. Selain itu, faktor-faktor lingkungan juga berpengaruh seperti keadaan lingkungan sebelum panen (suhu dan cahaya matahari) dan sesudah panen (suhu, air, gas, etilen, stress dan penyerbukan). Keadaan yang didapat dari hasil saat memanen bunga potong (kerusakan mekanik) juga merupakan faktor yang menentukan. Penyerbukan pada beberapa bunga potong akan memicu awal kerontokan dan kemunduran bunga setelah panen (Rimando,2001).

Penanganan pasca panen terhadap bunga lily potong harus dilakukan secara hati-hati karena bunga lily potong sangat mudah rusak. Alur penanganan pasca panen pada bunga potong terdapat pada (Gambar 1). Bunga lily potong dapat bertahan selama 2-3 hari tanpa air pada suhu yang rendah (0-2 ºC). Penyimpanan kering yang terlalu lama akan menyebabkan pencoklatan dan penggulungan pada ujung petal. Anter dapat dibuang dengan hati-hati sebelum terjatuh untuk mencegah penyerbukan dan meminimalkan terjadinya penodaan pada mahkota bunga. Bunga potong lily yang sudah dipanen akan bertahan lebih dari seminggu didalam penyimpanan basah bersuhu rendah yaitu sekitar 0-2 ºC. Pemekaran bunga dapat dipacu dengan suhu tinggi sekitar 10 ºC selama 24 jam sebelum dipindahkan ke suhu yang lebih rendah (Rimando, 2001).

Gambar 1. Alur Penanganan Pasca Panen Bunga Potong (Sumber : Rimando 2001)


(33)

Sortasi/Grading dan Pengikatan

Penyortiran dan grading merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan pada penanganan pasca panen. Penyortiran dilakukan berdasarkan parameter kualitas tertentu seperti panjang tangkai, tingkat kematangan, tingkat kerusakan baik yang disebabkan oleh patogen, serangga maupun kerusakan mekanis, bentuk tangkai yang tidak normal ataupun bagian dari bunga lainnya, warna dan berat. Grading dilakukan berdasarkan parameter kualitas tertentu pula. Panjang tangkai bunga serta ukuran bunga adalah parameter yang umum digunakan untuk membedakan grade dari bunga yang satu dengan bunga lainnya (Rimando, 2001).

Setelah pemanenan, batang bunga disortir menurut jumlah kuntum (matang), panjang tangkai dan ketegaran tangkai, serta ketidaknormalan-ketidaknormalan yang mungkin terdapat pada hasil panen yang berhubungan dengan bunga dan daun. Daun yang berada pada 10 cm batang terbawah kemudian dibuang dan batang lily diikat. Kegiatan pembuangan daun ini dilakukan secara manual atau dengan mesin tertentu. Pembuangan daun membuat penampilan tanaman lily menjadi lebih menarik karena berkurangnya daun akan mengurangi perkembangan bakteri dalam air dan akan meningkatkan kualitas batang bunga. Proses pembuangan daun ini juga bertujuan untuk menghilangkan daun-daun yang kuning atau rusak. Setelah dilakukan pengikatan, batang bagian bawah dipotong untuk menyamakan panjang batang kemudian diletakkan di air. Tahap terakhir adalah pembungkusan yang bertujuan untuk melindungi daun sekaligus kuntum. Kegiatan grading dan pengikatan dapat dilakukan dengan

mesin yang disebut dengan “flower bunching line”. Penggunaan mesin ini dapat

menghemat waktu penanganan pascapanen untuk mencegah kekeringan dan menjaga proses ini selama maksimal satu jam dapat menjaga suhu tanaman agar tidak meningkat. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan pengikatan dan

grading tepat setelah panen maka hal terbaik yang dapat dilakukan adalah meletakkannya di ruang pendingin di dalam air bersih (Zabo Plant Flowerbulbs and Perennials, 2011).


(34)

Penyimpanan

Teknik penyimpanan bunga potong ditentukan oleh jenis bunga. Teknik penyimpanan yang dilakukan antara lain dengan merendam tangkai bunga ke dalam air, memberi perlakuan kimiawi dan dengan cara pendinginan. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama penyimpanan yaitu kondisi pertumbuhan sebelum panen, tahap perkembangan, suhu, kelembaban relatif, cahaya, etilen, perlakuan kimiawi, metode penyimpanan di lemari es secara basah maupun kering, penyimpanan dengan atmosfer terkendali dan disesuaikan serta penyimpanan dengan tekanan rendah (Goszczynska dan Rudnicki, 1988). Penyimpanan dingin dapat bertahan sampai dengan 60 hari. Penyimpanan dingin tersebut dapat diterapkan pada tingkat kemekaran awal maupun akhir, termasuk bunga potong yang bermutu rendah (Sakai dan Kojima,1988). Biasanya perlakuan dingin juga diterapkan bersamaan dengan perlakuan kimiawi. Telah diamati dampak inhibitor sintesis etilen pada bunga dan jambangan dan kualitas bunga mawar yang disimpan secara dingin. Perak tiosulfat dapat memperpanjang umur bunga mawar segar dan mawar yang disimpan dengan pendinginan selama dua atau tiga hari (Mor, Johnson, dan Faragher, 1989).

Lily harus diletakkan di dalam air dan disimpan di ruang pendingin setelah mengalami proses pengikatan. Apabila suhu hangat maka disarankan untuk menggunakan air yang telah didinginkan terlebih dahulu supaya tidak mempercepat kematangan bunga. Perlakuan penyimpanan pada suhu 2-3 oC memiliki batas waktu minimal 4 jam dan maksimal 48 jam. Ketika lily telah menyerap cukup air maka lily dapat disimpan kering dalam ruang pendingin, namun lebih baik bila meneruskan penyimpanan basah dalam air bersih. Suhu optimum ruang penyimpanan lily adalah 2-3 oC dan waktu penyimpanan hendaknya dilakukan sesingkat mungkin (Zabo Plant Flowerbulbs and Perennials, 2011).

Pengemasan

Bunga potong yang akan dipasarkan ke pasar lokal dengan jarak dekat cukup dimasukkan ke dalam ember berisi air, namun untuk pengiriman jarak jauh maka perlu dilakukan pengemasan. Tujuan pengemasan antara lain adalah untuk


(35)

menghindari kerusakan bunga selama dalam perjalanan serta untuk memperpanjang umur bunga. Pengemasan paling sederhana adalah membungkus bunga dengan koran. Bunga potong dibungkus dengan koran dan kedua ujungnya dibiarkan terbuka. Teknik pengemasan yang lebih modern yaitu bunga potong dikemas dalam kotak berombak lalu dibungkus dengan kantong polietilen yang diberi lubang dan dibiarkan kering pada RH 73-80 %. Tingkat RH dan jenis kotak mempengaruhi ketahanan bunga (Ketsa dan Dadaung, 1989).

Lily dikemas ke dalam kotak yang dilubangi untuk mencegah tingginya konsentrasi etilen yang dihasilkan dari bunga yang mekar. Gas etilen menyebabkan percepatan kematangan yang ditunjukkan dengan kualitas tampilan bunga yang buruk, gugurnya kuntum dan menurunkan kualitas. Batang lily harus dipastikan dalam keadaan kering selama pengemasan dalam kotak untuk mencegah panas berlebih dan pengembangan jamur (Zabo Plant Flowerbulbs and Perennials, 2011).

Pengangkutan

Masalah pengangkutan memiliki peranan yang penting karena terkait erat dengan pengemasan dan penyimpanan terutama untuk bunga ekspor. Selain itu pengangkutan juga mempengaruhi kesegaran bunga. Pengangkutan bunga potong bersamaan dengan buah harus dihindari karena etilen pada buah dapat membuat kuncup bunga menjadi layu. Masalah ini dapat diatasi dengan menyemprotkan argilena 2-4 g/L pada kuncup bunga (Schusser, 1989).

Alat angkut yang digunakan haruslah disesuaikan dengan tujuan pasar. Apabila kota tujuan masih satu pulau, maka bunga potong dapat diangkut dengan mobil atau kereta api, namun apabila kota tujuan berbeda pulau maka pengiriman dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang (Sutiyoso,2003).

Penting bagi lily untuk ditransportasikan pada suhu rendah, lebih baik lagi jika ditransportasikan dalam kendaraan berpendingin 2-3oC untuk mencegah perkembangan kuntum bunga dan bahaya etilen. Pendinginan kotak sebelum pengangkutan dapat dilakukan pada transportasi jarak jauh dan memerlukan waktu yang lama (Zabo Plant Flowerbulbs and Perennials, 2011).


(36)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan di kebun budidaya PT. Puri Sekar Asri Desa Cibodas Lembang-Bandung, Jawa Barat. Kegiatan magang dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi kegiatan yang menyangkut seluruh aspek budidaya tanaman lily dan aspek manajerial yang diizinkan dan sesuai dengan sistem yang dilaksanakan oleh perusahaan. Metode pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan yang bersifat umum dan khusus. Kegiatan yang bersifat umum adalah bekerja sebagai karyawan harian selama satu bulan, pendamping kepala bagian selama satu bulan dan pendamping manajer kebun selama dua bulan, sedangkan kegiatan khusus yang dilakukan adalah pengamatan dan pengumpulan data yang dilaksanakan selama kegiatan magang berlangsung. Jurnal kegiatan magang terdapat pada (Lampiran 1).

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada saat magang adalah : 1. Orientasi Lapang

Orientasi lapang merupakan kegiatan pertama yang dilakukan oleh penulis. Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai perusahaan, seperti lokasi, sistem kerja yang ditetapkan dan dijalankan perusahaan serta pengarahan mengenai semua aktivitas yang dijalankan di perusahaan.

2. Bekerja sebagai Karyawan Harian

Kegiatan sebagai karyawan harian adalah melaksanakan budidaya produksi tanaman lily mulai dari persiapan lahan hingga kegiatan panen dan pascapanen.

3. Pendamping Kepala Bagian

Kegiatan sebagai pendamping mandor adalah melakukan pengawasan terhadap karyawan di lapangan selama kegiatan produksi berlangsung.


(37)

Pengawasan dilakukan mulai dari penanaman, perawatan, pemanenan hingga kegiatan pascapanen. Kegiatan pemupukan biasanya dilakukan langsung oleh manajer kebun atau kepala produksi, namun pada akhirnya ditugaskan kepada penulis. Selain itu penulis juga membantu pencatatan jumlah tanam umbi lily, hasil panen dan menulis berita acara pengiriman bunga. Penulis tetap melakukan kegiatan harian sebagai karyawan selama menjadi pendamping kepala bagian subdivisi.

4. Asisten Manajer Kebun

Kegiatan sebagai asisten manajer kebun adalah melakukan diskusi dengan manajer kebun mengenai manajemen produksi serta kendala-kendala yang dihadapi di kebun produksi Cibodas selama menjadi asisten manajer divisi produksi. Penulis ditugaskan untuk membuat perencanaan kegiatan produksi selama dua bulan terakhir pelaksanaan magang. Kegiatan perencanaan yang dibuat penulis meliputi perencanaan waktu pelaksanaan kegiatan pengolahan lahan, jadwal penanaman dan jumlah tanam, jadwal penyiraman, jadwal pemupukan, jadwal penyemprotan serta jumlah dan jadwal panen. Penulis juga belajar melakukan perkiraan/estimasi jumlah panen dengan melihat keadaan langsung tanaman di lapang. Seluruh kegiatan ini dievaluasi dan dilaporkan pada manajer kebun terutama apabila terjadi kesalahan dan kejanggalan dalam pelaksanaan produksi di lapang. Penulis juga membantu manajer kebun melakukan rekapitulasi data jumlah tanam umbi lily di lapang dan jumlah hasil panen lily.

5. Pengamatan

Kegiatan pengamatan khusus yang dilakukan adalah pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif, generatif, umur tanaman maupun vaselife bunga potong lily pada seluruh varietas lily yang ditanam. Pengamatan juga dilakukan terhadap aspek yang berkaitan dengan teknik pemanenan dan penanganan pasca panen lily. Kegiatan ini dilaksanakan dari awal hingga akhir kegiatan magang.


(38)

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan magang terdiri atas dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan praktek langsung di lapang terutama mengenai aspek panen dan penanganan pasca panen lima varietas lily yaitu

Acapulco, Conca D’or, Lake Carey, Rio Negro dan Crystal Blanca. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, wawancara dan diskusi dengan staf maupun pekerja di lokasi magang. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi kondisi umum perusahaan seperti lokasi, luas area dan tata guna lahan, struktur organisasi dan manajemen perusahaan, pengelolaan tenaga kerja serta hasil produksi. Pengamatan dan pengumpulan data primer yang dilakukan berhubungan dengan :

1. Pertumbuhan Vegetatif, Generatif dan Umur Panen

Parameter pengamatan pada pertumbuhan vegetatif tanaman lily meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun, sedangkan parameter pengamatan pada pertumbuhan generatif tanaman lily meliputi jumlah kuntum, panjang kuntum dan diameter kuntum. Pengamatan pertumbuhan tanaman lily dimulai pada 3 MST hingga panen. Umur panen adalah jumlah hari sejak tanam hingga panen.

2. Pemanenan

Karakteristik yang diamati meliputi kriteria panen bunga lily di PT. Puri Sekar Asri (intensitas warna, tinggi tanaman, panjang kuntum dan diameter kuntum), persentase hasil panen terhadap populasi tanam, persentase kesalahan panen dan teknik pemanenan. Pengamatan terhadap persentase kesalahan panen dilakukan dengan mengambil lima tanaman contoh terpanen secara acak sebanyak lima kali dengan jumlah total tanaman contoh sebanyak 25 tanaman tiap varietas. Tanaman yang diambil sebagai tanaman contoh tersebut akan dibandingkan dengan standar panen perusahaan yang telah ditetapkan.

3. Penanganan Pasca Panen

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan penanganan pasca panen meliputi :


(39)

Sortasi dan Grading

Pengamatan yang dilakukan adalah persentase jumlah bunga potong lily yang masuk grade A, B, dan C, kriteria standar syarat mutu bunga potong lily untuk grade A, B, dan C meliputi panjang kuntum, diameter kuntum, intensitas warna, jumlah kuntum masak per ikat dan tinggi tanaman. Pengamatan ini dilakukan terhadap 5 varietas tanaman lily selama satu bulan penuh yaitu dari tanggal 7 Juni 2011 sampai dengan tanggal 6 juli 2011. Pengamatan terhadap persentase kesalahan grading

dilakukan dengan mengambil sepuluh ikat tanaman contoh secara acak untuk tiap varietas dan dibandingkan dengan standar grading perusahaan yang telah ditetapkan.

Pengemasan

Pengamatan dilakukan terhadap teknik pengemasan bunga potong serta alat dan bahan yang digunakan untuk pengemasan

Pengangkutan

Pengamatan yang dilakukan adalah jenis alat transportasi yang digunakan, jarak pengangkutan serta kondisi alat transportasi.

Daya Simpan atau Vaselife

Pengamatan yang dilakukan adalah daya simpan bunga lily potong meliputi warna bunga dan kondisi bunga (jumlah bunga mekar, kuncup, terkulai, layu, patah dan gugur) pada dua lokasi yaitu pada cool storage

dan pada ruang bersuhu kamar.

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dan dikumpulkan selama proses kegiatan magang diolah dan dianalisis secara deskriptif maupun kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan pada data yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan rata-rata, persentase dan uji-t student, sedangkan data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Analisis kuantitatif yang dilakukan untuk menganalisis pertumbuhan tanaman lily pada fase vegetatif dan generatif adalah menggunakan analisis uji t-student dengan minitab 14 taraf nyata 1%. Analisis yang dilakukan bertujuan


(40)

untuk membandingkan pertumbuhan vegetatif dan generatif antara Varietas Crystal Blanca sebagai varietas yang paling banyak ditanam dengan varietas lily lainnya.


(41)

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

PT. Puri Sekar Asri memiliki sebuah kantor pusat dan sebuah kebun produksi yang terletak berjauhan. Kantor pusat PT. Puri Sekar Asri beralamat di Jl. Pangkalanjati, Pondok Labu, Jakarta Selatan, sedangkan kebun produksi bunga potong terletak di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Kebun produksi PT. Puri Sekar Asri berbatasan sebelah Utara dengan Desa Wangunharja, sebelah Selatan dengan Desa Cimenyan, sebelah Timur dengan Desa Suntenjaya dan sebelat Barat dengan Desa langensari. Letak geografis PT. Puri Sekar Asri berada pada titik koordinat 6o48’42” LS-107o37’3” BT. Peta lokasi kegiatan magang terdapat pada (Gambar 2).

Gambar 2. Peta Lokasi Kebun Produksi Cibodas PT. Puri Sekar Asri (Sumber : Google Map)

Keadaan Iklim dan Tanah

Kebun produksi Cibodas terletak pada ketinggian 1 260 m dpl. Jenis tanah yang terdapat di kebun produksi Cibodas adalah jenis tanah Andosol. Curah hujan Desa Cibodas pada tahun 2010 adalah 3 296.8 mm/tahun dengan 150 hari hujan.


(42)

Suhu harian rata-rata Desa Cibodas adalah 15 oC - 24 oC dan kelembaban relatif harian rata-rata 82 %. Data yang terkait dengan curah hujan, suhu, dan kelembaban udara terdapat pada (Lampiran 2) dan (Lampiran 3).

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Kebun produksi Cibodas memiliki luas areal ± 1 ha. Luas areal yang dimanfaatkan untuk budidaya ± 8 500 m2. Sisa areal dimanfaatkan untuk kegiatan operasional perusahaan yang terdiri kantor, gudang, asrama karyawan, cool storage, packing house, lahan terbuka, sumber irigasi dan lain-lain. Lay out tata guna lahan terdapat pada (Lampiran 4).

Kegiatan budidaya serta produksi bunga potong PT. Puri Sekar Asri hanya dilakukan di kebun produksi Cibodas. Kebun produksi Cibodas awalnya merupakan lahan tidur yang akhirnya disewakan pada PT. Puri Sekar Asri pada tahun 1996 hingga sekarang. Bunga potong yang dibudidayakan di Cibodas adalah lily, gerbera, mawar, dan lisianthus serta satu jenis daun potong yaitu ruscus. Seluruh kegiatan budidaya dilakukan di dalam screenhouse kecuali pencampuran pupuk ayam dan pupuk kandang dilakukan di luar screenhouse.

Screenhouse yang digunakan di kebun produksi Cibodas merupakan bangunan semi permanen. Screenhouse berfungsi sebagai pelindung tanaman dari kondisi iklim yang merugikan seperti angin, hujan dan intensitas cahaya matahari yang terlalu tinggi. Screenhouse juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan organisme pengganggu seperti hama dan penyakit.

Screenhouse yang dibangun di kebun produksi Cibodas memiliki tipe

Piggy Back yang disatukan menjadi satu screenhouse besar (multispan). Tipe

screenhouse ini dipilih karena sesuai dengan daerah tropis yang memiliki intensitas dan penerimaan cahaya matahari yang relatif tinggi. Selain itu, tipe

screenhouse ini juga memilki ventilasi yang diperlukan bagi sirkulasi udara agar suhu di dalam screenhouse tetap stabil. Posisi screenhouse yang menghadap utara dan selatan dimaksudkan agar penyinaran pada tanaman terjadi secara merata.

Screenhouse di kebun produksi Cibodas terdiri dari screenhouse lama dan baru. Kerangka screenhouse lama terbuat dari kayu dengan pondasi bawah berupa beton agar lebih kuat, sedangkan kerangka screenhouse baru terbuat dari bambu


(43)

berdiameter 15 cm. Bahan atap screenhouse menggunakan plastik UV dengan ketebalan ± 2 milimikron. Penggunaan plastik UV ini dikarenakan bahan ini dapat menahan sinar matahari 15-20 % sementara sisanya dapat diteruskan ke tanaman. Bahan yang digunakan sebagai dinding screenhouse adalah. Penggunaan kawat nyamuk ini dimaksudkan agar hama dari jenis serangga tidak masuk ke dalam

screenhouse dan merusak tanaman. Lantai screenhouse hanya berupa tanah mengingat screenhouse yang dibangun merupakan screenhouse semi permanen.

Screenhouse lama dibangun atas tiga tingkatan lahan yang terdiri dari sembilan blok. Lahan paling atas terdiri dari blok A, B, dan C. Blok A dikhususkan bagi komoditas lily, blok B komoditas lisianthus dan blok C komoditas mawar. Satu tingkat dibawahnya terdiri dari blok D, E, dan F. Blok D dan F dikhususkan bagi komoditas lily, sedangkan blok E sebagian diperuntukkan bagi komoditas gerbera dan sebagian lagi bagi komoditas lily. Tingkat paling bawah terdiri dari blok G, H, dan I. Blok G, H, dan I dikhususkan bagi komoditas gerbera. Screenhouse lama memiliki luas 8 000 m2. Screenhouse baru berada dibawah satu tingkat dari tingkat ketiga dan berjarak ± 2 m dari screenhouse lama.

Screenhouse baru terdiri dari dua blok yaitu blok J dan K dengan luas bangunan 500 m2. Screenhouse baru ini hanya diperuntukkan bagi komoditas lily saja.

Keadaan Tanaman dan Produksi

PT. Puri Sekar Asri merupakan perusahaan yang berawal dari hobi pemilik perusahaan dalam membudidayakan tanaman anggrek yang kemudian diikuti dengan pembibitan tanaman hias. Seiring dengan peningkatan usaha, PT. Puri Sekar Asri melebarkan sayap dengan menambah jenis usaha yaitu Nursery dan

Trading, Landscape dan Rental Tanaman serta Florist dan Dekorasi. Kebun produksi Cibodas merupakan perluasan usaha dibidang Nursery dan Trading yang merupakan bisnis utama perusahaan saat ini. Usaha Nursery dan Trading

memproduksi bunga potong dengan menanam bibit yang berasal dari daerah setempat maupun impor. Komoditas bunga potong yang diproduksi di kebun produksi Cibodas antara lain lily, mawar, gerbera dan lisianthus. Hampir semua bibit awal bunga potong diimpor dari Belanda, namun dalam perkembangannya komoditas gerbera dapat diperbanyak sendiri melalui anakan.


(44)

Kebun produksi Cibodas saat ini lebih memfokuskan diri pada produksi bunga potong lily. Fokus produksi terhadap bunga potong lily disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama karena harga umbi lily yang cukup mahal dan diimpor langsung dari bulb grower di Belanda serta biaya produksi bunga potong lily yang juga tinggi. Faktor kedua karena budidaya tanaman lily membutuhkan perawatan yang intensif mulai dari nutrisi sampai teknik pengairan yang tepat. Faktor lainnya karena keuntungan yang dihasilkan bunga potong lily lebih tinggi dbandingkan dengan komoditas lain yang ditanam di kebun produksi Cibodas.

Umbi lily yang ditanam berasal dari perusahaan bulb grower bernama jan de wit en zonen bv di Belanda. Umbi lily yang diimpor terdiri dari lima varietas

yaitu Acapulco, Conca D’or, Rio Negro, Lake Carey dan Crystal Blanca.

Penanaman umbi lily dilakukan sebanyak dua kali setiap minggunya. Jumlah umbi yang ditanam fluktuatif antara 800-3 000 umbi tiap tanam tergantung pada kebutuhan dan perkiraan kondisi pasar ketika panen. Jumlah penanaman umbi lily dalam tiga bulan (Februari-Mei 2011) terdapat pada (Tabel 1).

Tabel 1. Data Penanaman Umbi Lily Selama Tiga Bulan (Februari-Mei 2011)

Varietas

Jumlah Tanam (umbi)

Maret April Mei

Acapulco 3595 5950 4130

Conca D'or 2790 3340 2360

Crystal Blanca 7400 8790 2550

Lake Carey 985 1370 985

Rio Negro 2775 2525 980

Total 17545 21975 11005

Umbi lily yang diimpor sudah merupakan umbi siap tanam. Umbi lily dikirim melalui jalur laut dan setelah tiba langsung disimpan di gudang perusahaan yang berada di Jakarta Selatan. Ruang penyimpanan umbi di kebun produksi berupa ruang bersuhu dingin/cool storage bersuhu ±17 oC. Ruang penyimpanan ini berukuran kecilsehingga pengiriman umbi dari gudang ke kebun produksi Cibodas dilakukan secara bertahap yaitu setiap hari Minggu dan Selasa. Selain itu, cool storage juga digunakan untuk penyimpanan sementara bunga yang sudah dipanen.


(45)

PT. Puri Sekar Asri awalnya memasarkan produk kepada individual dan perusahaan seperti hotel, dekorator dan toko bunga di Jakarta dan Bandung, namun beberapa bulan terakhir beberapa perusahaan di luar Jawa Barat telah menunjukkan minat terhadap bunga potong lily dengan meminta pengiriman sampel bunga potong lily ke perusahaan mereka.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT. Puri Sekar Asri telah bergerak dibidang usaha florikultur selama lebih dari 10 tahun. Kebun produksi Cibodas dikelola oleh 1 orang manajer divisi kebun, 3 orang kepala bagian subdivisi, 3 orang tenaga kerja pria dan 5 orang tenaga kerja wanita. Struktur perusahaan PT. Puri Sekar Asri terdapat pada (Lampiran 5).

Perusahaan PT. Puri Sekar Asri dipimpin oleh seorang direktur. Pemimpin perusahaan membawahi tiga bidang yaitu bidang marketing, bidang produksi kebun dan bidang umum. Masing-masing bidang dipimpin oleh seorang manajer divisi yang akan dibantu oleh kepala bagian subdivisi. Direktur perusahaan memilki tugas dan tanggung jawab, wewenang serta tuntutan pekerjaan.

Tugas dan tanggung jawab direktur yang pertama adalah menetapkan secara objektif divisi-divisi yang berada dibawah tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab yang kedua adalah membuat usulan, saran dan kebijakan-kebijakan serta prosedur kerja yang berlaku diperusahaan. Tugas dan tanggung jawab yang ketiga adalah melakukan supervisi, pengarahan, pembinaan kepada divisi-divisi atas pelaksanaan program kerja dan tercapainya sasaran perusahaan. Tugas dan tanggung jawab yang keempat adalah membina dan memelihara hubungan baik dengan instansi pemerintah maupun swasta yang berkaitan dengan kegiatan usaha untuk menjamin kelancaran hubungan kerja yang timbal balik. Tugas dan tanggung jawab yang terakhir adalah melakukan kontrol terhadap penggunaan biaya operasional divisi.

Wewenang direktur perusahaan adalah mengusulkan anggaran tahunan termasuk rencana investasi serta meminta persetujuan pemilik perusahaan terhadap penggunaaan biaya sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan menentukan strategi pemasaran dan produksi. Selain memiliki tugas dan tanggung


(46)

jawab serta wewenang, direktur perusahaan juga dituntut memiliki keahlian dalam berbagai bidang yaitu, interpersonal skill, risk management, feasibility study dan kemampuan analisa.

Direktur PT. Puri Sekar Asri dibantu oleh tiga orang manajer yaitu manajer divisi marketing, manajer divisi produksi dan manajer divisi umum. Manajer divisi marketing memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Tugas dan tanggung jawab manajer divisi marketing yang pertama adalah melaksanakan rencana berbagai aktivitas strategi pemasaran dengan target

segment market. Tugas dan tanggung jawab yang kedua adalah menetapkan target setiap program aktivitas pemasaran serta evaluasi keefektifan strategi yang pernah ditetapkan. Tugas dan tanggung jawab yang ketiga adalah mengevaluasi dan meningkatkan kualitas operasional pemasaran serta memanfaatkan database

konsumen perusahaan. Tugas dan tanggung jawab yang keempat adalah memberikan laporan masukan kepada atasan mengenai situasi dan kondisi pasar secara periodik. Tugas dan tanggung jawab yang kelima adalah melaksanakan program-program operasional pemasaran serta membina kerjasama dengan konsumen untuk mendukung tercapainya target pemasaran dan penjualan. Tugas dan tanggung jawab yang terakhir adalah melakukan kontrol terhadap pemakaian anggaran biaya secara efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan.

Wewenang manajer divisi marketing adalah mengusulkan anggaran tahunan serta meminta persetujuan atasan terhadap penggunaan biaya aktivitas program pemasaran sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Selain itu, manajer divisi marketing juga memiliki wewenang dalam menentukan supplier

yang akan bekerjasama serta menentukan konsep promosi yang akan dilakukan. Manajer divisi marketing juga diberikan wewenang untuk melakukan koordinasi dengan semua bagian yang terkait sera melakukan penilaian dan evaluasi atas kerja bawahan. Selain memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang, manajer divisi marketing juga dituntut memiliki keahlian dalam berbagai bidang yaitu, interpersonal skill, risk management dan market research.

Manajer divisi produksi membawahi tiga kepala bagian subdivisi yaitu kepala bagian subdivisi packing, kepala bagian subdivisi produksi, kepala bagian subdivisi umum/logistik, tiga orang pekerja pria dan lima orang pekerja wanita


(47)

yang membantu terlaksananya kegiatan produksi. Masing-masing kepala bagian subdivisi memegang satu jenis komoditas untuk ditangani. Tugas dan tanggung jawab manajer divisi produksi yang pertama adalah pencapaian target produksi dengan kualitas produk yang layak jual melalui penerapan teknik budidaya yang benar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan serta penerapan perlakuan pascapanen yang baik dan tepat pada setiap jenis tanaman. Tugas dan tanggung jawab yang kedua adalah membina kerjasama dengan supplier untuk mendukung terlaksananya prosedur kerja serta tercapainya target produksi. Tugas dan tanggung jawab yang ketiga adalah membuat usulan kebijakan, saran dan peraturan-peraturan serta prosedur kerja yang berlaku terkait dengan proses produksi. Tugas dan tanggung jawab yang terakhir adalah melakukan kontrol terhadap proses produksi serta penggunaan anggaran biaya secara efektif dan efesien serta dapat dipertanggungjawabkanterhadap hal-hal yang terkait dengan proses produksi.

Wewenang manajer divisi produksi adalah mengusulkan anggaran tahunan serta meminta persetujuan atasan terhadap penggunaan biaya aktifitas program produksi sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Manajer divisi produksi juga memiliki wewenang dalam menentukan supplier yang akan bekerjasama. Manajer divisi produksi juga diberikan wewenang untuk melakukan koordinasi dengan semua bagian yang terkait proses produksi serta melakukan penilaian dan evaluasi atas kerja bawahan. Selain memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang, manajer divisi produksi juga dituntut memiliki keahlian dalam berbagai bidang yaitu, interpersonal skil, risk management, human resource management dan teknik budidaya.

Manajer divisi umum membawahi dua kepala bagian subdivisi yaitu kepala bagian subdivisi human resorce development dan kepala bagian subdivisi

accounting and financial. Tugas dan tanggung jawab manajer divisi umum yang pertama adalah merencanakan, mengorganisir dan mengontrol cashflow

perusahaan serta menerima, memeriksa, memproses dan mengontrol seluruh permintaan barang. Tugas dan tanggung jawab yang kedua adalah melakukan order atas permintaan pembelian dan mengontrol pembayaran kepada supplier


(48)

adalah mengkoordinir laporan yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan seperti laporan bulanan, biaya kendaraan, listrik, telepon dan lainnya. Tugas dan tanggung jawab keempat adalah membuat administrasi, perizinan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan perusahaan. Tugas dan tanggung jawab yang terakhir adalah menjalin silaturrahim dan hubungan baik dengan kantor-kantor dan lingkungan warga yang terkait dengan perusahaan.

Wewenang manajer divisi umum adalah melakukan pemeriksaan dan kontrol terhadap semua transaksi keuangan perusahaan termasuk yang terkait dengan divisi lainnya. Wewenang lainnya adalah mengusulkan anggaran tahunan serta meminta persetujuan atasan terhadap penggunaan biaya aktivitas program sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Selain itu, manajer divisi umum juga memiliki wewenang dalam menentukan supplier yang akan bekerjasama terkait dengan sarana produksi dan sebagainya. Manajer divisi umum juga diberikan wewenang untuk melakukan koordinasi dan penugasan terhadap supir dan penggunaan kendaraan operasional. Selain memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang, manajer divisi umum juga dituntut memiliki keahlian dalam berbagai bidang yaitu, interpersonal skill, akuntansi, human resource development dan administrasi.


(49)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis

Teknik Budidaya

Lily di kebun produksi Cibodas dibudidayakan melalui umbi. Umbi yang ditanam di kebun diimpor langsung dari jan de wit en zonen bv di Belanda. Jan de wit en zonen bv merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perbanyakan umbi lily (Gambar 3). Perusahaan tersebut bekerjasama dan mengumpulkan umbi dari para petani yang memperbanyak umbi atau disebut dengan bulb grower.

Gambar 3. Perusahaan Bulb Grower yang Memasok Umbi Lily di PT. Puri Sekar Asri

Umbi yang diimpor merupakan umbi yang telah siap tanam. Umbi tersebut dimasukkan ke dalam plastik setebal 0.02 mm (HDPE) yang telah dilubangi sebanyak 18 buah berdiameter 1 cm kemudian dicampur dengan media berupa

cocopeat dan dimasukkan ke dalam peti kemas berwarna hitam (Gambar 4). Setiap peti kemas berisi ± 200 buah umbi lily dengan ukuran 16/18 cm. Semakin kecil ukuran umbi yang dipesan maka akan semakin banyak jumlah umbi di dalam peti kemas, begitu pula sebaliknya. Ukuran umbi dan jenis lily juga akan berpengaruh terhadap jumlah kuntum yang dihasilkan. Keterangan mengenai kelompok hibrida lily, ukuran umbi dan jumlah umbi dalam peti kemas terdapat (Lampiran 6). Umbi yang digunakan di Kebun Poduksi Puri Sekar Asri berukuran 16/18 cm. Produksi lily di kebun produksi Cibodas dilakukan pada screenhouse

Perusahaan Pemasok Umbi Lily dari Belanda


(1)

April

Tanggal T.Max (oC) T.Min (oC) Rainfall (mm) Suhu (oC) RH (%)

1 23 17 0 21.1 82

2 22 18 0 20.8 85

3 24 18 0 20.5 85

4 24 17 0 21.1 85

5 26 17 0 20.6 84

6 27 16 0 21.1 85

7 26 17 0 21.5 87

8 26 17 5 21.1 84

9 25 15 6 20.1 83

10 23 18 0 20.4 82

JMH 246 170 11 208.3 842

11 26 18 0 20.6 86

12 23 15 47 20.5 84

13 25 14 0 20 85

14 25 15 0 20 85

15 24 15 13.5 20 84

16 25 15 0 20.2 83

17 26 13 13 20.3 83

18 26 14 0 20 84

19 25 18 8.5 20 83

20 25 15 0 20.8 82

JMH 250 152 82 202.4 839

21 25 16 9 20.5 83

22 25 16 10.5 21.2 83

23 25 16 27 21.1 84

24 24 14 0 21.1 84

25 25 14 14 20.4 83

26 25 15 15.5 20.2 84

27 25 17 14 20.5 85

28 23 14 0 20.6 83

29 24 13 0 20 84

30 25 14 90 20.3 81

31 0 0 0 0 0

JMH 246 149 180 205.9 834

JMH/B 742 471 273 616.6 2515


(2)

Mei

Tanggal T.Max (oC) T.Min (oC) Rainfall (mm) Suhu (oC) RH (%)

1 26 14 0 20.5 90

2 25 14 40 20.2 89

3 26 15 7.5 20.2 88

4 25 15 0 21.2 86

5 27 16 0 20.7 87

6 25 15 0 20 91

7 25 16 0 20.8 90

8 25 14 0 20.7 85

9 24 17 0 21.3 86

10 26 17 0 21.5 88

JMH 254 153 47.5 207.1 880

11 25 15 0 21.2 89

12 25 16 0 21 85

13 25 16 0 21.5 84

14 25 16 0 21.3 91

15 23 16 5 21.5 91

16 25 14 56 21.3 84

17 25 16 0 20.5 88

18 26 14 11 20.5 86

19 23 14 0 19.8 91

20 25 14 0 19.3 91

JMH 247 151 72 207.9 880

21 24 14 0 19.9 86

22 25 15 13 20.9 88

23 25 14 10 20.7 88

24 25 14 0 21 88

25 25 17 0 21.2 89

26 25 17 0 20.7 87

27 25 17 0 20.5 84

28 25 16 0 21 89

29 25 15 0 20.4 88

30 25 14 0 20.5 88

31 25 15 0 20.9 90

JMH 274 168 23 227.7 965

JMH/B 775 472 142.5 642.7 2725


(3)

Juni

Tanggal Rainfall (mm) Suhu (oC) RH (%)

1 15.5 20.5 88

2 0 21 87

3 0 21 89

4 7 21 88

5 0 21 88

6 0 21 85

7 0 20 83

8 0 20 85

9 0 21 85

10 0 21 86

JMH 22.5 207.5 864

11 0 21 84

12 0 21 84

13 0 21 83

14 0 20 87

15 0 20 85

16 0 21 84

17 0 20 86

18 0 19 85

19 0 21 89

20 0 19.6 86

JMH 0 203.6 853

21 0 20 87

22 0 21 87

23 0 20 86

24 0 20.8 87

25 0 22 84

26 0 20.8 89

27 0 21 88

28 0 20.5 85

29 9 20 90

30 16 19.5 91

31 0 0 0

JMH 25 205.6 874

JMH/B 47.5 616.7 2591

RATA2/B 1.5833333 20.556667 86.366667


(4)

Lampiran 4.

Lay Out

Tata Guna Lahan Kebun Produksi Cibodas

a

b

c

d e

f

h i

g

k

j

l

n o p q r s t

m u x

w v

U

o

Keterangan : a. Screenhouse blok A b. Screenhouse blok B

c. Screenhouse blok C d. Screenhouse blok D

e. Screenhouse blok E f. Screenhouse blok F

g. Screenhouse blok G h. Screenhouse blok H i. Screenhouse blok I j. Screenhouse blok J

k. Screenhouse blok K l. Lahan budidaya sayur

m. Mess perusahaan

n. Ruang penyimpanan bunga lily o. Ruang penyimpanan bibit/cool storage p. Kamar mandi

q. Kantor r. Gudang s. Mushola

t. Lokasi istirahat pekerja u. Lokasi pascapanen v. Bak penampungan lily w. Sumur sumber irigasi x. Lokasi pencampuran pupuk


(5)

Lampiran 5. Struktur Organisasi PT. Puri Sekar Asri

DIREKTUR

DIREKTUR

LOGISTIK

HRD

ACCOUNTING

PACKING

PRODUKSI

MANAJER

UMUM

MANAJER

KEBUN

MANAJER

MARKETING


(6)

Lampiran 6. Jenis Umbi, Ukuran Umbi dan Jumlah Umbi dalam Peti

Kemas

Jenis Ukuran Umbi (cm) Jumlah Umbi/ Peti (umbi)

Hibrida Asiatic

10/12 500

12/14 400

14/16 300

16/18 200

18+ 150

Hibrida Oriental

12/14 400

14/16 300

16/18 200

18/20 150

20/22 100-125

22+ 75-100

Hibrida OT, LO dan OA

12/14 400

14/16 300

16/18 200

18/20 150

20/22 100-125

22+ 75-100

Hibrida LA

12/14 400

14/16 300

16/18 200

18+ 150

Hibrida Longiflorum

10/12 500

12/14 400

14/16 300

16/18 200

18+ 150