Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

OLEH :

ENDAH PURNAMASARI 1110051000051

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

Badan Kontak Majelis Taklim merupakan suatu badan atau forum untuk mengkaji permasalahan yang ada dalam majelis taklim, sebagai usaha meningkatkan kualitas majelis taklim. BKMT terus berkembang dan telah memiliki perwakilan di 33 provinsi diseluruh Indonesia. Salah satunya BKMT Kota Tangerang Selatan merupakan pengurus daerah yang telah banyak melakukan kegiatan berdasarkan program kerjanya dalam rangka untuk meningkatkan kualitas majelis taklim maupun kegiatan lainnya untuk syiar Islam. Dalam perkembangan BKMT Kota Tangerang Selatan mempunyai anggota majelis taklim yang jumlahnya semakin bertambah. Adapun yang menjadi anggota BKMT adalah seluruh majelis taklim kaum ibu di wilayah Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini cukup memperhatikan pentingnya strategi dalam menyampaikan dakwah Islam. Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini terkait pada bagaimana perumusan strategi dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan, bagaimana penerapan strategi dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan dan bagaimana penilaian strategi dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan.

Penulis dalam hal ini memakai teori strategi Fred R David, bahwa dalam proses strategi ada beberapa tahapan-tahapan yaitu perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Penerapan strategi berarti mobilitasi karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Penilaian strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategi. Manajer mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena metode kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif dan lebih mendalam, baik berupa kata-kata tertulis yaitu data atau secara lisan untuk memperoleh pemahaman program dan kegiatan di Pengurusan Daerah maupun Pengurusan Cabang BKMT Kota Tangerang Selatan. Melalui pendekatan ini penulis berusaha mengkaji strategi dakwah yang dilakukan pengurus dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan BKMT Kota Tangerang Selatan.

Setelah melakukan penelitian, hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, bahwa strategi dakwah yang dilakukan BKMT Kota Tangerang Selatan yang pertama pada perumusan strategi dakwah ialah sasaran dakwah, pengkajian tujuan, efektifitas dan efesiensi dakwahnya. Pada tahap penerapan strategi dakwah yang dilakukan BKMT Kota Tangerang Selatan bertumpu pada program kegiatan dakwah yang sudah disusun dalam bentuk program-program kegiatan dakwah. Baik itu dalam bentuk kegiatan yang sudah ditetapkan. Penilaian strategi dakwah pengurus BKMT Kota Tangerang Selatan adalah menilai atau mengevaluasi hasil yang telah dicapai, sumber daya manusia, rapat penilaian pelaksanaan kegiatan, dan memperbaiki mekanisme kerja.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan ungkapan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan semesta alam, Yang Maha Pemberi Cahaya, Maha Pemberi Ilmu, dan Maha Pemberi Hidayah. Dengan segala rahmat dan nikmat yang dilimpahkan tanpa pernah putus, akhirnya penulis dapat merampungkan penelitian skripsi ini. Shalawat beriring salam sejahtera semoga selalu tercurah keharibaan baginda Nabi, manusia termulia, insan yang paling utama, pembawa risalah kebenaran hingga akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Demikian pula kepada keluarga, para sahabat dan pengikutnya.

Penyelesaian skripsi ini bukanlah perkara yang mudah dan instan. Begitu banyak halangan melintang yang membuat penyelesaiannya tersendat. Tak ayal begitu banyak hal yang harus penulis korbankan agar skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Namun berkat uluran tangan dan motivasi yang tak henti dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat rampung seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan, MA, Wakil Dekan Bid. Akademik Dr. Suparto, M. Ed, MA, Wakil Dekan Bid. Administrasi Umum Drs. Jumroni, M. Si dan Wakil Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Wahidin Saputra, MA. telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini.


(7)

membantu penulis dalam memberikan informasi.

3. Bapak Drs. S. Hamdani, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, serta memotivasi dengan memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kepada semua Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti perkuliahan.

5. Kepada Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu mencari literatur untuk penyelesain skripsi ini. 6. Kepada Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu mencari literatur untuk penyelesain skripsi ini.

7. Kepada Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan semua persyaratan penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

8. Ketua dan pengurus Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan dan para pimpinan PC. BKMT se-Kota Tangerang Selatan, selaku subyek dalam penelitian saya, yang telah menerima dan membantu dalam mengadakan penelitian ini.


(8)

9. Kelurga Besar Kecamatan Se-Kota Tangerang Selatan: Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pd. Aren, Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara terima kasih atas bantuan data yang diberikan sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.

10.Kepada kedua orang tua tersayang, Bapak Ghozalie Sahlan dan Mamah Hj. Astariati S.Ag yang selalu mencurahkan kasih sayang yang begitu besar dan selalu berusaha memenuhi kebutuhan penulis baik moril maupun materil. Serta yang selalu memanjatkan do’a yang tak henti agar penulis selalu mendapatkan yang terbaik.

11.Kakak-kakak dan adik-adik tersayang Eka Rahayu, S.Sos.I, H. Amsori S.Sos.I, Muchlis Sahlan SH.I, Sri Dewi Komalasari AM.Kep, Fauzan Akbar dan Teguh Maulana Ahsan serta keponakanku tersayang Zahra Khumaira, Carissa Anindya Putri dan Rafardhan Al-Fareza yang selalu membuat penulis bertambah semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Saudara Satrio Adhe Permana Putra, terimakasih atas perhatian, dukungan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 13.Teman seperjungan, Alvionita Jayussarah, Eva Damayanti, Amanda

Rachmawati, Rosma Aliyah, Rika Fitrianti, Noor Aisyah, Sinta Taryas, Ardiyat Ningrum, Naisila Zulmi.


(9)

15.Teman-teman KKN ULTRA 2013 Desa Pasilian – Kronjo Tangerang dan Teman-teman Paduan Suara VOC.

16.Teman-teman seperjuangan KPI B Angakatan 2010, terimakasih teman atas dukungannya dan kenangan yang tak terlupakan dalam menuntut ilmu bersama. Semoga ilmu yang kita miliki selalu bermanfaat dalam segala hal.

Dan untuk semua pihak yang tak cukup untuk penulis sebutkan. Semoga Allah SWT membalas dengan segala bentuk kebaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih membutuhkan penyempurnaan agar menjadi lebih baik lagi. Namun penulis berharap semoga penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar khususnya bagi penulis pribadi dan berbagai pihak, sehingga menjadi tambahan khasanah keilmuan dan refrensi bagi dunia akademik terutama di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Tangerang Selatan, April 2014


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustakan ... 14

F. Kerangka Teori ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Dakwah ... 19

1. Strategi ... 19

2. Dakwah ... 23

3. Strategi Dakwah ... 40

B. Badan Kontak Majelis Taklim ... 42

1. Pengertian Majelis Taklim ... 42

2. Pengertian Badan Kontak Majelis Taklim ... 44

BAB III GAMBARAN UMUM BKMT KOTA TANGERANG SELATAN A. Sejarah Majelis Taklim ... 46


(11)

E. Tujuan BKMT ... 53

F. Kepengurusan dan Struktur Organisasi ... 54

G. Program Kegiatan ... 68

H. Profil BKMT ... 60

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Perumusan Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah ... 64

B. Penerapan Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah ... 71

C. Penilaian Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran - saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama terakhir yang diturukan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, untuk membina umat manusia agar berpegang teguh kepada ajaran-ajaran yang benar dan di Ridhai-Nya serta untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Islam adalah agama terakhir, yang merupakan agama penyempurna dari keberadaan agama-agama sebelumnya. Perkembangan agama Islam yang di sebarkan oleh Nabi Muhammmad SAW di Mekah kemudian di Madinah, dan kemudian berkembang ke seluruh penjuru dunia tidak lain adalah adanya proses dakwah yang di lakukan oleh para tokoh Islam. Perkembangan dakwah Islamiyah inilah yang menyebabkan agama Islam senantiasa berkembang dan disebarluaskan kepada masyarakat.1

“Islam adalah agama yang didalamnya terdapat ajaran untuk melaksanakan dakwah baik secara kelompok maupun perorangan dan aktivitas atau usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata nilai hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT dan Rasulullah saw”.2

Dakwah adalah sebuah aktivitas penyampaian ajaran Islam yang sangat dibutuhkan manusia. Dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan

1

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, t.t.), Cet ke-2, h. 16-17.

2

Alwisral Imam Zaidal, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet ke-2, hal. 1.


(13)

kebijakan kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kemaslahatan dan ke bahagiaan di dunia dan akhirat.3 Dasar dakwah adalah amar makruf dan nahi munkar, sedangkan tujuannya ialah islamisasi dalam kehidupan manusia, pribadi dan masyarakat.4

Pada dasarnya kegiatan dakwah adalah “suatu proses komunikasi antara

seorang da’i dengan mad’unya karena dengan komunikasi seorang dapat

menyampaikan apa yang ada didalam pikirannya dan apa yang di rasakan kepada orang lain”. 5 Dakwah juga merupakan spirit untuk memperjuangkan penanaman nilai kebenaran kedalam jiwa manusia.

Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan muslimah untuk menyiarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Keberadaannya menjadikan Islam tegak dan kokoh dimuka bumi ini. Aktivitas dakwah dalam Islam yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena itu, maka dapat di mengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah di atas pundak setiap pemeluknya.

Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman. Dan dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara, rasa, berfikir dan bertindak.

3

Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya, 2004), Cet. ke-1 hal. 3.

4

Firdaus, Panji-Panji Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya, 1991), Cet. ke-1, hal. 4.

5

Imam Habibi Abdullah, Kelengkapan Dakwah, (Semarang:CV Toha Putra, 1980), hal. 17-18.


(14)

3

Jika proses itu tercapai, maka seorang mubaligh sebagai komunikator harus mampu mengemas materi agar dapat dikomunikasikan secara efektif yang salah satunya dengan menggunakanbahasa yang baik dan benar, mudah di pahami dan diserap oleh mad’u dengan tujuan agar dakwah yang disajikannya tidak kering, gersang, dan hambar yang mudah diabaikan.6

Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 114, bahwasannya bagi mereka yang menyeru padayang makruf dan mencegah pada yang munkar, maka mereka itulah orang-orang yang saleh, Allah SWT, berfirman :

































mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh

kepada yang makruf, dan mencegah yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”

Dengan adanya aktivitas dakwah, para ulama mempunyai peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan seorang da’i atau da’iyah unutk menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian

dan kemampuan untuk meyampaikan pada mad’u dan di terima dengan

baik.Kegagalan pelaksanaan dakwah yang sering terjadi disebabkan ketidak pahaman dan kurang telitinya seorang da’i maupun da’iyah dalam strategi berdakwah.

6

Djamal Abidin Ass, Komunikasi Dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet ke-1, hal. 1.


(15)

Dakwah Islam memerlukan strategi baru yang mampu mengantisipasi perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu dalam rekayasa peradaban islam sekarang ini guna menyongsong kebangkitan ummat di zaman modern diperlukan formasi strategi yang tepat.7

Dari uraian di atas, amat perlulah umat Islam memahami jalan dakwah yang lurus. Jalan itulah yang akan memenangkan agama serta memuliakan kaum muslim. Tidak setiap orang yang bergerak dalam berdakwah dan jihad dapat memahami dan mengenal jalan ini.8

Di sinilah peran sebuah lembaga atau organisasi Islam.Dengan adanya lembaga ini di harapkan mampu memberikan solusi umat terhadap berbagai masalah kehidupan. Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah organisasi, terutama strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada suatu pencapaian tujuan yang yang diinginkan.

Pada hakikatnya strtegi merupakan serangkaian perencanaan atau suatu keputusan manajerial yang strategis untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah, strategi mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan dakwah, bila strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivis dakwah akan tersusun secara sistematis dan teratur.9

7

M.Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. ke-1, h. 33.

8

Abdurrahman Abdul Khaliq, Strategi Dakwah Syar’iyah, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1996), cet. ke-1 h. 113.

9

Fitriani Nurhasanah, “Strategi Dakwah DKM Al-Qolam Depok,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 2-3.


(16)

5

Beragam cara yang di tempuh oleh umat Islam dalam mengembangkan dakwah dan mempertahankan ajaran Islam. Diantaranya adalah pengembangan institusi Pendidikan, Majelis Taklim, Qira’at al-Qur’an dan lain-lainnya.

Oleh karena itu untuk “mempermudah dakwah Islam maka dibentuklah suatu organisasi yang merupakan sebuah kekuatan ummat yang disusun dalam satu kesatuan berupa bentuk persatuan mental dan spiritual serta fisik material dibawah komando pimpinan sehingga dapat melaksanakan tugas lebih mudah, terarah, dan jelas motivasinya serta jelas arah tujuannya sehingga dapat mengetahui tahap-tahap yang harus dilaluinya”.10

Badan Kontak Majelis Taklim merupakan suatu badan atau forum untuk mengkaji permasalahan yang ada dalam majelis taklim, sebagai usaha meningkatkan kualitas majelis taklim.11

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) sebagai induk atau umbrella dari ribuan majelis taklim yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, diakui telah menyumbangkan peran yang amat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa khususnya dalam mengajarkan agama dan penguatan moral bangsa. BKMT terus berkembang dan telah memiliki perwakilan di 33 propinsi diseluruh Indonesia.12

Berdasarkan tujuan organisasi BKMT yaitu meningkatkan peranan dan kualitas majelis taklim itulah, yang membuat BKMT untuk mengembangkan organisasinya keseluruh wilayah Indonesia yang mempunyai susunan organisasi dan kepengurusan terdiri dari Pusat, Wilayah, Daerah dan cabang. Salah satunya adalah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan yang

10

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Kalangan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. ke-1, h. 64.

11

Panitia Mubes IV BKMT, Lima Belas Tahun Kiprah BKMT, (Jakarta: 1996), h. 35.

12

Ilyas Ismail, 70 Tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak Kemajuan dan Peradaban, (Jakarta: UIA Press, 2012), h. 181.


(17)

merupakan pengurusan daerah dari provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan merupaka daerah otonom di Provinsi Banten. Kota yang terbilang masih sangat muda ini merupakan wilayah pemekaran dari kabupaten Tangerang yang berdiri pada 26 November 2008. Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012 berdasarkan hasil verifikasi data ganda oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil adalah 1,226,359 orang terdiri dari laki-laki 636,000 orang dan perempuan 590,359 orang. Semua peduduk tersebut tersebar dibeberapa kecamatan, diantaranya adalah kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan penduduk kota mencapai 8,766 orang/Km2. Kepadatan tertinggi terdapat di kecamatan Ciputat Timur yaitu 11,589 orang/Km2 sedangkan kepadatan terendah di kecamatan Setu yaitu 4,475 orang/Km2.13

Dari ketujuh kecamatan yang ada di Tangerang Selatan tersebar pula Pengurusan Cabang Per/Kecamatan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Setiap pengurusan cabang BKMT tentulah memiliki strategi dalam berdakwah bukan hanya untuk mengajak bergabung dalam organisasi yang tidak hanya berkumpul dan belajar agama, akan tetapi sebagai forum umat Islam, BKMT mempunyai fungsi, peranan dan potensi yang besar dalam menyemarakkan syiar Islam dan meningkatkan kecerdasan umat. Oleh karena itu BKMT bersifat terbuka untuk semua kaum muslimin. Akan tetapi dalam realitanya anggota BKMT kebanyakat kaum muslimat, yaitu kaum ibu.

13


(18)

7

BKMT Kota Tangerang Selatan sebagai pengurus daerah telah banyak melakukan kegiatan berdasarkan program kerjanya dalam rangka untuk meningkatkan kualitas majelis taklim maupun kegiatan lainnya untuk syiar Islam.Dalam perkembangan BKMT Kota Tangerang Selatan mempunyai anggota majelis taklim yang jumlahnya semakin bertambah. Adapun yang menjadi anggota BKMT adalah seluruh majelis taklim kaum ibu di wilayah Kota Tangerang Selatan.

Keberadaan majelis taklim sekarang ini sudah semakin banyak jumlahnya, hal ini dapat dilihat dengan adanya aktivitas dan strategi dakwah yang dilakukan BKMT Kota Tangerang Selatan ini dikarenakan kesadaran masyarakat akan kebutuhan spiritual yang tidak dapat dihilangkan dalam kehidupan sebagai manusia, salah satu pemicu bertambahnya jumlah anggota dan majelis taklim bisa dikatakan suksesnya strategi dakwah yang dilakukan BKMT Kota Tangerang Selatan.

Dalam mengkoordinir majelis-majelis taklim dan anggota jamaah lainnya, tentu organisasi ini harus mengetahui strategi dakwah apa yang tepat digunakan. Terlebih lagi untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu, agar setiap proses dakwahyang mereka lakukan dapat berjalan dengan lancar dan program BKMT Kota Tangerang Selatan dapat terealisasikan dengan baik maka dibutuhkan strategi dakwah yang tepat dan efektif dalam setiap kegiatan dakwah ke seluruh majelis taklim kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Maka sebagai organisasi majelis taklim sudah sewajarnya jika setiap pengurus BKMT Kota Tangerang Selatan sudah mengetahui strategi apa yang


(19)

tepat dengan majelis-majelis taklim dan para jamahnya yang terkait dalam mewujudkan program dakwah mereka.

Berdasarkan alasan sebagaimana yang telah di uraikan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai Strategi Dakwah. Demikian penelitian ini mengangkat judul tentang “Strategi Dakwah

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.Pembatasan Masalah

Penelitian ini lebih terarah dan pembahasannya tidak meluas, maka penulis membatasi penulisan pada Strategi Dakwah Pengurusan Daerah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah. Alasan Penelitian dilakukan kepada Pengurus Daerah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan karena penulis ingin mengetahui lebih dalam Strategi Dakwah pada PD. BKMT Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah, serta dua kepengurusan cabang BKMT yang memiliki jumlah majelis taklim terendah dan jamaah terbanyak dalam menyiasati strategi dakwah.

2. Perumusan masalah


(20)

9

a. Bagaimana Perumusan Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah?

b. Bagaimana Penerapan Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamyiah?

c. Bagaimana Penilaian Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana perumusan strategi dakwah yang digunakan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah .

b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan atau tahapan-tahapan dalam strategi dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah. c. Untuk mengetahui penilaian strategi dakwah Badan Kontak

Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah.

2. Manfaat penelitian


(21)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa / mahasiswi terutama jurusan komunikasi penyiaran Islam agar mengetahui Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah .

b. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis penelitian ini juga dapat di jadikan sebagai bahan masukan dan pedoman kepada majelis taklim, lembaga atau organisasi yang ada, khususnya Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah, mengenai strategi dakwah bagi majelis taklim dalam merencanakan maupun merealisasikan program-programnya, sehingga secara kualitas dan kuantitas BKMT dapat memberikan sumbang saran kepada praktisi di bidang kelembagaan agama khususnya Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang berada di Kota Tangerang Selatan.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena metode kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif dan lebih mendalam, baik berupa kata-kata tertulis yaitu data atau secara lisan (wawancara).14

14


(22)

11

Menurut M. Nazir dalam buku metodologi penelitian menyatakan, bahwa metode penelitian deskriptif merupakan proses pencarian fakta, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.15 Berdasarkan metode penelitian tersebut, penulis mendapatkan data penelitian yang bersifat deskriptif sehingga penulis dapat menganalisis dan menelaah lebih dekat, mendalam, dan menyeluruh untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah.

2. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada periode bulan Febuari-April 2014 di sekertariat PD. Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan yang bertempat di Jalan Ketapang II Pamulang Barat - Tangerang Selatan, maupun penelitian diberbagai kegiatan BKMT Kota Tangerang Selatan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Strategi Dakwah yang dilakukan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah.

15


(23)

4. Teknik dan Alat Pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian ini, penulis mengadakan komunikasi secara langsung dan tidak langsung, dengan menggunakan alat (instrument) pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis dari fenomena yang di teliti.16 Dengan penelitian langsung oleh penulis terhadap kegiatan BKMT Kota Tangerang Selatan untuk mendapatkan data mengenai Strategi Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah, selama kurang lebih tiga bulan dengan observasi langsung ke sekretariat Pengurusan Daerah BKMT Kota Tangerang Selatan dan beberapa kegiatan yang dilaksanakan BKMT. Sehingga penulis dapat mendapatkan jawaban atau bukti atas pelaksanaan untuk mengetahui dan mengamati bagaimana Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah .

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah pengumpulan data dengan cara mengadakan Tanya jawab secara langsung antara pewawancara

16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.117.


(24)

13

(interviewer) dengan terwawancara (interviewee).17 Penulis melakukan wawancara langsung dengan Ketua Umum PD Kota Tangerang Selatan Hj. Tati Astariati untuk mengetahui jawaban langsung tentang strategi dakwah yang BKMT lakukan dalam menjalin ukhwah islamiah. Para pimpinan Pengurusan Cabang yang terdiri dari dua Pimpinan Cabang BKMT yang memiliki jamaah dan majelis taklim terbanyak adalah PC. BKMT Kec. Ciputat Timur Ibu Hj. Atikah dan PC. BKMT Kec. Pamulang Ibu Hj. Sri Noor Lenawati serta dua Pimpinan Cabang BKMT yang memiliki jumlah jamaah dan majelis taklim terrendah yaitu PC. BKMT Kec. Setu Ibu Hj. Eneng Suhartini dan PC. BKMT Kec. Serpong Utara Ibu Yuyun, guna memperoleh atau mendapatkan informasi tentang strategi dakwah BKMT, serta wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab perumusan masalah yang peniliti ajukan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan dan pengambilan data yang di peroleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi.18 Dalam hal ini peneliti melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, dokumen BKMT Kota Tangerang Selatan. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.

17

Ibid., h.145.

18


(25)

5. Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu suatu metode dalam penulisan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.19 Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif terhadap strategi dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah, yaitu suatu analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis dalam bentuk kalimat-kalimat.

6. Teknik Olah Data

Teknik olah data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui wawancara, tinjauan lokasi, serta dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian kemudian peneliti menjabarkan, menerangkan, menginterpretasikan data-data secara apa adanya. Kemudian memberi kesimpulan. Sedangkan teknik dan metode penulisan laporan penelitian ini, penulis mengacu

kepada “Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang ditertibkan oleh CeQDA UIN JakartaTahun 2007.

19


(26)

15

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan berbagai sumber buku yang didapati sebagai literatur penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, antara lain:

1. “Manajemen Strategi Konsep”, Penulis Fred R. David, Jakarta: Salemba Empat, 2012.

2. “Manajemen Dakwah”, Penulis Muhammad Munir S.Ag MA dan Wahyu

Ilahi S.Ag MA, Jakarta: Kencana, 2009.

3. “Ilmu Dakwah”, Penulis Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag., Jakarta: Kencana, 2009.

4. “Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)” Oleh

Pimpinan Pusat Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Jakarta: Agustus 2008.

Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang telah penulis lakukan sampai saat ini tidak menemukan judul yang serupa dengan judul yang penulis ajukan dan perbedaan antara judul penulis dengan judul sebelumnya.

1. “Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA) Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai Keislaman Para Pemuda Di Kampung Areman Cimanggis Depok, ” Oleh Indra Dita Puspito tahun 2011. Skripsi ini mendeskripsikan dan menganalisis tentang strategi dakwah generasi muda


(27)

Masjid Al-Hikmah dalam meningkatkan nilai-nilai keIslaman para pemuda.

2. “Strategi Dakwah Pengurus Masjid Ittihadul Muhajirin Reni Jaya Baru –

Pamulang” Oleh Nur Ardiansyah tahun 2013.

Skripsi ini mendeskripsikan dan menganalisis tentang startegi dakwah pengurus masjid Ittihadul Muhajirin.

3. “Strategi Dakwah DKM Al-Qolam, Depok” Oleh Fitriani Nurhasanah tahun 2012. Skripsi ini mendeskripsikan dan menganalisis tentang strategi dakwah dilingkungan DKM Al-Qolam dalam perencanaan strategis dakwah di sekitar Depok.

Meskipun penulis menggunakan tema yang sama dengan skripsi di atas, namun penelitian yang dilakukan penulis tetaplah beda. Walau memliki kesamaan dari strategi dakwah tetapi dalam objek kajian berbeda. Karena penulis menggunakan kajian strategi dakwah ini di Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhwah Islamiah.

F. Kerangka Teori

Tahap-tahap Manajemen Strategis

(Fred R. David)

Perumusan Strategi

Penerapan Strategi


(28)

17

Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap, pertama perumusan strategi, kedua penerapan strategi, dan ketiga penilaian strategi. Perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran antara kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.20 Penerapan strategi berarti mobilitasi karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Penilaian strategi adalah “tahap terakhir dalam manajemen strategi. Manajer mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik”.21

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang yang dibagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab yang berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori Merupakan Landasan Teoritis Tentang Dakwah yang di dalamnya meliputi pengertian strategi dakwah yang terdiri pengertian strategi, dakwah dan

20

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. ke-12, h. 6.

21


(29)

strategi dakwah. pengertian badan kontak majelis taklim yang meliputi pengertian majelis taklim dan pengertian Badan Kontak Majelis Taklim.

BAB III Gambaran Umum membahasa mengenai profil umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan yaitu tentang sejarah berdirinya BKMT Kota Tangerang Selatan, visi misi dan tujuan BKMT, kepengurusan dan struktur organisasi BKMT Kota Tangerang Selatan, program kegiatan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan serta tentang profil BKMT.

BAB IV Temuan Dan Analisis Data Mengenai Strategi Dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukuhuwah Islamiyah yaitu, perumusan strategi dakwah di Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiah, penerapan strategi dakwah di Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah dan penilaian strategi dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah .


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Dakwah 1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari kata Yunani strategos, yang berarti jendral. Oleh karena itu, kata strategi secara harfiah berarti “seni para jendral”.

Kata ini mengacu pada apa yang merupakan perhatian utama manajemen puncak orgnisasi. Secara khusus, strategi adalah ‘penempaan’ misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.1

Secara istilah, strategi adalah “proses penentuan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan”.2

Penggunaan kata strategi dalam suatu organisasi di artikan sebagai

“kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam

melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi

1

George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1997), h. 18.

2


(31)

organisasi”. Dalam kamus manajemen, strategi adalah rencana yang tepat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling hubungan dalam hal waktu dan ukuran.4

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, strategi merupakan ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu diperang dan damai.5

Untuk mengetahui lebih jelas pengertian strategi, penulis mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain:

1. Pendapat Onong Uchayana Efendi, mengatakan:

“Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (Planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai sebagai peta jalan yang hanya memberika arah saja, melainkan harus mampu menunjukan taktik operasionalnya”.6

2. Pendapat Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip oleh Husein

Umar dalam buku „Strategic Managemen in Action’, strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.7

3

Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2000), Cet ke-1, h. 147.

4

B. N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: CV Muliasari, 2005), Cet ke-2, h. 340.

5

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed,3 – Cet. ke-2, h. 1092.

6

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana 2009), Cet. ke-2, h. 351.

7

Husein Umar, Strategic Management In Action, (Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. Ke-1, h. 31.


(32)

21

3. Henry Mintzberg, berpendapat memiliki lima pengertian strategi: a. Rencana : Suatu petunjuk, suatu tuntunan atau tindakan yang

akan dilakukan, sesuatu yang memberi arah bagi tindakan-tindakan di masa depan.

b. Pola : Perilaku yang konsisten antar waktu.

c. Posisi : Penentuan posisi dalam konteks persaingan.

d. Perspektif : Bagaimana suatu organisasi menjalankan kegiatannya.

e. Permainan : Kumpulan manuver untuk “menjinakkan” pihak lawan atau suatu cara yang dilakukan untuk mengecoh pesaing.

Meskipun demikian, mazhab yang dominan adalah mazhab yang melihat strategi sebagai suatu rencana. Strategi dipandang sebagai suatu yang dibuat untuk mengamankan masa depan. Pertama-tama, strategi

dinilai yang berurusan dengan masa depan. Kata “strategi” berkonotasi antisipasi, prediksi dan hal-hal lain yang penuh dengan ketidakpastian.8

b. Tahap – tahap Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh, perumusan strategi, penerapan strategi dan penilaian strategi.

8

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Manajement: Back to Basic Approach, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 5.


(33)

1). Perumusan Strategi

Perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran antara kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.9

2). Penerapan Strategi

Penerapan strategi sering kali disebut “tahap aksi” dari

manajemen strategis. Menerapkan strategi berarti mobilitasi karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Sering kali dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategi, penerapan atau implementasi strategi membutuhkan disiplin, komitmen, dan pengorbanan personal. Penerapan strategi yang berhasil bergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang merupakan seni dari pada pengetahuan. Strategi tersebut dirumuskan, namun bila tidak diterapkan tidak ada gunanya.10

Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang suportif pada strategi, menciptakan stuktur organisasi yang efektif, pengetahuan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.11

9

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta:Salemba Empat, 2012), Cet. ke-12, h. 6.

10

Ibid. h. 7.

11


(34)

23

3). Penilaian Strategi

Penilaian strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategi. Manajer mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik. Penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperoleh informasi semacam ini. Semua strategi terbuka untuk di modifikasi di masa yang akan datang karena berbagai faktor eksternal dan internal terus menerus berubah.12

2. Dakwah

a. Pengertian Dakwah

Secara etimologi (bahasa) kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u yang artinya mengajak, mengundang, atau memanggil. Kemudian menjadi kata da’watun yang artinya panggilan atau undangan. Istilah lain yang identik dengan kata dakwah adalah tabligh. Kata tabligh adalah berasal dari bahasa arab: ballagha, yuballighu yang artinya menyampaikan. Kata itu kemudian menjadi kata tabligh yang artinya menyampaikan suatu pesan.13

Sedangkan secara terminologis dakwah Islam telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb memberi batasan dengan

“mengajak” atau “menyeru” kepada orang lain masuk ke dalam sabil

Allah Swt. Bukan untuk mengikuti da’i atau sekelompok orang.14

12

Ibid.,h. 7.

13

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. ke-1, h. 5.

14

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. ke-1, h. 14.


(35)

Dakwah adalah sebuah aktivitas penyampaian ajaran Islam yang sangat dibutuhkan manusia. Karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan kebijakan kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa. Untuk kemasalahan dan ke bahagiaan di dunia dan akhirat.15

Untuk mengetahui lebih jelas pengertian dakwah, penulis mengedepankan pengertian dakwah yang dikemukakan oleh beberapa tokoh dengan sudut pandang masing-masing, antara lain:

1). Menurut Ahmad Ghusuli menjelaskan bahwa dakwah merupakan

“pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya

mengikuti Islam”.16

2). Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah “satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain”.17 3). Pendapat M. Natsir, seperti yang dikutip Samsul Munir Amin,

dalam buku „Ilmu Dakwah’ dakwah didefinisikan sebagai:

“Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an -nahyu an munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan berkemasyarakat dan perikehidupan bernegara”.

15

Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya, 2004), Cet. ke-1, h. 3.

16

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet ke-1, h. 14.

17


(36)

25

4). Menurut Dr. M. Quraish Shihab, seperti yang dikutip oleh Samsul Munir Amin dalam buku ‘Ilmu Dakwah’, dakwah didefinisikan sebagai:

“Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyrakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi sekaran ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran-ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek”.18

5). Pendapat Ibnu Taimiyah, seperti yang dikutip oleh Samsul Munir Amin dalam buku ‘Ilmu Dakwah’ dakwah didefinisikan sebagai

“suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan menaati apa yang telah diberitakan oeh rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya”.

Adapun menurut hemat penulis dakwah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat, dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu.

Pemahaman-pemahaman definisi dakwah sebagaimana disebutkan diatas, meskipun terdapat perbedaan-perbedaan kalimat,

18


(37)

namun sebenarnya tidaklah terdapat perbedaan-perbedaan kalimat, namun sebenarnya tidaklah terdapat perbedaan prinsipil. Dari berbagai perumusan definisi di atas, kiranya bisa disimpulkan sebagai berikut. a. Dakwah itu merupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan

dengan sengaja atau sadar.

b. Usaha dakwah tersebut berupa ajakan kepada jalan Allah dengan

al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu al-munkar.

c. Usaha tersebut dimaksudkan untuk mencapai cita-cita dari dakwah itu sendiri yaitu menuju kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat.

Dakwah juga dapat di artikan sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha pengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life,

manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.19

Masih banyak lagi definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli. Namun demikian, dari beberapa definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa dakwah ialah seruan atau suatu usaha mangajak manusia untuk berada di jalan Allah SWT, yaitu dengan menjalankan segala perintah yang telah di tetapkan, serta meninggalkan segala

19


(38)

27

bentuk perbuatan yang dilarangnya. Semuanya itu bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.

b. Unsur – unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah

da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode dakwah), dan

atsar (efek dakwah).

1). Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan,

tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan

mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun

sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah), dan sebagainya. Siapa saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya

menjadi seorang da’i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah

yang nyata dan kokoh.Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syariah, maupun akhlak. Berkaitan dengan hal-hal yang memerlukan ilmu


(39)

dan keterampilan khusus, maka kewajiban berdakwah dibebankan kepada orang –orang tertentu.

Nasarudin Latief mendefinisikan bahwa da’i adalah “muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama”. Ahli dakwah adalah wa’ad,

mubaligh mustama’in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah

tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.20

2). Mad’u (Mitra Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau

manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada

20

Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-2, h. 21-22.


(40)

29

orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan.21

Masyarakat sebagai obyek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur yang penting didalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah lain. Oleh sebab itu, masalah masyarakat ini seharusnyalah dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sebenarnya. Maka dari itu sebagai bekal dakwah bagi

seorang da’i atau muballigh hendaknya memperlengkapi diri dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat ini.

Klasifikasi sasaran dakwah: 1. Tempat tinggal

a. Masyarakat kota b. Masyarakat desa 2. Struktur masyarakat

a. Masyarakat industri b. Masyarakat agraris 3. Pendidikan

a. Berpendidikan b. Tidak berpendidikan

21


(41)

4. Kekuasaan

a. Elite / Pemimpin b. Rakyat

5. Agama a. Islam

b. Bukan Islam 6. Sikap terhadap dakwah

a. Cinta kepada agamanya (Islam)

b. Simpatisan agama lain tapi bukan Islam 7. Umur

a. Anak-anak (6-13 tahun) b. Remaja (14-18 tahun) c. Pemuda (18-35 tahun) d. Orang tua (35-55 tahun) e. Lanjut usia (55 tahun keatas).22

3). Maddah (Materi)Dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang

disampaikan da’i kepada mad’u.Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.23

Materi dakwah, tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak dengan berbagai macam

22

Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet ke-1, h. 58-59.

23

Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-2, h. 24.


(42)

31

cabang ilmu yang di peroleh darinya. Materi yang disampaikan

oleh seorang da’i haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu. Seseorang yang intelektualitasnya rendah harus disampaikan dengan bahasa dan contoh yang di mengerti oleh mereka.24

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat dikladifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

a) Masalah Keimanan (aqidah)

Aqidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad bathiniyah yang

mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib di-imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik (menyekutukan Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.25

b) Masalah KeIslaman (syar’iyah)

Syar’iyah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan

amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.26

24

Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1, h. 59

25

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60-61.

26


(43)

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam.Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah Islam antara lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan nonmuslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.

Di samping mengandung dan mencakup kemaslahatan sosial dan moral, maka materi dakwah dalam bidang syariah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar, pandangan yang jernih, dan kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat setiap persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terperosok kedalam kejelekkan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan.27

c) Masalah Budi Pekerti (akhlakul karimah)

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keIslaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak

27

Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-2, h. 26-27.


(44)

33

kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keIslaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keIslaman. Sebab Rasulullah saw, sendiri pernah bersabda:

“Aku (Muhammad) diutus oleh Allah di dunia ini hanyalah untuk menyempurnakan akhlak” (hadits sahih).28

4). Wasilah (Media Dakwah)

Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk

menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.

Menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan

berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima

macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak, berikut merupakan pengertian dari lima wasilah dakwah, yaitu:

a) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

b) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensil), spanduk, dan sebagainya. c) Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan

sebagainya.

28

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 62-63.


(45)

d) Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi, film slide, internet, dan sebagainya.

e) Akhlak adalah media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat

dan didengarkan oleh mad’u.29

Dengan begitu banyaknya media dakwah yang tersedia,

maka seorang da’i haruslah memilih salah satu atau beberapa

media dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Tujuan dakwah yang hendak dicapai

Media dakwah yang dipakai semestinya haruslah sesuai dengan tujuan yang dicapai sehingga tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan efesien.

b) Materi dakwah

Media yang dipakai semestinya sesuai dengan bahan dakwah yang akan disampaikan.

c) Objek dakwah

Media dakwah yang dipilih haruslah mempermudah objek dakwah memahami materi dakwah, sesuai dengan kondisi daerahnya, sesuai dengan pola berfikir objek dakwah.

d) Kemampuan da’i

Seorang da’i harus mampu menggunakan media tersebut.

29

Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-2, h. 32.


(46)

35

e) Ketersediaan media

Memilih media juga harus memperhatikan kemudahan mendapatkan media tersebut dan biaya untuk menggunakannya. f) Kualitas media

Kualitas media pun harus diperhatikan.30

5). Thariqah (Metode) Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan

secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana

sistem, tata pikir, manusia”. Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”. Berkaitan dengan pengajaran ajaran Islam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima dan dicerna dengan baik.

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Pada suatu penyampaian pesan dakwah, metode sangat sangat penting peranannya, karena suatu pesan walau pun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh

30

Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. ke-1, h. 59-60.


(47)

penerima pesan. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat an-Nahl 125:































                       

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan carayang

baik.Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: Bi Al-Hikmah,

Mau’izatul Hasanah; dan Mujadalah Billati Hiya Ahsan. Secara garis besar ada tiga pokok metode (thariqah) dakwah, yaitu:

a). Bi Al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasakan terpaksa atau keberatan. b). Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasihatan-nasihatan atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

c). Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya


(48)

37

dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.31

6). Atsar (Efek Dakwah)

Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.

Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi

dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah).

Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian

para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah.Padahal atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. Demikian strategi dakwah yang dianggap baik dapat di tinggkatkan.

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara persial atau setengah-setengah. Seluruh komponen sistem (unsur-unsur) dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Para da’i harus memiliki jiwa

31

Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-2, h. 32-34.


(49)

terbuka untuk melakukan pembaruan dan perubahan, disamping bekerja dengan menggunakan ilmu. Jika proses evaluasi ini telah menghasilkan beberapa konklusi dan keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif. Jika proses ini dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah. Dalam bahasa agama, inilah sesungguhnya yang disebut dengan ihktiar insani.32

7).Macam-macam Dakwah

Menurut Samsul Munir Amin, secara umum dakwah Islam itu dapat dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu :

a) Dakwah bi Al-Lisan

Dakwah bi al-lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. Metode ceramah ini tampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majlis taklim, khutbah jumat di masjid-masjid atau ceramah pengajian-pengajian. Dari aspek jumlah barangkali dakwah melalui lisan (ceramah dan yang lainnya) ini sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah masyarakat.

b) Dakwah bi Al-Hal

Dakwah bi al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata

32


(50)

39

yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah.

Dakwah bi al-hal dilakukan oleh Rasullulah, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah membangun masjid Al-Quba mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh Nabi yang dapat dikatakan sebagai dakwah bi al-hal.

c) Dakwah bi Al-Qolam

Dakwah bi al-qolam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al-qolam ini lebih luas dari pada melalui media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi al-qolam ini.

Dakwah bi al-qolam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal menulis, yang kemudian disebarluaskan melalui media cetak (printed publication). Bentuk tulisan dakwah bi al-qolam antara lain bisa berbentuk artikel keIslaman, tanya jawab hukum Islam, rubrik dakwah, rubrik pendidikan agama, kolom keIslaman, cerita religius, cerpen religius, puisi keagamaan, publikasi khutbah, pamphlet keIslaman, buku-buku dan lain-lain.33

33


(51)

3. Strategi Dakwah

Setelah membahas pengertian strategi dan dakwah, maka langkah selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu penggambungan dari strategi dan dakwah.

a). Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.34

Menurut Asmuni Syukir di dalam buku ‘Dasar-Dasar Strategi

Dakwah Islam’, mengartikan strategi dakwah merupakan “sebagai

metode, siasat, taktik atau maniuvers yang dipergunakan dalam

aktivitas (kegiatan) dakwah”.35

Al-Bayanuni mendefisinikan strategi dakwah (manabij al-dakwah) adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.36

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:

(1). Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.

34

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-2, h. 349.

35

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 32.

36


(52)

41

(2). Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.37

b). Asas-Asas Strategi Dakwah

Strategi dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik atau maniuvers yang dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan) dakwah.

Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa azas dakwah antara lain : (1) Asas filosofis: Asas ini terutama membicarakan masalah yang

erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktifitas dakwah.

(2) Asas kemampuan dan keahlian da’i: Asas ini menyangkut

pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i

sebagai subjek dakwah.

(3) Asas sosiologis: asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintahan setempat, mayoritas agama di daerah setempat, mayoritas agama setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosio kultural sasaran dakwah dan sebagainya.

37


(53)

(4) Asas psikologis: asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seseorang da’i adalah manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah idiologi atau kepercayaan tak luput dari masalah-masalah psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya.

(5) Asas efektifitas dan efesiensi: Asas ini maksudnya adalah didalam aktivitas dakwah harus berusaha meseimbangkan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu tapi dapat mencapai hasil yang semaksimal munkin atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.

Melihat asas-asas strategi dakwah atas, seorang da’i perlu sekali memiliki pengetahuan-pengetahuan yang erat hubungannya dengan asas-asas tersebut.38

B. Badan Kontak Majelis Taklim 1. Pengertian Majelis Taklim

Secara etimologis (arti kata), kata „majelis taklim’ berasal dari bahasa Arab, yakni majlis dan taklim. Kata ‘majlis’ berasal dari kata

38

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 32-33.


(54)

43

jalasa, yajlisu, julusan, yang artinya duduk atau rapat. Adapun arti lainnya jika di kaitkan dengan kata yang berbeda seperti majlis wal majlimah berarti tempat duduk, tempat sidang, dewan, atau majlis asykar

yang artinya mahkamah militer.39

Selanjutnya kata „taklim’ sendiri berasal dari kata ‘alima, ya’lamu, ilman, yang artinya mengetahui sesuatu, ilmu, ilmu pengetahuan.Arti taklim adalah hal mengajar, melatih. Berasal dari kata

‘alama,’allaman yang artinya, mengecap, memberi tanda, dan ta’alam

berarti terdidik, belajar. Dengan demikian, arti majelis taklim adalah

tempat mengajar, tempat mendidik, tempat melatih, atau tempat belajar, tempat berlatih dan tempat menuntut ilmu.

Sementara secara terminologis (makna/pengertian), majelis taklim mengandung beberapa pengertian yang berbeda-beda. Effendy Zarkasyi menyatakan, “majelis taklim bagian dari model dakwah dewasa

ini dan sebagai forum belajar untuk mencapai suatu tingkat pengetahuan

agama”. Syamsuddin Abbas juga mengemukakan pendapatnya, dimana ia mengartikannya sebagai “Lembaga pendidikan non-formal Islam yang memiliki kurikulim sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak”.

Sedangkan musyawarah majelis taklim se-DKI pada tanggal 9-10 juli 1980 merumuskan definisi (ta’rif) majlis taklim yaitu lembaga pendidikan Islam non-formal yang memiliki kurikulum tersendiri,

39

Muhsin MK, Manajemen Majelis Taklim: Petunjuk Praktis Pengelolaan Dan Pembentukannya, (Jakarta: Inter Massa, 2009), Cet. ke-1, h. 1.


(55)

diselenggarakan secara berkala dan teratur serta diikuti peserta jamaah yang relative banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dan Allah SWT

(habluminallah) dan antara manusia dan sesama (habluminannaas) dan dengan lingkungan dalam rangka membina pribadi dan masyarakat bertakwa kepada Allah SWT.

Selain itu, sesuai dengan realitas dalam masyarakat, majelis taklim bisa juga diartikan sebagai tempat atau lembaga pendidikan, pelatihan, dan kegiatan belajar-mengajar (khususnya bagi kaum Muslimah) dalam mempelajari, mendalami, dan memahami ilmu pengetahuan tentang agama Islam dan sebagai wadah dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang memberikan kemaslahatan kepada jamaah dan masyarakat sekitarnya.40

2. Pengertian Badan Kontak Majelis Taklim

Badan kontak majelis taklim adalah “sekedar” badan kontak.Ialah badan atau forum untuk berkomunikasi di antara para pengurus dan para guru majelis taklim.41

Badan Kontak Majelis Taklim merupaka suatu badan atau forum untuk mengkaji permasalahan yang ada dalam majelis taklim, sebagai usaha meningkatkan kualitas majelis taklim.42

40

Ibid. h. 2.

41

BKMT 10 Tahun Badan Kontak Majelis Taklim, (Jakarta: Panitia Buku 10 Tahun BKMT, 1990), h. 14.

42


(56)

45

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) sebagai induk atau umbrella

dari ribuan majelis taklim yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, diakui telah menyumbangkan peran yang amat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa khususnya dalam mengajarkan agama dan penguatan moral bangsa. BKMT terus berkembang dan telah memiliki perwakilan di 33 propinsi diseluruh Indonesia.43

Badan kontak tersebut adalah forum atau majlis untuk mengkaji permasalahan Majlis Taklim sebagai usaha untuk meningkatkan mutu majlis taklim masing-masing sebagai sarana pengabdian kepada Allah SWT, dan menuju dalam keridhoan-Nya.

Badan kontak sama sekali tidak berbau organisasi politik dan tidak akan di perpolitikkan dan tidak akan mengurangi otonomi setiap anggotanya, tetapi benar-benar untuk kepentingan peningkatan mutu majlis taklim.44Jadi, forum BKMT menuntut terciptanya suasana kerja sama, saling bersedia memahami, saling bersedia menghormati, saling bersedia memberi dan menerima.45

43

Ilyas Ismail, 70 Tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak Kemajuan dan Peradaban, (Jakarta: UIA Press, 2012), h. 181.

44

BKMT 10 Tahun Badan Kontak Majelis Taklim, (Jakarta: Panitia Buku 10 Tahun BKMT, 1990), h. 8.

45


(57)

A. Sejarah Majelis Taklim

Dilihat dari segi historis Islami, majelis taklim dengan dimensi yang berbeda-beda telah berkembang sejak zaman Rasululah SAW. Pada zaman itu muncul berbagai jenis kelompok pengajian sukarela, tanpa bayaran, biasa disebut

halaqah, yaitu kelompok pengajian di Masjid Nabawi atau Masjid Al-Haram. Ditandai dengan salah satu pilar masjid untuk dapat berkumpulnya peserta kelompok masing-masing dengan seorang sahabat yaitu ulama terpilih.

Dari sejarah kelahirannya, majelis taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah SAW. Sekalipun tidak disebut dengan majelis taklim. Rasulullah SAW menyelengarakan sistem taklim secara priodik di rumah sahabat Arqam di Mekah di mana pesertanya tidak dibatasi oleh usia dan jenis kelamin.

Di kalangan anak-anak pada zaman Nabi juga dikembangkan kelompok pengajian khusus yang disebut al-kuttab, mengajarkan baca al-Quran, yang pada masa selanjutnya menjadi semacam pendidikan formal untuk anak-anak, karena di samping baca al-Quran juga diajarkan ilmu agama seperti fikih, tauhid, dan sebagainya.

Pada priode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat, penyelengaraan pengajian lebih pesat. Rasulullah SAW duduk di Masjid Nabawi memberikan pengajian kepada sahabat dan kaum muslimin ketika


(58)

47

itu. Dengan cara tersebut Nabi SAW telah berhasil menyiarkan Islam, dan sekaligus berhasil membentuk karakter dan ketaatan umat. Nabi SAW juga berhasil membina para pejuang Islam yang tidak saja gagah perkasa di medan perjuangan bersenjata membela dan menegakkan Islam, tetapi juga terampil dalam mengatur pemerintahan dan membina kehidupan masyarakat.

Pengajian yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW, tersebut dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’ al-tabi’in dan sampai sekarang berkembang dengan nama majelis taklim, yaitu pengajian yang diasuh dan dibina oleh tokoh agama / ulama.

Pada masa puncak kejayaan Islam, terutama di saat Bani Abbas berkuasa, majelis taklim di samping dipergunakan sebagai tempat menimba ilmu, juga menjadi tempat para ulama dan pemikir menyebarluaskan hasil penemuan atau ijtihadnya. Barangkali tidak salah bila dikatakan bahwa para ilmuan Islam dalam berbagai disiplin ilmu ketika itu merupakan produk dari majelis taklim.

Sementara di Indonesia, terutama di saat-saat penyiaran Islam oleh para wali dahulu, juga mempergunakan Majelis Taklim untuk menyampaikan dakwah. Dengan demikian, majelis taklim juga merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Barulah kemudian seiring dengan perkembangan ilmu dan pemikiran dalam mengatur pendidikan, di samping majelis taklim yang bersifat non-formal, tumbuh lembaga pendidikan yang formal, seperti pesantren, madrasah, dan sekolah.


(59)

Jadi, menurut pengalaman historis, sistem majelis taklim telah berlangsung sejak awal penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam di Asia, Afrika, dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang.1

B. Perkembangan Majelis Taklim di Indonesia

Lembaga pendidikan non formal yang menyelenggarakan pengajian Islam. Lembaga ini berkembang dalam lingkungan masyarakat muslim di Indonesia baik di Jakarta maupun di daerah-daerah lain. Penamaan majelis taklim lebih banyak ditemukan di Jakarta, khususnya di kalangan masyarakat

Betawi, sementara di daerah lain lebih dikenal dengan “Pengajian Agama Islam”. Meskipun kata Majlis Taklim berasal dari bahasa Arab, namun istilah

itu sendiri tidak digunakan di negara/masyarakat Arab.2

Secara etimologis (arti kata), kata „majelis taklim’ berasal dari bahasa Arab, yakni majlis dan taklim. Kata ‘majlis’ berasal dari kata jalasa, yajlisu, julusan, yang artinya duduk atau rapat. Adapun arti lainnya jika di kaitkan dengan kata yang berbeda seperti majlis wal majlimah berarti tempat duduk, tempat sidang, dewan, atau majlis asykar yang artinya mahkamah militer.3 Majelis taklim dapat diartikan sebagai tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam. Dalam perkembangannya, majelis taklim tidak lagi terbatas sebagai tempat pengajaran saja, tetapi telah menjadi lembaga atau institusi yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama Islam.

1

Artikel diakses pada 8 Mei 2014 dari http://www.referensimakalah.com/2012/06/sejarah-majelis-taklim_7476.html.

2

Ibrahim, “Lembaga Pendidikan Islam Non Formal”, Artikel diakses pada 9 Mei 2014 dari http://www.anekamakalah.com/2012/04/lembaga-pendidikan-islam-non-formal.html.

3

Muhsin MK, Manajemen Majelis Taklim: Petunjuk Praktis Pengelolaan Dan Pembentukannya, (Jakarta: Inter Massa, 2009), Cet. ke-1, h. 1.


(60)

49

Musyawarah majlis taklim se DKI Jakarta pada tahun 1980 telah memberika batasan yang lebih defenitif tentang pengertian majlis taklim, yaitu suatu lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan membangun hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan sesamanya, manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah swt.

Majelis taklim berkembang luas dikalangan masyarakat muslim Indonesia khususnya di daerah Jakarta dan sebagian Jawa Barat, setidaknya ada kurang lebih 700 buah majlis taklim di daerah Jakarta pada pendataan majlis taklim tahun 1980. Pada tanggal 9-10 Juli 1980 Koordinasi Dakwah Islam (kodi) DKI Jakarta menyelenggarakan Musyawarah majlis taklim se DKI Jakarta. Dari musyawarah ini berhasil membentuk wadah koordinasi yang diberi nama Badan kontak majlis taklim (BKMT) DKI Jakarta yang diketuai oleh Dra. H. Tutty Alawiyah.4

Ditinjau dari kelompok sosial dan dasar pengikat jama’ahnya, majelis

taklim dapat dikelompokkan dalam beberapa macam, majelis taklim yang pesertanya terdiri dari jenis tertentu seperti kaum bapak, kaum ibu, remaja dan campuran (tua, muda, pria dan wanita) majelis taklim yang diselenggarakan

4

Ibrahim, “Lembaga Pendidikan Islam Non Formal”, Artikel diakses pada 9 Mei 2014 dari http://www.anekamakalah.com/2012/04/lembaga-pendidikan-islam-non-formal.html.


(1)

Jawab : Pembicara dari orang BKMT dan sekitar Kec. Setu ada ustdz. Umiah, Ustdz Tati Astariati, Ustdz Yoyoh, Ustdz Aliah dsb. Lalu pembicara dari luar Ustd Yam Samsi, Hj. Suryani Kodir dsb.

13.Tanya : Bagaimana pembagian tugas dalam melakukan kegiatan dakwah di BKMT Cabang?

Jawab : Membentuk kepanitiaan dari semua pengurus dan membagi tugas perdivisi.

14.Tanya : Bagaimana penilaian/evaluasi yang dilakukan BKMT dalam kegiatan dakwah? Jawab : Biasanya kami sebelum pembubaran kegiatan kami berkumpul untuk menilai kegiatan yang sudah dilaksanakan.

15.Tanya : Berapakah jumlah jamaah pada kegiatan bulanan di PC. BKMT? 16.Jawab : Kurang Lebih 50 Jamaah.

17.Tanya : Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat kegiatan dakwah BKMT? Jawab : Faktor pendukung dengan adanya tempat dan jamaah yang dapat menghadiri pengajian BKMT Kec. Setu.

Faktor penghambat tidak ada.

KETUA BKMT CABANG KEC. SETU


(2)

Hasil Wawancara

Nama : Ibu Yuyun

Jabatan : Ketua PC. BKMT Kec. Serpong Utara Tanggal : 6 April 2014

Pukul : 14.00 s.d/selesai

1. Tanya : Seperti apa visi, misi dan tujuan strategi dakwah yang dilakukan BKMT Cabang?

Jawab : Visi, misi meningkatkan kualitas keilmuan dan keagamaan disetiap jamaah, tujuan dari strategi dakwah yaitu meningkatkan pengamalan ilmu yang telah didapatkan di majelis taklim.

2. Tanya : Tolong sebutkan program BKMT Cabang?

Jawab : Kalau bulanan, biasanya kami melaksanakan pengajian disetiap hari sabtu ba’da dzuhur yang diawali dengan pembacaan surat yasin lalu dilanjutkan dengan pemberian ceramah.

Kegiatan tahunan yang dilaksanakan yaitu santunan yatim piatu dan duafa saja karna keterbatasan dana maka kami belum bisa melakukan banyak kegiatan.

3. Tanya : Bagaimana cara BKMT menerapan strategi dakwah?

Jawab : Penerapannya ya dengan pengajian bulanan, dan kegiatan yang pernah kita laksanakan.

4. Tanya : Pada setiap hari dan pukul berapakah kegiatan BKMT Cabang ? Jawab : Sabtu awal bulan ba’da dzuhur.

5. Tanya : Sosialisasi apa yang diterapkan BKMT untuk keberhasilan dakwah BKMT sehingga dapat menarik jamaah?


(3)

Jawab : Dengan sms, telpon dan undangan.

6. Tanya : Sarana dan prasarana yang menunjang jalannya kegiatan BKMT Cabang?

Jawab : Saran prasarana, ya Alhamdulillah ada tempat atau aula masjid untuk pelaksanaan kegiatan kami kalo sarana yang kami miliki belum ada tetapi menggunakan alat pribadi saja atau miliki masjid.

7. Tanya : Apa yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan dakwah BKMT ?

Jawab : Kami mengharapkan agar pimpinan majelis taklim bisa dijadikan kader-kader yang memiliki keilmuan, wawasan luas, dan kemampuan dalam memimpin.

8. Tanya : Sebagai ketua BKMT Cabang, apa yang ibu lakukan pertama kali sejak menjabat sebagai ketua BKMT Cabang?

Jawab : Kami melaksanakan pembagian tugas dengan mempertemukan semua pengurus dan membuat rancangan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan kami.

9. Tanya : Bagaimana tingkat keberhasilan yang telah di capai BKMT Cabang dengan program-pogram yang telah dilaksanakan?

Jawab : Karna kegiatan kami belum terlalu banyak maka dalam tingkat keberhasilannya hanya baru dalam pemahaman jamaah yang cukup terhadap materi yang telah disampaikan dan dapat serapkan dalam kegiatan bulanan.

10.Tanya : Bagaimana pengaruh strategi dakwah yang dilakukan BKMT terhadap Jamaah? Jawab : Alhamdulillah walaupun kegiatan dakwah kami belum begitu bannyak akan tetapi jamaah yang cukup menjadi faktor pendukung kegiatan kami.

11.Tanya : Bagaimana strategi dakwah BKMT untuk menarik jamaah/masyarakat untuk bergabung ke wadah BKMT?

Jawab : Tidak terlalu banyak yang kita lakukan, kita biasanya mengajak dengan telpon perorangan, undangan..


(4)

12.Tanya : Materi apa sajakah yang disampaikan dalam kegiatan dakwah? Jawab : Fiqh dan pemberdayaan perempuan

13.Tanya : Siapa saja yang menjadi pembicara dalam kegiatan dakwah? Jawab : Ustadzah yang berada disekitar Kec. Serpong utara

14.Tanya : Bagaimana pembagian tugas dalam melakukan kegiatan dakwah di BKMT Cabang?

Jawab : Kita membentuk kepanitiaan kalau sedang kegiatan, kalau kegiatan bulanan yang biasa dilaksanakan itu dikoordinasi oleh pengurus BKMT Cabang Serpong utara.

15.Tanya : Bagaimana penilaian/evaluasi yang dilakukan BKMT dalam kegiatan dakwah? Jawab : Dalam mengevaluasi biasanya kita lakukan setelah kegiatan yang telah kami laksanakan dengan penilaian kekurangan dan kelebihan kegiatan kami.

16.Tanya : Berapakah jumlah jamaah pada kegiatan bulanan di PC. BKMT? Jawab : 40 Jamaah.

17.Tanya : Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat kegiatan dakwah BKMT? Jawab : Faktor pendukung dengan banyaknya jamaah hadir, kalau penghambat kadang dana menjadi salah satu faktornya tetapi bisa kita minimalisir dengan uang kas kami.

Ketua PC. BKMT Kec. Serpong Utara


(5)

Ikut serta BKMT Kota Tangerang Selatan kegiatan gerak jalan memperingati HUT Kementrian Agama Provinsi Banten di Serang

Kegiatan Bakti Sosial dan kondisi pengajian bulanan PC. BKMT Serpong Pada kegiatan bulanan dakwah keliling BKMT Kota Tangerang Selatan


(6)

Pengurus BKMT Kota Tangerang Selatan dan PC. BKMT Kec. Serpong serta Ustadz pengisi ceramah

Santunan Yatim Piatu, kerja sama antara BKMT dan PT. Kunto Bima Perkhasa, pada peresmian Kantor Panitia Pembangunan Masjid Akbar Kota Tangerang Selatan