Komunikasi Kooperatif TINJAUAN PUSTAKA

5 Dari tiga komponen utama dalam sistem komunikasi kooperatif dapat dikembangkan menjadi berbagai konfigurasi. Konfigurasi sistem komunikasi kooperatif tersebut ada dua yaitu dengan menggunakan tiga user dan empat user. Untuk tiga user, dibagi menjadi dua yaitu kooperatif dengan relay kanal akses jamak dan kooperatif dengan relay kanal tersebar. Sedangkan untuk empat user, dibagi menjadi dua yaitu kooperatif dengan relay kanal paralel dan kooperatif dengan relay kanal interferensi. Berbagai jenis konfigurasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 Laneman, 2002. Dari Gambar 2.2 dapat dijelaskan berbagai jenis konfigurasi sistem komunikasi kooperatif. Gambar 2.2a dikatakan relay kanal akses jamak karena sumber dan relay berkooperatif untuk mengirimkan informasi secara serentak ke tujuan. Ini dilakukan untuk mengatasi pengaruh dari kanal akses jamak. Gambar 2.2b dikatakan relay kanal tersebar karena sumber mengirimkan informasi ke relay dan tujuan secara bersamaan atau dengan kata lain relay dan tujuan berkooperatif dalam menerima informasi dari sumber. Gambar 2.2c menjelaskan relay kanal paralel. Pada relay kanal paralel, sumber mengirimkan informasi kepada dua relay dan dua relay tersebut berkooperatif untuk mengirimkan kembali ke tujuan. Gambar 2.2d menjelaskan relay kanal interferensi. Kasus ini terjadi apabila sumber dekat dengan relay dan relay dekat dengan tujuan saling berkooperatif dalam menerima informasi. Konfigurasi ini dengan tujuan mengatasi interferensi antar cluster. S R T S R T a b 6 S R 1 T R 2 S R 1 T R 2 c d Gambar 2.2. Konfigurasi sistem komunikasi kooperatif : a. Relay kanal akses jamak; b. Relay kanal tersebar c. Relay kanal paralel; d. Relay kanal interferensi Penerapan dari konfigurasi sistem komunikasi kooperatif tersebut telah banyak dilakukan di berbagai bidang penelitian. Salah satunya adalah penerapan dalam pengkodean blok berdasarkan ruang dan waktu STBC. An et al 2007 meneliti tentang pengiriman kode blok Alamouti STBC dengan menerapkan konfigurasi pada Gambar 1. Hasil yang dicapai adalah terjadi penurunan BER yang cukup signifikan apabila dibandingkan kode blok Alamouti tersebut dikirimkan tanpa melalui komunikasi kooperatif. Dalam sistem komunikasi kooperatif ada dua metode relay yang biasa digunakan yaitu : a. Metode amplify and forward AF Pada metode AF, sumber mengirim sinyal informasi ke relay. Sinyal yang diterima oleh relay bercampur dengan noise dikuatkan amplitudonya untuk mengkompensasi akibat adanya fading pada transmisi dan selanjutnya dikirimkan ke tujuan. Pada tujuan diperlukan pengetahuan keadaan kanal untuk mendapatkan kembali sinyal informasi yang dikirimkan. b. Metode decode and forward DF Pada metode DF, sumber mengirimkan informasi ke relay. Sinyal yang 7 diterima oleh relay kemudian didekodekan dan selanjutnya dikirimkan ke tujuan. Dalam mendekodekan kembali sinyal yang diterima kemungkinan terjadi error, untuk mengatasi maka diperlukan metode koreksi kesalahan yaitu forward error correction FEC.

2.2. Jaringan Ad-Hoc Nirkabel

Jaringan ad-hoc nirkabel adalah kumpulan node yang bergerak tanpa memiliki infrastruktur yang membentuk jaringan temporer. Dalam membentuk jaringan tersebut dipergunakan beberapa teknik routing. Secara garis besar terdapat dua teknik routing dalam jaringan ad-hoc yaitu Wu and Harms, 2001 : a. Proactive routing Routing yang memelihara rute untuk semua kemungkinan tujuan tanpa memperhatikan apakah node tersebut diperlukan atau tidak. Artinya protokol routing harus secara periodik mengirim pesan kontrol untuk memelihara informasi rute yang benar. Proactive routing biasa disebut dengan table driven protocol. Tiap-tiap node dalam protokol ini biasanya mempunyai semua atau sebagian informasi topologi. b. Reactive routing Reactive routing biasa disebut dengan istilah on demand protocol. Protokol ini memulai menemukan rute tergantung dari kebutuhan data trafik. Rute- rute tersebut dipergunakan hanya untuk node tujuan yang diharapkan. Pendekatan rute ini secara drastis meneurunkan overload dari setiap rute apabila jaringan tidak berubah. Metode ini setiap node mempunyai sedikit informasi mengenai topologi. Sehingga tanpa pengetahuan yang lengkap dan akurat dari informasi topologi maka akan sulit menemukan node disjoint untuk lintasan jamak. Dalam suatu routing terdapat router yang bertugas untuk membaca alamat tujuan dari suatu paket data yang datang kemudian disesuaikan dengan informasi yang terdapat pada router selanjutnya paket data tersebut dikirim ke node tujuan. Pada skema routing tradisional bahwa semua trafik dikirim melalui lintasan tunggal. Sehingga akan terjadi congestion apabila lintasan tersebut memiliki 8 kapasitas yang lebih kecil dari paket data yang masuk. Untuk hal tersebut maka strategi multipath routing digunakan supaya trafik dari paket data dibagi menjadi beberapa lintasan. Multipath routing tersebut bertujuan mengurangi terjadinya congestion pada lintasan. Teknik multipath routing tersebut dapat dijelaskan pada Gambar 2.3 Medhi and Ramasamy, 2007. Dari Gambar 2.3 tersebut dijelaskan bahwa dari node1 sumber akan mengirimkan paket data ke node 6 tujuan. Pada setiap link berisi trafik. Trafik dari node 1 ke node 6 dapat melewati beberapa lintasan node disjoint diantaranya adalah lintasan node disjoint 1-2-3-6, 1-2-3-5-6, 1-2-4-3-6, 1-2-4-5-6, dan 1-4-5- 6. 1 4 5 6 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 Gambar 2.3. Multipath routing Selain untuk mengurangi congestion pada link, multipath routing bertujuan untuk mengantisipasi apabila lintasan yang satu mengalami kegagalan maka diperlukan lintasan yang lain untuk mengirimkan paket data ke tujuan. Pada lintasan jamak yang menghubungkan node sumber ke node tujuan maka sumber dapat melakukan beberapa tugas yaitu Kesidis, 2007 : 1. Mengirimkan pada satu lintasan. 2. Menyeimbangkan beban secara dinamis dengan memilih satu lintasan untuk tiap paket atau berkelompok untuk mengirimkan paket. 3. Mengirimkan tiap paket kepada lebih dari satu lintasan.