1
Amelia Nur Fauza, 2013 Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sumber daya manusia merupakan sebuah modal dalam pembangunan, karena kualitas dari sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya
saing bangsa. Menurut data yang diambil dari CIA World Factbook 2004 Indonesia menempati urutan keeempat dengan jumlah penduduk terpadat didunia
diperkirakan sekitar 257.516.167 jiwa yang mendiami wilayah Indonesia, banyaknya penduduk di Indonesia tidak menjamin sumber daya mereka dapat
bersaing karena terbukti masih banyaknya pengangguran yang ada di Indonesia. Adapun dari Badan Pusat Statistik BPS menunjukan tingkat pengangguran
terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32 atau 7,61 juta orang, sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian 1,3 juta orang
atau 3,01. Oleh karena itu dalam upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia pengembangan di segala bidang terus ditingkatkan terutama di bidang
pendidikan, dimana pendidikan berperan penting dalam proses perubahan kearah yang lebih baik lagi. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tersebut telah dijelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya persoalan untuk
mengembangkan kualitas sumber daya manusia, tetapi yang jadi permasalahan dalam era globalisasi seperti sekarang ini, sumber daya manusia yang terampil
dan memiliki kinerja tinggi sangat diperlukan, sehingga mampu bersaing dalam tataran internasional. Organisasi pada masa sekarang menyadari bahwa
Amelia Nur Fauza, 2013 Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
produktivitas sumber daya manusia yang berkualitas adalah aset utama untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia harus
dioptimalkan. Perlu disadari bersama bahwa untuk mengembangkan sumber daya manusia setiap organisasi memiliki keterbatasan. Oleh karena itu perlu melibatkan
pihak lain dalam proses pengembangan sumber daya manusia tersebut. Melalui cara inilah pelatihan dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasibuan
2001:70 yaitu dengan pengembangan sumber daya manusia, maka diharapkan produktivitas kerja akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik,
karena technical skill dan managerial skill sumber daya manusia yang semakin baik. Nasution 1982:71 menegaskan pelatihan adalah suatu proses belajar
mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang. Dimana tujuan pelatihan untuk
meningkatkan produktivitas. Dari pendapat para ahli tersebut pelatihan merupakan langkah yang tepat agar
dapat menjalankan tugas serta fungsi dari jabatannya sendiri. Fokus kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan
tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang. Ernesto A. Franco 1991 mengemukakan pelatihan adalah
“suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang karyawan yang melaksanakan pekerjaan
tertentu ”. Dalam PP RI nomor 71 tahun 1991 pasal 1 disebutkan latihan kerja
adalah keseluruhan
kegiatan untuk
memperoleh, meningkatkan
serta mengembangkan produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat
keterampilan tertentu
berdasarkan persyaratan
jabatan tertentu
yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Melalui sentuhan pelatihan individu akan mampu berperan secara aktif didalam proses belajarnya dan mampu memperbaiki kemampuannya dengan
adanya pengarahan yang akan berakibat pada perkembangan, karena pengalaman merupakan guru yang paling berharga yang menunjukan bahwa dari
pengalamanlah kita dapat mengambil banyak pelajaran. Dari situlah kita dapat memanfaatkan pengalaman di dunia nyata untuk mencapai tujuan belajar.
Pemikiran mengenai pendidikan berbasis pengalaman semakin berkembang, John
Amelia Nur Fauza, 2013 Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dewey 1938 mengungkapkan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman sebagai landasan pendidikan.
Metode Experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta
nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu, metode ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan
kegiatan. Dalam hal ini, Experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan
kemampuannya dalam proses pembelajaran. Didalam suatu pelatihan seorang widyaiswara harus lebih kreatif dalam memilih metode yang tepat dalam proses
pembelajarannya agar terciptanya situasi dan kondisi yang efektif didalam suatu pelatihan dengan melibatkan langsung peserta pelatihan dalam proses belajarnya
berdasarkan kebutuhan dari peserta pelatihan dan lebih mudah diterapkan dalam kehidupannya sehari hari.
Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab,
wewenang untuk mendidik, mengajar, danatau melatih PNS pada lembaga Pendidikan dan Pelatihan Diklat pemerintah. Dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan MENPAN Nomor 14
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, serta Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor1 dan 2 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, terlihat jelas bahwa
Widyaiswara adalah jabatan karier yang menuntut kompetensi tinggi di masing- masing jenjangnya.
Pada Experiential learning, langkah menantang bagi widyaiswara adalah memikirkan atau merancang aktifitas pengalaman belajar seperti apa yang harus
terjadi pada diri peserta baik individu maupun kelompok. Aktifitas pembelajaran harus berfokus pada peserta pelatihan student-centered learning. Dengan
demikian, apa yang harus kita lakukan, apa yang harus mereka lakukan, apa yang
Amelia Nur Fauza, 2013 Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
harus kita katakan atau sampaikan harus secara detail kita sampaikan dengan baik. Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang yang dibutuhkan
juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk digunakan. Experiential learning
mendorong peserta dalam aktivitasnya untuk berpikir lebih banyak, mengeksplor, bertanya, membuat keputusan, dan menerapkan apa yang telah
mereka pelajari. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience pengalaman berperan penting dalam proses
pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme Kolb, 1984.
Experiential learning merupakan salah satu metode yang digunakan dalam sebuah pelatihan, sasaran dari metode ini yaitu orang dewasa karena dalam
penerapannya experiential learning berfokus pada pengalaman, hal ini sejalan dengan prinsip orang dewasa bahwasannya orang dewasa belajar dari
pengalamannya. Pendidikan orang dewasa atau yang disebut dengan andragogi merupakan salah satu pendekatan dalam pendidikan luar sekolah karena peserta
didiknya yaitu orang dewasa yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda serta memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Experiential learning
berkaitan dengan pendidikan luar sekolah, karena experiential learning merupakan salah satu metode dari pendidikan orang dewasa.
Dewasa ini, Sektor pertanian memegang peranan strategis karena kontribusinya yang sangat nyata dalam pembangunan ekonomi nasional. Untuk
terus meningkatkan perannya telah ditetapkan visi pertanian 2010-2014 yaitu pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya local untuk
meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani. Untuk memberikan motivasi dan penghargaan kepada penyuluh pertanian agar
mampu meningkatkan kinerjanya, telah diatur penjenjangan karir penyuluh pertanian melalui Peraturan Menteri Negara pendayagunaan aparatur negara
nomor PER02MENPAN22008 tentang jabatan fungsional penyuluh pertanian. Berdasarkan PERMENPAN ini, salah satu jenjang jabatan fungsional penyuluh
pertanian ini disebut penyuluh pertanian ahli yang diselenggarakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
Amelia Nur Fauza, 2013 Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pembangunan infrastruktur di Indonesia perlu ditindak lebih dalam oleh pemerintah setempat khususnya infrastruktur pertanian karena pertanian
memegang peranan penting dalam pertumbuhan pembangunan ekonomi di Indonesia. Menurut data di Badan Pusat Statistik tahun 2013 jumlah tenaga
pertanian di Indonesia sebanyak 39,96 juta orang perlu dilatih agar mampu bersaing di era globalisasi ini. Petani di Indonesia dari tahun ke tahun banyak
mengalami perubahan, populasi petani di Indonesia telah berubah secara positif. Secara makro populasi petani telah menjadi lebih kecil jumlahnya secara persentil
tetapi lebih tinggi kualitasnya, ditandai oleh lebih baiknya tingkat pendidikan mereka, lebih mengenal kemajuan, dan pengetahuan serta ketrampilannya telah
meningkat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penyuluhan pembangunan pertanian, para petani telah memiliki pola komunikasi yang terbuka, lebih mampu
berkomunikasi dengan orang dari luar sistem sosialnya, petani dalam melakukan usaha tani bahkan telah mampu berorientasi pada pasar. Dalam hal ini penyuluh
pertanian dianggap mampu membina petani-petani yang ada di wilayahnya agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pembelajaran yang dilakukan di
Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang menggunakan metode experiential learning,
dimana pembelajaran berpusat di peserta belajar dan berorientasi pada pengalamannya masing-masing sehingga dalam penyampaiannya dianggap lebih
mudah karena peserta pelatihan ikut terlibat dalam proses belajarnya. Penyuluhan pertanian disini ialah proses aktif yang memerlukan interaksi agar terbangun
proses perubahan prilaku individu dari pengetahuan, sikap, dan juga keterampilan yang dimilikinya, sehingga dalam proses penyampaiannya diperlukan komunikasi
dua arah agar pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dengan baik dan benar. Dari hasil identifikasi, metode experiential learning digunakan dalam
pelatihan dasar fungsional penyuluh pertanian ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang yang melibatkan 30 orang peserta pelatihan yang berasal dari
instansi pemerintah ProvinsiKotaKabupaten yang diusulkan oleh pimpinan unit kerja yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme penyuluh pertanian dan
menumbuhkan sikap penyuluh pertanian.
Amelia Nur Fauza, 2013 Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hal tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian lebih mendalam mengenai Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara
Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah