commit to user
39 tadi. Mereka berhasil menggalang sebuah kekuatan untuk tetap bertahan dengan
bisnisnya. Saingan mereka memang satu, yakni para investor bisnis bermodal besar. Sehingga, sekuat apapun mereka berpasar, toh masih harus berpacu dengan
perusahaan-perusahaan batik raksasa yang kini merajai pasar batik Indonesia.
B. Peran Politik Saudagar Laweyan
Pada sebelum kemerdekaan kampung Laweyan memegang peranan yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia,di Laweyan ini pada
tahun 1911 muncul organisasi politik yang bernama Sarekat Dagang Islam SDI yang didirikan oleh KH. Samanhudi.
a. Sejarah berdirinya Sarekat Dagamg Islam SDI
Organisasi Sarekat Dagang Islam SDI pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji
Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim khususnya pedagang batik agar dapat bersaing
dengan pedagang-pedagang besar Timur Asing. Pada saat itu, pedagang-pedagang tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi
dari pada penduduk Indonesia lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial
karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi. SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam
dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan
yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisuryo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi
organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk
SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kemudian memegang keuangan surat kabar SI, Utusan Hindia. Tjokroaminoto kemudian
dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam SI.
commit to user
40 SDI yang berdasarkan koperasi dengan tujuan memajukan perdagangan
pribumi dengan panji-panji Islam yang menaunginya. SDI berbeda dengan organisasi pergerakan pendahulunya yaitu Boedi Oetomo yang merupakan
perkumpulan kaum priyayi. SDI sejak berdirinya diarahkan untuk memajukan Agama Islam dan untuk kepentingan rakyat.
Organisasi ini juga dimaksudkan untuk lebih memperkuat golongan- golongan pedagang Indonesia terhadap pedagang-pedagang China yang saat itu
memegang peranan sebagai leveransian bahan-bahan yang diperuntukan oleh perusahaan yakni kain moni putih, bahan pembuat batik dan alat-alat untuk
memberi warna dalam proses pembuatan. Haji Samanhudi dan kawan-kawan merasa dipermainkan oleh leveransin-leveransin China, sehingga timbul
keinginan untuk memperkuat diri dalam menghadapi leveransin China tersebut dengan mendirikan perkumpulan yang semula bersifat ekonomi dengan nama
Sarekat Dagang Islam Susanto Tirtoprodjo, 1970 : 26. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said
Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam SI. Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam
bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan jiwa dagang.
b. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
c. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat
rakyat. d.
Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam. e.
Hidup menurut perintah agama. SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan
Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.
Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya
Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun
commit to user
41 dalam anggaran dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam
kegiatannya SI menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah
kolonial. Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda.
Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah
memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917.
Perubahan nama menjadi Sarekat Islam, berawal dari saat perkumpulan SDI tersebut menyusun statuennya. Pada saat menyusun statuten tersebut Haji
Samanhudi meminta bentuan seorang terpelajar yang bekerja pada sebuah perusahaan dagang di Surabaya, yakni Oemar Said Tjokroaminoto. Selanjutnya
Tjokroaminoto menyarankan agar perkumpulan tersebut tidak membatasi dirinya hanya untuk golongan pedagang saja, tetapi diperluas jangkauannya maka nama
SDI diganti menjadi SI Susanto Tirtoprodjo, 1970 : 24.
b. Tujuan Organisasi SDI
Dalam akta notaris tertanggal 10 september 1911 yang memuat anggaran dasar SI di tetapkan tujuan organisasi sebagai berikut:
1. Memajukan perdagangan, 2. Memberi pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami
kesusahan, 3. Memajukan kepentingan rohani dan jasmani bagi pribumi4.
Memajukan kehidupan keagamaan islam C. S. T. Kansil yulianto, 1986 : 26.
Melihat tujuan-tujuan tersebut, maka dapat diketahui bahwa SI merupakan organisasi penjelmaan kembali dari SDI, seperti tertulis dalam tujuan
yang pertama.
c. Masuknya Pengaruh Komunisme
SI yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh
H.J.F.M
commit to user
42 Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV Indische Sociaal-Democratische
Vereeniging pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi karena paham yang mereka anut tidak berakar di dalam
masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang berhasil. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang
dikenal sebagai Blok di dalam, mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang
kapitalisme namun dengan cara yang berbeda. Dengan usaha yang baik, mereka berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh
muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi SI Putih yang dipimpin oleh HOS
Tjokroaminoto dan SI Merah yang dipimpin Semaoen. SI merah berlandaskan asas sosialisme-komunisme.
Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
a. Centraal Sarekat Islam CSI sebagai badan koordinasi pusat memiliki kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak sendiri-
sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat untuk menentukan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI Semarang.
b. Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai, mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI merupakan
organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV PKI dan berhasil meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi 20.000
orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua SI Semarang. c. Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek mengakibatkan
membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan dengan
mudahnya rakyat memihak pada ISDV. d. Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik Pintu
Terbuka sistem liberal dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun 1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.
commit to user
43 SI Putih H. Agus Salim,
Abdul Muis, Suryopranoto,
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan
SI Merah Semaoen, Alimin, Darsono berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di antara kedua
kubu tersebut. Jurang antara SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya
pernyataan Komintern Partai Komunis Internasional yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin,
Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan- Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis karena
keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan
mengecam beleid Belanda: kebijaksanaan keuangan Tjokroaminoto. SI
Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh karena itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan SI Putih.
d. Perkembangan Sarekat Islam Pra Kemerdekaan
Berlainan dengan organisasi Boedi Oetomo sebagai pendahulunya, yang dalam perakteknya, medapatkan anggota-anggotanya dari kalangana atas saja
priyayi, SI merupakan organisasi yang menyentuh semua lapisan masyarakat pribumi seperti yang diinginkan sejak lama.Konggres SI yang pertama
diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 26 januari 1913, di pimpin oleh H. O. S. Tjokroaminoto. Dalam konggres itu ia menerangkan bahwa SI bukan partai
politik, dan SI tidak beraksi melawan pemerintahan kolonial Belanda. Walaupun demikian, dengan Agama Islam sebagai landasan persatuan
dan kesatuan penuh untuk mempretinggi derajat pribumi. SI tersebar keseluruh Pulau Jawa dan beberapa tempat berdiri cabang-cabang SI yang jumlah
anggotanya sangat besar, seperti di Jakarta misalnya, jumlah anggotanya kurang lebih 12.000 orang Drs. M. A. Gani,1984: 89.
Pemerintah kolonial Belanda tidak senang melihat perkembangan SI yang begitu pesat. SI dwengan dasar keagamaannya, mempunyai potensi ayng
commit to user
44 luar biasa untuk menghimpun pengikut diantara rakyat. Meskipun tujuannya
mencangkup kegiatan sosial ekonomi, menerbitkan kehidupan keagamaan Islam, mempertinggi taraf kehidupan rakyat pada umumnya, menganjurkan kepatuhan
kepada pemerintah, namun penguasa kolonial menyadari penuh kekuatan massa dari SI. Menghadapi situasi yang demikian dinamik dan mengandung unsur-unsur
revolusioner itu, pemerintah menempuh jalan sangat hati-hati. Fikirim seorang penasehat kepada organisasi SI. Disamping itu Gubenur Jendral Idenburg
meminta nasehat dari penasehat dari para residennya untuk menetapkan kebijaksanaan politiknya terhadap SI Noegroho Notosusanto dan Marwati
Djoened Poesponegoro, 1977 : 188. Hasilnya adalah permohonan pengurus besar SI untuk dapat pengakuan
badan hukum ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Penolakan tersebut dimuat dalam keputusan Gubernur Jendral pada tanggal 30 juni 1913. Keputusan
tersebut menjelaskan bahwa yang ditolak untuk menjadi perkumpulan yang berbadan hukum adalah SI seluruhnya sebagai suatu perkumpulan yang
sentralistik. Cabang-cabang SI sebagai organisasi tingkat lokal dan daerah masing-
masing dapat di beri status badan hukum.Pemerintah kolonial Belanda yang sudah terikat oleh kesanggupan akan memberi dan mengakui badan hukum untuk SI
lokal. Akhirnya pada tahun 1914 harus merealisasikan 56 buah cabang SI lokal sebagai organisasi yang berbadan hukum SusantoTirtoprodjo, 1984 : 28.
Perkembangan selanjutnya Central Sarekat Islam CSI di Surabaya pada 1915, berdasarkan sentral ini dimaksudkan untuk memajukan dan mambantu SI di
dalam menjalankan dan memelihara hubungan serta kerjasama di antara mereka. Permintaan CSI untuk diakui sebagai organisasi berbadan hukum dikabulkan oleh
pemerintah kolonial Belanda dengan surat keputusan tanggal 18 maret 1916. Dalam keputusan itu ditegaskan, bahwa CSI diwajibkan mengawasi
tindakan dari pengurus serta anggota-anggota SI lokal, disusun pula pengurus pertama CSI, H. O. S. Tjokroaminoto sebagai ketua, Abdul Muis sebagai wakil
ketua bersama Haji Gunawan. Untuk menghargai jasa pendiri organisasi SI, maka CSI mengangkat Haji Samanhudi sebagai ketua kehormatan.
commit to user
45 Selanjutnya SI mengadakan konggres di bandung pada tanggal 17-24 juni
1916 yang dipimpin oleh H. O. S. Tjokroaminoto. Pengurus ini dinamakan Konggres Nasional pertama tingkat nasional SI.Pada konggres SI tahun 1917 di
Jakarta muncul aliran revolusioner sosialistis yang diwakili Semaun yang pada waktu itu menjadi ketua SI lokal Semarang. Namun konggres itu memutuskan
bahwa azas perjuangan SI ialah mendapatkan zeif bestuur atau pemerintah sendiri, selain ditetapkan pula azas yang kedua berupa perjuangan melawan penjajah dari
kapitalisme yang jahat, sejak itupula Tjokroaminoto dan Abdul Muis mewakili SI dalam Dewan Rakyat.Sudah disebutkan diatas bahwa keanggotaana SI terus
meningkat dan ini terbukti dalam konggres tahun 1918 ketiga di Surabaya. Anggotanya mencapai 450.000 yang berasal dari 87 SI lokal. Sementara
itu pengaruh Semaun semakin menjalar ketubuh SI. Tahun 1919 untuk SI, adalah suatu tahun penghebatan propaganda kapital asing yang terutama dihantam.
Jumlah anggota meningkat mencapai 2.000.000 orang. Meski SI tidak revolusioner, pimpinan memandang perlu memikirkan
dan mencari arah aksi baru. Konggres SI yang ke empat 26 Oktober-2 November 1919 di Surabaya terutama membicarakan soal sekitar kerja dan diputuskan juga
akan mengadakan beberapa komite penyidik, untuk mempelajari soal-soal yang penting bagi pergerakan rakyat, sebuah penyidikan akan digunakan memperbaiki
aksinya. Tetapi dengan ini semuanya SI hendaknya mencapai barang yang diatas kekuatannya. SI sudah melalui puncak kebesarannya, kekuasaannyapun telah
turun pula karena terbawa oleh kabar-kabar tentang banyak uang iuran yang kalut dan lagi karena dilakukan oleh anggota ISDV sesudah revolusi di Rusia. Maka
mereka ini menyatakan dirinya komunis. Sehingga jumlah anggota SI turun dengan cepat A. K. Pringgodigdo, 1980 : 9-10.
Tahun 1920 dari beberapa kekuatan ingin membelokan SI dari relnya semula, yakni dari ajaran Islam. Misalnya Darsono, yang hendak mengubah Si
menjadi Sarekat Internasional dan ada pula yang ingin mengubahnya dengan nama Sarekat Hindia. Penyelewengan ini tidak sampai terjadi, kerena kesejukan
pemimpin-pemimpinnya, yang duduk dalam puncak pimpinan, nahwa azas Islam dipegang teguh untuk seterusnya. Pada tahun 1920 ini, diadakan kembali
commit to user
46 konggres nasional ke tujuh di Madiun dan SI resmi berubah menjadi partai politik
dengan sekaligus merubah nama menjadi Partai Sarekat Islam PSI. Pecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari
organisasi. Hal ini ada kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai
yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih antara SI atau organisasi lain, dengan tujuan agar SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini
dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka meminta pengecualian bagi PKI. Namun usaha ini tidak berhasil karena disiplin partai diterima dengan mayoritas
suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun turut pula dikeluarkan, karena disiplin partai tidak memperbolehkannya.
Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan
tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam PSI. Pada kongres PKI
bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi Sarekat
Rakyat. Kemudian pada tahun 1929 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia PSII dan pada tanggal 5 januari 1973 berubah kembali menjadi
Sarekat Islam.
C. Peran Dan Eksistensi Saudagar Laweyan Dalam Membangun Perekonomian Muslim.