- Pangkal Ke Lengan PPT, cara pengukuran yaitu mengukur pangkal
pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak tangan subjek lurus.
- Lebar Jari 2,3,4,5 LJ-2,3,4,5, cara pengukuran yaitu mengukur dari sisi
luar jari telunjuk sampai sisi luar jari kelingking dan jari-jari subjek lurus merapat satu sama lain.
- Lebar Tangan LT, cara pengukuran yaitu mengukur sisi luar ibu jari
sampai sisi luar jari kelingking.
3.5. Nordic Body Map
Nordic Body Map merupakan alat yang dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit TS,
Agak Sakit AS, Sakit S dan Sangat Sakit SS. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.2 maka dapat diestimasi jenis dan
tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
Gambar 3.2. Nordic Body Map
Universitas Sumatera Utara
Keterangan gambar:
1 = Sakit kaku dibagian leher bagian bawah 2 = Sakit di bahu kiri
3 = Sakit di bahu kanan 4 = Sakit lengan atas kiri
5 = Sakit di punggung 6 = Sakit lengan atas kanan
7 = Sakit pada pinggang 8 = Sakit pada bokong
9 = Sakit pada pantat 10 = Sakit pada siku kiri
11 = Sakit pada siku kanan 12 = Sakit pada lengan bawah kiri
13 = Sakit pada lengan bawah kanan 14 = Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 = Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 = Sakit pada tangan kiri
17 = Sakit pada tangan kanan 18 = Sakit pada paha kiri
19 = Sakit pada paha kanan 20 = Sakit pada lutut kiri
21 = Sakit pada lutut kanan
Universitas Sumatera Utara
22 = Sakit pada betis kiri 23 = Sakit pada betis kanan
24 = Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 = Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 = Sakit pada kaki kiri 27 = Sakit pada kaki kanan
3.6. Kaitan Ergonomi dengan Postur Kerja
Ilmu yang mempelajari interaksi antara lingkungan kerja dan manusia atau sebaliknya disebut dengan ergonomi. Dengan menerapkan ergonomi yang baik,
diharapkan seorang pekerja dapat bekerja secara efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien, sehingga produktivitas kerjanya dapat meningkat. Dari pengertian
ergonomi tersebut dapat dilihat bahwa ergonomi mempelajari manusia dan apabila ada kesalahan tentang gerakan ataupun fasilitas yang digunakan manusia maka
akan dapat diperbaiki dengan menggunakan ilmu ergonomi, misalnya : apabila postur kerja seorang pekerja salah atau tidak benar maka dapat dievaluasi dan
diperbaiki dengan menggunakan metode OWAS, REBA, RULA maupun QEC yang dipelajari dalam ilmu ergonomi. Pertimbangan ergonomi yang berkaitan
dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja baik itu postur kerja yang berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya
sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan menjamin kesehatan fisik pekerja.
Universitas Sumatera Utara
3.6.1. Postur Kerja
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisis keefektifan dari suatu pekerjaan yang dilakukan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh pekerja
sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang akan diperoleh oleh pekerja tersebut adalah hasil yang baik. Akan tetapi sebaliknya bila postur kerja
pekerja salah atau tidak ergonomis maka pekerja tersebut akan mudah mengalami kelelahan dan dalam jangka panjang akan menimbulkan keluhan–keluhan pada
bagian tubuh tertentu. Apabila pekerja mengalami kelelahan jelaslah hasil yang dilakukan pekerja tersebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Performance kerja merupakan fungsi dari postur kerja dan produktifitas
kerja. Dengan postur kerja yang ergonomis, maka seorang pekerja akan dapat bekerja dengan EASNE Efektif, Aman, Sehat, Nyaman dan Efisien, sebaliknya
apabila postur kerjanya tidak benar, maka kinerja orang tersebut akan menurun sehingga tidak dapat bekerja dengan efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena
postur kerja dapat menimbulkan rasa sakit dan cepat lelah yang lebih cepat dibandingkan dengan postur kerja yang ergonomis. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja dan performance kerja adalah posisi dari postur kerja seseorang, oleh karena itu diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang
gerakan, kerja seseorang yang berinteraksi terhadap lingkungan kerjanya atau sebaliknya.
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja
sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi
Universitas Sumatera Utara
timbulnya cidera dalam bekerja. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat
ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Untuk itu, perlu adanya suatu penilaian terhadap suatu postur kerja pekerja
untuk mengetahui sejauh mana postur ataupun sikap kerja pekerja mampu mempengaruhi produktivitas dan kesehatan fisik pekerja. Penilaian terhadap
keefektifan postur kerja pekerja ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu :
1. Ovako Working Postures Analysis System OWAS 2. Rapid Upper Limb Assesment RULA
3. Rapid Entire Body Assesment REBA 4. The Quick Exposure Check QEC
3.6.2. Rapid Upper Limb Assesment RULA
Rapid Upper Limb Assesment adalah suatu metode penelitian yang dipakai untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas. Pada umumnya
metode ini diaplikasikan sebagai tindak lanjut dari metode yang telah dipakai untuk identifikasi awal. Adapun anggota-anggota badan yang dinilai dengan
metode ini adalah: 1. Leher
2. Punggung 3. Lengan atas
Sementara resiko yang telah diinvestigasi yang disebut sebagai faktor beban eksternal, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Jumlah pergerakan 2. Kerja otot statik
3. Tenagakekuatan 4. Penentuan postur kerja oleh peralatan
5. Waktu kerja tanpa istirahat
3.6.3. Keluhan Musculoskeletal
Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah
keluhan pada bagian–bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban
statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan
inilah yang biasanya diistilakan dengan keluhan Musculoskeletal Disorsders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Apabila pekerjaan berulang tersebut
dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan semua
pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien. Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu: 1. Keluhan sementara reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Keluhan menetap persistent, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut. Studi tentang Musculoskeletal Disorsders pada berbagai jenis industri
telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka skeletal yang meliputi leher, bahu, lengan,
tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian
pinggang low back pain. terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadi keluhan
musculoskeletal sebagai berikut. 1. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar
seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan otot yang
diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan
dapat menyebabkan terjadinya otot skeletal. 2. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut dan sebagainya.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tenpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.
Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
4. Faktor penyebab sekunder Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan
otot yang lunak atau getaran dengan frekuensi tinggi yang menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan
otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi
kelelahan. Alat ukur yang digunakan dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai metode yang sederhana sampai menggunakan sistem komputer. Salah satu dari
metode tersebut adalah melalui Standard Nordic Body Map Questionnaire.
3.7. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi
data yang berguna. Dengan melihat kembali data hasil pengukuran, dapat dihitung Nilai Rata-
Rata, Standard Deviasi, Nilai Maksimum dan Minimum dari data tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Standard Deviasi dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
3.7.1. Perhitungan Rata-Rata
Rata-rata, atau lengkapnya rata-rata hitung, untuk data yang terdapat dalam sebuah sample dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh
banyaknya data.
n x
x
i
∑
=
_
Dimana :
−
x
= Harga rata-rata xi = Harga dari sub ke grup ke-1
n = Harga banyaknya sub grup keseluruhan.
3.7.2. Perhitungan Standar Deviasi
1
1 2
_ 1
− −
= =
∑
=
n x
x S
n I
x
σ
Dimana :
_
x = Nilai Rata-Rata S
x
= σ
= Standard Deviasi Untuk menghitung standart deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup
dengan: σ =
_
x n
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
_
x = Nilai Rata-rata n = Besarnya sub grup
3.8. Nilai Maksimum Dan Minimum
Bila terdapat sebuah kumpulan data yang terdiri dari x
1
, x
2
, …, x
n,
maka besarnya nilai maksimum dapat diperoleh dari data tersebut adalah nilai yang
menunjukkan nilai terbesar. Sebaliknya nilai terkecil ditunjukkan oleh nilai yang paling kecil. Misalnya diketahui data dengan nilai – nilai 4, 2, 7, 1 dan 9. Maka
dari data tersebut nilai maksimumnya adalah 9, sedangkan nilai minimumnya adalah 1.
3.9. Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi. Apabila
dalam satu pengukuran terdapat satu jenis atau lebih data tidak seragam maka data tersebut akan langsung ditolak dan dilakukan revisi data tidak seragam dengan
cara membuang data yang out of control tersebut dan melakukan perhitungan kembali.
Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan persamaan berikut :
BKA =
x
x
σ
2
_
+
BKB =
x
x
σ
2
_
−
Jika :
Universitas Sumatera Utara
Seragam Data
maka BKA
X dan
BKB X
max min
Seragam Tidak
Data maka
BKA X
dan BKB
X
max min
Harga indeks untuk beberapa tingkat kepercayaan yang umumnya digunakan adalah:
Untuk tingkat kepercayaan 68 nilai k=1 Untuk tingkat kepercayaan 95 nilai k=2
Untuk tingkat kepercayaan 99 nilai k=3
3.10. Uji Kecukupan Data