Konsep Remaja Latar Belakang

2.1.3 Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal 2.1.4 Menurut UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak sudah dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak lakki-laki. 2.1.5 Menurut DikNas anak dianggap remaja bila anak berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah. 2.1.6 Menurut WHO, remaja bila anak mencpai umur 10-18 tahun Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati masa berikut: 1. Masa remaja awaldini Early adolescence: umur 11-13 tahun 2. Masa remaja pertengahan Midle adolescence: u,ur 14-16 tahun 3. Masa remaja lanjut Late adolescence: umur 17-20 tahun Tahapan ini mengikuti pola yang onsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan. 2.2. Tugas dan perkembangan remaja 2.2.1 Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa denan teman sebaya dari dua jenis kelamin 2.2.2 Memperoleh peranan sosial 2.2.3 Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif 2.2.4 Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua 2.2.5 Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri 2.2.6 Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan 2.2.7 Mempersiapkan diri untuk perkawinan 2.2.8 Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral. Sahtrock, 2003 2.3. Gangguan Perilaku pada remaja disebabkan antara lain : 2.3.1. Penggunaan narkoba Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah. Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya. Zat kokain dan methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin, benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang dan rileks dalam otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi asupan zat-zat tersebut, maka akan timbul rasa sakit dan itulah yang membuat seseorang kecanduan. 2.3.2. Mengonsumsi alkohol Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan pen yebab utama kematian remaja. Menurut Clinical andExperimental Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen. Substance Abuse and Mental Health Services Administration juga mengatakan bahwa 31 persen remaja yang minum alkohol mengaku stres dan memiliki Attention-Deficit Disorder ADD karena jarang diperhatikan oleh orang tua. 2.3.3 Hubungan Seksual Pra Nikah Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengarah teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seks di usia dini cenderung menjadi pribadi yang meresahkan masyarakat, yaitu menjadi seorang pemalak. 2.3.4. Aborsi Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30 di antaranya dilakukan oleh remaja. Menurut National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi. Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya. 2.4.5. Kecanduan Game Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti dikutip dari PsychiatricTime, alasan anak-anak bermain game adalah ingin mencoba sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau karena suatu masalah. Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya dibatasi dan hal yang terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk anak-anak. 2.5.6. Perubahan ideologi Masa remaja sering dikaitkan dengan masa mencari jati diri. Akibatnya mereka mudah dimasuki ideologi-ideologi dari luar dan jika ideologi itu terus dipupuk akan menyebabkan sifat idealis di kemudian hari. Sifat idealis yang terus berkembang bisa menyebabkan perbedaan pandangan dengan keluarga, dan akhirnya remaja memilih melepas keluarga dan melanjutkan ideologinya.Remaja gampang disusupi hal-hal negatif di atas karena jiwanya masih labil. Orangtua harus tanggap terhadap perilaku anak yang berubah agar jika sudah ada gejala-gejala yang aneh bisa segera diselamatkan sejak awal. Komunikasi yang bagus menjadi kunci anak mau berterus terang kepada orangtuanya serta pengajaran akhlak. BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Dari hasil tinjauan pustaka yang telah diuraikan serta masalah penelitian, dan yang telah dirumuskan perlu dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Kerangka Konsep Penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti. Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan mengenai pengaruh kondisi dinamika keluarga terhadap gangguan perilaku anak remaja KONDISI DINAMIKA KELUARGA :  Penganiayaan pada anak  Disfungsi system keluarga keterampilan koping yang tidak adekuat  Model peran yang buruk. 15 GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK REMAJA :  Penggunaan narkoba Mengonsumsi  alkohol  Hubungan sexual pra  Nikah  Aborsi  Kecanduan Game  Perubahan ideologi 16 2. Defmisi Operasional variabel Defenisi Operasional Alatt Ukur Hasil Skala Independen: Penganiayaan anak, Disfungsi system keluarga keterampilan koping yang tidak adekuat model peran yang buruk.  Anak yang terus dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perekembangan otaknya terganggu.  kurangnya sifat pengasuhan komonikasi yang buruk antar keluarga  Kurang adekuatnya model peran orang tua dapat mempengaruhi anak-anak dalam menjalankan perilaku yang disfungsional Kuesi oner Ada Ordinal