Karakteristik Responden Dinamika Keluarga

orang memiliki kondisi dinamika keluarga yang buruk dan 3,1 2 orang memiliki kondisi dinamika keluarga yang baik. Pada kasus penganiayaan anak tidak banyak terjadi, hal ini sejalan dengan laporan Medicastro 2011 Sekitar 25 kasus penganiayaan dan penalantaran anak berada pada usia 2 tahun, penelantaran anak 10-15 kali lebih sering ditemukan dan 12 kali lebih sering ditemukan dikeluarga miskin. Pada kasus disfungsi sistem keluarga sangat berpengaruh dengan gangguan perilaku anak sesuai dengan penelitian oleh Janti Sumeditentang pengaruh pola asuh keluarga terhadap prestasi anak, Ketika anak mempunyai masalah dengan sekolah, hubungan dengan seseorang dan lingkungannya, responden menyatakan 40 mereka lebih suka dan nyaman membicarakannya dengan orang tua karena orang tua lebih bisa menyimpan rahasia pribadi dan memberikan solusi, nasehat untuk membantu menyelesaikan masalah. Sedangkan 60 mereka lebih suka curhat dengan temannya dengan alasan karena teman atau sahabat mereka menjadi tempat berbagi cerita dan menjadi kepercayaan mereka. Orang tua dengan pola asuh otoritatif bersikap responsif terhadap kebutuhan anak dan mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan. Dari 10 responden 100 mereka menyatakan bahwa orang tua mereka mau mendengarkan pendapat, solusi dan berdiskusi terhadap suatu hal atau masalah. Sikap orang tua tersebut akan memberikan efek rasa percaya diri anak terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dengan berdiskusi memberikan ruang bagi orang tua untuk memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk bagi anak dan anak pun memahami sikap dan alasan orang tua terhadap mereka. Sehingga hal ini akan memberikan kepercayaan anak terhadap orang tua bahwa mereka mendukung sepenuhnya aktivitas mereka dan harapan akan menjadi orang yang berhasil dan bermanfaat. Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia mengalami pertama-tama mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga. Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut.Wahyuningsih, 2008. Krisis ekonomi saat ini karena kesulitan masyarkat adalah mengatasi kebutuhan ekonomi sebagai kebutuhan fisik sehingga tidak mempu berkonsentrasi pada masalah-masalah psikologis yang bersifat sekunder bahkan tertier. Maslah psikologis baru dipikirkan setelah dampaknya cukup meresahkan masyarakat dan lingkungan. Perhatian keluarga pada anak menjadi berkurang karena kebutuhan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga perhatian orang tua terhadap keluarga menjadi berkurang. Akibatnya muncul kenakalan keluarga dan penyimpangan pada anak dan remaja terjadi Dumadia, 2009.

3. Gangguan perilaku

Dari data hasil kuesioner gangguan perilaku pada anak remaja yang memiliki gangguan sedang sebanyak 72,3 47 orang, tidak memiliki gangguan sebanyak 23,1 15 orang, dan memiliki gangguan buruk sebanyak 4,6 3 orang. Sesuai dengan hal tersebut diatas, Departemen Pendidikan Nasional juga melaporkan bahwa remaja indonesia memiliki tingkat kenakalan yang sedang karena faktor ikut-ikutan teman dan sebagianya karena pengaruh keluarga. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Parawansa dalam Hartini, 1996 yang pada saat itu adalah Menteri Urusan Pemberdayaan mengungkapkan bahwa 64 dari 1024 SMU di Jakarta 290 kasus kenakalan remaja yang menyebabkan muridnya terpaksa dikeluarkan dari sekolah.

4. Hubungan Dinamika Keluarga yang tidak sehat terhadap Gangguan Perilaku anak Remaja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan perilaku sangat berpengaruh terhadap dinamika keluarga dibuktikan dari r = 0,956, p = 1. Menurut Setyonegoro 1972 dalam kompas, 2003 juga mengemukakan hal yang sama bahwa ada hubungan antara dinamika keluarga dengan tingkat perilaku remaja dimana gangguan perilaku anak remaja bagian dari hasil dinamika keluarga. Menurut Hurlock 2000 dan Wahyuningsih tahun 2008, Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma dan sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaanya dalam penyempurnaan diri. Oleh sebab itu kondisi dinamika keluarga sangat berpengaruh pada terjadinya gangguan pada anak remaja. Menurut Dumadia 2009 keluarga yang interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi anak-anaknya melakukan kenakalan khusus. Kehidupan beragama keluarga juga berpengaruh kepada tingkat kenakalan remajanya, artinya dari keluarga yang taat menjalankan agama anak-anaknya hanya melakukan kenakalan biasa, tetapi bagi keluarga yang kurang dan tidak taat menjalankan ibadahnya anak-anak mereka pada umumnya melakukan kenakalan khusus.Hal lain yang dapat dilihat bahwa sikap orang orang tua dalam sosialisasi terhadap anaknya juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kenakalan yang dilakukan, dari data yang diperoleh bagi keluarga yang kurang dan masa bodoh dalam pendidikan baca sosialisasi terhadap anaknya maka umumnya anak mereka melakukan kenakalan khusus dan akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya juga berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan sosialnya dengan lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan tetapi pada tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi hubungan sosialnya dengan lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.