3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini Sugiono, 2006 adalah : 1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menitik beratkan kepada penggambaran atau deskriptif data yang diperoleh. Menggambarkan distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat. 2. Analisis Bivariat
Oleh karena rancangan data dalam penelitian ini adalah posttest only control group atau subyek dibagi dalam dua kelompok secara random, maka analisis
yang digunakan untuk melihat perubahan pengetahuan dan kepatuhan akibat pemberian konseling pada episiotomi digunakan uji Mann-Witney. Interval
kepercayaan yang ditetapkan sebesar 95 , dengan demikian jika nilai p-value 0,05, maka dikatakan Ho ditolak, artinya ada pengaruh konseling episiotomi
terhadap peningkatan pengetahuan dan kepatuhan responden tentang perawatan luka episiotomi pada ibu post episiotomi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon beralamat jalan kebanyakan, yang berajak 2 km dari pusat Kota Takengon sangat strategis, yang mudah dijangkau oleh
masyarakat. Batas-batas sebagai berikut: 1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Lot Kala 2.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Bukit Eweh 3.
Sebelah Barat berbatasan dengan komplek kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Akademi Kebidanan Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Tengah dan Jalan Sengeda Rumah sakit umum Datu Beru berdiri sejak zaman penjajahan kolonial
belanda yaitu pada tahun 1939, pada waktu itu masih bernama RSU Takengon yang berlokasi di jalan Yos Sudarso Takengon, ketika itu masih dikelola oleh pemerintah
Belanda. Setelah Indonesia merdeka rumah sakit ini diserahkan kepada Pemda Aceh Tengah.
Pada tahun 1978 RSU Takengon dipindahkan ketempat baru yang disediakan oleh Pemda. Rumah sakit ini masih menyandang predikat type D namun secara
operasional sudah berpedoman pada struktur organisasi rumah sakit type C, ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan guna mempersiapkan peningkatan cara kerja untuk mencapai predikat rumah sakit type C.
Kemudian pada tahun 1995, berdasarkan SK Menkes RI Nomor : 109MenkesSK1995 RSU Takengon diditingkatkan statusnya menjadi tipe C yang
diresmikan pada tanggal 24 juli 1995 dengan nama RSU Datu Beru Takengon. Seiring pemberlakuan otonomi daerah dan era desentralisasi maka berdasarkan
Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 14 Tahun 2002 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja RSU Datu Beru Takengon.
Seiring perkembangan otonomi daerah dan tuntutan pelayanan kesehatan, berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Tegah nomor 21 Tahun 2008 BPK RSU Datu
Beru Takengon menjadi RSUD Datu Beru Takengon. Pada tahun 2009 berdasarkan SKU Datu beru Takengon ditetapkan sebagai RSUD dengan klasifikasi kelas B.
Visi dan Misi RSUD Datu Beru Takengon
1. Visi
“Terwujudnya RSUD Datu Beru Takengon sebagai Rumah Sakit Rujukan Regional wilayah tengah tahun 2012”
2. Misi
a. Mewujudkan pelayanan paripurna pada seluruh lapisan masyarakat.
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran profesional disemua tingkatan untuk
menghasilkan sumber daya kesehatan yang beriman dan bertakwa serta berilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Meningkatkan produktifitas kerja dan pelayanan dengan satu komitmen
Universitas Sumatera Utara
d. Meningkatkan fungsi manajemen secara efektif dan efisien sesuai
komitmen. e.
Mewujudkan sarana dan prasarana yang berkualitas.
4.1.1. Gambaran Karakteristik Ibu Post Episiotomi
Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 ibu, sesuai dengan rencana penelitian. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi umur, jumlah paritas,
tingkat pendidikan dan pekerjaan. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Ibu Post Episiotomi
No Karakteristik Responden
Jumlah n = 60 Persentase
1. Umur ibu post episiotomy
a. 30 tahun
b. ≥ 30 tahun
42 18
70,0 30,0
Jumlah 60
100,0
2. Suku ibu post episiotomy
a. Gayo
b. Aceh
c. Jawa
d. Padang
30 14
14
2
50,0 23,3
23,3 3,4
Jumlah 60
100
3. Paritas
a. ≤ 2 anak
b. 2
48 12
80,0 20,0
Jumlah 60
100,0
4. Tingkat Pendidikan
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
18 37
5 30,0
61,7 8,3
Jumlah 60
100,0
5. Pekerjaan
a. PNS
b. Non-PNS
8 52
13,3 86,7
Jumlah 60
100
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 4.1 di atas dapat dilihat jumlah ibu post episiotomi yang umurnya 30 tahun adalah sebanyak 42 orang 70,0. Suku terbanyak adalah suku Gayo
yaitu sebanyak 30 orang 50,0, jumlah paritas ibu post episiotomi ≤ 2 adalah
sebayak 48 orang 80,0. Tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan sedang yaitu 37 orang 61,7 .Pekerjaan Responden yang terbanyak
adalah non-PNS sebanyak 52 orang 86,7 , diikuti PNS sebanyak 8 orang 13,3 .
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Suku Ibu Post Episiotomi terhadap Umur, Paritas, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
No Suku
Gayo Aceh
Jawa Padang
n n
n n
1. Umur ibu post
episiotomi a.
30 tahun b.
≥ 30 tahun 18 30,0
12 20,0 12 20,0
2 3,3 10 16,7
4 6,7 2 3,3
0 0,0
Jumlah 30
50,0 14 23,3 14 23,4
2 3,3
3. Paritas
≤ 2 anak a.
2 anak 23 38,3
7 11,7 13 21,7
1 1,7 10 16,7
4 6,7 2 3,3
0 0,0
Jumlah 30
50,0 14 23,3 14 23,4
2 3,3
4. Tingkat Pendidikan
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
9 15,0 18 30,0
3 5,0 4 6,7
9 15,0 1 1,7
4 6,7 9 15,0
1 1,7 1 1,7
1 1,7 0 0,0
Jumlah 30
50,0 14 23,3 14 23,4
2 3,3
5. Pekerjaan
a. PNS
b. Non-PNS
3 5,0 27 45,0
4 6,7 9 15,0
4 6,7 9 15,0
00,0 2 3,3
Jumlah 30
50,0 14 23,3 14 23,4
2 3,3
Berdasarkan tabel di atas, Ibu post episiotomi terbanyak berada dalam kelompok umur 30 tahun yaitu sebanyak 18 orang 30,0 berasal dari Suku
Gayo, 12 orang 20, berasal dari Suku Aceh, 10 Orang 16,7 berasal dari Suku
Universitas Sumatera Utara
Jawa dan 2 orang 3,3 berasal dari Suku Padang. Paritas terbanyak
≤ 2 anak yaitu
sebanyak 23 orang 38,3 berasal dari Suku Gayo, 13 orang 21,7 berasal dari Suku Aceh, 10 Orang 16,7 berasal dari Suku Jawa dan 2 orang3,3 berasal dari
Suku Padang. Tingkat pendidikan terbanyak yaitu tingkat pendidikan sedang sebanyak 18 orang 30,0 berasal dari Suku Gayo, 9 orang 15.0 berasal dari
Suku Aceh, 9 Orang 15,0 berasal dari Suku Jawa dan 1 orang 1,7 berasal dari Suku Padang. Mayoritas ibu post episiotomi pekerjaannya non-PNS yaitu, sebanyak
27 orang 45,0 berasal dari Suku Gayo, 9 orang 15,0 berasal dari Suku Aceh, 9
Orang 15,0 berasal dari Suku Jawa dan 2 orang 3,3 berasal dari Suku Padang. Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Umur Ibu Post Episiotomi terhadap Paritas,
Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
No Umur Ibu Post Episiotomi
30 tahun ≥ 30 tahun
n n
1. Paritas
a. ≤ 2 anak
b. 2 anak
40 66,7 2 3,3
8 13,3 10 16,6
Jumlah 42
70 18
29,9
2. Tingkat Pendidikan
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
12 20,0 26 43,3
4 6,7 6 10,0
11 18,3 1 1,7
Jumlah 42
70 18
29,9
3. Pekerjaan
a. PNS
b. Non-PNS
3 5,0 39 65,0
5 8,3
13 21,7
Jumlah 42
70 18
29,9
Universitas Sumatera Utara
Paritas terbanyak
≤ 2 anak yaitu
sebanyak 40 orang 66,7 berumur 30 tahun dan 8 orang 13,3 berumur
≥ 30 tahun. Tingkat pendidikan terbanyak adalah sedang
yaitu
sebanyak 26 orang 43,3 berumur 30 tahun dan 11 orang 18,3 berumur
≥ 30 tahun. Mayoritas ibu post episiotomi pek erjaannya non-PNS yaitu, sebanyak 39 orang 65,0 berumur 30 tahun dan 13 orang 21,7 berumur
≥ 30 tahun.
Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Paritas Ibu Post Episiotomi terhadap Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
No Paritas
≤ 2 anak 2 anak
n n
1. Tingkat Pendidikan
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
13 21,7 31 51,7
4 6,7 5 8,3
6 10,0 1 1,7
2. Pekerjaan
a. PNS
b. Non-PNS
3 5,0 45 75,0
5 8,3 7 11,7
Tingkat pendidikan terbanyak adalah sedang
yaitu
sebanyak 31 orang 21,7 memiliki paritas berumur
≤ 2 anak dan 6 orang 10,0 memiliki paritas 2 orang
. Mayoritas ibu post episiotomi pekerjaannya non-PNS yaitu sebanyak 45 orang 75,0 memiliki paritas berumur
≤ 2 anak dan 7 orang 11,7 memiliki paritas 2 orang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Ibu Post Episiotomi terhadap Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
No Pekerjaan
PNS Non-PNS
n n
1. Tingkat Pendidikan
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8 13,3 0 0,0
0 0,0 10 16,7
37 61,7 5 8,3
Tingkat pendidikan terbanyak adalah sedang
yaitu
sebanyak 37 orang 61,7 yang pekerjaannya non-PNS, diikuti oleh tingkat pendidikan tinggi yaitu 8 orang
13,3 yang pekerjaannya sebagai PNS dan 10 orang 16,7 non-PNS 4.1.2. Gambaran Pengetahuan Ibu Post Episiotomi yang Diberikan Konseling
oleh Bidan yang Kompeten Hasil penelitian tentang pengetahuan ibu post episiotomi yang diberikan
konseling oleh bidan yang kompeten meliputi :
Tabel 4.6. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Episiotomi yang Diberikan Konseling oleh Bidan yang Kompeten
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan Jawaban
Skor Tepat
Tidak Tepat
1. Epiotomi atau pengguntingan adalah suatu tindakan
untuk melakukan penjahitan pada jalan lahir P
1
15 15
15 2.
Pengguntingan jalan lahir adalah arti lain suatu tindakan untuk melakukan perbaikan pada jalan lahir P
2
12 18
12 3.
Pengguntingan jalan lahir adalah arti lain untuk tindakan untuk memotong jalan lahir pada proses persalinan P
3
29 1
29 4.
Tujuan tindakan pengguntingan jalan lahir membuat luka lurus untuk menghindari luka tidak teratur pada
jalan lahir saat proses persalinan P
4
19 11
19 5.
Tujuan tindakan adalah untuk menghindari tekanan pada kepala janin pada jalan lahir saat proses persalinan P
5
23 7
23 6.
Untuk mempercepat proses persalinan perlu dilakukan tindakan pemotongan jalan lahir pada jalan lahir P
6
19 11
19
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Lanjutan
7. Pengguntingan jalan lahir dilakukan untuk kepentingan
bidan pada proses kelahiran P
7
9 21
9 8.
Keuntungan dalam melakukan tindakan pengguntingan jalan lahir adalah luka lebih teratur dan mudah dalam
melakukan penjahitan dan disesuaikan dengan kebutuhan P
8
20 10
20
9. Kerugian pengguntingan jalan lahir adalah mungkin
pengguntingan tidak diperlukan jalan lahir elastis P
9
23 7
23 10.
Pengguntingan jalan lahir dapat menimmbulkan luka pada jalan lahir lebih kecil jadi ibu tidak perlu kuatir
P
10
8 22
8 11.
Pengguntingan jalan lahir dapat menyebabkan peningkatan perdarahan pada proses persalinan P11
24 6
24 12.
Bidan melakukan pengguntingan jalan lahir dapat menyebabkan peningkatan perdarahan pada proses
persalinan P
12
27 3
27 13.
Pengguntingan jalan lahir pada proses persalinan dapat juga dilakukan bidan kearah bawah kearah anus P
13
14. Episiotomi dapatmengurangi rasa nyeri pada masa nifas
15. Pengguntingan lahir dapat menambah sakit hari-hari
pertama setelah melahirkan P
15
16. Pengguntingan jalan lahir dilakukan saat ibu belum
mengedan dan kepala janin belum terasa di jalan lahir P
16
17. Pengguntingan jalan lahir dilakukan saat ibu merasakan
kepala janin keluar masuk di jalan lahir ibu P
17
18. Pengguntingan jalan lahir dilakukan bidan bila bidan
melihat jalan lahir teregang kuat oleh kepala janin P
18
19. Sebaiknya bidan memberikan penjelasan pada ibu
sebelum pengguntingan jalan lahir dilakukan oleh bidan P
19
20. Bidan melakukan tindakan tindakan pengguntingan jalan
lahir menurut kepentingan bidan tanpa harus memberitahu pada ibu P
20
21. Dalam melakukan tindakan pengguntingan jalan lahir
perlu persiapan ibu dan persiapan alat P
21
22. Komplikasi yang ditimbulkan oleh tindakan
pengguntingan jalan lahir perlu persiapan ibu dan persiapan alat. P
22
7 12
15 15
27 23
28 10
27 21
23 18
15 15
3 7
2 20
3 9
7 12
15 15
27 23
28 10
27 21
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Lanjutan
23. Tindakan pengguntingan jalan lahir dapat menyebabkan
infeksi pada jalan lahir setelah proses persalinan bila luka tidak dirawat dengan baik P
23
24. Efek samping dari tindakan pengguntingan jalan lahir
dapat menyebabkan rasa takut pada ibu bila bidan tidak menjelaskan sebelum dilakukan pengguntingan P
24
25. Pengguntingan jalan lahir kadangkala
dapat menyebabkan robekan jalan lahir lebih luas bila tafsiran
berat badan bayi yang dilahirkan lebih besar. P
25
21 29
24 9
1 6
21 29
24 J u m l a h skor yang jawaban yang sesuai
487 Skor jawaban yang ideal : skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak
sampel = 1 x 25 x 30 750
maka pengetahuan responden yang dibina oleh bidan kompeten : 487750 x 100
65,0
Pada tabel 4.6. di atas dapat dilihat bahwa dari 25 pertanyaan yang disiapkan
untuk mengukur pengetahuan pada ibu yang diberikan konseling oleh bidan kompeten, ada 16 pertanyaan yang jawaban tepatsesuai di atas 60 skor
≥ 18 adalah pertanyaan P
3,
P
4,
P
5,
P
6,
P
8,
P
9,
P
11,
P
12,
P
17,
P
18,
P
19,
P
21,
P
22,
P
23,
P
24
dan P
25.
Sebaliknya ada 9 pertanyaan yang mendapat nilai rendah skor 18 , adalah pertanyaan P
1,
P
2,
P
7,
P
10,
P
3,
P
14,
P
15,
P
16,
P
20
dan P
25.
Dengan demikian total skor dari 30 ibu post episiotomi yang diberi konseling oleh bidan kompeten adalah 487. Total skor maksimal yang semua responden
menjawab dengan tepat adalah 750. Maka pengetahuan ibu post episiotomi yang diberi konseling oleh bidan kompeten tergolong baik, yaitu 487750 x 100 = 65,0
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Gambaran Kepatuhan Ibu tentang Episiotomi yang Diberikan Konseling oleh Bidan yang Kompeten
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan Jawaban
Skor Patuh
Tidak patuh
1. Sebelum membersihkan luka heating ibu mencuci
tangan dulu P
1
26 4
26 2.
Luka heating hendaknya dibersihkan paling kurang 3 × sehari secara teratur sampai luka sembuh P
2
3. Ibu mengganti softek atau pembalut minimal 3× sehari
untuk menjaga kebersihan luka heating 29
29 1
1 29
30 4.
Cara yang benar dalam membersihkan daerah luka episiotomi harusnya dari depan kebelakang jangan
berulang-ulang atau di bolak-balik P
3
30 30
5. Ibu memberikan obat atau salf pada luka heating sesuai
perintah dokter P
5
30 30
6. Ibu Lakukan penyinaran pada luka episiotomi minimal
1 × sehari sampai luka benar-benar sembuh P
6
25 5
25 7.
Ibu mengeringkan luka episiotomi setiap hari dari kamar mandi dengan memakai kain bersih atau handuk
bersih P
7
8. Setelah membersihkan luka heating ibu cuci tangan P
8
29 26
1 4
29 26
Jumlah skor jawaban yang sesuai 224
Skor jawaban yang ideal : skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel =
1 x 8 x 30 Maka kepatuhan responden yang dibina oleh bidan
kompeten : 224240 x 100 240
3,3
Pada tabel 4.7. di atas dapat dilihat bahwa dari 8 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur kepatuhan, semua jawaban tepatsesuai di atas 60 skor
≥ 18. Dengan demikian total skor dari 30 ibu post episiotomi yang diberikan konseling oleh
bidan kompeten adalah 224. Total skor maksimal yang semua responden menjawab dengan tepat adalah 240. Maka kepatuhan ibu post episiotomi yang diberi konseling
oleh bidan yang kompeten tergolong sangat baik, yaitu 224240 x 100 = 93,3 .
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Gambaran Pengetahuan Ibu Post Episiotomi yang Diberikan Konseling oleh Bidan yang tidak Kompeten
Hasil penelitian tentang pengetahuan ibu post episiotomi yang diberikan konseling oleh bidan yang tidak kompeten meliputi :
Tabel 4.8. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Episiotomi yang Diberikan
Konseling oleh Bidan yang tidak Kompeten
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan Jawaban
Skor Tepat
Tidak Tepat
1. Epiotomi atau pengguntingan adalah suatu tindakan untuk
melakukan penjahitan pada jalan lahir P
1
4 6
4 2.
Pengguntingan jalan lahir adalah arti lain suatu tindakan untuk melakukan perbaikan pada jalan lahir P
2
10 20
10 3.
Pengguntingan jalan lahir adalah arti lain untuk tindakan untuk memotong jalan lahir pada proses persalinan P
3
18 12
18 4.
Tujuan tindakan pengguntingan jalan lahir membuat luka lurus untuk menghindari luka tidak teratur pada jalan lahir
saat proses persalinan P
4
9 21
9 5.
Tujuan tindakan adalah untuk menghindari tekanan pada kepala janin pada jalan lahir saat proses persalinan P
5
12 18
12 6.
Untuk mempercepat proses persalinan perlu dilakukan tindakan pemotongan jalan lahir pada jalan lahir P
6
20 10
20 7.
Pengguntingan jalan lahir dilakukan untuk kepentingan bidan pada proses kelahiran P
7
2 8
2 8.
Keuntungan dalam melakukan tindakan pengguntingan jalan lahir adalah luka lebih teratur dan mudah dalam
melakukan penjahitan dan disesuaikan dengan kebutuhan P
8
13 17
13
9. Kerugian pengguntingan jalan lahir adalah mungkin
pengguntingan tidak diperlukan jalan lahir elastis P
9
16 14
16 10.
Pengguntingan jalan lahir dapat menimmbulkan luka pada jalan lahir lebih kecil jadi ibu tidak perlu kuatir P
10
5 25
5 11.
Pengguntingan jalan lahier dapat menyebabkan peningkatan perdarahan pada proses persalinan P11
13 17
13 12.
Bidan melakukan pengguntingan jalan lahir dapat menyebabkan peningkatan perdarahan pada proses
persalinan P
12
19 11
19 13.
Pengguntingan jalan lahir pada proses persalinan dapat juga dilakukan bidan kearah bawah kea rah anus P
13
14. Episiotomi dapat mengurangi rasa nyeri pada masa nifas
P
14
7 10
23 20
7 10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Lanjutan
15. Pengguntingan jalan lahir pada proses persalinan dapat
juga dilakukan bidan kearah bawah kea rah anus P
13
16. Episiotomi dapat mengurangi rasa nyeri pada masa nifas
P
14
17. Pengguntingan lahir dapat menambah sakit hari-hari
pertama setelah melahirkan P
15
18. Pengguntingan jalan lahir dilakukan saat ibu belum
mengedan dan kepala janin belum terasa di jalan lahir P
16
19. Pengguntingan jalan lahir dilakukan saat ibu merasakan
kepala janin keluar masuk di jalan lahir ibu P
17
20. Pengguntingan jalan lahir dilakukan bidan bila bidan
melihat jalan lahir teregang kuat oleh kepala janin P
18
21. Sebaiknya bidan memberikan penjelasan pada ibu sebelum
pengguntingan jalan lahir dilakukan oleh bidan P
19
22. Bidan melakukan tindakan tindakan pengguntingan jalan
lahir menurut kepentingan bidan tanpa harus memberitahu pada ibu P
20
23. Dalam melakukan tindakan pengguntingan jalan lahir
perlu persiapan ibu dan persiapan alat P
21
24. Komplikasi yang ditimbulkan oleh tindakan
pengguntingan jalan lahir perlu persiapan ibu dan persiapan alat P
22
25. Tindakan pengguntingan jalan lahir dapat menyebabkan
infeksi pada jalan lahir setelah proses persalinan bila luka tidak dirawat dengan baik P
23
26. Efek samping dari tindakan pengguntingan jalan lahir
dapat menyebabkan rasa takut pada ibu bila bidan tidak menjelaskan sebelum dilakukan pengguntingan P
24
27. Pengguntingan jalan lahir kadangkala dapat menyebabkan
robekan jalan lahir lebih luas bila tafsiran berat badan bayi yang dilahirkan lebih besar P
25
7 10
9 9
20 16
28 9
22 13
14 23
19 23
20 21
21 10
14 2
21 8
17 16
7 11
7 10
9 9
20 16
28 9
22 13
14 23
19
J u m l a h skor yang jawaban yang sesuai 340
Skor jawaban yang ideal : skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel = 1 x 25 x 30
750 maka pengetahuan responden yang dibina oleh bidan kompeten
: 340750 x 100 45,3
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.8. di atas dapat dilihat bahwa dari 25 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengetahuan ibu post episiotomi yang diberi konseling oleh bidan
yang tidak kompeten, ada 8 pertanyaan yang jawaban tepatsesuai di atas 60 skor ≥ 18 adalah pertanyaan P
3,
P
6,
P
12,
P
17,
P
19,
P
21,
P
24,
dan P
25,.
Sebaliknya ada 17 pertanyaan yang mendapat nilai rendah skor 18 , adalah pertanyaan P
1,
P
2,
P
4,
P
5,
P
7,
P
8,
P
9,
P
10,
P
11,
P
13,
P
14,
P
15,
P
16,
P
18,
P
16,
P
20,
P
22,
dan P
23,
Tabel 4.9. Gambaran Kepatuhan Ibu tentang Episiotomi yang Diberikan Konseling oleh Bidan yang tidak Kompeten
Dengan demikian total skor dari 30 responden yang diberi konseling oleh bidan yang tidak kompeten adalah
340. Total skor maksimal yang semua responden menjawab dengan tepat adalah 750. Maka pengetahuan ibu post episiotomi yang diberikan konseling oleh bidan tidak
kompeten tergolong tidak baik, yaitu 340750 x 100 = 45,3 .
Item Pertanyaan tentang Pengetahuan Jawaban
Skor Patuh
Tidak Patuh
1. Sebelum membersihkan luka heating ibu mencuci
tangan dulu P
1
16 14
16 2.
Luka heating hendaknya dibersihkan paling kurang 3 × sehari secara teratur sampai luka sembuh P
2
3. Ibu mengganti softek atau pembalut minimal 3× sehari
untuk menjaga kebersihan luka heating 20
18 10
12 20
18 4.
Cara yang benar dalam membersihkan daerah luka episiotomi harusnya dari depan kebelakang jangan
berulang-ulang atau di bolak-balik P
3
12 18
12 5.
Ibu memberikan obat atau salf pada luka heating sesuai perintah dokter P
5
27 3
27 6.
Ibu Lakukan penyinaran pada luka episiotomi minimal 1 × sehari sampai luka benar-benar sembuh P
6
22 8
22
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Lanjutan
7. Ibu mengeringkan luka episiotomi setiap hari dari
kamar mandi dengan memakai kain bersih P
7
8. Setelah membersihkan luka heating ibu cuci tangan
P
8
12 12
18 18
18 12
Jumlah skor jawaban yang sesuai
139 Skor jawaban yang ideal : skor tertinggi x banyak
pertanyaan x banyak sampel = 1 x 8 x 30 240
Maka kepatuhan responden yang dibina oleh bidan kompeten : 139240 x 100
58,0
Pada tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa dari 8 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur kepatuhan ibu post episiotomi yang diberi konseling oleh bidan
yang tidak kompeten, ada 4 pertanyaan dengan jawaban tepatsesuai di atas 60 skor
≥ 18, yaitu P
2,
P
3,
P
5,
dan P
6.
5.1 Uji Perbedaan Kompetensi Bidan dalam Memberikan Konseling terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Episiotomi
Dengan demikian total skor dari 30 ibu post episiotomy yang diberikan konseling oleh bidan yang tidak kompeten adalah 139.
Total skor maksimal yang semua responden menjawab dengan tepat adalah 240. Maka kepatuhan ibu post episiotomi yang diberi konseling oleh bidan yang tidak
kompeten tergolong cukup baik, yaitu 139240 x 100 = 58,0
Untuk melihat adanya perbedaan pengetahuan ibu Post Episiotomi yang diberikan konseling oleh bidan yang kompoten dan bidan yang tidak kompeten
dilakukan dengan statistik uji Mann Whitney. Uji Man Whitney termasuk dalam uji non-parametrik dan merupakan uji untuk data dua sampel bebas. Dalam penelitian ini
variabel pengetahuan di kelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu baik, cukup baik dan kurang baik. Untuk melihat dalam bentuk yang lebih spesifik dalam ranah
Universitas Sumatera Utara
perilaku, maka skor nilai pengetahuan dapat dikategorikan menjadi ‘kurang’, ‘cukup’ dan ‘baik’, Untuk melihat perbedaan data kategori dengan rancangan dua sampel,
dapat dilakukan dengan uji Mann Whitney.
5.2 Uji Perbedaan Kompetensi Bidan dalam Memberikan Konseling terhadap Kepatuhan Ibu Episiotomi
Untuk melihat kepatuhan ibu Post Episiotomi yang diberikan konseling oleh bidan yang kompoten dan bidan yang tidak kompeten dilakukan dengan statistik uji
Mann Whitney. Uji Man Whitney termasuk dalam uji non-parametrik dan merupakan uji untuk data dua sampel bebas. Dalam penelitian ini variabel kepatuhan di
kelompokkan menjadi dua kategori, yaitu patuh dan tidak patuh. Untuk melihat dalam bentuk yang lebih spesifik dalam ranah perilaku, maka skor nilai kepatuhan
dapat dikatagorikan menjadi ‘patuh’dan ‘tidak patuh’ Untuk melihat perbedaan data kategori dengan rancangan dua sampel, dapat dilakukan dengan uji Mann Whitney
Tabel 4.10. Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Responden yang Dibina oleh Bidan yang Berkompeten dan Bidan
yang tidak Kompeten
Variabel Konseling Bidan
p. Kompeten
Tidak kompeten
n n
Pengetahuan -
Kurang baik -
Cukup baik -
Baik 1
19 10
7 22
1 0,0001
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Lanjutan
Kepatuhan -
Patuh -
Tidak Patuh 29
1 11
19 0,0001
Pada Tabel 4.10. di atas dilakukan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan dan kepatuhan ibu post episiotomy yang diberi
konseling oleh bidan kompeten dan bidan yang tidak kompeten, skor nilai ini tidak dikategorikan.
Hasil uji menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu post episiotomy yang diberi koseling oleh bidan kompeten dan bidan tidak kompeten, 30
ibu post episiotomi yang diberi konseling oleh bidan yang kompeten memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 10 orang 33,3, pengetahuan cukup baik
sebanyak 19 orang 63,3, dan pengetahuan kurang baik 1 orang 3,3, sedangkan 30 responden yang diberi konseling oleh bidan yang tidak kompeten memiliki
pengetahuan yang baik sebanyak 1 orang 3,3, pengetahuan cukup baik sebanyak 22 orang 73,3 dan pengetahuan kurang baik 7 orang 23,3. Hasil uji Mann
Whitney menunjukkan p.=0,0001 α =0,05. Artinya ada perbedaaan kompetensi bidan dalam memberikan konseling terhadap peningkatan pengetahuan ibu post
episiotomi. Hasil uji menunjukkan bahwa ada perbedaan kepatuhan ibu post episiotomi
yang diberikan konseling oleh bidan kompeten dan bidan tidak kompeten. 30
ibu post episiotomi yang diberikan konseling oleh bidan yang kompeten memiliki
Universitas Sumatera Utara
tingkat kepatuhan yang baik sebanyak 29 orang 96,7, tingkat kepatuhan yang tidak baik sebanyak 1 orang 3,3, sedangkan 30 responden yang diberikan
konseling oleh bidan yang tidak kompeten cukup baik sebanyak 19 orang 63,3 dan pengetahuan kurang baik 1 orang 3,3, sedangkan 30 responden yang
diberikan konseling oleh bidan yang tidak kompeten memiliki tingkat kepatuhan yang baik sebanyak 11 orang 36,7, tingkat kepatuhan yang tidak baik sebanyak 19
orang 63,3. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan p.=0,0001 α =0,05. Artinya ada perbedaan kompetensi bidan dalam memberikan konseling terhadap
peningkatan kepatuhan ibu post episiotomi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Ibu Post Episiotomi di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Beru