BAB II PENGATURAN JAMINAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA
A. Tinjauan Umum Kredit Perbankan di Indonesia
1. Pengertian kredit dan pembiayaan
Kata kredit berasal dari kata Romawi “Credere” artinya percaya. Dalam
bahasa Belanda istilahnya Vertrouwen, dalam bahasa Inggris Believe atau Trust or Confidence artinya sama yaitu percaya.
51
Maksud dari percaya bagi pemberi kredit adalah pemberi kredit percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang
disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai
kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.
52
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
53
Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atas kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
54
51
Sutarno, Loc.cit.
52
Kasmir, Loc.cit.
53
Ibid, hlm. 96.
54
Rachmadi Usman, Op.cit, hlm. 237.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan istilah tersebut tergantung dari pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank tersebut dalam menjalankan usahanya secara
konvensional atau prinsip syariah. Apabila bank tersebut menjalankan usahanya secara konvensional maka menggunakan istilah kredit sedangkan bank yang
menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah maka menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Menurut OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi misalnya uang, barang dengan balas prestasi kontraprestasi yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang.
55
Dengan akan diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan dating, maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan
pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang, maupun jasa.
56
Raymond P. Kent dalam buku karangannya Money and Banking mengatakan bahwa kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau
kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.
57
Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang.
58
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan
55
Budi Untung, Op.cit, hlm. 1.
56
Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yunianti Ananda, Djuhaepah T. Marala, Opcit, hlm. 12.
57
Ibid, hlm. 12-13.
58
Kasmir, Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil.
59
2. Unsur-unsur kredit
Berdasarkan pengertian kredit yang dipaparkan diatas, kita dapat mengetahui dan menarik unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit tersebut. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :
60
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa
tertentu. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan tentang nasabah baik secara interen
maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
b. Kesepakatan
Selain adanya unsur kepercayaan, di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka
59
Ibid, hlm. 97.
60
Kasmir, Op.cit., hlm. 98-100.
Universitas Sumatera Utara
waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
d. Risiko
Yaitu risiko tidak tertangihnya atau macetnya pembayaran kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula
sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya
terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
e. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan
biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi
hasil.
3. Tujuan dan fungsi kredit
Bila di negara-negara liberal, tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh negara
yang bersangkutan, yaitu pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat keuntungan yang sebesar-besarnya.
61
Namun Indonesia bukanlah negara liberal, melainkan negara kesatuan yang berbentuk republik yang
berlandaskan pada Pancasila sebagai falsafah hidup kebangsaannya. Oleh karena
61
Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yunianti Ananda, Djuhaepah T. Marala, Op.cit., hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
Pancasila adalah sebagai dasar dan falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara
yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dengan demikian tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya
bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk :
62
a. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan; b.
Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat;
c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat
memperluas usahanya. Disamping itu, pemberian suatu fasilitas kredit juga mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :
63
a. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang
terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi dibubarkan.
62
Ibid., hlm. 15.
63
Kasmir, Op.cit., hlm. 100.
Universitas Sumatera Utara
b. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
Dengan dana tersebut, maka pihak debitor akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti
adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit
adalah sebagai berikut :
64
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank;
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan
usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur;
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar
kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat;
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa
negara;
64
Ibid., hlm. 101.
Universitas Sumatera Utara
e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai
untuk keperluan ekspor. Selain tujuan diatas, suatu fasilitas kredit juga memiliki fungsi tersendiri
baik itu bagi debitor, kreditor, maupun masyarakat umum. Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitor, kreditor, maupun masyarakat, apabila secara sosial
ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik
65
. Bagi pihak debitor dan kreditor, mereka sama-sama memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan
penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.
Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang, dan juga dalam perdagangan, mempunyai fungsi sebagai berikut :
66
a. Meningkatkan daya guna uang
Adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.
Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
67
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari derah lainnya.
68
65
Budi Untung, Op.cit., hlm. 4.
66
Ibid.
67
Kasmir, Loc.cit.
68
Ibid., hlm. 101-102.
Universitas Sumatera Utara
c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitor untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau
bermanfaat.
69
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar
dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
70
d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang
yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga
meningkatkan devisa negara.
71
e. Meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
72
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk
membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurai pengangguran. Di samping itu, bagi
69
Ibid., hlm. 102.
70
Ibid.
71
Ibid.
72
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.
73
g. Meningkatkan hubungan internasional
Pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara
lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.
74
4. Jenis-jenis kredit
Secara umum jenis-jenis kredit yang diberikan oleh bank yang menjalankan usahanya secara konvensional kepada masyarakat dapat dilihat dari
berbagai segi antara lain sebagai berikut : a.
Dilihat dari segi kegunaan
75
1 Kredit Investasi
Kredit yang ditujukan untuk pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, atau untuk membiayai
rehabilitasi dan ekspansi.
76
2 Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
73
Kasmir, Op.cit., hlm. 102-103.
74
Ibid., hlm. 103.
75
Ibid.
76
Budi Untung, Op.cit., hlm. 6.
Universitas Sumatera Utara
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
77
1 Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk
pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.
2 Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit
perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya. 3
Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada
suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang alam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
77
Kasmir, Op.cit., hlm. 104.
Universitas Sumatera Utara
c. Dilihat dari segi jangka waktu
Apabila jangka waktu digunakan sebagai kriteria, maka suatu kredit dapat dibagi ke dalam :
78
1 Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun, bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit
pembeli, dan kredit wesel, juga dapat berbentuk kredit modal kerja yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja atau proyek.
2 Kredit jangka menengah
Yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun, bentuknya dapat berupa kredit investasi jangka menengah.
3 Kredit jangka panjang
Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya yaitu kredit investasi yang bertujuan
menambah modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi perluasan, dan pendirian proyek baru.
d. Dilihat dari segi jaminan
Dari segi jaminannya penggolongan kredit dapat dibedakan, antara lain:
79
1 Kredit tanpa jaminan atau kredit blanko Unsecured loan
Yang dimaksud dengan kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit tanpa jaminan materil agunan fisik, pemberiannya sangatlah
selektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah teruji bonafiditas,
78
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 487.
79
Ibid., hlm. 497-498.
Universitas Sumatera Utara
kejujuran, dan ketaatannya baik dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya.
2 Kredit dengan jaminan Secured loan
Kredit ini diberikan kepada debitur selain didasarkan adanya keyakinan atas kemampuan debitor juga disandarkan pada adanya agunan
atau jaminan yang berupa fisik collateral sebagai jaminan tambahan, misalnya berupa tanah, bangunan, alat-alat produksi, dan sebagainya.
e. Dilihat dari segi sektor usaha
80
1 Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
2 Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya
peternakan ayam dan jangka panjang misalnya peternakan kabing atau sapi.
3 Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai indusri kecil, menengah
atau besar. 4
Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.
5 Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
6 Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti, dosen, dokter
atau pengacara.
80
Kasmir, Op.cit., hlm. 106.
Universitas Sumatera Utara
7 Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan. 8
Dan sektor-sektor lainnya.
5. Prinsip-prinsip pemberian kredit
Hal yang harus diperhatikan sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk
mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melaui prosedur penilaian yang benar. Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya
tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standard penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.
Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai berikut: a.
Character Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang
bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaaan keluarga, hobi dan social standing-nya. Ini semua merupakan ukuran
kemauan membayar.
Universitas Sumatera Utara
b. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur
dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan
usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal efektif atau tidak, dapat dilihat pada laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi dengan melakukan
pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada
sekarang ini. d.
Colleteral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat
fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi
suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition
Menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing serta
prospek usaha dari sektor yang nasabah jalankan. Penilaian prospek bidang
Universitas Sumatera Utara
usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Penilaian kredit dengan metode analsisi 7P adalah sebagai berikut : a.
Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
c. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit
dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.
Universitas Sumatera Utara
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian
kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitor, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh
sektor lainnya. f.
Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya. g.
Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
Prinsip lainnya yang digunakan bank dalam pemberian kredit yaitu prinsip 3R, yang terdiri atas :
81
a. Returns Hasil yang Diperoleh
Returns, yakni hasil yang diperoleh oleh debitor, dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditor. Artinya
perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, disamping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti
untuk cash flow, kredit lain jika ada, dan sebagainya.
81
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 25-27.
Universitas Sumatera Utara
b. Repayment Pembayaran Kembali
Kemampuan bayar dari pihak debitor tentu saja juga mesti dipertimbangkan. Dan apakah kemampuan bayar tersebut macth dengan
schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.
c. Risk bearing ability kemampuan menanggung risiko
Misalnya dalam hal terjadi hal-hal diluar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu harus
diperhitungkan apakah misalnya jaminan danatau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut.
B. Pengaturan Jaminan Kredit Perbankan di Indonesia