Pertanggungjawaban Perusahaan Induk Sebagai Corporate Guarantee Terhadap Anak Perusahaan Terkait Adanya Pemberian Fasilitas Keredit Investasi Oleh Perbankan

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN INDUK SEBAGAI CORPORATE

GUARANTEE TERHADAP ANAK PERUSAHAAN TERKAIT ADANYA

PEMBERIAN FASILITAS KREDIT INVESTASI OLEH PERBANKAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

Oleh:

PRIAWAN HARMASANDI RAHARJO NIM : 100200097

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN INDUK SEBAGAI CORPORATE

GUARANTEE TERHADAP ANAK PERUSAHAAN TERKAIT ADANYA

PEMBERIAN FASILITAS KREDIT INVESTASI OLEH PERBANKAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

Oleh:

PRIAWAN HARMASANDI RAHARJO NIM : 100200097

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha, S.H., M.Hum NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. Dr.T.Keizerina Devi A, S.H.,C.N.,M.Hum. NIP. 195603291986011001 NIP. 197002012002122001


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah tiada henti–hentinya Penulis ucapkan kehadirat

Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-NYA sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam tak lupa Penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan dan menuntun jalan dari yang gelap hingga menuju jalan yang terang yang disinari oleh Iman dan Islam.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi ini

berjudul: “Pertanggungjawaban Perusahaan Induk sebagai Corporate

Guarantee Terhadap Anak Perusahaan Terkait Adanya Pemberian Fasilitas Kredit Investasi oleh Perbankan.”

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini, adanya keterbatasan dari Penulis dalam pengerjaannya. Sehingga selama penyusunan skripsi ini, Penulis mendapatkan banyak dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : “Kedua orang

tua, adik-adik, dan keluarga besar Penulis, yang selalu senantiasa menyayangi Penulis dengan penuh rasa kasih sayang, selalu senantiasa membimbing Penulis, memotivasi Penulis, memberikan kepercayaan yang penuh kepada Penulis, serta mendukung dan mengarahkan setiap perbuatan Penulis dalam menjalani hidup ini. Semoga Allah SWT selalu melindungi


(4)

mereka dan selalu menyelimuti mereka dengan Rahmat dan Karunia-NYA, Amin..”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Ibu Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I

Penulis dalam skripsi ini;

8. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum., selaku Dosen

Pembimbing II Penulis dalam skripsi ini;

9. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara;

10. Sahabat-sahabat Penulis yang luar biasa. Kita, “insan-insan yang gila” yang


(5)

Wildayanti, Solatiah Nasution, Dowang Fernando, Dwi Susilawati, Muhammad Reza Winata, Natasha Siregar, Dwi Pranoto, M.F. Habibullah, Muhammad Ihsan An Auwali, Fajrian Siregar, Elly Syafitri Harahap, Syahariska Dina. Terima kasih telah mengisi sebagian dari hidup Penulis. 11. Keluarga besar Badan Ta’mirul Musholla Aladdinsyah, S.H., Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, Abang-abang, kakak-kakak, dan adik-adik yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kata pengantar ini, namun kalian telah tersebutkan di hati Penulis. Khususnya Jajaran kepengurusan Badan Ta’mirul Musholla Aladdinsyah, S.H., Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Periode 2011-2012 (Kabinet Capucino), terima kasih telah berpartisipasi bersama-sama Penulis dalam menjaga eksistensi dakwah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya, dan di lingkungan masyarakat luas umumnya.

12. Jajaran ketua umum Badan Ta’mirul Musholla Aladdinsyah, S.H. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Abangda (Ariffudin, Fahril Budi, Johan, Hakim Albana, Adi Saputra, Diki Altrika, Almaududy Amri, Sudirman Naibaho, Mifta Farid, Adharry Kurniawan) dan Adinda (Yuanda Winaldi, Muhammad Luthfi), terima kasih telah menjadi inspirasi dan motivasi bagi Penulis.

13. Rekan-rekan satu angkatan Penulis (angkatan 2010), khususnya keluarga grup

D dan IMAHMI (Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi), bersama rekan-rekan Penulis terlahir menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan berjuang bersama sebagai seorang mahasiswa.


(6)

14. Abang-abang dan kakak-kakak angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada Penulis dari awal menjadi mahasiswa hingga saat ini.

15. Adik-adik angkatan 2013 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang

telah menjadi bagian dari kehidupan Penulis.

16. Keluarga besar Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara Periode 2013-2014, bersama kalian Penulis merasakan nikmatinya berorganisasi.

17. Keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi Universitas Sumatera

Utara, khususnya angkatan V, terima kasih atas hangatnya kekeluargaan yang kalian berikan kepada Penulis.

18. Pihak-pihak lainnya yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada

Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini,

untuk itu Penulis mohon maaf yang sebesar–besarnya, karena sesungguhnya

manusia adalah insan yang tak luput dari salah dan khilaf, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Demikianlah yang dapat Penulis sampaikan, atas perhatian saudara/i Penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2014


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAKSI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 12

D. Keaslian Penulisan ... 13

E. Tinjauan Kepustakaan ... 15

F. Metode Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II PENGATURAN JAMINAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA ... 22

A. Tinjauan Umum Kredit Perbankan di Indonesia ... 22

1. Pengertian kredit dan pembiayaan ... 22

2. Unsur-unsur kredit ... 24

3. Tujuan dan fungsi kredit ... 25

4. Jenis-jenis kredit ... 30

5. Prinsip-prinsip pemberian kredit ... 34

B. Pengaturan Jaminan Kredit Perbankan di Indonesia ... 38

1. Pengertian jaminan kredit ... 38

2. Penggolongan jaminan kredit ... 40


(8)

4. Sifat perjanjian pengikatan jaminan ... 51

5. Subjek hukum dalam perjanjian pengikatan jaminan ... 53

6. Hubungan perjanjian kredit dengan jaminan ... 55

7. Kedudukan penjamin sebagai jaminan kredit ... 57

BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA INDUK PERUSAHAAN DAN ANAK PERUSAHAAN DALAM HAL PENJAMINAN DI INDONESIA ... 60

A. Pengertian Induk Perusahaan dan Anak Perusahaan ... 60

1. Pengertian induk perusahaan ... 60

2. Pengertian anak perusahaan ... 62

B. Status Hukum Anak Perusahaan dalam Perusahaan Grup .... 63

C. Wewenang dan Tanggung Jawab Induk Perusahaan Terhadap Anak Perusahaan ... 66

D. Hubungan Hukum Induk Perusahaan dan Anak Perusahaan dalam Hal Penjaminan di Indonesia ... 82

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN INDUK SEBAGAI CORPORATE GUARANTEE TERHADAP ANAK PERUSAHAAN TERKAIT ADANYA PEMBERIAN FASILITAS KREDIT INVESTASI OLEH PERBANKAN ... 88

A. Prosedur Pemberian Corporate Guarantee oleh Induk Perusahaan terhadap Anak Perusahaan sebagai Jaminan Kredit ... 88

B. Pertanggungjawaban Perusahaan Induk sebagai Corporate Guarantee terhadap Anak Perusahaan Terkait Adanya Pemberian Fasilitas Kredit Investasi oleh Perbankan ... 95

BAB V PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101


(9)

ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN INDUK SEBAGAI

CORPORATE GUARANTEE TERHADAP ANAK PERUSAHAAN

TERKAIT ADANYA PEMBERIAN FASILITAS KREDIT INVESTASI OLEH PERBANKAN

*) Priawan Harmasandi Raharjo

**) Bismar Nasution

***) Keizerina Devi Azwar

Salah satu yang menjadi sumber permodalan bagi suatu anak perusahaan yaitu memanfaatkan fasilitas kredit perbankan. Namun pihak perbankan perlu adanya suatu jaminan yang dapat menimbulkan kepercayaan mereka untuk memberikan fasilitas kredit serta memberikan kepastian kepada mereka untuk dapat menerima uangnya kembali apabila terjadi kredit macet atas kredit anak perusahaan tersebut. Apalagi kredit yang diajukan oleh anak perusahaan tersebut yaitu kredit investasi yang merupakan kredit besar. Salah satu yang dapat menjadi jaminan atas kredit anak perusahaan tersebut adalah induk perusahaannya. Oleh karena itu, perbuatan hukum tersebut tentunya akan menimbulkan akibat hukum tersendiri. Hal ini lah yang menjadi latar belakang dalam penulisan skripsi ini untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai

corporate guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan.

Tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini adalah

untuk mengetahui pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate

guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (yuridis normatif) karena penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan dalam bidang hukum.

Berdasarkan hasil penelitian hukum normatif (yuridis normatif) tersebut

diketahui bahwa pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate

guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan yaitu bahwa induk perusahaan bertanggung jawab seutuhnya atas kredit anak perusahaannya tersebut. Apabila anak perusahaan melakukan cidera janji atau wanprestasi yaitu tidak mampu atau tidak membayar kreditnya beserta bunganya sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditentukan, maka induk perusahaan berkewajiban melunasi kredit anak perusahaannya tersebut beserta bunganya.

Kata Kunci : Perusahaan Induk, Corporate Guarantee, Anak Perusahaan, Kredit Investasi

_____________________

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**) Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***) Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(10)

ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN INDUK SEBAGAI

CORPORATE GUARANTEE TERHADAP ANAK PERUSAHAAN

TERKAIT ADANYA PEMBERIAN FASILITAS KREDIT INVESTASI OLEH PERBANKAN

*) Priawan Harmasandi Raharjo

**) Bismar Nasution

***) Keizerina Devi Azwar

Salah satu yang menjadi sumber permodalan bagi suatu anak perusahaan yaitu memanfaatkan fasilitas kredit perbankan. Namun pihak perbankan perlu adanya suatu jaminan yang dapat menimbulkan kepercayaan mereka untuk memberikan fasilitas kredit serta memberikan kepastian kepada mereka untuk dapat menerima uangnya kembali apabila terjadi kredit macet atas kredit anak perusahaan tersebut. Apalagi kredit yang diajukan oleh anak perusahaan tersebut yaitu kredit investasi yang merupakan kredit besar. Salah satu yang dapat menjadi jaminan atas kredit anak perusahaan tersebut adalah induk perusahaannya. Oleh karena itu, perbuatan hukum tersebut tentunya akan menimbulkan akibat hukum tersendiri. Hal ini lah yang menjadi latar belakang dalam penulisan skripsi ini untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai

corporate guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan.

Tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini adalah

untuk mengetahui pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate

guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (yuridis normatif) karena penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan dalam bidang hukum.

Berdasarkan hasil penelitian hukum normatif (yuridis normatif) tersebut

diketahui bahwa pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate

guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan yaitu bahwa induk perusahaan bertanggung jawab seutuhnya atas kredit anak perusahaannya tersebut. Apabila anak perusahaan melakukan cidera janji atau wanprestasi yaitu tidak mampu atau tidak membayar kreditnya beserta bunganya sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditentukan, maka induk perusahaan berkewajiban melunasi kredit anak perusahaannya tersebut beserta bunganya.

Kata Kunci : Perusahaan Induk, Corporate Guarantee, Anak Perusahaan, Kredit Investasi

_____________________

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**) Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***) Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat dalam kehidupan sehari-hari. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengusahakannya, dan di sisi lain ada kelompok masyarakat lain yang memiliki kemampuan berusaha namun terhambat pada kendala oleh karena hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki dana sama sekali. Untuk mempertemukan keduanya diperlukan

intermediary yang akan bertindak selaku kreditor yang akan menyediakan dana

bagi debitor. Dari sinilah timbul perjanjian utang-piutang atau pemberian kredit.1

Istilah kredit di lingkungan masyarakat umum sudah tidak asing lagi dan bahkan dapat dikatakan populer dan merakyat, sehingga dalam bahasa sehari-hari

sudah dicampurbaurkan dengan istilah utang.2 Lebih lanjut bila ditinjau dari sudut

perkembangan perekonomian nasional dan internasional akan dapat diketahui betapa besar peranan yang terkait dengan kegiatan pinjam-meminjam uang pada saat ini. Berbagai lembaga keuangan, terutama bank konvensional yang merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan (fungsinya sebagai funding) dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit (fungsinya sebagai lending) dan/atau dalam bentuk-bentuk

1

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusa, (Jakarta : Rajawali Pers, 2000), hlm. 1.

2

Rahcmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 2001), hlm. 236.


(12)

lainnya3, telah membantu pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman uang antara lain dalam bentuk kredit

perbankan4 kepada masyarakat, khususnya para pelaku usaha, dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kredit perbankan merupakan salah satu usaha bank konvensional yang

telah banyak dimanfaatkan oleh anggota masyarakat yang memerlukan dana.5

Kredit dari sisi bank merupakan sumber pendapatan yang memberikan kontribusi

yang cukup besar bagi pendapatan bank itu sendiri.6 Sedangkan bagi masyarakat

atau nasabahnya kredit dapat membantu dalam permodalan usaha guna peningkatan pendapatannya.

Menurut penelitian dari berbagai sumber, sedikitnya ada lima hal yang

dapat mendorong calon nasabah untuk mengajukan kredit7. Pertama, Income

Smooting yang mana hal ini biasa terjadi karena adanya gap antara pendapatan dan pengeluaran. Biasanya terjadi pada mereka yang mendapatkan penghasilan pada masa tertentu (tidak rutin) padahal kebutuhan akan uang tetap berjalan dari waktu ke waktu. Dengan alasan inilah mereka mengajukan kredit kepada bank.

Kedua, Cash Flow Injection yaitu kebutuhan akan dana dalam jangka waktu pendek yang biasa terjadi karena adanya peluang usaha atau bisnis lain di luar usaha atau bisnis yang saat ini tengah dijalani, sehingga diperlukan modal tambahan atau dana segar secara cepat dalam waku yang singkat. Kredit yang

3

Try Widiyono, Agunan Kredit dalam Financial Engineering, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 1.

4

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.1-2.

5

Ibid. hlm. 2.

6

Suharno, Analisa Kredit, (Jakarta : Djambatan, 2003), hlm. 2.

7

Mira Retno S, Alasan Mengambil Kredit/Pinjaman, lihat : http://e-keuangan.blogspot.com/2008/07/alasan-mengambil-kredit-pinjaman.html, (diakses pada tanggal 13 Maret 2014).


(13)

digunakan untuk keperluan ini biasanya hanya digunakan dalam waktu singkat

sesuai dengan keperluan saat itu. Ketiga, Emergency Relief atau biasa disebut

dengan cadangan keungan, yaitu untuk mengatasi kebutuhan mendadak akibat

event risk (musibah keluarga, sakit, bencana alam, PHK, mencukupi biaya pendidikan jangka pendek dan lainnya). Kasus kredit dengan dasar ini menjadi penting mengingat masyarakat miskin umumnya tidak memiliki tabungan yang

memadai atau asuransi. Keempat, Asset Building yaitu menyiapkan dana untuk

kebutuhan jangka panjang (asset building). Tujuan kredit ini biasanya digunakan

untuk membeli aktiva tetap (peralatan rumah tangga, kendaraan, hewan ternak, properti dan lainnya) yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pada saatnya nanti,

aset-aset tersebut dapat dikonversikan kembali menjadi uang. Kelima, Saving

Down yaitu mengkonversi pinjaman (lump sum of money) menjadi tabungan

sebagai dana cadangan. Tujuannya untuk dapat digunakan sewaktu-waktu bagi berbagai macam keperluan. Orang yang memerlukan kredit dengan tujuan ini biasanya pada waktu itu belum membutuhkan uang namun bunga kredit saat itu sangat murah dan ada kemungkinan bunga kredit di masa mendatang (masa dimana uang diperlukan) bunga kredit menjadi lebih tinggi.

Begitu juga halnya suatu perusahaan yang berbadan hukum. Sebagai subjek hukum, dirinya juga dapat memperoleh fasilitas kredit. Pada umumnya, alasan suatu perusahaan memanfaat fasilitas perbankan ini adalah karena perusahaan tersebut membutuhkan modal, baik untuk pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, atau untuk membiayai rehabilitasi dan ekspansi, meningkatkan produksi dalam operasionalnya seperti untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya


(14)

yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan, dan lain sebagainya. Untuk hal tersebut lah perusahaan mengambil kredit ke bank.

Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk itu melalui perjanjian kredit antara pemberi kredit (kreditor) di satu pihak dan penerima kredit (debitor) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditor, yaitu menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitor, dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitor pada waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh para pihak pada saat perjanjian kredit tersebut disetujui oleh para pihak. Dalam hal ini, hak dan kewajiban debitor adalah bertimbal balik dengan hak dan kewajiban kreditor. Selama proses itu tidak menghadapi masalah dalam arti kedua pihak melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan maka persoalan tidak akan muncul. Biasanya persoalan baru timbul

jika debitor lalai mengembalikan uang pinjaman pada saat yang telah ditentukan.8

Hal ini lah yang dikatakan sebagai risiko kredit.

Risiko kredit merupakan risiko akibat ketidakmampuan nasabah atau debitor mengembalikan kredit yang diterimanya dari bank beserta bunganya

sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan.9 Untuk

menghadapi risiko kredit tersebut, bank dalam menjalankan fungsinya harus menggunakan prinsip kehati-hatian dan harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi kredit tepat pada waktunya

8

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.cit., hlm. 1-2.

9

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 267.


(15)

sesuai dengan yang diperjanjikan.10 Jadi dengan kata lain terdapat unsur yang esensial dari kredit bank, yaitu adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditor terhadap nasabah peminjam sebagai debitor. Prinsip kepercayaan ini disebut juga

fiduciary relationship. Prinsip tersebut diperlukan dalam hubungan timbal-balik

antara kreditor dan debitor.11 Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum

memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah atau

debitor.12

Selain adanya unsur kepercayaan dari bank, pemberian fasilitas kredit oleh

bank idealnya juga mendasarkan pada faktor financial, yang tercakup pada tiga

pilar, yaitu prospek usaha, kinerja, dan kemampuan calon debitor. Namun

demikian, dengan memperhatikan adanya prudential banking principles, maka

faktor financial saja belum cukup untuk memberikan keyakinan bahwa fasilitas

kredit tersebut akan kembali dengan aman dan menguntungkan. Pada umumnya pihak pemberi kredit mensyaratkan adanya agunan (jaminan kredit) sebelum

memberikan kredit kepada pihak peminjam.13 Sekalipun pada dasarnya agunan

(jaminan kredit) merupakan second way out, tetapi arah perkembangan kredit

perbankan akhir-akhir ini diluar kredit konsumtif telah mengarah pada faktor

agunan (jaminan kredit) sebagai variable dominan yang dapat memberikan

keyakinan pada bank. Kewajiban untuk menyerahkan agunan (jaminan kredit)

10

Hesty Irwan, Penelitian tentang Aspek Hukum Restrukturisasi Kredit dalam Rangka Menggerakkan Sektor Riil, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 2001), hlm. 63.

11

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 13.

12

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Prenada Media Group, 2008), hlm. 73.

13 Ibid.


(16)

oleh pihak peminjam dalam rangka pemberian kredit sangat terkait dengan kesepakatan diantara pihak-pihak yang melakukan kredit tersebut.

Jaminan dalam perkreditan mempunyai makna yang sangat penting, karena jaminan merupakan benteng terakhir bila debitor wanprestasi atau

mengalami kegagalan dalam menyelesaikan kewajibannya kepada pihak bank.14

Dengan kata lain bahwa jaminan juga merupakan semacam pelindung kerugian.15

Bila kredit yang diterima pihak peminjam tidak dilunasinya sehingga disimpulkan sebagai kredit macet, jaminan kredit yang diterima bank akan dicairkan untuk pelunasan kredit macet tersebut. Dengan demikian, jaminan kredit mempunyai peranan penting bagi pengamanan pengembalian dana bank yang disalurkannya

kepada pihak peminjam melalui pemberian kredit.16

Fungsi lain jaminan kredit dalam rangka pemberian kredit berkaitan dengan kesungguhan pihak peminjam untuk memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan dan menggunakan dana yang dimilikinya secara baik dan berhati-hati. Kedua hal tersebut diharapkan akan mendorong pihak peminjam untuk melunasi kreditnya sehingga akan dapat mencegah terjadinya pencairan jaminan kredit yang mungkin saja tidak diinginkannya karena mempunyai nilai (harga) yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan kredit pihak peminjam kepada bank.17

Disamping adanya ketentuan umum tentang kredit, masing-masing bank mempunyai aturan internal sendiri mengenai syarat-syarat pemberian kredit sebagai pedoman, yang dimaksudkan sebagai tindakan pengamanan bank. Salah

14

Suharno, Op.cit., hlm. 40.

15

Jopie Jusuf, Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, (Jakarta : Elex Media Komputerindo, 2003), hlm. 95.

16

M. Bahsan, Op.cit., hlm. 4.

17


(17)

satu bentuk tindakan pengamanan tersebut yaitu dengan melakukan pengikatan perjanjian kredit dan meminta jaminan dari debitor tersebut. Tujuan jaminan

adalah untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank.18 Namun bank tidak wajib

meminta jaminan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan proyek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan jaminan tambahan, apabila penilaian oleh bank terhadap kesangggupan debitor untuk melunasi kreditnya berdasarkan watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha debitor dianggap sudah

cukup.19

Jaminan kredit dapat berupa barang (benda) sehingga merupakan jaminan kebendaan dan/atau berupa janji penanggungan utang sehingga merupakan

jaminan perseorangan.20 Jaminan kebendaan merupakan jaminan yang berupa hak

mutlak atas suatu benda, yang mempunyai ciri-ciri adanya hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun dan selalu mengikuti

bendanya serta dapat dialihkan.21 Ada juga yang mengartikan bahwasanya

jaminan kebendaan adalah penyerahan hak oleh debitor atau pihak ketiga atas barang-barang miliknya kepada bank guna dijadikan agunan atas kredit yang diperoleh debitor dimana bank dengan melakukan pengikatan agunan tersebut mempunyai hak yang didahulukan dari kreditor lain untuk mengambil pelunasan

terhadap hasil penjualan agunan tersebut.22 Jaminan kebendaan dapat diikat

dengan lembaga hak tanggungan, gadai, fidusia, dan cessie.

18

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 21.

19

J. Satrio, Parate Eksekusi Sebagai Sarana Mengatasi Kredit Macet, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 5.

20

M. Bahsan, Op.cit., hlm. 2.

21

Salim HS, Op.cit., hlm. 24.

22


(18)

Jaminan perseorangan merupakan jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, yang hanya dapat dipertahankan terhadap

debitor tertentu.23 Dalam pengertian lain dikatakan bahwa jaminan perseorangan

adalah suatu perjanjian antara kreditor dengan seorang pihak ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berutang atau debitor. Jaminan perseorangan merupakan jaminan yang pelaksanaannya didasarkan atas faktor

psikologis dan bonafiditas yaitu persoonlijke borg atau jaminan orang lain. Sifat

jaminan ini mempunyai latar belakang kepercayaan dan bonafiditas, baik dari

peminjam ataupun pihak penjamin sendiri.24 Perjanjian ini bahkan dapat diadakan

diluar atau tanpa pengetahuan pihak peminjam tersebut.25 Pihak ketiga yang

melakukan penanggungan utang atau penjamin dapat dilakukan oleh

orang-perorangan yang pengikatan jaminannya dalam bentuk personal guarantee atau

dilakukan oleh badan hukum yang pengikatannya dalam bentuk corporate

guarantee atau yang dilakukan oleh pihak bank yang pengikatannya dalam bentuk

bank guarantee.

Jaminan kredit diatas dikatakan juga sebagai jaminan kredit khusus. Jaminan yang bersifat khusus adalah jaminan yang diberikan debitor kepada kreditor, yang hak-hak tagihannya mempunyai hak mendahului sehingga

berkedudukan sebagai kreditor privilege (hak preverent).26 Oleh karena adanya

jaminan yang bersifat khusus berarti terdapat juga jaminan yang bersifat umum. Jaminan yang bersifat umum yaitu jaminan yang diberikan oleh debitor kepada

23

Salim HS, Loc.Cit. 24

R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan (Penghayatan, Analisis dan Penuntutan), (Jakarta : Pradaya Paramita, 1971), hlm. 66.

25

Hermansyah, Op.cit., hlm. 74.

26

H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005), hlm. 208.


(19)

setiap kreditor, hak-hak tagihan mana tidak mempunyai hak saling mendahului

(konkuren) antara kreditor yang satu dan kreditor lainnya.27 Jaminan secara umum terdapat dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa segala kebendaan seorang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.

Jaminan secara umum sering dirasakan kurang cukup dan kurang aman, karena selain bahwa kekayaan debitor pada suatu waktu bisa habis, juga jaminan secara umum itu berlaku untuk semua kreditor, sehingga kalau ada banyak debitor ada kemungkinan beberapa orang dari mereka tidak lagi mendapat bagian. Oleh

karena itu debitor sering diminta memberikan jaminan khusus.28 Jaminan khusus

biasanya dimintakan pada jumlah kredit yang terbilang besar. Salah satu kredit yang memiliki jumlah kredit yang besar yaitu kredit investasi.

Bagi bank, hadirnya jaminan khusus dapat memberi keyakinan pada bank terhadap kredit yang diberikan kepada debitor akan dapat dikembalikan. Apabila kredit tidak dapat dikembalikan yang menyebabkan timbulnya kredit macet, maka bank telah memiliki sumber pelunasan yang berasal dari jaminan yang diberikan termasuk meminta penjamin untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu jaminan memberikan hak kepada kreditor untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan

kekayaan yang dijaminkan.29

Terkait dengan jaminan khusus tersebut, khususnya dalam perjanjian penanggungan oleh pihak ketiga, pihak ketiga yang menjamin pelunasan kredit

27

Ibid, hlm. 207.

28

R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 163-164.

29

Indrawati Soewarso, Aspek Hukum Jaminan Kredit, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 2002), hlm. 8.


(20)

tersebut sesungguhnya dalam hukum tidak berbeda dari debitor dengan jaminan seumumnya (Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Hanya saja karena secara ekonomis posisi pihak ketiga tersebut berada pada strata di atas debitor, maka pihak ketiga tersebut dianggap akan dapat memberikan pelunasan atas kewajiban debitor. Jika ternyata kemudian terbukti harta kekayaan dari pihak ketiga tersebut tidak mencukupi untuk melunasi seluruh kewajiban penanggungan tersebut, baik atas kewajiban yang timbul sehubungan dengan hubungan hukum kredit antara penjamin tersebut dengan kreditornya sendiri, maupun yang lahir karena sifat penanggungan utang, maka tentunya kreditor atas debitor yang ditanggung kreditnya tersebut juga hanya akan dapat memperoleh perlunasan

secara prorate atas seluruh harta kekayaan penjamin tersebut, bersama-sama

dengan para kreditor penjamin tersebut.30

Ketentuan yang mengatur masalah penjamin utang diatur dalam Bab

Ketujuh Belas mulai dari Pasal 1820-1850 KUHPerdata.31 Penjamin baru menjadi

debitor atau mempunyai kewajiban untuk membayar setelah debitor utama, yang utangnya ditanggung, cidera janji atau wanprestasi, dimana harta benda milik debitor utama telah disita dan dilelang terlebih dahulu dan apabila hasilnya tidak cukup untuk melunasi kewajibannya, atau apabila debitor utama tidak mempunyai

harta apapun maka kreditor dapat menuntut penjamin.32

Terkait dengan jaminan perseorangan tersebut, tentu tidak dapat kita mungkiri terdapatnya suatu badan hukum yang menjadi penjamin dalam kredit

yang disebut sebagai corporate guarantee. Badan hukum tersebut berupa induk

30

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.cit., hlm. 3.

31

Sunarmi, Hukum Kepailitan, (Medan : USU Press, 2009), hlm. 176.

32

Rudhy A. Lontoh, Denny Kailiman, Benny Ponto, Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung : Alumni, 2001), hlm. 411.


(21)

perusahaan, yang mana induk perusahaan tersebut bertindak sebagai corporate guarantee terhadap kredit anak perusahaannya yang mungkin saja pada saat itu anak perusahaan tersebut baru berdiri, tidak memiliki banyak aset yang berguna untuk menjadi jaminan kreditnya, atau lain sebagainya, sementara anak perusahaannya tersebut membutuhkan modal yang besar, baik untuk pembiayaan modal tetapnya misalnya peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, atau untuk membiayai rehabilitasi dan ekspansi, maupun kebutuhan lainnya. Berdasarkan peristiwa hukum tersebut, tentunya akan menimbulkan akibat hukum tersendiri, sebab kita mengetahui bahwasanya antara induk dan anak perusahaan tersebut mempunyai hubungan hukum diantara keduanya yaitu sebagai pemegang saham mayoritas, sehingga didalam perusahaan grup mereka dianggap suatu kesatuan ekonomi, dan juga secara yuridis keduanya merupakan suatu badan hukum yang mandiri.

Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu halnya dikaji bagaimana pengaturan jaminan kredit di Indonesia, bagaimana hubungan hukum antara induk perusahaan dan anak perusahaan dalam hal penjaminan di Indonesia, dan bagaimana pertanggungjawaban perusahaan induk yang bertindak sebagai

corporate guarantee terhadap kredit anak perusahaannya. Dengan demikian dalam skripsi ini akan dibahas permasalahan tersebut diatas secara mendalam dengan judul “Pertanggungjawaban Perusahaan Induk sebagai Corporate Guarantee Terhadap Anak Perusahaan Terkait Adanya Pemberian Fasilitas Kredit Investasi oleh Perbankan”.


(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan jaminan kredit perbankan di Indonesia ?

2. Bagaimana hubungan hukum antara induk perusahaan dan anak perusahaan

dalam hal penjaminan di Indonesia ?

3. Bagaimana pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate

guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan jaminan kredit perbankan di Indonesia;

2. Untuk mengetahui hubungan hukum antara induk perusahaan dan anak

perusahaan dalam hal penjaminan di Indonesia;

3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate

guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan.

Adapun yang menjadi manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :


(23)

1. Manfaat Teoritis

Yaitu sebagai bahan kajian lebih lanjut dan memberikan peranan penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan khususnya

tentang pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate guarantee

terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan.

2. Manfaat Praktis

Yaitu sebagai pedoman dan menambah khasanah pengetahuan bagi perusahaan induk yang ingin menjadi penjamin agar mengetahui tanggung jawabnya terhadap kreditor dan debitor serta dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia perbankan dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan

pemberian corporate guarantee terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi

oleh perbankan.

D. Keaslian Penulisan

“Pertanggungjawaban Perusahaan Induk sebagai Corporate Guarantee Terhadap Anak Perusahaan Terkait Adanya Pemberian Fasilitas Kredit Investasi oleh Perbankan” yang diangkat menjadi judul skripsi ini telah diperiksa secara administrasi dan belum pernah ditulis secara persis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian skripsi ini adalah asli adanya. Meskipun berdasarkan hasil pemeriksaan Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terdapat


(24)

substansi pokok permasalahan yang dibahas berbeda dengan permasalahan yang

dibahas dalam skripsi ini. Adapun penulisan yang terkait dengan corporate

guarantee tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tinjauan Hukum Tentang Kepemilikan Saham Asing dalam Perusahaan

Penanam Modal Kerja Sama Patungan (Studi Pada PT. Socfin Indonesia), yang ditulis oleh : Karina Utari Nst (040200211);

2. Akibat Hukum Pemberian Corporate Guarantee oleh Induk Perusahaan

Terhadap Perikatan Anak Perusahaan dalam Perkara Kepailitan (Analisis Perkara Kepailitan No. 05/Pailit/1998/PN. Niaga/Jak.Pusat jo Putusan MARI No. 1/K/1998), yang ditulis oleh : Julita S. Nababan (010200035);

3. Perjanjian Pemberian Kredit Pada BNI dengan Jaminan Corporate Guarantee

(Studi Kasus BNI Cabang Lhokseumawe Aceh Utara), yang ditulis oleh : Fani Ufakuni (010222075);

4. Perjanjian Kredit dengan Jaminan Coorporate Guarantee (Studi Kasus Pada

PT. Hutan Barumun Perkasa Di Medan), yang ditulis oleh : Sri Wisudawanti (010222195).

Penulisan skripsi ini disusun melalui literatur-literatur dan bahan bacaan dari berbagai referensi dari buku-buku, media cetak, media elektronik, dan bantuan dari berbagai pihak. Hal ini merupakan suatu proses untuk menemukan kebenaran ilmiah, sehingga penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.


(25)

E. Tinjauan Kepustakaan

Induk perusahaan atau perusahaan holding adalah suatu perusahaan yang

bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau

mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut.33 Ray August menyatakan

bahwa Holding Company adalah perusahaan yang dimiliki oleh induk perusahaan

atau beberapa induk perusahaan yang bertugas untuk mengawasi,

mengoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan usaha anak-anak

perusahaannya.34 Parent or holding company merupakan penciptaan Perseroan

yang khusus disiapkan memegang saham Perseroan lain untuk tujuan investasi

baik tanpa maupun dengan kontrol yang nyata (without or with actual control).35

Anak perusahaan (Subsidiary) adalah perseroan yang dikontrol oleh parent

company atau disebut dengan controlling company.36 Anak perusahaan adalah perseroan yang mempunyai hubungan khusus dengan perseroan lainnya yang

terjadi karena :37

1. Lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh induk

perusahaannya;

2. Lebih dari 50% (lima pulih persen) suara dalam RUPS dikuasai oleh induk

perusahaannya; dan atau

3. Kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan, pemberhentian Direksi dan

Komisaris sangat dipengaruhi oleh induk perusahaan.

Corporate guarantee adalah suatu persetujuan yang dilakukan oleh perusahaan demi kepentingan kreditor, mengikatkan diri untuk memenuhi

perikatan debitor, bila debitor itu tidak memenuhi perikatannya. Corporate

33

Munir Fuady, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 83-84.

34

Ray August, International Business Law : Text, Cases, and Readings, (Boston : Prentice Hall, 1999), hlm. 192.

35

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), hlm. 51.

36

M. Yahya Harahap, Loc.cit.

37


(26)

guarantee adalah suatu jaminan berupa janji atau pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh perusahaan penanggung untuk memenuhi kewajiban debitor,

manakala debitor sendiri wanprestasi.38

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.39 Kata kredit berasal dari

kata Romawi “Credere” artinya percaya. Dalam bahasa Belanda istilahnya

Vertrouwen, dalam bahasa Inggris Believe atau Trust or Confidence artinya sama

yaitu percaya.40 Maksud dari percaya bagi pemberi kredit adalah pemberi kredit

percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai

jangka waktu.41

Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal yaitu untuk pembelian barang-barang modal serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi atau modernisasi maupun ekspansi proyek yang

38

Veronica Sri Rahayuningtyas, S.H. Aspek Kontraktual dalam Lembaga Corporate Guarantee, Lihat : http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad =rja&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Falumni.unair.ac.id%2Fkumpulanfile%2F3997850 707_abs.pdf&ei=kjl1Urr0H8OgkAXBsoDQDw&usg=AFQjCNHm5F4MQtbh-TesIFhAZDC6Un Y5Vw&bvm=bv.55819444,d.dGI, (diakses pada tanggal 3 November 2013).

39

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790.

40

Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 92.

41

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 97.


(27)

sudah ada atau pendirian proyek baru, pembangunan pabrik, pembelian

mesin-mesin yang semuanya itu ditujukan untuk meningkatkan produktivitas.42 Kredit

investasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, atau untuk membiayai rehabilitasi dan ekspansi. Adapun jangka waktunya 5 tahun atau lebih. Di Indonesia jenis kredit investasi ini mulai diperkenalkan pada pertengahan tahun 1969, bersamaan dengan dimulainya Repelita I, sebagai penunjang program industrialisasi yang

mulai dilancarkan pemerintah.43

F. Metode Penelitian

Untuk membahas permasalahan yang ada di dalam skripsi ini, diperlukan suatu metode pengumpulan data yang sesuai dengan objek pembahasannya agar mendapatkan data-data yang relevan dengan skripsi ini. Adapun metode pengumpulan data yang diterapkan dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis atau metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga

sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang

menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is written in the

book), maupun hukum yang diputus oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process).44

42

Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yunianti Ananda, Djuhaepah T. Marala, Dasar-dasar Perkreditan (Edisi Keempat), (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 29.

43

Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : Andi, 2005), hlm. 6.

44

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 118.


(28)

2. Data dan Sumber Data

Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian kepustakaan yaitu

penelitian terhadap data sekunder45. Data sekunder tersebut dapat dibagi menjadi :

a. Bahan hukum primer46, yakni bahan yang mempunyai kekuatan mengikat

secara umum maupun mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.47

b. Bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa buku, majalah, karya ilmiah, maupun artikel-artikel lainnya yang berhubungan dengan obyek yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan penelitian, seperti: seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa

sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan di atas.48

c. Bahan hukum tertier, yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus, ensiklopedia dan lain-lain.49

45

Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hlm. 24.

46

Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 64.

47

Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta, Liberty,1988), hlm. 19.

48

Ronny Hanitjo Soemitro, Loc.cit. 49


(29)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penulisan skripsi

ini adalah dengan cara penelitian kepustakaan (library research) yaitu penulisan

yang dilakukan dengan cara pengumpulan literatur dengan sumber data berupa bahan hukum primer dan ataupun bahan hukum sekunder yang ada hubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini yaitu dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitis, yaitu mengungkapkan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum sebagai objek penelitian.50

Dalam metode penelitian deskriptif analitis ini analisis data yang dipergunakan adalah analisis secara pendekatan kualitatif terhadap data sekunder.

G. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya diuraikan secara sistematis dan diperlukan suatu sistematika penulisan yang teratur. Dimana penulis membagi menjadi bab per bab dan masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini akan dibahas

mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan

50


(30)

manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN JAMINAN KREDIT PERBANKAN DI

INDONESIA

Bab ini dipaparkan bagaimana pengaturan jaminan kredit perbankan di Indonesia. Bab ini berisikan tinjauan umum kredit perbankan di Indonesia dan pengaturan jaminan kredit perbankan di Indonesia.

BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA INDUK PERUSAHAAN DAN

ANAK PERUSAHAAN DALAM HAL PENJAMINAN DI INDONESIA

Bab ini dipaparkan bagaimana hubungan hukum antara induk perusahaan dan anak perusahaan dalam hal penjaminan di Indonesia. Bab ini berisikan pengertian induk perusahaan dan anak perusahaan, status hukum anak perusahaan dalam perusahaan grup, wewenang dan tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak perusahaan, hubungan hukum induk perusahaan dan anak perusahaan dalam hal penjaminan di Indonesia.


(31)

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN INDUK

SEBAGAI CORPORATE GUARANTEE TERHADAP ANAK

PERUSAHAAN TERKAIT ADANYA PEMBERIAN FASILITAS KREDIT INVESTASI OLEH PERBANKAN

Bab ini dipaparkan bagaimana pertanggungjawaban perusahaan

induk sebagai corporate guarantee terhadap anak perusahaan

terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan.

Bab ini berisikan prosedur pemberian corporate guarantee oleh

induk perusahaan terhadap anak perusahaan sebagai jaminan kredit,

pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate

guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari permasalahan yang dibahas pada skripsi ini.


(32)

BAB II

PENGATURAN JAMINAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Kredit Perbankan di Indonesia

1. Pengertian kredit dan pembiayaan

Kata kredit berasal dari kata Romawi “Credere” artinya percaya. Dalam

bahasa Belanda istilahnya Vertrouwen, dalam bahasa Inggris Believe atau Trust or

Confidence artinya sama yaitu percaya.51 Maksud dari percaya bagi pemberi kredit adalah pemberi kredit percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai

kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.52

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga.53 Sedangkan pengertian pembiayaan adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atas kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.54

51

Sutarno, Loc.cit.

52

Kasmir, Loc.cit.

53

Ibid, hlm. 96.

54


(33)

Penggunaan istilah tersebut tergantung dari pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank tersebut dalam menjalankan usahanya secara konvensional atau prinsip syariah. Apabila bank tersebut menjalankan usahanya secara konvensional maka menggunakan istilah kredit sedangkan bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah maka menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

Menurut OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu

yang akan datang.55 Dengan akan diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan

dating, maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang,

uang, maupun jasa.56 Raymond P. Kent dalam buku karangannya Money and

Banking mengatakan bahwa kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu

yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.57

Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan

dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang.58 Yang

menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan

55

Budi Untung, Op.cit, hlm. 1.

56

Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yunianti Ananda, Djuhaepah T. Marala, Opcit, hlm. 12.

57

Ibid, hlm. 12-13.

58


(34)

prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi

bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil.59

2. Unsur-unsur kredit

Berdasarkan pengertian kredit yang dipaparkan diatas, kita dapat mengetahui dan menarik unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit tersebut. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian

suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :60

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

b. Kesepakatan

Selain adanya unsur kepercayaan, di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka

59

Ibid, hlm. 97.

60


(35)

waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

d. Risiko

Yaitu risiko tidak tertangihnya atau macetnya pembayaran kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

3. Tujuan dan fungsi kredit

Bila di negara-negara liberal, tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh negara yang bersangkutan, yaitu pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh

manfaat (keuntungan) yang sebesar-besarnya.61 Namun Indonesia bukanlah

negara liberal, melainkan negara kesatuan yang berbentuk republik yang berlandaskan pada Pancasila sebagai falsafah hidup kebangsaannya. Oleh karena

61

Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yunianti Ananda, Djuhaepah T. Marala, Op.cit., hlm. 14.


(36)

Pancasila adalah sebagai dasar dan falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Dengan demikian tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya

bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of development

adalah untuk :62

a. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan;

b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya

guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat;

c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat

memperluas usahanya.

Disamping itu, pemberian suatu fasilitas kredit juga mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :63

a. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).

62

Ibid., hlm. 15.

63


(37)

b. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitor akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

c. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit

adalah sebagai berikut :64

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank;

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan

usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur;

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar

kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat;

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang

sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara;

64


(38)

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

Selain tujuan diatas, suatu fasilitas kredit juga memiliki fungsi tersendiri baik itu bagi debitor, kreditor, maupun masyarakat umum. Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitor, kreditor, maupun masyarakat, apabila secara sosial

ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik65. Bagi pihak debitor dan kreditor,

mereka sama-sama memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.

Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang, dan juga dalam

perdagangan, mempunyai fungsi sebagai berikut :66

a. Meningkatkan daya guna uang

Adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk

menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.67

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang

dari derah lainnya.68

65

Budi Untung, Op.cit., hlm. 4.

66 Ibid.

67

Kasmir, Loc.cit.

68


(39)

c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitor untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau

bermanfaat.69 Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang

dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula

meningkatkan jumlah barang yang beredar.70

d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga

meningkatkan devisa negara.71

e. Meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan

berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya pas-pasan.72

f. Meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurai pengangguran. Di samping itu, bagi

69

Ibid., hlm. 102.

70 Ibid. 71

Ibid. 72


(40)

masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya

seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.73

g. Meningkatkan hubungan internasional

Pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara

lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.74

4. Jenis-jenis kredit

Secara umum jenis-jenis kredit yang diberikan oleh bank yang menjalankan usahanya secara konvensional kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut :

a. Dilihat dari segi kegunaan75

1) Kredit Investasi

Kredit yang ditujukan untuk pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, atau untuk membiayai

rehabilitasi dan ekspansi.76

2) Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

73

Kasmir, Op.cit., hlm. 102-103.

74

Ibid., hlm. 103.

75 Ibid. 76


(41)

b. Dilihat dari segi tujuan kredit77

1) Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.

2) Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.

3) Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang alam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

77


(42)

c. Dilihat dari segi jangka waktu

Apabila jangka waktu digunakan sebagai kriteria, maka suatu kredit

dapat dibagi ke dalam :78

1) Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun, bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembeli, dan kredit wesel, juga dapat berbentuk kredit modal kerja yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja atau proyek.

2) Kredit jangka menengah

Yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun, bentuknya dapat berupa kredit investasi jangka menengah.

3) Kredit jangka panjang

Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya yaitu kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi (perluasan), dan pendirian proyek baru.

d. Dilihat dari segi jaminan

Dari segi jaminannya penggolongan kredit dapat dibedakan, antara lain:79

1) Kredit tanpa jaminan atau kredit blanko (Unsecured loan)

Yang dimaksud dengan kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit tanpa jaminan materil (agunan fisik), pemberiannya sangatlah selektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah teruji bonafiditas,

78

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 487.

79


(43)

kejujuran, dan ketaatannya baik dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya.

2) Kredit dengan jaminan (Secured loan)

Kredit ini diberikan kepada debitur selain didasarkan adanya keyakinan atas kemampuan debitor juga disandarkan pada adanya agunan

atau jaminan yang berupa fisik (collateral) sebagai jaminan tambahan,

misalnya berupa tanah, bangunan, alat-alat produksi, dan sebagainya.

e. Dilihat dari segi sektor usaha80

1) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

2) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya

peternakan ayam dan jangka panjang misalnya peternakan kabing atau sapi.

3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai indusri kecil, menengah

atau besar.

4) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya

dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

5) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

6) Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti, dosen, dokter

atau pengacara.

80


(44)

7) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

8) Dan sektor-sektor lainnya.

5. Prinsip-prinsip pemberian kredit

Hal yang harus diperhatikan sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melaui prosedur penilaian yang benar. Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standard penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.

Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai berikut:

a. Character

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaaan

keluarga, hobi dan social standing-nya. Ini semua merupakan ukuran


(45)

b. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan modal efektif atau tidak, dapat dilihat pada laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran

lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada

sekarang ini.

d. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition

Menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing serta prospek usaha dari sektor yang nasabah jalankan. Penilaian prospek bidang


(46)

usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

Penilaian kredit dengan metode analsisi 7P adalah sebagai berikut :

a. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya

sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi,

tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

c. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.

d. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.


(47)

e. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitor, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari

laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau

akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Prinsip lainnya yang digunakan bank dalam pemberian kredit yaitu prinsip

3R, yang terdiri atas :81

a. Returns (Hasil yang Diperoleh)

Returns, yakni hasil yang diperoleh oleh debitor, dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditor. Artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, disamping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti

untuk cash flow, kredit lain jika ada, dan sebagainya.

81

Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 25-27.


(48)

b. Repayment (Pembayaran Kembali)

Kemampuan bayar dari pihak debitor tentu saja juga mesti

dipertimbangkan. Dan apakah kemampuan bayar tersebut macth dengan

schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.

c. Risk bearing ability (kemampuan menanggung risiko)

Misalnya dalam hal terjadi hal-hal diluar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan dan/atau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut.

B. Pengaturan Jaminan Kredit Perbankan di Indonesia

1. Pengertian jaminan kredit

Secara umum, jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu

utang.82 Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie

yaitu kemampuan debitor untuk memenuhi atau melunasi perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas utang yang diterima debitor terhadap

kreditornya.83

82

Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yunianti Ananda, Djuhaepah T. Marala, Op.cit., hlm. 88.

83

Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm. 66.


(1)

sebagai pemegang saham mayoritas pada anak perusahaannya, sekaligus sebagai pimpinan sentral dari perusahaan grup yang merupakan kesatuan ekonomi, induk perusahaan dapat menjadi penjamin atau memberikan corporate guarantee atas perbuatan hukum anak perusahaannya. Seperti halnya pada kegiatan anak perusahaan yang mengambil kredit perbankan, yang mana induk perusahaan menjadi penjaminnya.

3. Pertanggungjawaban perusahaan induk sebagai corporate guarantee terhadap anak perusahaan terkait adanya pemberian fasilitas kredit investasi oleh perbankan yaitu bahwa induk perusahaan bertanggung jawab seutuhnya atas kredit anak perusahaannya tersebut. Apabila anak perusahaan melakukan cidera janji atau wanprestasi yaitu tidak mampu atau tidak membayar kreditnya beserta bunganya sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditentukan, maka induk perusahaan berkewajiban melunasi kredit anak perusahaannya tersebut beserta bunganya. Kewajiban melunasi kredit beserta bunga kredit anak perusahaannya itu hanya dapat dilakukan apabila pihak bank telah terlebih dahulu menyita dan menjual harta kekayaan anak perusahaan yang memperoleh fasilitas kredit tersebut (Pasal 1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Namun kewajiban melunasi tersebut dapat langsung dimintakan oleh bank kepada induk perusahaan tanpa terlebih dahulu melakukan sita-jual harta kekayaan anak perusahaan, apabila hak istimewa induk perusahaan tersebut sebagai penjamin telah digugurkan atau dilepaskan oleh induk perusahaan (Pasal 1832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).


(2)

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan terkait dengan pembahasan dalam skripsi ini, antara lain :

1. Sebaiknya pengaturan jaminan kredit perbankan di Indonesia harus diimbangi dengan pengaplikasian dari pengaturan jaminan kredit perbankan itu sendiri. Hal ini sangat penting karena dengan adanya jaminan atau agunan kredit yang sesuai dengan jumlah kredit yang diberikan oleh bank, maka risiko kerugian yang dialami bank akibat dari kredit macet pun akan berkurang.

2. Sebaiknya hubungan hukum yang ada antara induk perusahaan dan anak perusahaan dalam hal penjaminan diatur secara jelas di dalam anggaran dasar induk perusahaan, agar tidak terjadi kekeliruan dan penafsiran yang beragam apakah induk perusahaan dapat menjadi corporate guarantee atau tidak. Karena hal ini sangat mempengaruhi akibat hukum dari perbuatan hukum penjaminan tersebut

3. Bagi perusahaan yang bertindak sebagai corporate guarantee atas kredit anak perusahaannya, sebaiknya sebelum bersedia memberikan penjaminan tersebut harus difikirkan terlebih dahulu dengan matang, tanpa pengaruh dari faktor apapun, agar jangan sampai pemberian jaminan tersebut berdampak negatif kepada induk perusahaan dikemudian hari, dan juga terus mengawasi kegiatan usaha anak perusahaannya agar jangan sampai terjadi kekeliruan yang berakibat tidak mampunya anak perusahaan untuk melunaskan kreditnya. Kemudian juga harus diatur secara jelas berapa jumlah yang harus ditanggung agar tidak terjadi kekeliruan ketika harus menanggungnya dikemudian hari.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdurrahman, A. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan. Jakarta : Pradnya Paramita. 1991.

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana. 2006.

August, Ray. International Business Law : Text, Cases, and Readings. Boston : Prentice Hall. 1999.

Bahsan, Muhammad. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2012.

Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti. 2000.

Fuady, Munir. Hukum Perkreditan Kontemporer. Bandung : Citra Aditya Bakti. 1996.

____________. Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis. Bandung : Citra Aditya Bakti. 2002.

Garner, Bryan A. Legal Writing in Plain English : A Text with Exercises. Chicago : University of Chicago Press. 2001.

Harahap, Muhammad Yahya. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta : Sinar Grafika. 2011.

Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta : Prenada Media Group. 2008.

Irwan, Hesty. Penelitian tentang Aspek Hukum Restrukturisasi Kredit dalam Rangka Menggerakkan Sektor Riil. Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. 2001.

Jusuf, Jopie. Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank. Jakarta : Elex Media Komputerindo. 2003.

Kamello, Tan dan Syarifah Lisa Indriati. Hukum Perdata : Hukum Orang dan Keluarga. Medan : USU Press. 2010.

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2011.


(4)

Lontoh, Rudhy A., dkk. Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Bandung : Alumni. 2001. Megarita. Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Saham yang Digadaikan.

Medan : USU Press. 2011.

Mertokusumo, Soedikno. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta : Liberty. 1988.

Mosher, William E. & Finla G. Crawford. Public Utility Regulation. New York : Harper and Brothers. 1933.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti. 2006.

Naja, H.R. Daeng. Hukum Kredit dan Bank Garansi. Bandung : Citra Aditya Bakti. 2005.

Pangaribuan, Emmy. Perusahaan Kelompok. Yogyakarta : Seri Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 1994.

Purnamasari, Irma Devi. Kiat-kita Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Hukum Jaminan Perbankan. Bandung : Kaifa. 2011.

Salim. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2004.

____________. Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUHPerdata. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.

Saliman, Abdul R., dkk. Hukum Bisnis untuk Perusahaan ; Teori dan Contoh Kasus. Jakarta : Kencana. 2008.

Satrio, J. Parate Eksekusi Sebagai Sarana Mengatasi Kredit Macet. Bandung : Citra Aditya Bakti. 1993.

____________. Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Pribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti. 1996.

Soemitro, Ronny Hanitjo. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.

____________. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta : Ghalia Indonesia. 1988.

Soewarso, Indrawati. Aspek Hukum Jaminan Kredit. Jakarta : Institut Bankir Indonesia. 2002.


(5)

Subekti, R. Aneka Perjanjian. Bandung : Citra Aditya Bakti. 1995. Suharno. Analisa Kredit. Jakarta : Djambatan. 2003.

Sulistiowati. Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2010.

Sunarmi. Hukum Kepailitan. Medan : USU Press. 2009.

Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta : Djambatan. 1995.

Sutarno. Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung : Alfabeta. 2009. Suyatno, Thomas, dkk. Dasar-dasar Perkreditan (Edisi Keempat). Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama. 2003.

Tjiptoadinugroho, R. Perbankan Masalah Perkreditan (Penghayatan, Analisis dan Penuntutan). Jakarta : Pradaya Paramita. 1971.

Untung, Budi. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta : Andi. 2005.

Usman, Rachmadi. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2001.

____________. Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta : Sinar Grafika. 2009. Widiyono, Try. Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di

Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia. 2006.

____________. Agunan Kredit dalam Financial Engineering. Bogor : Ghalia Indonesia. 2009.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Jaminan Fidusa. Jakarta : Rajawali Pers. 2000.

Widjaja, I.G. Rai. Pedoman Dasar Perseroan Terbatas (PT). Jakarta : Pradya Paramita. 1994.

____________. Hukum Perusahaan. Bekasi : Kesaint Blanc. 2006. Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. 2009.


(6)

B. Peraturan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor. 11/110/Kep./Dir/UPPB Tentang Pemberian Jaminan oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh Lembaga Keuangan non-Bank.

C. Laporan Penelitian/Makalah :

Yuni Syahreni Nasution. “Analisis Praktek Personal Guarantee dalam Pemberian Kredit Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Sigli.” Tesis, Kenotariatan USU, 2011.

Bambang Setijoprodjo dan Yunus Husein. “Kelembagaan, Usaha dan Pengelolaan Bank.” Makalah disajikan pada Temu ilmiah perbankan dan sistem keuangan. Bank Indonesia dan Universitas Sumatera Utara, Medan,1994.

D. Website :

Veronica Sri Rahayuningtyas. “Aspek Kontraktual dalam Lembaga Corporate Guarantee.” Lihat : http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc =s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F %2Falumni.unair.ac.id%2Fkumpulanfile%2F3997850707_abs.pdf&ei=kjl 1Urr0H8OgkAXBsoDQDw&usg=AFQjCNHm5F4MQtbhTesIFhAZDC6 UnY5Vw&bvm=bv.55819444,d.dGI.

Letezia Tobing. “Persyaratan dalam Pemberian Corporate Guarantee.” Lihat : http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50b2e7638f45b/persyaratan-dalam-pemberian-corporate-guarantee.

Mira Retno S. “Alasan Mengambil Kredit/Pinjaman.” lihat : http://e-keuangan.blogspot.com/2008/07/alasan-mengambil-kredit-pinjaman.html.