2.1.9. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari penatalaksanaan nonfarmakologis dan penatalaksaan farmakologis.
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi dengan tujuan sebagai penanganan awal sebelum penambahan obat anti
hipertensi, juga termasuk hal yang perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi obat. Modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan,
karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Menurut beberapa ahli, pengobatan nonfarmakologis sama pentingnya dengan pengobatan farmakologis,
terutama pada pengobatan hipertensi derajat I. Pada hipertensi derajat I, pengobatan secara nonfarmakologis kadang-kadang dapat mengendalikan tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda. Jika obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan nonfarmakologis dapat dipakai sebagai
pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. Pengonatan nonfarmakologis yang dimaksud, antara lain:
a.1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan hipertensi Menurut Corwin 2001 berhenti merokok penting untuk mengurangi efek
jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain
itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis. Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengurangi
Universitas Sumatera Utara
asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai pengurangan sekitar 10 Kg berat badan berhubungan langsung dengan
penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per Kg berat badan. a.2. Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran
tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang dianjurkan untuk penderita Hipertensi dilakukan dengan teratur, minimal tiga kali seminggu. Hal ini dapat
menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun. Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang
perlu diingatkan kepada kita adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi. Menurut Dede Kusmana 2002
beberapa patokan berikut ini perlu dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:
a.2.1. Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa atau dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah
sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melebihi 100 mmHg.
a.2.2. Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapat informasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita.
Universitas Sumatera Utara
a.2.3. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung dengan beban treadmillergometer agar dapat dinilai reaksi tekanan
darah serta perubahan aktifitas listrik jantung EKG, sekaligus menilai tingkat kapasitas fisik.
a.2.4 Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan
beban. a.2.5. Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan tidak menambah peningkatan darah. a.2.6. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan.
a.2.7. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan. a.2.8. Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah
latihan. a.2.9. Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan
tekanan darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat hipertensi.
a.2.10. Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada kaitannya dengan beban emosi. Oleh karena itu disamping olahraga
yang bersifat fisik dilakukan pula olahraga pengendalian emosi, artinya berusaha mengatasi ketegangan emosional yang ada.
Universitas Sumatera Utara
a.2.11. Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosistakaran obat yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan
penyesuaian pengurangan. a.3. Perubahan pola makan
a.3.1 Mengurangi asupan garam pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat badan dapat digunakan
sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Nasehat pengurangan asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan
memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti
tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari makanan yang sudah diasinkan, dan
menggunakan mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara
ketat dan akan mengurangi kebiasaan makan pasien secara drastis. Menurut Sheps 2005 Jika dokter atau ahli gizi menyarankan agar
kita mengurangi Natrium demi menurunkan tekanan darah, maka ikutilah saran itu.
Bahkan sebelum disarankan pun sebaiknya kurangi natrium, cobalah membatasi jumlah natrium yang kita konsumsi
setiap hari. Beberapa cara yang dapat dilakukan: a.3.2. Perbanyak makanan segar, kurangi makan yang diproses.
a.3.3. Pilihlah produk dengan natrium rendah.
Universitas Sumatera Utara
a.3.4. Jangan menambah garam pada makanan saat memasak. a.3.5. Jangan menambah garam saat di meja makan.
a.3.6. Batasi penggunaan saus-sausan a.3.7. Bilaslah makanan dalam kaleng.
a.3.8. Diet rendah lemak jenuh Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari
tanaman dapat menurunkan tekanan darah. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium terbukti erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan
mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak
konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur banyak mengandung Kalium, kacang-
kacangan banyak
mengandung Magnesium.
Sedangkan susu
mengandung banyak Kalsium.
Universitas Sumatera Utara
a.4. Menghilangkan stres Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan
sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat perubahan
dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban stres. Perubahan- perubahan itu ialah:
a.4.1. Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau kita terpaksa
harus terburu-buru untuk tepat waktu memenuhinya a.4.2. Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.
a.4.3. Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. a.4.4. Siapkan cadangan untuk keuangan.
a.4.5. Makanlah yang benar. a.4.5. Tidur yang cukup.
a.4.6. Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang stres. a.4.7. Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.
a.4.8. Binalah hubungan sosial yang baik. a.4.9. Ubahlah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan
kritis atau negatif terhadap diri sendiri. a.4.10 Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus.
a.4.11. Carilah humor. a.4.12. Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.
Universitas Sumatera Utara
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi
berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler
atau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat anti hipertensi terbukti dapat menurunkan sistolik dan mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau
lebih. Menurut Arif Mansjoer 2001 penatalaksanaan dengan obat anti hipertensi
bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24
jam dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah dan dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar dan melindungi pasien
terhadap risiko dari kematian mendadak, serangan jantung atau stroke akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur.
Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi dosis rendah 2 obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan efektifitas tambahan dan
mengurangi efek samping. Setelah diputuskan untuk untuk memakai obat anti hipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu,
diberikan diuretik atau beta bloker. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai dengan algoritma. Diuretik biasanya menjadi tambahan karena
dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat yang kedua dapat
Universitas Sumatera Utara
mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah satu tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif.
2.2. Kebiasaan Merokok
Nikotin pada rokok yang sampai di otak akan menyebabkan peningkatan efineprin oleh kelenjar adrenalin yang pada gilirannya dapat menyempitkan
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat Astawan, 2002. Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan juga menyebabkan
pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar nikotin, akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi Dekker, E, 1996.
Di Singapura, Kanada, Brazil, Australia, Thailand, Uruguay, Venezuela, India melampirkan peringatan bahaya merokok berupa gambar pesan peringatan dengan
ukuran mencapai setengah dari tampilan depan dan belakang. Sedangkan di Indonesia dengan mayoritas masyarakatnya yang muslim, peringatan tersebut hanya
dilampirkan dalam bentuk tulisan kecil pada setiap bagian belakang bungkus rokok yang berbunyi Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi
dan gangguan kehamilan dan janin ”.
Merokok merupakan salah satu kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Perilaku merokok tidak hanya menyebabkan berbagai macam penyakit tetapi juga
dapat memperberat sejumlah penyakit lainnya. Dekker, E 1996 mengungkapkan bahwa seorang perokok yang menghisap 1-9 batang perhari akan mengalami
pemendekan umur sekitar 5,5 tahun.
Universitas Sumatera Utara