Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati Di Pasar Internasional

(1)

KRIANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

TRIANA SRI INDAH M. SIBARANI 090304056

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI OLEH :

TRIANA SRI INDAH M. SIBARANI 090304056

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si

NIP. 196309281998031001 NIP. 196703031998022001 Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

ABSTRAK

TRIANA SRI INDAH MARANATHA SIBARANI. Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati di Pasar Internasional, dibimbing oleh Bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D.

Pasar minyak nabati merupakan pasar yang kompetitif di pasar internasional. Peningkatan harga minyak bumi memberikan dampak kepada meningkatnya konsumsi minyak nabati dunia. Terdapat empat jenis minyak nabati yang memiliki share produksi dan konsumi tertinggi yaitu minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari. Sebelum tahun 2003, pasar dunia didominasi oleh minyak kedelai kemudian setelah tahun 2003 terjadi pergeseran pasar yang didominasi oleh minyak sawit. Hal ini berarti terdapat keterkaitan harga diantara minyak nabati di pasar internasional. Data yang digunakan adalah data time series bulanan dari Januari 1980 sampai dengan Agustus 2013. Metode analisis yang digunakan adalah metode granger causality, kointegrasi dan error correction model.

Hasil analisis menunjukkan bahwa harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati lain, harga minyak kedelai dipengaruhi oleh harga minyak sawit dan rape, harga minyak rape dipengaruhi oleh harga minyak sawit, kedelai, dan bunga matahari, dan harga minyak bunga matahari dipengaruhi oleh harga minyak sawit, kedelai dan rape. Terdapat kointegrasi diantara harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari. Seluruh variabel dalam persamaan memiliki hubungan jangka panjang dan akan menuju pada suatu titik keseimbangan dengan kecepatan penyesuaian yang berbeda-beda.

Kata Kunci : minyak nabati, granger causality, kointegrasi, unit root, error correction model


(4)

RIWAYAT HIDUP

Triana Sri Indah Maranatha Sibarani, lahir pada tanggal 19 Juni 1991 di Balige, merupakan anak ketiga dari Ayahanda Drs. R. Sibarani dan Ibunda M.Pardede, B.Sc. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : pada tahun 1996 masuk di Taman Kanak-Kanak Swasta Methodist 1 Medan dan tamat tahun 1997. Kemudian tahun 1997 masuk di Sekolah Dasar Swasta Methodist 1 Medan dan tamat tahun 2003. Tahun 2003 masuk di Sekolah Menengah Pertama Roma Katolik Budhi Dharma Balige dan tamat tahun 2006. Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas Swasta Methodist 1 Medan dan tamat tahun 2009. Dan tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama menjalani masa perkuliahan, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Silinda, Kecamatan Silinda, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Juli s/d Agustus 2013.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah “Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati di Pasar Internasional.” Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Drs. R. Sibarani dan Ibunda M. Pardede, B.Sc yang selalu memberikan nasihat, kasih sayang dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan selama menjalani perkuliahan. Terima kasih banyak kepada Kakak Vita Sibarani, Abang John Wesley Sibarani, Adik Rio Sibarani, dan Adik Roi Sibarani serta keluarga besar yang memberikan doa dan dukungan semangat.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan selama masa perkuliahan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(6)

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP-USU dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan. 3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali

ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh Pegawai pada Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Lisbet, Kak Yani dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi kampus.

Penulis juga berterima kasih kepada semua teman-teman Agribisnis Stambuk 2009, khususnya kepada sahabat-sahabat penulis yaitu Pascaria Purba, Hedidiana Pardede, dan Ellen Simanjuntak yang memberikan semangat, kritik dan saran serta doa yang tulus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diperlukan sumbangan pemikiran, kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan karya terbaru selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat berguna untuk kemajuan pendidikan khususnya dunia pertanian dan berguna bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.2. Landasan Teori ... 12

2.3. Kerangka Pemikiran ... 15

2.4. Hipotesis Penelitian ... 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1. Metode Pengumpulan Data ... 18

. 3.2. Metode Analisis Data ... 18

3.3. Defenisi dan Batasan Operasional ... 29

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 30

4.1. Perkembangan Perdagangan Minyak Nabati Dunia ... 30

4.2. Perdagangan Minyak Sawit Dunia ... 32

4.3. Perdagangan Minyak Kedelai Dunia ... 33

4.4. Perdagangan Minyak Rape Dunia ... 36

4.5. Perdagangan Minyak Bunga Matahari Dunia ... 38

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

5.1. Hasil ... 40

5.1.1. Hasil Uji Granger Causality ... 40


(8)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50 6.1. Kesimpulan ... 50 6.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Konsumsi Keempat Jenis Minyak Nabati Tahun 2008-2012 2 2. Produksi Keempat Jenis Minyak Nabati Tahun 2008-2012 3 3. Volume Impor dan Konsumsi Domestik Tahun 2008 – 2012 32

4. Hasil Uji Granger Causality 40

5. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) 41

6. Hasil Uji Kointegrasi 42


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Pangsa Pasar Keempat Jenis Minyak Nabati 3 2. Bagan Struktur Pengelompokan Minyak Hayati di Pasar Dunia 6

3. Kurva Permintaan 12

4. Kurva Permintaan X dan Y (Hubungan Substitusi) 14 5. Kurva Permintaan X dan Y (Hubungan Komplementer) 14

6. Skema Kerangka Pemikiran 16

7. Grafik Jumlah Ekspor Minyak Nabati Tahun 2008-2012 8. Grafik Jumlah Ekspor Minyak Nabati Berdasarkan Negara

Tujuannya Tahun 2008-2012

9. Grafik Perkembangan Harga Minyak Sawit Tahun 2002-2012 10. Grafik Perkembangan Harga Minyak Kedelai Tahun 2002-2012 11. Grafik Perkembangan Harga Minyak Rape Tahun 2002-2012 12. Grafik Perkembangan Harga Minyak Bunga Matahari Tahun


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Data Harga Nominal Minyak Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rape, dan Minyak Bunga Matahari

2. Consumer Price Index for Fats and Oils 3. Uji Granger Causality

4. Uji Unit Akar Harga Minyak Sawit pada Tingkat Level

5. Uji Unit Akar Harga Minyak Sawit pada Tingkat First Difference 6. Uji Unit Akar Harga Minyak Kedelai pada Tingkat Level

7. Uji Unit Akar Harga Minyak Kedelai pada Tingkat First Difference 8. Uji Unit Akar Harga Minyak Rape pada Tingkat Level

9. Uji Unit Akar Harga Minyak Rape pada Tingkat First Difference 10. Uji Unit Akar Harga Minyak Bunga Matahari pada Tingkat Level

11. Uji Unit Akar Harga Minyak Bunga Matahari pada Tingkat First Difference

12. Uji Kointegrasi Harga Minyak Kedelai dengan Harga Minyak Sawit 13. Uji Kointegrasi Harga Minyak Kedelai dengan Harga Minyak Rape 14. Uji Kointegrasi Harga Minyak Rape dengan Harga Minyak Sawit 15. Uji Kointegrasi Harga Minyak Rape dengan Harga Minyak Kedelai 16. Uji Kointegrasi Harga Minyak Rape dengan Harga Minyak Bunga

Matahari

17. Uji Kointegrasi Harga Minyak Bunga Matahari dengan Harga Minyak Sawit

18. Uji Kointegrasi Harga Minyak Bunga Matahari dengan Harga Minyak Kedelai

19. Uji Kointegrasi Harga Minyak Bunga Matahari dengan Harga Minyak Rape

20. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Kedelai dan Harga Minyak Sawit

21. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Kedelai dan Harga Minyak Rape

22. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Rape dan Harga Minyak Sawit

23. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Rape dan Harga Minyak Kedelai

24. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Rape dan Harga Minyak Bunga Matahari

25. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Bunga Matahari dan Harga Minyak Sawit

26. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Bunga Matahari dan Harga Minyak Kedelai


(12)

ABSTRAK

TRIANA SRI INDAH MARANATHA SIBARANI. Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati di Pasar Internasional, dibimbing oleh Bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D.

Pasar minyak nabati merupakan pasar yang kompetitif di pasar internasional. Peningkatan harga minyak bumi memberikan dampak kepada meningkatnya konsumsi minyak nabati dunia. Terdapat empat jenis minyak nabati yang memiliki share produksi dan konsumi tertinggi yaitu minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari. Sebelum tahun 2003, pasar dunia didominasi oleh minyak kedelai kemudian setelah tahun 2003 terjadi pergeseran pasar yang didominasi oleh minyak sawit. Hal ini berarti terdapat keterkaitan harga diantara minyak nabati di pasar internasional. Data yang digunakan adalah data time series bulanan dari Januari 1980 sampai dengan Agustus 2013. Metode analisis yang digunakan adalah metode granger causality, kointegrasi dan error correction model.

Hasil analisis menunjukkan bahwa harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati lain, harga minyak kedelai dipengaruhi oleh harga minyak sawit dan rape, harga minyak rape dipengaruhi oleh harga minyak sawit, kedelai, dan bunga matahari, dan harga minyak bunga matahari dipengaruhi oleh harga minyak sawit, kedelai dan rape. Terdapat kointegrasi diantara harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari. Seluruh variabel dalam persamaan memiliki hubungan jangka panjang dan akan menuju pada suatu titik keseimbangan dengan kecepatan penyesuaian yang berbeda-beda.

Kata Kunci : minyak nabati, granger causality, kointegrasi, unit root, error correction model


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar minyak nabati di pasar internasional merupakan salah satu pasar yang kompetitif. Pasar ini melibatkan lebih dari sembilan jenis minyak serta hampir diproduksi dan dikonsumsi di semua negara, baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang (Susila, 2010).

Ada 13 jenis minyak nabati yang diproduksi dan dikonsumsi oleh dunia antara lain minyak sawit (palm oil), minyak kernel sawit (palm kernel oil), minyak kedelai (soyabean oil), minyak bunga matahari (sunflower oil), minyak rape (rapeseed oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak kacang tanah (groundnut oil), minyak biji kapas (cottonseed oil), minyak jagung (corn oil), minyak zaitun (olive oil), minyak jarak (castor oil), minyak wijen (sesame oil), dan minyak biji rami (linseed oil). Dari ketiga belas minyak nabati dunia terdapat empat jenis yang memiliki tingkat konsumsi yang cukup besar yakni minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari (Sipayung, 2012).

Peningkatan harga minyak bumi dunia dan krisis energi yang terjadi memberikan dampak kepada meningkatnya konsumsi minyak nabati dunia. Minyak nabati yang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan minyak bumi menjadi salah satu alasan banyaknya negara-negara yang menggunakan minyak nabati. Selain sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan bakar biodiesel yang ramah lingkungan, minyak nabati juga merupakan sumber


(14)

Serikat dan Malaysia. Pentingnya minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif yang banyak dikonsumsi oleh negara-negara di dunia membuat permintaan minyak nabati ini semakin meningkat (Luthfiandy, 2011).

Di dalam perdagangan dunia, empat jenis minyak nabati yang terbesar memiliki share sebesar 91,56% (60,39 juta metrik ton) dan share terhadap produksi dunia sebesar 85,38% (136,49 juta metrik ton) (USDA, 2012).

Tabel 1. Konsumsi Keempat Jenis Minyak Nabati Tahun 2008-2012 No Jenis

Konsumsi (Juta Metrik Ton) Pertumbuhan rata-rata (%/tahun) 2008 2009 2010 2011 2012

1 Palm Oil 42,96 45,04 47,74 50,62 53,61 5,39 2 Soyabean oil 36,32 38,22 40,71 41,72 43,01 4,13 3 Rapeseed oil 20,33 22,61 23,49 23,78 23,55 3,52 4 Sunflower oil 10,88 11,79 11,77 13,10 13,65 5,43 Sumber : United State Department of Agriculture (USDA), 2013

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa palm oil menempati posisi pertama dengan konsumsi pada tahun 2012 sebesar 53,61 juta metrik ton. Hal ini menunjukkan bahwa palm oil merupakan salah satu minyak nabati yang paling dibutuhkan dunia dalam memenuhi kebutuhannya. Selain pada aspek konsumsi, hal tersebut juga terjadi pada aspek produksi dimana produksi minyak nabati dunia masih didominasi oleh palm oil.

Tabel 2. Produksi Keempat Jenis Minyak Nabati Tahun 2008-2012 No Jenis

Produksi (Juta Metrik Ton) Pertumbuhan rata-rata (%/tahun) 2008 2009 2010 2011 2012

1 Palm Oil 44,03 45,91 48,68 51,88 55,29 5,53 2 Soyabean oil 35,90 38,79 41,29 42,35 43,00 4,38 3 Rapeseed oil 20,59 22,56 23,52 24,30 24,14 3,84 4 Sunflower oil 12,08 12,28 12,42 15,34 14,06 3,17 Sumber : United State Department of Agriculture (USDA), 2013


(15)

Tabel 2 menunjukkan bahwa palm oil juga memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan soyabean oil, rapeseed oil dan sunflower oil. Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan, sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (khususnya industri oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Secara kimiawi, minyak nabati memiliki persamaan utama yaitu memiliki trigliserida dengan asam lemak yang terikat pada lengan-lengannya (Buana, 2004).

0 5 10 15 20 25 30 35 40

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

P

angs

a P

as

ar

(

%

)

Palm Oil Soyabean Oil Rapeseed Oil Sunflower Oil

Sumber : United State Department of Agriculture (USDA), 2012 (diolah) Gambar 1. Pangsa Pasar Keempat Jenis Minyak Nabati

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran pangsa pasar minyak kedelai oleh minyak sawit, dimana sebelum tahun 2003 pasar minyak nabati didominasi oleh minyak kedelai dan setelah tahun 2003 pasar minyak nabati didominasi oleh minyak sawit.


(16)

matahari membuat keempat jenis minyak nabati ini saling bersubstitusi maupun berkomplementer. Suatu barang yang memiliki hubungan yang saling bersubstitusi maupun berkomplementer maka harga dari barang tersebut akan saling mempengaruhi.

Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis untuk mengetahui apakah keadaan harga suatu minyak nabati bergerak selaras dengan minyak nabati lain yang merupakan barang substitusinya ataupun komplementernya di pasar dunia.

1.2. Identifikasi Masalah

Seperti yang telah disinggung dalam latar belakang, maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian yaitu :

1. Bagaimana hubungan kausalitas harga minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari di pasar internasional ?

2. Bagaimana hubungan kointegrasi harga diantara harga minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari di pasar internasional ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis hubungan kausalitas harga minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari di pasar internasional.

2. Menganalisis hubungan kointegrasi harga diantara harga minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari di pasar internasional.


(17)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi kepada para pelaku ekonomi untuk mengetahui keadaan harga minyak nabati dunia dan hubungannya.

2. Sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan minyak nabati dunia.

3. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya kalangan akademis yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Menurut Oil World (2008), minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak hayati (edible oil and fats). Di pasar dunia minyak nabati yang diperdagangkan ada tiga belas jenis minyak nabati, sedangkan di pasar dunia minyak hewani dipasarkan empat jenis minyak. Bagan struktur pengelompokan minyak hayati di pasar dunia menurut sumber minyak seperti disajikan pada gambar dibawah ini :


(19)

Minyak sawit adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang memiliki umur ekonomis sampai sekitar 25 tahun. Hal ini berarti produksi minyak sawit relatif stabil dari tahun ke tahun dibandingkan dengan jenis tanaman minyak nabati lainnya (kecuali kelapa), yang umumnya adalah tanaman musiman yang produksinya juga bersifat musiman sehingga sering terjadi ketidakstabilan pasokan (Sipayung, 2012).

Dari segi daya saing, minyak sawit mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibanding minyak nabati lainnya karena produktivitas yang tinggi. Minyak sawit merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat. Ditinjau dari aspek gizi, minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol bahkan mengandung betakaroten sebagai pro-vitamin A (ITPC, 2012).

Produksi minyak sawit dunia digunakan untuk makanan termasuk minyak goreng dan margarin, mie, makanan panggang dan lain-lain. Selain itu minyak sawit digunakan sebagai bahan dalam produk nonmakanan termasuk bahan bakar nabati, sabun, detergen dan surfaktan, kosmetik, obat-obatan dan beraneka ragam produk rumah tangga dan industri yang lain (World Growth, 2011).

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Umur kedelai dapat dipanen adalah 75-110 hari tergantung jenis varietas dan ketinggian tempat. Produksi kedelai yang dihasilkan para petani rata-rata mencapai 600-700 kg/ha di Indonesia. Di Amerika Serikat


(20)

produksi kedelai dunia dengan rata-rata produksi mencapai 1.800 kg/ha (Prihatman, 2000).

Kacang kedelai dapat diolah dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Hasil olahan minyak kedelai digunakan untuk bahan baku industri makanan dan nonmakanan. Industri makanan dan nonmakanan dari minyak kedelai misalnya bahan baku untuk pembuatan minyak goreng, margarin, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi (Prihatman, 2000). Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah namun kadar proteinnya tinggi. Hal ini menyebabkan kedelai lebih banyak digunakan sebagai sumber protein daripada sebagai sumber minyak (Departemen Perindustrian, 2007).

Bunga matahari merupakan tanaman musiman yang tumbuh subur di daerah pegunungan, di daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak mendapat sinar matahari langsung. Tanaman ini memiliki umur panen 100 hari dengan musim tanam yang cocok adalah pada saat musim kemarau (Departemen Pertanian, 2012).

Minyak bunga matahari adalah minyak yang berasal dari tanaman bunga matahari. Minyak ini banyak digunakan sebagai minyak salad atau minyak goreng dan sebagai sumber pembuatan margarin (Anonimous, 2012). Bunga matahari juga merupakan produk makanan penting bagi manusia sebab memiliki kandungan minyak yang tinggi sebesar 25-50% (Departemen Pertanian, 2012).

Rapeseed oil atau yang sering dikatakan minyak rape atau minyak lobak adalah minyak yang diperoleh dari biji lobak. Lobak merupakan tanaman musiman dengan umur tanaman sekitar 60 hari. Tanaman lobak dapat tumbuh


(21)

baik di daerah pegunungan, dan menghendaki udara yang lembab dan dingin (Susila, 2006).

Minyak rape memiliki kadar minyak jenuh yang lebih rendah daripada minyak nabati yang lainnya yaitu sekitar 6%. Minyak jenuh dari minyak sawit sekitar 79% dan minyak kacang tanah sekitar 18%. Minyak rape sangat baik digunakan untuk memasak dan menggoreng karena memiliki kandungan kolesterol yang rendah yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak dengan baik. Minyak rape memiliki fungsi yang sama dengan minyak zaitun yang dapat membantu seseorang dalam mengurangi berat badannya. Tidak hanya itu minyak rape juga memiliki asam lemak terbanyak dibandingkan dengan minyak nabati lain. Asam lemak tersebut adalah Omega 3 yang diketahui baik untuk sirkulasi darah dan otak, Omega 6 yang bermanfaat untuk kesehatan kuku dan kulit, dan Omega 9. Kandungan asam lemak pada minyak rape adalah 11 kali lebih tinggi daripada minyak zaitun (Anonimous, 2012).

Di pasar internasional, keberadaan minyak sawit sebagai sumber minyak nabati berkaitan erat dengan komoditas substitusinya yaitu minyak kedelai (soyabean oil) dan minyak bunga matahari (sunflower oil). Oleh karena itu fluktuasi pada salah satu komoditas ini akan sangat berpengaruh pada harga minyak sawit di pasar internasional (Tasnim, 2008).

Produsen utama minyak sawit adalah Indonesia dan Malaysia, produsen utama minyak kedelai adalah Amerika Serikat, Brazil, Argentina dan China. Minyak rape dihasilkan terutama oleh China, Uni Eropa, India, Kanada dan Eropa


(22)

Pola konsumsi minyak nabati di setiap negara pada umumnya bersifat komposit, yang artinya terdiri dari beberapa jenis. Pola konsumsi minyak nabati di China adalah minyak kedelai, minyak rape dan minyak sawit. Sedangkan di India minyak sawit, minyak rape, dan minyak kedelai. Pola konsumsi Uni Eropa berturut-turut adalah minyak sawit, minyak bunga matahari, minyak rape dan minyak kedelai. Sedangkan di Amerika Serikat yang terbesar adalah minyak kedelai dan minyak rape (Sipayung, 2012).

Penelitian Terdahulu

Menurut Griffith (1979) harga berbagai jenis minyak nabati dunia diduga berinteraksi satu sama lain karena adanya penggunaan yang saling menggantikan (substitusi) di antara berbagai jenis minyak nabati. Hal yang sama juga diduga terjadi antara minyak nabati dengan minyak bumi, karena kecenderungan pemanfaatan bahan bakar berbahan baku minyak nabati.

Selain itu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwanto (2002) dalam tesisnya yang berjudul Dampak Kebijakan Domestik dan Faktor Eksternal Terhadap Perdagangan Dunia Minyak Nabati memasukkan empat jenis minyak nabati yaitu minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa menyimpulkan bahwa hubungan minyak kelapa sawit dengan minyak kedelai dan minyak biji matahari bersifat subsitusi dan minyak kelapa sawit dengan minyak kelapa bersifat komplemen.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Luthfiandy (2011) disimpulkan bahwa diantara harga minyak kelapa sawit, minyak kanola, minyak kedelai dan minyak bunga matahari terjadi hubungan kausalitas. Harga minyak


(23)

kanola dan minyak kelapa sawit terjadi kausalitas dua arah. Demikian pula antara harga minyak kanola dengan harga minyak bunga matahari dan harga minyak kelapa sawit dengan harga minyak kedelai. Selain itu harga minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak kanola dan minyak bunga matahari berkointegrasi pada first difference. Penelitian ini menggunakan data time series dari bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2010.

Menurut Liu (2008) dalam penelitiannya menganalisis hubungan harga biofuel di pasar Uni Eropa, AS dan Brazil dengan menggunakan data harga minyak kedelai, harga CPO, dan harga rapeseed oil bulanan mulai dari Januari 1998 sampai Januari 2007 menyimpulkan bahwa ada hubungan kausalitas satu arah dari AS dan Brazil sebagai produsen utama minyak kedelai terhadap Uni Eropa sebagai produsen minyak kanola sekaligus konsumen minyak kedelai dan CPO, ada kointegrasi diantara harga ketiga minyak tersebut, masing-masing harga minyak nabati tersebut dipengaruhi oleh harganya sendiri bulan sebelumnya dan harga minyak nabati lainnya bulan sebelumnya, CPO merupakan substitusi minyak kanola.

Berdasarkan penelitian Susilowati (1989) minyak kelapa sawit bersubstitusi dengan minyak kedelai dan minyak kelapa serta berkomplemen dengan minyak kanola (rapeseed oil). Hal ini berarti jika harga minyak kedelai atau minyak kelapa dunia meningkat, maka negara pengkonsumsi minyak kedelai atau minyak kelapa akan mengurangi konsumsinya dan beralih untuk mengkonsumsi minyak kelapa sawit. Peningkatan harga pada minyak kanola tidak


(24)

2.2. Landasan Teori Teori Permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang yang bersedia dibayar oleh konsumen pada tingkat harga tertentu. Permintaan seseorang terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan, cita rasa, jumlah penduduk dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang (Sukirno, 2005).

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan menyatakan semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut dan sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2005).

Gambar 3. Kurva Permintaan

Kuantitas

P1

P2

Q1

Harga

D


(25)

Gambar 3 menjelaskan hukum permintaan dimana pada saat harga barang berada pada tingkat harga P1 maka jumlah permintaan adalah sebesar Q1, tetapi ketika terjadi penurunan harga menjadi P2 maka jumlah permintaan menjadi Q2. Hal ini terjadi ketika faktor-faktor lain lain yang mempengaruhi permintaan dianggap tidak berubah atau berada dalam keadaan ceteris paribus.

Harga Barang yang Berkaitan (Substitusi dan Komplementer)

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan adalah perubahan harga pada barang yang berkaitan erat dengan barang tersebut. Ada dua jenis barang-barang yang berkaitan yaitu barang-barang substitusi dan barang-barang komplementer. Barang substitusi adalah barang yang sifatnya dapat menggantikan fungsi dari suatu barang, sedangkan barang komplementer adalah barang yang sifatnya dapat melengkapi fungsi dari suatu barang (Miller, 2000).

Jika X dan Y adalah barang substitusi. Ketika harga Y turun sementara harga X tidak berubah maka konsumen akan bergeser membeli Y lebih banyak dan membeli X lebih sedikit. Kurva permintaan X akan bergeser ke kiri yang menunjukkan penurunan permintaan akan X. Dengan kata lain hubungannya adalah positif dimana penurunan harga Y akan menyebabkan penurunan permintaan terhadap X (Miller, 2000).

Berbeda halnya jika X dan Y adalah barang komplementer. Ketika harga Y turun sedangkan harga X tidak berubah maka konsumen membeli Y lebih banyak dan juga membeli X lebih banyak.


(26)

Gambar 4. Kurva Permintaan X dan Y (Hub. Substitusi)

Gambar 5. Kurva Permintaan X dan Y (Hub. Komplementer)

Kuantitas

P1y

P2y

Q1y

Harga

Dy

Dx

Q2y Q1x

Dx’

Q2x

Px

Kuantitas

P1y

P2y

Q1y

Harga

Dy

Dx’

Q2y Q2x

Dx

Q1x


(27)

2.3. Kerangka Pemikiran

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa telah terjadi pergeseran pangsa pasar dimana sebelum tahun 2003 minyak kedelai masih mendominasi pasar minyak nabati namun setelah tahun 2003 pasar didominasi oleh minyak sawit. Hal ini disebabkan adanya kesamaan komposisi dan kegunaan diantara minyak nabati yang ada.

Kesamaan kegunaan ini menunjukkan bahwa minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, dan minyak bunga matahari memiliki hubungan substitusi maupun hubungan komplementer. Suatu barang yang memiliki hubungan substitusi maupun komplementer maka harga dari barang tersebut akan saling mempengaruhi.

Untuk itu dilakukan penelitian lebih jauh bagaimana keterkaitan harga minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari di pasar internasional.


(28)

Adapun skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :

Keterangan : hubungan

Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan kausalitas antara harga minyak sawit dengan minyak kedelai, harga minyak sawit dengan minyak rape, harga minyak sawit dengan minyak bunga matahari, harga minyak kedelai dengan harga minyak rape, harga minyak kedelai dengan harga minyak bunga matahari, harga minyak rape dengan harga minyak bunga matahari di pasar internasional.

Harga Minyak Sawit

Harga Minyak Rape Harga

Minyak Kedelai

Harga Minyak Bunga Matahari


(29)

2. Terdapat hubungan kointegrasi antara harga minyak sawit dengan minyak kedelai, harga minyak sawit dengan minyak rape, harga minyak sawit dengan minyak bunga matahari, harga minyak kedelai dengan harga minyak rape, harga minyak kedelai dengan harga minyak bunga matahari, harga minyak rape dengan harga minyak bunga matahari di pasar internasional.


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data time series bulanan pada periode Januari 1980 hingga Agustus 2013. Data yang digunakan antara lain data harga yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF), data produksi dari United States Department of Agriculture (USDA) dan indeks harga konsumen yang diperoleh dari World Bank.

3.2. Metode Analisis Data

Seluruh data yang terkumpul adalah data harga nomial dalam nilai US$ yang artinya masih terdapat pengaruh inflasi di dalamnya. Untuk itu seluruh data harga dikonversi ke dalam nilai riil dengan menggunakan Consumer Index Price (CIP). Menurut Lipsey, dkk (1984) cara mengkonversi nilai nominal ke dalam nilai riil adalah dengan menggunakan rumus :

100 min

x CIP

al no Nilai riil

Nilai =

Hipotesis 1 dapat dianalisis dengan model Granger Causality dan untuk hipotesis 2 dianalisis dengan model kointegrasi dengan menggunakan alat analisis Eviews 6.0.

Langkah awal yang dilakukan membentuk model persamaan regresinya. Terdapat dua belas persamaan regresi antara lain sebagai berikut :

Persamaan 1 : Yt =α + βXtt`


(31)

t

Y = harga minyak kedelai pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 2 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak sawit pada waktu t

t

Y = harga minyak rape pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 3 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak sawit pada waktu t

t

Y = harga minyak bunga matahari pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 4 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak kedelai pada waktu t

t

Y = harga minyak sawit pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 5 : Yt =α + βXtt`


(32)

Persamaan 6 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak kedelai pada waktu t

t

Y = harga minyak bunga matahari pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 7 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak rape pada waktu t

t

Y = harga minyak sawit pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 8 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak rape pada waktu t

t

Y = harga minyak kedelai pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 9 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak rape pada waktu t

t

Y = harga minyak bunga matahari pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 10 : Yt =α + βXtt`


(33)

t

Y = harga minyak sawit pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 11 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak bunga matahari pada waktu t

t

Y = harga minyak kedelai pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Persamaan 12 : Yt =α + βXtt`

Dimana : Xt= harga minyak bunga matahari pada waktu t

t

Y = harga minyak rape pada waktu t

α ,β= koefisien, εt`= error term

Kedua belas persamaan diatas akan diuji hubungan kausalitasnya dengan uji Granger Causality. Uji Granger Causality pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (Nachrowi, 2006). Model persamaan kausalitas dapat ditulis sebagai berikut :

t n i i t i n i i t i

t Y X

Y 1

1 1

ε β

α + +

=

= − = − t m i i t i m i i t i

t X Y

X 2

1 1

ε λ

γ + +

=

= −


(34)

Dimana :

Xt = variabel bebas (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari) pada periode t

Yt = variabel terikat (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari) pada periode t

i = waktu

t

ε = error term

Hipotesis nol untuk pengujian ini :

a. Jika 0

1 ≠

= n i i

β dan 0

1 =

= m i i

λ maka X mempengaruhi Y

b. Jika 0

1 =

= n i i

β dan 0

1 ≠

= m i i

λ maka Y mempengaruhi X

Di dalam perhitungan secara statistik, jika nilai probabilitas Fstatistik < α, maka ada pengaruh yang signifikan. Setelah diketahui variabel bebas dan variabel terikat dari uji Granger Causality, maka diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut :

ε β

α+ +

= t

t X

Y

Dimana : Yt = variabel terikat (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari) pada periode t

Xt = variabel bebas (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari) pada periode t

β

α, = koefisien


(35)

Persamaan regresi tersebut kemudian diuji dengan uji kointegrasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji Unit Akar

Uji unit akar adalah uji yang dilakukan sebagai langkah pertama dalam melakukan uji kointegrasi. Uji unit akar adalah salah satu cara untuk mengamati ketidakstasioneran suatu data runtun waktu. Dua data yang diuji memiliki pergerakan yang sama sehingga terlihat saling berkorelasi walaupun tidak mempunyai hubungan sebab akibat, kondisi ini disebut dengan regresi palsu (spurious regression). Untuk menghindari regresi palsu tersebut maka data yang diregresikan harus dalam keadaan stasioner terlebih dahulu.

Uji unit akar diperkenalkan oleh Dickey-Fuller melalui analisis Auxiliary Regression (AR) dengan persamaan :

t t

t y

y1 + µ

H0 : ρ =1 menyatakan bahwa variabel Y tidak stasioner, sehingga penolakan terhadap H0 membuktikan bahwa variabel Y stasioner. Untuk data yang masih dalam keadaan tidak stasioner maka persamaan diatas dikurangi yt-1 pada sisi kiri dan kanan, sehingga persamaannya menjadi :

t t t t

t y y y

y111+ µ

t t t

t y y

y1 =(ρ−1) 1 + µ Atau dapat ditulis sebagai berikut : ∆ytyt1 + µt

= ρ


(36)

Jika setelah turunan pertama variabel tidak juga stasioner, maka dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF), dimana dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

= − − + ∆ + − + + = ∆ k i t t i t

t T T y y

y 1 1 1 1 1

0 α (α ) β µ

α

Dimana : ∆ = first difference operator

yt = variabel harga pada periode waktu t T = time trend

i = jumlah lag

t

µ = error term

β

α, = koefisien

Jika H011−1=0diterima, maka Yt tidak stasioner.

Hasil pengujian ini juga dapat dilihat dari nilai ADF statistik dan nilai probabilistiknya. Jika nilai ADF statistik lebih kecil dari nilai kritisnya dan nilai probabilistiknya lebih kecil dari α (1%, 5%, atau 10%) maka data sudah stasioner.

Setelah dilakukan uji unit akar pada keempat variabel tersebut kemudian dilakukan uji kointegrasi. Untuk melanjutkan ke uji kointegrasi, semua variabel harus stasioner pada derajat integrasi yang sama atau I(n).

2.Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi dilakukan untuk melihat apakah dalam jangka panjang ada kesamaan pergerakan dan keseimbangan antara data-data yang dianalisis. Keseimbangan jangka panjang dapat tercapai dengan syarat galat keseimbangan harus berfluktuasi sekitar nol.


(37)

Metode yang digunakan adalah Johansen Cointegration Test yang dapat ditunjukkan pada persamaan berikut dengan ordo P :

t t p t p t

t A y A y B

y = 1 1 +...+ + π +ε dimana : yt = vektor-k pada variabel yang tidak stasioner

t

π = vektor-d pada variabel deterministic

t

ε = vektor inovasi

Kemudian persamaan diatas dapat ditulis menjadi :

= −

− + Γ ∆ + +

=

∆ 1

1 1

p

i

t t i

y i t

t y B

y π ε

Jika H0 : εt< 1 menyatakan bahwa error term stasioner dimana terdapat hubungan kointegrasi. Semakin kecil nilai error term maka akan terjadi keseimbangan jangka panjang. Jika ada kointegrasi diantara variabel maka uji dilanjutkan ke uji error correction model (ECM).

3. Error Correction Model

Suatu persamaan yang memiliki persamaan kointegrasi maka dalam persamaan tersebut terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang. Dalam jangka pendek selalu terjadi ketidakseimbangan yang mana akan menyebabkan kesalahan keseimbangan (equilibrium error). Untuk itu diperlukan suatu model jangka pendek yang mampu mengamati perilaku variabel dalam jangka pendek yang mengalami equilibrium error. Dari model regresi :


(38)

Kurangkan yt-1 dari kedua sisi, tambahkan dan kurangkan βXt1 dari sisi kanan, maka akan diperoleh :

t t t

t t t

t Y X X Y X

Y1=β −β 11+α+β 1

t t t

t

t X Y X

Y =β∆ − −α−β +ε

∆ ( 1 1)

Dari persamaan ∆Yt=β∆Xt−(Yt1−α−βXt1)+εt, untuk menguji proses stasioner tersebut maka persamaan diatas dimodifikasi menjadi :

t t t

t

t X Y X

Y =β +β∆ −γ −α−β +ε

0 ( 1 1)

Dimana : γ = speed of adjustment

β= koefisien kointegrasi

Jika γ =0 maka tercapainya titik keseimbangan pada jangka panjang. Jika γ semakin besar maka semakin cepat hubungan antar variabel melakukan penyesuaian menuju titik keseimbangan dalam jangka panjang.

3.3. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi

1. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan pada suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

2. Minyak nabati adalah minyak yang disari / diekstrak dari beberapa bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan, bahan pelumas,


(39)

bahan bakar, bahan pewangi, pengobatan dan berbagai penggunaan industri lainnya.

3. Harga minyak nabati adalah harga rata-rata penjualan minyak nabati pada pasar internasional dalam US$.

4. Pasar internasional adalah seluruh kegiatan perdagangan yang berlangsung antar beberapa negara.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.

2. Penelitian ini hanya menganalisis empat jenis minyak nabati yakni minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari.

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series bulanan mulai periode Januari 1980 hingga Agustus 2013.


(40)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1. Perkembangan Perdagangan Minyak Nabati Dunia

Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan dunia. Pasar yang kompetitif dan melibatkan tiga belas jenis minyak serta hampir diproduksi dan dikonsumsi di semua negara merupakan bukti bahwa pentingnya minyak nabati dalam perdagangan internasional. Minyak nabati yang diperdagangkan di pasar internasional antara lain minyak sawit, minyak inti kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari, minyak kelapa, minyak kacang tanah, minyak kapas, minyak jagung, minyak olive, minyak jarak, minyak sesame, dan minyak linseed.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

2008 2009 2010 2011 2012

ek

spor

(

jut

a met

rik

ton)

Palm oil Soyabean oil Rapeseed oil Sunflower oil

Sumber : USDA, 2012

Gambar 7. Grafik Jumlah Ekspor Minyak Nabati Tahun 2008-2012 Besarnya perdagangan minyak nabati dapat dilihat dari jumlah ekspor dan impornya. Gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah ekspor minyak nabati dunia dari tahun 2008 hingga tahun 2012 cenderung mengalami peningkatan dengan minyak


(41)

kelapa sawit sebagai jenis minyak nabati yang memiliki kontribusi terbesar dalam menjelaskan peningkatan jumlah ekspor dunia. Indonesia dan Malaysia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia sekaligus merupakan dua negara pengekspor minyak nabati terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8.

0 5 10 15 20 25

2008 2009 2010 2011 2012

ek

spor

(

jut

a m

et

rik

ton)

Indonesia Malaysia Argentina Ukraine Canada EU

Sumber : USDA, 2012

Gambar 8. Grafik Jumlah Ekspor Minyak Nabati Berdasarkan Negara Tujuannya Tahun 2008-2012

India, China, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa merupakan negara pengimpor minyak nabati terbesar dan negara konsumen minyak nabati terbesar di dunia. Tingginya konsumsi minyak nabati menyebabkan negara-negara tersebut melakukan impor guna memenuhi permintaan minyak nabati domestiknya. Grafik impor minyak nabati dunia dapat dilihat pada Tabel 3.


(42)

Tabel 3. Volume Impor dan Konsumsi Domestik Tahun 2008 – 2012

No Negara

Volume Impor (juta metrik ton)

Konsumsi Domestik (juta metrik ton)

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

1 India 8.79 9.07 8.58 10.03 11.05 14.51 15.24 16.06 16.94 18.31

2 China 9.77 9.00 8.39 9.23 10.45 24.74 26.91 27.69 29.24 30.89

3 EU 9.26 8.96 8.52 8.98 8.98 11.17 24.48 24.18 23.93 23.58

4 USA 3.23 3.34 3.61 3.83 3.85 23.24 11.20 11.92 12.79 12.83

Sumber : USDA, 2012

4.2. Perdagangan Minyak Sawit Dunia

Dari segi daya saing, minyak sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, karena produktivitas per hektar yang cukup tinggi, merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat dan terbukti mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A dan tidak menyebabkan kolesterol.

Minyak sawit merupakan salah satu minyak nabati terbesar di dunia. Berdasarkan data USDA tahun 2012, minyak sawit menyumbang 55,31 juta metrik ton atau sekitar 34,5% dari produksi total minyak nabati dunia. Produsen terbesar minyak sawit adalah Indonesia dan Malaysia yang kemudian diikuti oleh Thailand dengan masing-masing produksi sebesar 31 juta metrik ton, 19 juta metrik ton dan 2,1 juta metrik ton. Selain sebagai negara produsen terbesar dunia, Indonesia dan Malaysia juga merupakan negara pengekspor minyak sawit terbesar dunia dengan tujuan ekspor adalah India, China, dan negara-negara Eropa. Total ekspor minyak sawit Indonesia yakni sebesar 21 juta metrik ton sedangkan Malaysia sebesar 17,2 juta metrik ton.

Tingginya permintaan dunia akan minyak sawit menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hukum pasar, tingginya permintaan


(43)

terhadap suatu komoditas akan menyebabkan peningkatan harga pada komoditas tersebut, hal ini terjadi pada minyak sawit yang dapat dilihat pada Gambar 9.

0 200 400 600 800 1000 1200

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

H

ar

ga (

U

S

$ /

m

et

rik

ton)

`

Sumber : International Monetary Fund, 2013 (diolah)

Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Minyak Sawit Tahun 2002-2012 Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa pergerakan harga minyak sawit dari tahun ke tahun cenderung meningkat, walaupun sempat mengalami penurunan pada 2009 namun setelah itu kembali meningkat. Harga minyak sawit tertinggi yaitu pada tahun 2011 mencapai US$ 1.076,50 per metrik ton.

4.3. Perdagangan Minyak Kedelai Dunia

Dalam periode 1980-2008, telah terjadi perubahan besar dalam pasar minyak nabati dunia. Perubahan yang dimaksud adalah tergesernya minyak


(44)

hampir 100 tahun bertengger sebagai sumber utama minyak nabati dunia (pangsa produksi terbesar) kemudian digeser oleh minyak sawit.

Minyak kedelai merupakan minyak yang bebas kolesterol sama seperti minyak nabati lainnya. Kadar minyaknya relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis kacangan lainnya. Kegunaan minyak kedelai yang sudah dimurnikan dapat digunakan untuk pembuatan minyak salad, minyak goreng (cooking oil) serta untuk segala keperluan pangan. Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik lilin, sabun, varnish, lacquers, cat, semir, insektisida dan desinfektans dan dapat digunakan untuk biodiesel dan bahan bakar.

Amerika Serikat merupakan salah satu produsen minyak kedelai di dunia. Namun pada tahun 2009 musim kering yang terjadi di negara ini mengakibatkan turunnya hasil produksi minyak kedelai dari 9.329 juta metrik ton pada tahun sebelumnya menjadi 8.496 juta metrik ton. Hal ini berdampak pada turunnya volume ekspor minyak kedelai ke negara lain. Ekspor minyak kedelai dari Amerika Serikat pada tahun 2009 adalah sebesar 952 juta metrik ton, turun dari tahun sebelumnya sebesar 1.319 juta metrik ton. Sehingga pada tahun 2010 posisi Amerika Serikat sebagai produsen minyak kedelai terbesar dunia digantikan oleh China hingga sekarang.

Konsumsi minyak kedelai dunia memiliki tren meningkat dari tahun ke tahun. China memiliki jumlah konsumsi domestik tertinggi di dunia yakni sebesar 10.435 juta metrik ton pada tahun 2009, 11.109 juta metrik ton pada tahun 2010, 11.944 juta metrik ton pada tahun 2011, dan 12.641 juta metrik ton pada tahun 2012. Selain sebagai produsen, China juga merupakan salah satu negara pengimpor minyak kedelai, hal ini disebabkan karena tingginya permintaan akan


(45)

minyak kedelai di negara tersebut. Tingginya permintaan minyak kedelai berdampak pada harga dari komoditi ini. Harga minyak kedelai cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Umumnya minyak kedelai di China digunakan

untuk minyak makan dan bahan tambahan untuk makanan hewan.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

H

ar

ga (

U

S

$ /

m

et

rik

ton)

`

Sumber : International Monetary Fund, 2013 (diolah)

Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Minyak Kedelai Tahun 2002-2012 Harga minyak kedelai jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga minyak sawit. Pada tahun 2012 harga minyak kedelai mencapai US$ 1,151.75 sedangkan harga minyak sawit hanya US$ 939.83. Terdapat perbedaan harg sebesar US$211.92.

Harga minyak kedelai tertinggi mencapai US$ 1,215.82 per metrik ton yaitu pada tahun 2011. Namun pada tahun 2009 terjadi kemerosotan harga yang


(46)

4.3. Perdagangan Minyak Rape Dunia

Minyak rape adalah salah satu jenis minyak nabati yang sering digunakan untuk bahan bakar motor diesel yang dimodifikasi, namun jika kekentalannya terlalu tinggi maka akan mengakibatkan kerusakan pada mesin diesel.

Konsumen minyak rape adalah China, India, Kanada, Jepang dan negara-negara Eropa. Pada tahun 2011 jumlah konsumsi negara-negara-negara-negara Eropa mencapai 9.307.000 metrik ton, China 6.255.000 metrik ton, India 2.433.000 metrik ton, Jepang 1.015 metrik ton dan Kanada 571.000 metrik ton. Pada tahun 2012 jumlah konsumsi negara-negara Eropa mencapai 9.285.000 metrik ton, China 6.267.000 metrik ton, India 2.425.000 metrik ton, Jepang 1.015 metrik ton dan Kanada 560.000 metrik ton.

Produsen utama minyak rape di dunia adalah negara-negara Eropa dengan total produksi 8.980.000 metrik ton pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 9.424.000 metrik ton pada tahun 2012. Selain negara-negara Eropa, China juga merupakan produsen minyak rape. Namun tingginya konsumsi minyak rape di negara ini mengakibatkan China harus melakukan kegiatan impor, dengan volume impor pada tahun 2011 sebesar 1.036.000 metrik ton dan meningkat menjadi 1.400.000 metrik ton pada tahun 2012. Tingginya produksi, konsumsi dunia akan minyak rape menyebabkan adanya pergerakan harga komoditas ini. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 11.


(47)

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

H

ar

ga (

U

S

$ /

m

et

rik

ton)

`

Sumber : International Monetary Fund, 2013 (diolah)

Gambar 11. Grafik Perkembangan Harga Minyak Rape Tahun 2002-2012 Gambar 11 menunjukkan bahwa harga minyak rape tertinggi terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar US$ 1,423.71 per metrik ton. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan harga minyak bumi naik dari US$ 50 per barrel menjadi US$90 per barrel. Dengan adanya kenaikan harga minyak bumi maka pemanfaatan minyak rape sebagai salah satu bahan bakar nabati juga meningkat. Kemudian pada tahun 2009 terjadi penurunan harga yang sangat tajam menjadi US$ 856.18 per metrik ton. Namun secara keseluruhan harga minyak rape cenderung meningkat dari waktu ke waktu.


(48)

penangkal radikal bebas, meningkatkan fungsi jantung, dan sebagai vitamin E sebagai pelembab kulit. Di Indonesia biji bunga matahari sering dioleh menjadi makanan ringan seperti kuaci. Kandungan lemak pada minyak biji bunga matahari hampir 90% adalah lemak yang baik.

Negara penghasil minyak bunga matahari diantaranya adalah Argentina, Rusia, Turki, Ukraine, Negara-negara Eropa. Ukraine merupakan negara produsen minyak bunga matahari yang terbesar di dunia dengan jumlah produksi pada tahun 2011 sebesar 4.347.000 metrik ton dan kemudian mengalami penurunan produksi pada tahun 2012 menjadi 3.815.000 metrik ton.

Konsumen minyak bunga matahari ini berasal dari negara-negara Eropa dengan jumlah konsumsi pada tahun 2012 mencapai 3.693.000 metrik ton. Konsumsi di negara-negara Eropa yang cukup tinggi ini menyebabkan mereka harus melakukan kegiatan impor dari negara lain terutama dari negara Ukraine. Adanya fluktuasi permintaan dan penawaran minyak bunga matahari menyebabkan harga komoditas ini juga berfluktuasi. Perkembangan harga komoditas ini dapat dilihat pada Gambar 12.


(49)

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

H

ar

ga (

U

S

$ /

m

et

rik

ton)

`

Sumber : International Monetary Fund, 2013 (diolah)

Gambar 12. Grafik Perkembangan Harga Minyak Bunga Matahari Tahun 2002-2012

Gambar 12 memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan harga minyak bunga matahari pada tahun 2008 yaitu sebesar US$ 1,693.65 per metrik ton dari tahun sebelumnya yaitu US$ 673 per metrik ton, kemudian turun kembali menjadi US$ 1,041.67 per metrik ton pada tahun 2009. Hal ini juga disebabkan oleh kenaikan harga minyak bumi sehingga pemanfaatan minyak bunga matahari sebagai salah satu bahan bakar nabati juga semakin meningkat.


(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.1 Hasil Uji Granger Causality

Analisis kausalitas digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari setiap variabel. Hubungan kausalitas antara variabel yang ada dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Granger Causality Variabel

Terikat (Y)

Variabel Bebas (X)

Probabilitas Kesimpulan

PCPO PSOY

PRAP PSUN

0,974 0,071 0,073

PSOY tidak mempengaruhi PCPO PRAP tidak mempengaruhi PCPO PSUN tidak mempengaruhi PCPO

PSOY PCPO

PRAP PSUN

0,005* 0,006* 0,153

PCPO mempengaruhi PSOY PRAP mempengaruhi PSOY PSUN tidak mempengaruhi PSOY

PRAP PCPO

PSOY PSUN

2.E-13* 4.E-18* 0,001*

PCPO mempengaruhi PRAP PSOY mempengaruhi PRAP PSUN mempengaruhi PRAP

PSUN PCPO

PSOY PRAP

1.E-07* 2.E-10* 7.E-11*

PCPO mempengaruhi PSUN PSOY mempengaruhi PSUN PRAP mempengaruhi PSUN

Keterangan : * signifikan pada α = 5%

Sumber : Lampiran 3

Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara harga minyak kedelai dengan harga minyak rape memiliki hubungan sebab akibat. Artinya perubahan harga minyak kedelai dapat mempengaruhi harga minyak rape dan perubahan harga minyak rape juga dapat mempengaruhi harga minyak kedelai. Hal yang sama juga terjadi pada harga minyak rape dengan harga minyak bunga matahari.


(51)

Sedangkan hubungan kausalitas diantara harga minyak sawit dengan harga minyak kedelai adalah satu arah saja, artinya perubahan pada harga minyak sawit dapat mempengaruhi harga minyak kedelai, tetapi perubahan harga minyak kedelai tidak dapat mempengaruhi harga minyak sawit. Begitu pula dengan harga minyak sawit terhadap harga minyak rape, harga minyak sawit terhadap harga minyak bunga matahari dan harga minyak kedelai terhadap harga minyak bunga matahari.

Harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati, sedangkan harga minyak kedelai hanya dipengaruhi oleh dua harga minyak nabati lain yaitu minyak sawit dan minyak rape. Harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati.

5.1.2 Hasil Uji Akar Unit

Semua uji yang dilakukan dalam menganalisis seluruh data/variabel adalah dengan menggunakan program Eviews 6.0. Sebelum melakukan uji kointegrasi terlebih dahulu melakukan uji akar unit seluruh data runtut waktu agar dapat dilihat apakah data sudah stasioner atau belum stasioner. Karena salah satu syarat uji kointegrasi seluruh data harus stasioner pada derajat integrasi yang sama. Dalam hal ini uji akar unit yang dilakukan adalah dengan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF).

Tabel 5. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Variabel ADF statistik Probabilitas I (n)

PCPO -8,43 0.00 I (1)


(52)

Tabel 5 menunjukkan bahwa semua variabel yang dianalisis stasioner pada taraf signifikan 5% pada tingkat first difference. Hal ini terlihat dari nilai ADF statistik yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinon serta nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari 5%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa variabel harga minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari stasioner pada derajat integrasi I (1).

5.1.3. Hasil Uji Kointegrasi

Di dalam uji akar unit seluruh data stasioner pada tingkat first difference oleh karena itu data yang digunakan harus terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk first difference-nya. Kemudian dapat dilakukan uji kointegrasi. Adapun hasil uji kointegrasi pada Tabel 6 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Uji Kointegrasi

No Variabel Jlh pers.

kointegrasi yang dihipotesiskan Trace statistic 0.05 Critical Value Probabilitas

1. PSOY – PCPO None

At most 1

24.130 4.234 15.494 3.841 0.002 0.039

2. PSOY – PRAP

None At most 1

20.766 3.881 15.494 3.841 0.007 0.048

3. PRAP – PCPO

None At most 1

22.449 3.481 15.494 3.841 0.003 0.062

4. PRAP – PSOY None

At most 1

20.766 3.881 15.494 3.841 0.007 0.048

5. PRAP – PSUN

None At most 1

27.667 3.265 15.494 3.841 0.000 0.070

6. PSUN – PCPO

None At most 1

20.980 3.733 15.494 3.841 0.006 0.053

7. PSUN – PSOY None

At most 1

25.122 3.607 15.494 3.841 0.001 0.057

8. PSUN – PRAP None

At most 1

27.667 3.265 15.494 3.841 0.000 0.070


(53)

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa terdapat kointegrasi diantara harga minyak kedelai dengan harga minyak sawit, harga minyak kedelai dengan harga minyak rape, harga minyak rape dengan harga minyak sawit, harga minyak rape dengan harga minyak bunga matahari, harga minyak bunga matahari dengan minyak sawit dan harga bunga matahari dengan minyak kedelai. Dengan adanya kointegrasi diantara variabel-variabel tersebut selanjutnya dilakukan analisis Error Correction Model (ECM).

5.1.4. Hasil Uji Error Correction Model

Apabila suatu persamaan memiliki sifat kointegrasi maka dalam persamaan tersebut terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang. Hal tersebut disebabkan, secara teoritis hubungan keseimbangan selalu berada dalam perspektif jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek selalu terjadi ketidakseimbangan yang mana akan menyebebkan kesalahan keseimbangan (equilibrium error). Untuk itu diperlukan sebuah model jangka pendek yang mampu mengamati perilaku variabel dalam jangka pendek yang mengalami equilibrium error. Hasil estimasi ECM dapat dilihat pada tabel 7.


(54)

Tabel 7. Hasil Error Correction Model

No. Error Correction Model Variabel Koefisien

1. PSOY – PCPO C

PCPO Residu

0.001 0.530 -0.046 2. PSOY – PRAP

C PRAP Residu 0.001 0.348 -0.087 3. PRAP – PCPO

C PCPO Residu 0.001 0.397 -0.090

4. PRAP – PSOY C

PSOY Residu

0.0004 0.591 -0.135 5. PRAP – PSUN

C PSUN Residu 0.0005 0.358 -0.055 6. PSUN – PCPO

C PCPO Residu 0.002 0.369 -0.041

7. PSUN – PSOY C

PSOY Residu

0.001 0.589 -0.070

8. PSUN – PRAP C

PRAP Residu

0.002 0.306 -0.087 Sumber : Lampiran 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 dan 27

Dari Tabel 7 dapat dibuat persamaan Error Correction Model sebagai berikut : 1. ∆PSOYt = 0,001 + 0,530∆PCPOt – 0,046(Yt1−α−βXt1)+εt

Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,046 yang diartikan bahwa minyak kedelai dan minyak sawit secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 4,6% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek,


(55)

ketika harga minyak sawit naik sebesar satu dolar maka harga minyak kedelai akan naik sebesar 0,530 dolar.

2. ∆PSOYt = 0,001 + 0,348∆PRAPt – 0,087(Yt1−α−βXt1)+εt

Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,087 yang diartikan bahwa minyak kedelai dan minyak rape secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 8,7% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek, ketika harga minyak rape naik sebesar satu dolar maka harga minyak kedelai akan naik sebesar 0,348 dolar.

3. ∆PRAPt = 0,001 + 0,397∆PCPOt – 0,090(Yt1−α−βXt1)+εt

Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,090 yang diartikan bahwa minyak rape dan minyak sawit secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 9% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek, ketika harga minyak sawit naik sebesar satu dolar maka harga minyak rape akan naik sebesar 0,397 dolar.

4. ∆PRAPt = 0,0004 + 0,591∆PSOYt – 0,135(Yt1−α−βXt1)+εt

Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,135 yang diartikan bahwa minyak rape dan minyak kedelai secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut


(56)

ketika harga minyak kedelai naik sebesar satu dolar maka harga minyak rape akan naik sebesar 0,135 dolar.

5. ∆PRAPt = 0,0005 + 0,358∆PSUNt – 0,055(Yt1−α−βXt1)+εt

Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,055 yang diartikan bahwa minyak rape dan minyak bunga matahari secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 5,5% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek, ketika harga minyak bunga matahari naik sebesar satu dolar maka harga minyak rape akan naik sebesar 0,358 dolar.

6. ∆PSUNt = 0,002 + 0,369∆PCPOt – 0,041(Yt1−α−βXt1)+εt

Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,041 yang diartikan bahwa minyak bunga matahari dan minyak sawit secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 4,1% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek, ketika harga minyak sawit naik sebesar satu dolar maka harga minyak bunga matahari akan naik sebesar 0,369 dolar.

7. ∆PSUNt = 0,001 + 0,589∆PSOYt – 0,070(Yt1−α−βXt1)+εt

Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,070 yang diartikan bahwa minyak bunga matahari dan minyak kedelai secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 7% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka


(57)

pendek, ketika harga minyak kedelai naik sebesar satu dolar maka harga minyak bunga matahari akan naik sebesar 0,589 dolar.

8. ∆PSUNt = 0,002 + 0,306∆PRAPt – 0,087(Yt1−α−βXt1)+εt

Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,087 yang diartikan bahwa minyak bunga matahari dan minyak rape secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 8,7% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek, ketika harga minyak rape naik sebesar satu dolar maka harga minyak bunga matahari akan naik sebesar 0,306 dolar.

5.2 Pembahasan

Dari hasil uji Granger Causality, harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati lain. Hal ini dikarenakan minyak sawit merupakan minyak yang paling banyak mendominasi pasar minyak nabati. Minyak sawit memiliki produksi dan konsumsi yang paling tinggi di pasar internasional. Minyak sawit juga memiliki tingkat kontinuitas yang tinggi karena berasal dari tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman tahunan yang memiliki umur ekonomis yang cukup lama yaitu sekitar 25 tahun. Hal ini berarti produksi minyak sawit relatif stabil dari tahun ke tahun.

Harga minyak kedelai dipengaruhi oleh dua harga minyak nabati lain yaitu harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari. Keadaan ini dikarenakan


(58)

internasional dan kemudian posisinya digeser oleh minyak sawit. China merupakan negara penghasil minyak kedelai terbesar sekaligus negara konsumen terbesar. Namun jumlah produksi minyak kedelai di China tidak dapat memenuhi konsumsi domestik minyak kedelai, oleh karena itu China melakukan impor minyak kedelai dari Argentina.

Minyak kedelai adalah minyak yang berasal dari tanaman kedelai yang merupakan tanaman semusim dengan umur ekonomis sekitar 110 hari. Hal ini menyebabkan tingkat kontinuitas dari ketersediaan minyak kedelai di pasar internasional lebih rendah dibandingkan dengan minyak sawit.

Harga minyak rape dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati yaitu harga minyak sawit, minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Begitu juga dengan harga minyak bunga matahari yang dipengaruhi oleh harga minyak sawit, minyak kedelai dan minyak rape. Kondisi ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga minyak sawit dan minyak kedelai akan menyebabkan perubahan pada harga minyak rape dan minyak bunga matahari.

Berdasarkan hasil uji kointegrasi dan uji Error Correction Model yang dilakukan terhadap variabel-variabel harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari dapat dijelaskan bahwa dalam jangka pendek tidak menuju pada suatu titik keseimbangan atau tidak memiliki hubungan dalam jangka pendek. Namun nilai residu dari setiap persamaan yang berkointegrasi menunjukkan bahwa setiap persamaan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel dalam persamaan akan memiliki hubungan jangka panjang. Adanya hubungan jangka panjang ini


(59)

menandakan bahwa peningkatan harga pada salah satu variabel akan menyebabkan peningkatan harga pada variabel yang lain.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Luthfiandy (2011) yang menyimpulkan bahwa harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga minyak rape (kanola) dan harga minyak bunga matahari memiliki hubungan kointegrasi atau hubungan jangka panjang. Pada penelitian ini juga disimpulkan bahwa minyak sawit merupakan minyak yang paling berpengaruh pada perubahan harga minyak nabati yang lain.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati lain. Kondisi ini dikarenakan minyak sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi oleh dunia, memiliki share produksi yang paling tinggi di pasar internasional, dan memiliki tingkat kontinuitas yang tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.

2. Diantara harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari terdapat hubungan kointegrasi. Hal ini menunjukkan variabel-variabel dalam persamaan memiliki hubungan jangka panjang. Namun tidak terdapat titik keseimbangan dalam jangka pendek.

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat diajukan diantaranya :

1. Para penghasil minyak sawit harus saling bekerjasama dalam mempertahankan harga dari komoditi ini mengingat bahwa komoditi ini merupakan komoditi yang paling banyak dikonsumsi dan diperdagangkan di pasar dunia terutama untuk negara Indonesia dan Malaysia yang merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.

2. Para pengusaha harus dapat meningkatkan daya saing minyak sawit misalnya dengan cara meningkatkan kualitas minyak sawit di pasar dunia, mengingat


(61)

bahwa minyak sawit banyak digunakan untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan bahan baku biodiesel. Selain minyak sawit, pengembangan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari juga harus ditingkatkan karena ketiga minyak nabati ini juga memiliki kontribusi yang cukup besar di dalam pasar dunia. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi kelangkaan terhadap minyak sawit ataupun terjadi peningkatan konsumsi di pasar dunia, ketiga jenis minyak nabati ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pasar dunia.

3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis hubungan kointegrasi minyak nabati dengan variabel minyak nabati yang lebih banyak dan dalam jangka waktu mingguan atau harian agar dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai kointegrasi harga minyak nabati.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ahmad. 2008. Kointegrasi Harga CPO (Crude Palm Oil) Internasional dan Harga CPO (Crude Palm Oil) Domestik Terhadap Harga Minyak Goreng Domestik. Medan : Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Anonimous. 2012. Handout Minyak Nabati. Medan : Universitas Sumatera Utara

diakses melalui website

Buana, L. 2004. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Di Indonesia. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta : Sekretaris Jenderal

Departemen Pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Departemen Pertanian. 2012. Pemanfaatan Produk Bunga Matahari (Helianthus annus L) Sebagai Bahan Pangan, Biofuel dan Bahan Nilai Tambah Lainnya. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Griffith. 1979. Relationship Among North American Fats and Oil Prices. American Journal of Agricultural Economics

Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC). 2012. Market Brief. HS 1511 Minyak Sawit. Lyon : Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Lipsey, Richard G. Peter O. Steiner dan Douglas D. Purvis. 1984. Economics. Seventh Edition. Harper and Row Publisher. New York

Liu, Xing. 2008. Impact and competitiveness of EU biofuel-market – First view of the prices of biofuel market in relation to the global players. http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/6501/2/sp08li18.pdf.Diakses tanggal 1 September 2013

Luthfiandy, Avy. 2011. Analisis Komoditas Harga Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Kanola, dan Minyak Bunga Matahari di Pasar Internasional. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen Insitut Pertanian Bogor

Miller, Roger LeRoy. 2000. Teori Mikroekonomi Intermediate. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada


(1)

Lampiran 22. Hasil

Error Correction Model

Harga Minyak Rape dan Harga

Minyak Sawit

Tahap I

Dependent Variable: PRAP Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:34

Sample (adjusted): 1980M02 2013M08 Included observations: 403 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PCPO 0.824928 0.021565 38.25263 0.0000 C 1.345299 0.126888 10.60223 0.0000 R-squared 0.784902 Mean dependent var 6.186039 Adjusted R-squared 0.784365 S.D. dependent var 0.402265 S.E. of regression 0.186798 Akaike info criterion -0.512631 Sum squared resid 13.99224 Schwarz criterion -0.492785 Log likelihood 105.2951 Hannan-Quinn criter. -0.504774 F-statistic 1463.264 Durbin-Watson stat 0.192687 Prob(F-statistic) 0.000000

Tahap II

Dependent Variable: D(PRAP) Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:34

Sample (adjusted): 1980M03 2013M08 Included observations: 402 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PCPO) 0.397141 0.045691 8.691796 0.0000 RESID03(-1) -0.090769 0.019420 -4.674032 0.0000 C 0.001009 0.003620 0.278645 0.7807 R-squared 0.191514 Mean dependent var 0.001314 Adjusted R-squared 0.187461 S.D. dependent var 0.080508 S.E. of regression 0.072571 Akaike info criterion -2.401081 Sum squared resid 2.101327 Schwarz criterion -2.371257 Log likelihood 485.6172 Hannan-Quinn criter. -2.389272 F-statistic 47.25742 Durbin-Watson stat 2.284374 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Lampiran 23. Hasil

Error Correction Model

Harga Minyak Rape dan Harga

Minyak Kedelai

Tahap I

Dependent Variable: PRAP Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:35

Sample (adjusted): 1980M02 2013M08 Included observations: 403 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PSOY 1.068634 0.020399 52.38542 0.0000 C -0.347514 0.124926 -2.781748 0.0057 R-squared 0.872505 Mean dependent var 6.186039 Adjusted R-squared 0.872187 S.D. dependent var 0.402265 S.E. of regression 0.143813 Akaike info criterion -1.035652 Sum squared resid 8.293579 Schwarz criterion -1.015806 Log likelihood 210.6839 Hannan-Quinn criter. -1.027795 F-statistic 2744.232 Durbin-Watson stat 0.300830 Prob(F-statistic) 0.000000

Tahap II

Dependent Variable: D(PRAP) Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:35

Sample (adjusted): 1980M03 2013M08 Included observations: 402 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PSOY) 0.591051 0.058002 10.19026 0.0000 RESID04(-1) -0.135052 0.024505 -5.511275 0.0000 C 0.000404 0.003509 0.115229 0.9083 R-squared 0.240821 Mean dependent var 0.001314 Adjusted R-squared 0.237016 S.D. dependent var 0.080508 S.E. of regression 0.070323 Akaike info criterion -2.464007 Sum squared resid 1.973172 Schwarz criterion -2.434183 Log likelihood 498.2654 Hannan-Quinn criter. -2.452199 F-statistic 63.28391 Durbin-Watson stat 2.386630 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Lampiran 24. Hasil

Error Correction Model

Harga Minyak Rape dan Harga

Minyak Bunga Matahari

Tahap I

Dependent Variable: PRAP Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:36

Sample (adjusted): 1980M02 2013M08 Included observations: 403 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PSUN 0.882564 0.025234 34.97454 0.0000 C 0.615916 0.159574 3.859751 0.0001 R-squared 0.753112 Mean dependent var 6.186039 Adjusted R-squared 0.752496 S.D. dependent var 0.402265 S.E. of regression 0.200126 Akaike info criterion -0.374791 Sum squared resid 16.06018 Schwarz criterion -0.354945 Log likelihood 77.52044 Hannan-Quinn criter. -0.366934 F-statistic 1223.218 Durbin-Watson stat 0.191073 Prob(F-statistic) 0.000000

Tahap II

Dependent Variable: D(PRAP) Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:37

Sample (adjusted): 1980M03 2013M08 Included observations: 402 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PSUN) 0.358148 0.050295 7.120955 0.0000 RESID05(-1) -0.055171 0.019332 -2.853809 0.0045 C 0.000539 0.003785 0.142458 0.8868 R-squared 0.116852 Mean dependent var 0.001314 Adjusted R-squared 0.112425 S.D. dependent var 0.080508 S.E. of regression 0.075847 Akaike info criterion -2.312751 Sum squared resid 2.295380 Schwarz criterion -2.282927 Log likelihood 467.8630 Hannan-Quinn criter. -2.300943 F-statistic 26.39632 Durbin-Watson stat 2.244948 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Lampiran 25. Hasil

Error Correction Model

Harga Minyak Bunga Matahari dan

Harga Minyak Sawit

Tahap I

Dependent Variable: PSUN Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:38

Sample (adjusted): 1980M02 2013M08 Included observations: 403 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PCPO 0.665913 0.031379 21.22191 0.0000 C 2.403668 0.184629 13.01892 0.0000 R-squared 0.528994 Mean dependent var 6.311293 Adjusted R-squared 0.527819 S.D. dependent var 0.395545 S.E. of regression 0.271800 Akaike info criterion 0.237450 Sum squared resid 29.62398 Schwarz criterion 0.257296 Log likelihood -45.84621 Hannan-Quinn criter. 0.245307 F-statistic 450.3693 Durbin-Watson stat 0.075227 Prob(F-statistic) 0.000000

Tahap II

Dependent Variable: D(PSUN) Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:38

Sample (adjusted): 1980M03 2013M08 Included observations: 402 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PCPO) 0.368675 0.044192 8.342487 0.0000 RESID06(-1) -0.041633 0.012934 -3.218878 0.0014 C 0.001903 0.003499 0.543736 0.5869 R-squared 0.171886 Mean dependent var 0.002205 Adjusted R-squared 0.167735 S.D. dependent var 0.076897 S.E. of regression 0.070152 Akaike info criterion -2.468875 Sum squared resid 1.963591 Schwarz criterion -2.439050 Log likelihood 499.2438 Hannan-Quinn criter. -2.457066 F-statistic 41.40888 Durbin-Watson stat 1.283506 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Lampiran 26. Hasil

Error Correction Model

Harga Minyak Bunga Matahari dan

Harga Minyak Kedelai

Tahap I

Dependent Variable: PSUN Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:40

Sample (adjusted): 1980M02 2013M08 Included observations: 403 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PSOY 0.965575 0.028824 33.49957 0.0000 C 0.407836 0.176515 2.310485 0.0214 R-squared 0.736742 Mean dependent var 6.311293 Adjusted R-squared 0.736086 S.D. dependent var 0.395545 S.E. of regression 0.203202 Akaike info criterion -0.344287 Sum squared resid 16.55763 Schwarz criterion -0.324441 Log likelihood 71.37376 Hannan-Quinn criter. -0.336430 F-statistic 1122.221 Durbin-Watson stat 0.121381 Prob(F-statistic) 0.000000

Tahap II

Dependent Variable: D(PSUN) Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:40

Sample (adjusted): 1980M03 2013M08 Included observations: 402 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PSOY) 0.589457 0.054534 10.80901 0.0000 RESID07(-1) -0.070190 0.016304 -4.305148 0.0000 C 0.001236 0.003296 0.374929 0.7079 R-squared 0.265651 Mean dependent var 0.002205 Adjusted R-squared 0.261970 S.D. dependent var 0.076897 S.E. of regression 0.066061 Akaike info criterion -2.589041 Sum squared resid 1.741259 Schwarz criterion -2.559217 Log likelihood 523.3973 Hannan-Quinn criter. -2.577233 F-statistic 72.16919 Durbin-Watson stat 1.277629 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Lampiran 27. Hasil

Error Correction Model

Harga Minyak Bunga Matahari dan

Harga Minyak Rape

Tahap I

Dependent Variable: PSUN Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:41

Sample (adjusted): 1980M02 2013M08 Included observations: 403 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PRAP 0.853322 0.024398 34.97454 0.0000 C 1.032608 0.151247 6.827279 0.0000 R-squared 0.753112 Mean dependent var 6.311293 Adjusted R-squared 0.752496 S.D. dependent var 0.395545 S.E. of regression 0.196782 Akaike info criterion -0.408486 Sum squared resid 15.52805 Schwarz criterion -0.388640 Log likelihood 84.30987 Hannan-Quinn criter. -0.400629 F-statistic 1223.218 Durbin-Watson stat 0.188838 Prob(F-statistic) 0.000000

Tahap II

Dependent Variable: D(PSUN) Method: Least Squares Date: 10/15/13 Time: 19:41

Sample (adjusted): 1980M03 2013M08 Included observations: 402 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PRAP) 0.306049 0.044140 6.933646 0.0000 RESID08(-1) -0.087353 0.018100 -4.826100 0.0000 C 0.001745 0.003548 0.491652 0.6232 R-squared 0.148529 Mean dependent var 0.002205 Adjusted R-squared 0.144261 S.D. dependent var 0.076897 S.E. of regression 0.071134 Akaike info criterion -2.441060 Sum squared resid 2.018975 Schwarz criterion -2.411236 Log likelihood 493.6530 Hannan-Quinn criter. -2.429251 F-statistic 34.80036 Durbin-Watson stat 1.388283 Prob(F-statistic) 0.000000