26
3.3.4 Standarisasi Larutan HCl 0,01 N
Ditimbang 0,01 gram natrium tetraborat Na
2
B
4
O
7
.H
2
O BM=381,37, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan ditambah aquades 10 ml. Setelah
larut ditambah 2 tetes indikator metil merah dan dititrasi dengan larutan HCl 0,01 N yang akan distandarisasi sampai warna kuning pucat. Semprot dinding gelas
dengan akuades. Teruskan titrasi dengan tetesan lambat, hentikan titrasi bila timbul warna merah jambu muda Mulyono, 2009.
Dihitung normalitas larutan dengan menggunakan rumus : Normalitas larutan HCl =
berat Natrium tetraborat mg BE Natrium tetraborat x volume HCl ml
3.3.5 Skrining Fitokimia
Skrining Fitokimia dilakukan sesuai dengan prosedur yang tercantum pada Farnsworth 1966, yaitu identifikasi tannin dan alkaloid.
3.3.5.1 Identifikasi tannin
Ditimbang 0,5 gram pakkat segar yang telah dikeringkan dan dihaluskan, dimaserasi dengan akuades 10 ml selama 15 menit. Kemudian disaring, filtrat
diencerkan dengan akuades sampai hampir tidak berwarna. Diambil larutan uji sebanyak 1 ml direaksikan dengan larutan besi III klorida 10, jika terjadi
warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tannin.
3.3.5.2 Identifikasi alkaloid
Ditimbang 0,5 gram pakkat segar yang telah dikeringkan dan dihaluskan, ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, kemudian dipanaskan di atas
penangas air selama 2 menit, kemudian didinginkan dan disaring. Larutan yang diperoleh dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan 3 tetes
pereaksi Meyer, tabung kedua ditambahkan 3 tetes pereaksi Bouchardat, tabung
27
ketiga ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan atau adanya gumpalan putih atau putih kekuningan pada tabung pertama, endapan
cokelat kemerahan sampai cokelat kehitaman pada tabung kedua, endapan kuning jingga pada tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid. Larutan uji mengandung
alkaloid jika sekurang-kurangnya terbentuk endapan dengan menggunakan dua golongan larutan percobaan yang digunakan.
3.3.6 Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan sesuai dengan prosedur yang tercantum pada SNI 1992, yaitu dengan cara pemanasan dengan menggunakan oven.
Ditimbang dengan cepat kurang lebih 2 gram pakkat yang sudah dihaluskan dengan blender kedalam krus porselen yang telah diketahui beratnya dan telah
dikeringkan selama 30 menit pada suhu 105ºC. Diratakan dengan menggoyangkan secara perlahan. Dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105ºC selama 3 jam.
Didinginkan dalam desikator, ditimbang. Ulangi pemanasan, pendinginan dan penimbangan sampai diperoleh berat yang konstan. Kadar air dalam sampel
dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar Air =
Bobot cuplikan sebelum dikeringkan Kehilangan bobot setelah dikeringkan
x 100
3.3.7 Penentuan Kadar N-Total dan Protein Total
Penentuan kadar protein total ditetapkan dengan metode Kjeldahl. Ditimbang 1 gram pakkat yang telah diblender dan dimasukkan ke dalam labu
Kjeldahl, kemudian ditambahkan 1 gram katalisator selenium dan 25 ml H
2
SO
4
pekat. Didekstruksi sampai cairan berwarna jernih pada suhu 375 °C selama 30 menit dan didinginkan. Setelah dingin dilakukan pengenceran dengan
memasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditepatkan sampai garis tanda dengan
28
akuabides. Dipipet 25 ml larutan dan tambahkan 50 ml NaOH 40 letakkan ke dalam alat destilasi. Destilat ditampung dalam erlenmeyer berisi 25 ml H
3
BO
3
4 dan 3 tetes indikator mengsel. Destilat dititrasi dengan larutan HCl 0,01 N sampai
terjadi perubahan warna dari warna hijau zamrud menjadi warna ungu. Dilakukan hal yang sama terhadap blanko SNI, 1992.
Kadar N-total dihitung sesuai dengan rumus yang tercantum pada Sudarmadji 1989 yaitu:
N-total = ml HCl sampel – blanko
berat sampel g x 1000 x N HCl x 14,007 X Fp x 100
Keterangan: N HCl = Normalitas HCl hasil pembakuan
14,007 = Massa atom nitrogen Fp
= Faktor pengenceran Kadar protein total selanjutnya dihitung dengan mengalikan kadar nitrogen
dengan faktor konversi. Kadar Protein Total = N-total x faktor konversi
Keterangan: Faktor konversi pada pakkat = 6,25.
Penentuan kadar protein total ini dilakukan terhadap sampel “wet basis”, kemudian kadar protein total terhadap sampel “dry basis’ diperoleh secara
matematis dengan mengkonversikan kadar protein total pada sampel “wet basis” menjadi kadar protein total pada sampel “ dry basis”. Kadar protein total terhadap
sampel “dry basis” dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar protein total terhadap kadar sampel “dry basis” =
a b
x c
29
Keterangan : a = berat sampel sebelum dikeringkan
b = berat sampel setelah dikeringkan c = kadar protein total
3.3.8 Pemisahan Protein dari Non Protein Nitrogen