Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi. Perbedaan memang terjadi pada total assets turnover periode satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah merger dan akuisisi, hal ini disebabkan adanya peningkatan penjualan pada tahun pertama dan kedua setelah merger dan akuisisi, namun pada tahun ketiga, peningkatan tingkat penjualan mengalami penurunan. Terdapat pula perbedaan pada earning per share perusahaan periode satu tahun sebelum dan tiga tahun sesudah hingga empat tahun sesudah merger dan akuisisi, nilai earning per share perusahaan meningkat setelah terjadinya merger dan akuisisi karena earning dari perusahaan meningkat, dan dari analisis yang dilakukan dapat dikatakan tidak terdapat adanya efek tali sepatu bootstrapping game. Namun jika perbedaan hanya terjadi pada dua pos laporan keuangan ini saja tidak memberikan cukup bukti bahwa memang terjadi perbedaan kinerja keuangan yang disebabkan oleh dilakukannya merger dan akuisisi. Dari hasil uji statistik deskriptif, diketahui nilai rata-rata return on assets, net profit margin, dan earning per share memang mengalami kenaikan dari sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, sedangkan rasio-rasio keuangan lain yaitu current ratio, quick ratio, total assets turnover,return an assets, debt ratio dan price-to-earnings ratio mengalami fluktuasi pada nilai rata-rata sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi. Namun hasil P value menunjukkan nilai yang lebih rendah dari 0,05 hanya pada earning per share yang artinya Ha8 Universitas Sumatera Utara diterima, terdapat perbedaan earning per share yang signifikan sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan untuk rasio lainnya nilai t hitung t tabel dan P value 0,05 yang artinya H0 diterima, tidak terdapat perbedaan current ratio, quick ratio, total assets turnover, return on assets, return on equity, net profit margin, debt ratio dan price-to-earnings ratio yang signifikan sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, dimana tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan sebelum merger dan akuisisi. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Payamta dan Setiawan 2004, Helga dan Salamun 2006 serta hasil penelitian oleh Putri Novaliza dan Atik Djajanti 2013 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, tetapi bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Payamta 2001 yang menyatakan terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan publik. Banyaknya penelitian yang hasilnya menyatakan tidak adanya perbedaan kinerja keuangan yang signifikan sebelum dan setelah merger dan akuisisi ini tentu menimbulkan pertanyaan, tentang apakah sinergi akan benar-benar tercipta apabila perusahaan melakukan merger dan akuisisi, karena secara teoritis seharusnya sinergi akan dapat dicapai apabila perusahaan manufaktur melakukan merger dan akuisisi. Tidak terdapatnya perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi mungkin saja disebabkan oleh beberapa hal, yang seharusnya menjadi pertimbangan-pertimbangan penting Universitas Sumatera Utara dalam melakukan merger dan akuisisi yang telah dikemukakan oleh Sjahrial 2009 atau Syahyunan 2013, yaitu antara lain kurang jeli atau salah perhitungan perusahaan pengakuisisi dalam menganalisa perusahaan yang akan diambil alih, struktur dan keadaan perusahaan yang diambil alih kurang baik, salah perhitungan ekonomi dalam perencanaan merger dan akuisisi, pergolakan internal yang terjadi setelah merger dan akuisisi, dan kegagalan manajemen dalam mengimplementasi rencana-rencana yang telah dibuat dalam rangka merger dan akuisisi. Hal-hal tersebut dapat menjadi penghalang terciptanya sinergi yang diharapkan perusahaan. Penyebab lain yang perlu ditelusuri adalah motif dalam melakukan merger dan akuisisi, apakah motif merupakan motif ekonomi dan sinergi, ataukah motif lain seperti hubris, di mana merger dan akuisisi dilaksanakan hanya untuk memenuhi ego manajemen perusahaan Brealey et al., 2007. Selain hal-hal tersebut masih ada kemungkinan lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, yaitu faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi laporan keuangan perusahaan manufaktur seperti inflasi, tingkat suku bunga, kebijakan pemerintah, dan sebagainya yang tidak menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan tentang perbedaan kinerja keuangan manufaktur sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan total assets turnover untuk periode satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah, dan satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Dan terdapat perbedaan earning per share periode satu tahun sebelum dan tiga tahun sesudah hingga satu tahun sebelum dan lima tahun sesudah merger dan akuisisi. 2. Tidak terdapat perbedaan current ratio, quick ratio, return on assets, return on equity, net profit margin, debt ratio, dan price-to-earnings ratio yang signifikan pada perusahaan manufaktur sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi. 3. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang signifikan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi, maka H0 diterima dan Ha ditolak. 4. Tidak adanya perbedaan kinerja keuangan dapat disebabkan oleh gagalnya tercipta sinergi yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain motif dalam melakukan merger dan akuisisi, kegagalan dalam perencanaan dan atau kegaagalan dalam mengimplementasi rencana merger dan akuisisi. Universitas Sumatera Utara