2.3. Lipstik
Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang roll up yang
terbentuk dari minyak, lilin dan lemak Wasitaatmadja,1997. Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik
ideal yang sesungguhnya diatur hingga suhu mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38
o
C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca di sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi,
yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62
o
C, biasanya berkisar antara 55-75
o
C Depkes RI, 1985. Lipstik memiliki fungsi dan manfaat untuk memberikan warna indah bagi
bibir sesuai yang diinginkan sehingga tampilan bibir tampak lebih cantik dan cerah. Lipstik yang baik adalah lipstik yang tidak hanya mempercantik warna bibir akan
tetapi juga mampu memberikan nutrisi dan melembabkan bibir. Sehingga bibir menjadi lebih sehat dan tidak kering Muliyawan, 2013.
2.3.1. Sejarah Lipstik
Lipstik adalah kosmetik paling provokatif. Pemulas bibir ini sanggup membangun kepercayaan diri pemakainya. Masyarakat mengenal sejak 5000 tahun
silam. Lipstik mengukir sejarah panjang sejak masa prasejarah hingga mencapai bentuknya saat ini. Dalam perjalanannya, lipstik tak hanya mengambil peran penting
Universitas Sumatera Utara
perwujudan kata cantik, tapi juga berbagai simbol yang penuh kontroversi Illiyan, 2010.
Ikon kecantikan wanita pada Zamannya Cleopatra, ratu paling terkenal di Mesir yang menghancurkan kumbang merah untuk memberikan nuansa merah
dibibirnya. Di Cina, para selir kaisar menekan-nekan kelopak bunga yang berwarna merah untuk memberikan kesan merah di bibir. Tradisi ini kemudian menginspirasi
manusia untuk menemukan formula yang tepat untuk mempercantik diri Muliyawan, 2013.
Pada abad ke-16, ratu Inggris Elizabeth I dan wanita-wanita di pengadilan mempercantik warrna bibir mereka dengan mengoleskan campuran sulfida merkuri
merah dan cairan lilin dari lebah. Ini merupakan awal dikenalnya lipstik. Adapun lipstik yang berfungsi menebalkan warna bibir mulai dipasarkan pada tahun 1915.
Pada masa keemasan islam, lipstik padat yang mengandung parfum dan bahan-bahan bermanfaat lainnya ditemukan oleh tabib Arab Andalusian dan ahli kimia Abu Al-
Qasim Muliyawan, 2013. Ilmu kosmetik terus berkembang mendukung industri kosmetik yang
mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Demikian dengan industri lipstik . berbagai model dan jenis lipstik ditemukan untuk menunjang penampilan wanita.
Tahun 1930, Max factor memperkenalkan lip gloss kemudian disusul oleh Hazel Bishop seorang ahli kimia dari Amerika yang mengembangkan lipstik yang tidak
mudah menempel, tidak berantakan, dan tahan lama pada tahun 1950 Muliyawan,
2013.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Komposisi Lipstik
Bahan-bahan utama pada lipstik adalah : a.
Lilin Lilin berperan penting dalm pengerasan lipstik. Misalnya : carnauba wax,
paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila wax, spermaceti, ceeresine .
Semuanya berperan pada kekerasan lipstik. b.
Minyak Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya
melarutkan zat-zat eosin. Misalnya : minyak castor, tetrahydrofurfuril alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol,
beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl
stearate, parafin oil. c.
Lemak Misalnya : krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi
misalnya: hydrogenated castrol oil, cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin. d.
Acetoglycerides Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik
sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik konstan. e.
Zat-zat pewarna Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna
eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak. Pelarut terbaik untuk
Universitas Sumatera Utara
eosin adalah castrol oil. Tetapi furfuryl alkohol beserta ester-esternya terutama stearat dan ricinoleat memiliki daya melarutkan eosin yang lebih
besar. Fatty acid alkylomides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna yang sangat intensif pada bibir.
f. Surfaktan
Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembahasan dan dispersi partikel-partikel pigmen warna yang
padat. g.
Antioksidan h.
Bahan pengawet Bahan pewangi fragrance atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar
flavoring, harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak- lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang
menyenangkan Tranggono, 2007.
2.3.3. Jenis Lipstik