Menurt Javaheri 2008, kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan meningkatnya resiko hipertensi, dan dengan demikian akan meningkatkan resiko
penyakit kardiovaskular. Begitu juga sebaliknya, orang yang menderita hipertensi akan memiliki resiko mendapatkan kualitas tidur yang buruk Potter Perry,
2005. Penderita hipertensi biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mulai tertidur Mansoor, 2002 tidak seperti orang normal yang biasanya tertidur dalam waktu, 20 menit Schachter, 2008. Selain itu, gejala-gejala yang biasa
dialami penderita hipertensi seperti pusing, sulit bernafas, sukar tidur dan mudah lelah dapat membangunkan penderita dari tidurnya sehingga penderita tidak
mendapatkan tidur yang cukup yang nantinya akan berdampak pada aktivitas di keesokan harinya Potter Perry, 2005.
4.
Hipertensi 4.1Definisi
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang melebihi batas normal yaitu diatas
14090 mmHg Baradero, 2008. Hipertensi diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah yang yang melebihi batas normal Murwani, 2009 dan terjadi secara terus
menerus Brashers, 2008 sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan suatu organ target yang lebih berat Bustan,2007.
4.2 Klasifikasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure JNC
7 , tekanan darah dibagi menjadi normal, prehipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7
Kategori Sistol mmHg
Diastole mmHg Normal
120 80
Pre hipertensi 120-139
80-89
Hipertensi tahap 1
140-159 90-99
Hipertensi tahap 2
≥ 160 ≥ 100
4.3 Etiologi Hipertensi primer. Hipertensi primer juga disebut sebagai hipertensi
esensial atau idiopatik Gray, 2003. Prevalensi penderita yang mengalami hipertensi primer yaitu sekitar 90 Baradero, 2008. Sebagian besar penderita
hipertensi primer sulit diketahui penyebab jelasnya Sheps, 2002 hal ini terjadi karena penyebab hipertensi primer bersifat multifaktorial Rubenstein, 2005
yang mencakup kombinasi Davey, 2003 dan interaksi Brashers, 2008 antara berbagai faktor genetik dan lingkungan.
Hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi
yang telah diketahui penyebabnya Gray, 2003. Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu Baradero, 2008 yang telah diderita sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
Tambayong, 2000. Penyebab hipertensi primer pada umumnya yaitu penyakit ginjal. sindrom Conn, sindrom Cushing, feokrmositoma, koarktasio aorta, dan
penggunaan obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah Sheps, 2002. Penderita hipertensi sekunder lebih jarang ditemukan Davey, 2003. Hal ini
dibuktikan dengan sedikitnya prevalensi pada hipertensi sekunder yaitu sekitar 5- 10 Brashers, 2008. Kondisi penderita hipertensi sekunder umumnya dapat
disembuhkan Sheps, 2002 apabila penyakit yang menjadi faktor penyebab hipertensi sekunder dapat diatasi dan kondisi tekanan darah penderita hipertensi
sekunder dapat menurun kembali menjadi normal Tambayong, 2000
4.4 Faktor risiko
Apabila semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang, maka semakin besar kemungkinan terjadinya hipertensi pada kondisi seseorang yang
normal dan bahkan dapat mengakibatkan kondisi klinis pada penderita hipertensi menjadi semakin parah. Faktor risiko tersebut dikelompokkan menjadi 2 bagian
Sheps, 2002 yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan.
Adapun faktor risiko hipertensi primer yang tidak dapat dikendalikan dan dimodifikasi yaitu:
Usia. Penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun umumnya
hipertensi dialami seseorang pada usia 35 tahun atau lebih Sheps, 2002. Insidens hipertensi akan semakin meningkat dengan meningkatnya usia seseorang
Tambayong, 2000. Sebagian besar usia yang lebih lanjut Baradero, 2008 akan mempengaruhi terjadinya arteriosklerosis yang akan mengakibatkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
tekanan darah meningkat Dalimartha, 2008. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon Sheps, 2002.
Jenis kelamin. Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada
wanita yang mengalami pra-menopause Tambayong, 2000. Namun pada usia pertengahan dan lebih tua Tambayong, 2000 dari usia 55 tahun, ketika sebagian
wanita mengalami saat menopause Sheps, 2002 maka insidens pada wanita lebih tinggi dibanding pria Tambayong, 2000. Hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh hormon estrogen Gray, 2003.
Riwayat penyakit hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan penyakit
keturunan Sheps, 2002. Sekitar 70-80 kasus hipertensi primer disebabkan riwayat hipertensi Dalimartha, 2008. Beberapa peneliti mengatakan bahwa
kelainan pada gen angiotensin merupakan penyebab hipertensi primer Gray, 2003.
Sedangkan faktor risiko hipertensi primer yang tidak dapat dikendalikan dan dimodifikasi Sheps, 2002 yaitu:
Obesitas. Peningkatan tonus vascular dan garam serta air ginjal adalah
penyebab utama hipertensi pada obesitas. Mekanisme yang mendasarinya termasuk hiperleptinemia, meningkatnya asam lemak bebas FFA,
hiperinsulinemia, dan insulin resisten, kesemuanya ini akan menyebabkan stimulasi dari saraf simpatis, meningkatnya tonus vascular, disfungsi endothelial,
dan retensi sodium ginjal. Sebagai tambahan, meningkatnya aktivitas rennin- angiotensin-system RAS, sebagai efek dari aktivasi simpatis dan bertambahnya
Universitas Sumatera Utara
sintesis jaringan adiposa, mengakibatkan meningkatnya retensi garam dan air ginjal Wahba, 2007.
Konsumsi garam berlebihan. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya retensi cairan ekstraseluler dan meningkatknya tekanan
darah. Sheps, 2002. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat
asupan garam sekitar 7 − 8 gram tekanan darah rata -rata lebih tinggi Depkes,
2006.
Merokok. Tekanan darah akan meningkat sampai 10 mmHg. Tekanan
darah akan kembali menurun setalah berhenti menghisap rokok selama 30 menit. Meningkatnya tekanan darah terjadi segera setelah isapan pertama pada saat
seseorang menghisap rokok. Hanya dalam beberapa derik otak akan merespon nikotin dalam tubuh dengan memberi rangsangan pada kelenjar adrenal untuk
melepaskan epinefrin. Hormon tersebut akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat dengan cara
merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga pembuluh darah menjadi lebih rentan terhadap penumpukan lemak. Hal ini tentunya mengakibatkan pembuluh
darah mengalami peyempitan dan mengakibatkan jantung bekerja menjadi lebih berat. Sedangkan karbonmonoksida pada asap rokok dapat menyebabkan kadar
oksigen dalam darah menurun sehingga jantung juga harus bekerja lebih berat untuk memasok oksigen yang cukup ke seluruh organ dan jaringan tubuh Sheps,
2002.
Universitas Sumatera Utara
Alkohol. Alkohol dapat merangsang pelepasan epinefrin yang
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Selain itu konsumsi alkohol yang berlebihan juga akan mengakibatkan penumpukan lebih banyak natrium, hal ini
disebabkan karena alkohol dapat menurunkan kadar kalium, kalsium,dan mangnesium yang berfungi untuk mengatur keseimbangan natriun dalam sel
Sheps, 2002. Efek konsumsi alkohol terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya
Depkes, 2006.
Stres. Pada saat stres jantung bersetak cepat karena pengaruh respon
yang terjadi aktivasi sistem saraf simpatis Ronny, 2010. Hal ini tentunya akan merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin dan kortisol
yang akan memacu jantung memompa darah lebih cepat, sehingga tekanan darah akan meningkat Sheps, 2002.
4.5 Manifestasi Klinis