mengalami relaksasi penuh, adanya dominasi sistem saraf parasimpatis Hidayat, 2006.
Tahap empat merupakan deep sleep yaitu tahap tidur terdalam yang biasanya diperlukan rangsangan lebih kuat untuk membangunkan, sehingga
ketika bangun dari tidur yang dalam, seseorang tidak dapat langsung sadar sempurna dan memerlukan waktu beberapa saat untuk memulihkan dari rasa
bingung dan disorientasi. Tahap ini mempunyai nilai dan fungsi perbaikan yang sangat penting untuk penyembuhan fisik kebanyakan hormon
perkembangan manusia diproduksi malam hari dan puncaknya selama tidur pada tahap ini White, 2003.
Tidur Rapid Eye Movement REM. Tahap tidur REM terjadi
setelah 90 – 110 menit setelah tertidur, pada tahap ini ditandai dengan peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot – otot relaksasi
Maas, 2002 serta peningkatan sekresi gaster Potter Perry, 2003. Seseorang akan mengalami mimpi selama tidur NREM maupun
REM, tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang Potter Perry, 2003.
1.4 Mekanisme tidur
Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity
System ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular Activity System menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur.
Aktivitas Reticular Activity System RAS ini sangat dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
aktivitas neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik, histaminergik Japardi, 2002.
Sistem serotoninergik. Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh
hasil metabolisme asam amino triptofan. Dengan bertambahnya jumlah triptofan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan
menyebabkan keadaan mengantuk tidur. Bila serotonin dalam triptofan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur jaga.
Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotoninergik ini terletak pada nucleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat
hubungan aktivitas serotonis di nucleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
Sistem adrenergik. Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepinefrin terletak di badan sel nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau
hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur
REM dan peningkatan keadaan jaga.
Sistem kolinergik. Menurut Sitaram dkk, 1976 dalam Japardi,
2002 membuktikan dengan pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kolinergik ini,
mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti dalam kedaan jaga. Gangguan aktivitas kolinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini
terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik scopolamine yang menghambat pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
kolinergik dari lokus sereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
Sistem histaminergik. Pengaruh histamin sangat sedikit
mempengaruhi tidur.
Sistem hormon. Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon
seperti Adrenal Corticotropin Hormone ACTH, Growth Hormon GH, Tyroid Stimulating Hormon TSH, Lituenizing Hormon LH. Hormon-
hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini secara teratur mempengaruhi
pengeluaran neurotransmitter norepinefirn, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun.
1.5 Faktor yang memepengaruhi tidur Penyakit. Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya : penyakit yang disebabkan oleh infeksi infeksi limfa akan memerlukan lebih banyak waktu tidur
untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur Mukhlidah, 2011.
Latihan dan Kelelahan. Keletihan akibat akivitas yang tinggi dapat
memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal ini terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan
mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur
karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.widodo, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Stres Psikologis. Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat
ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur Mukhlidah, 2011
Obat. Gangguan tidur dapat disebabkan oleh penggunaan stimulan yang
kronik seperti kafein, amphetamin, nikotin. Ketika tidur, tubuh mulai memetabolisme alkohol dan hal ini mempengaruhi aktivitas otak. Alkohol bagi
sebagian orang berhasil membuat tidur lebih cepat, namun di saat yang sama, alkohol membuat tubuh mengalami dehidrasi. Ketika tubuh terbangun untuk
mencari air karena dehidrasi, tubuh tidak dapat kembali tidur tahap REM. Pecandu alkohol aktif mengalami gangguan tidur yang spesifik, yakni
membutuhkan waktu lebih banyak untuk jatuh tertidur, sering terbangun, kekurangan tidur yang berkualitas, dan bahkan kelelahan di siang hari. Nikotin
dari rokok bersifat neurostimultan yang justru membangkitkan semangat. Rokok meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung, dan meningkatkan
aktivitas otak, membuat orang yang mengisapnya justru tak bisa relaks, mendorong pelakunya tak bisa tidur. Kafein di dalam kopi membuat jantung dan
otak kita menjadi siaga. Akibatnya, kafein menghalangi tubuh untuk melepaskan sebuah kimia alami tubuh yang dikenal sebagai adenosin merupakan senyawa
kimia yang menimbulkan efek penenang Mukhlidah, 2011. Selain itu beberapa golongan obat antihipertensi dapat menimbulkan gangguan tidur Japardi, 2002
seperti diuretik, betablocker, antagonis kalsium dan ACEI Gray, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan. Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
seseorang juga dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Suara yang terlalu keras, cahaya yang terlalu terang, tempat yang kondusif, suhu, dan kebiasaan
sebelum tidur yang dapat mengganggu konsentrasi tidur tentunya kana mempengaruhi proses tidur Mukhlidah, 2011.
Motivasi. Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur. Brandon,
2006.
1.6 Kualitas tidur