6.2.8. Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan sumber pembiayaan penderita dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2010-2011
Berdasarkan gambar 6.14. dapat dilihat proporsi penderita infark miokard akut berdasarkan sumber pembiayaan yang tertinggi adalah ASKES 41,8 sedangkan
proporsi penderita infark miokard akut berdasarkan sumber pembiayaan yang terendah adalah biaya sendiri 24,6.
Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan merupakan rumah sakit umum daerah yang menerima berbagai jaminan kesehatan untuk masyarakat seperti ASKES dan JPKM
Jamkesmas, Medan Sehat dan JKPROPSU. Oleh karena rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Kota Medan dan menerima pasien rujukan dari
41,8
33,6 24,6
Sumber Pembiayaan
ASKES Asuransi Kesehatan JPKM Jaminan Pemeliharaan
Masyarakat Biaya Sendiri
Universitas Sumatera utara
berbagai rumah sakit lain, maka hal inilah yang mungkin menyebabkan tingginya sumber pembiayaan penderita infark miokard akut yang menggunakan sumber biaya
ASKES.
6.2.9. Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan
tahun 2010-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 6.15. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2010-2011
Berdasarkan gambar 6.15. dapat dilihat proporsi penderita infark miokard akut berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan PBJ
65,4 dan yang terendah yaitu pulang atas permintaan sendiri PAPS 6,4.
65,4 28,2
6,4
Keadaan Sewaktu Pulang
Pulang Berobat Jalan PBJ Meninggal
Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS
Universitas Sumatera utara
Penderita infark miokard akut memerlukan pengobatan yang berkelanjutan dan terus-menerus sehingga penderita masih disarankan untuk berobat jalan
khususnya ke poli jantung. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri kemungkinan memiliki
berbagai alasan diantaranya merasa sudah lebih baik, merasa bosan sudah terlalu lama berada di rumah sakit, tidak mampu lagi membayar pengobatan dan penginapan
di rumah sakit, tidak ingin dipasang infus lagi maupun ingin dirawat dirumah saja. Case Fatality Rate CFR penderita infark miokard akut yang dirawat inap di
RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 adalah sebesar 28,2 31 orang. Rincian mengenai penderita yang meninggal dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap yang Meninggal Dunia Berdasarkan
Karakteristiknya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011
16,1 30,8
48,4 61,3
74,2 83,9
87,1 90,3
92,3 96,8
20 40
60 80
100 Obat-obatan + Kateter Jantung
Syok Kardiogenik lama rawatan 1 Hari
Jenis Kelamin laki-laki Keluhan sesak nafas
Obat-obatan Hipertensi
Keluhan nyeri dada Aritmia
Umur 45 tahun
Proporsi K
a ra
k te
ri si
ti k
P e
n d
e ri
ta y
a n
g M
e n
in g
g a
l
Universitas Sumatera utara
Berdasarkan gambar 6.16. dari 31 orang yang meninggal dunia, karakterisitk penderita yaitu : proporsi pada kelompok umur 45 tahun adalah 96,8 30 orang
dan pada kelompok umur ≤45 tahun 3,2 1 orang, proporsi pada laki -laki 61,3
19 orang sedangkan pada perempuan 38,7 12 orang. Penderita yang meninggal dunia umumnya datang dengan keluhan nyeri dada
yang sudah dialami sebelum penderita tiba di rumah sakit sebesar 90,3 28 orang, dan keluhan sesak nafas sebesar 74,2 23 orang dan penderita yang meninggal
umumnya memiliki riwayat penyakit terdahulu seperti riwayat hipertensi 87,1 27 orang.
Penderita yang meninggal dunia umumnya juga terdapat komplikasi 83,9 26 orang dan dari 26 orang yang ada komplikasi, proporsi pada jenis komplikasi
aritmia 92,3 24 orang dan jenis komplikasi syok kardiogenik 30,8 8 orang. Penderita yang meninggal dunia umumnya menggunakan obat-obatan 83,9
26 orang sedangkan penderita yang menggunakan obat-obatan serta pemasangan alat kateter jantung 16,1 5 orang karena penderita yang 5 orang tersebut semunya
mengalami komplikasi sehingga dilakukannya pemasangan kateter untuk mengetahui
seberapa besar terjadinya penyempitan pada jantung dan pembuluh darah.
Penderita yang meninggal dunia umumnya memiliki lama rawatan 1 hari 48,4 15 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan pasien yang meninggal
dunia sudah mengalami tingkat keparahan yang cukup berat sehingga pada saat tiba di rumah sakit menyebabkan kematian.
Universitas Sumatera utara
6.3. Analisa Statistik 6.3.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi