Tingkat Pendidikan Kesimpulan PEMBAHASAN

c. Tingkat Pendidikan

Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.5. dapat dilihat bahwa proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tertinggi pada penderita yang berpendidikan SLTA yaitu sebesar 66,4 dan terendah yang tidak tamat SD sebesar 0,9. Hal ini bukan berarti pendidikan SLTA merupakan faktor risiko terhadap terjadinya infark miokard akut, tetapi kemungkinan karena lebih banyak penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut adalah masyarakat berpendidikan SLTA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Purnama Sari 2011 pada penyakit lain yaitu penyakit kanker colorectal di RSU Dr. Pirngadi 66,4 15,4 11,8 5,5 0,9 Tingkat Pendidikan SLTA SLTP SD AkademiPT Tidak Tamat SD Universitas Sumatera utara Medan tahun 2005-2009 yang diderita oleh masyarakat yang berpendidikan SLTA 38,2. 44

d. Pekerjaan

Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.6. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tertinggi pada penderita yang beberja sebagai wiraswasta yaitu sebesar 33,6 dan terendah yang bekerja sebagai petani 1,8. Hal ini bukan berarti yang bekerja sebagai wiraswasta merupakan faktor risiko terhadap terjadinya infark miokard akut, tetapi kemungkinan karena lebih banyak 33,6 27,3 27,3 5,5 4,5 1,8 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P ro p o rs i Pekerjaan Universitas Sumatera utara penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut adalah masyarakat yang bekerja sebagai wiraswasta. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Purnama Sari 2011 pada penyakit lain yaitu penyakit kanker colorectal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 yang diderita oleh masyarakat yang bekerja sebagai wiraswasta 25,5. 44 Sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Mika R. Napitupulu di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 yang melaporkan bahwa proporsi penderita infark miokard akut terbanyak adalah yang bekerja sebagai wiraswasta 25,0. 10 e. Tempat Tinggal Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 74,5 25,5 Tempat Tinggal Dalam Kota Medan Luar Kota Medan Universitas Sumatera utara Berdasarkan gambar 6.7. dapat dilihat bahwa proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tertinggi pada penderita yang berasal didalam Kota Medan yaitu sebesar 74,5. Hal ini kemungkinan karena RSU Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit umum daerah pemerintah yang ada di Sumatera Utara. Daerah asal penderita yang dirujuk dari luar Kota Medan seperti Langkat, Binjai, Deli Serdang, Labuhan Batu, Nias, NAD. Hal ini bukan berarti masyarakat yang berasal dari Kota Medan merupakan faktor risiko terhadap terjadinya infark miokard akut, tetapi kemungkinan karena lebih banyak penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut adalah masyarakat yang bertempat tinggal di dalam Kota Medan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Henny M 2009 pada penyakit lain yaitu penyakit glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 yang diderita oleh masyarakat yang berasal dari Kota Medan 86,7. 45 Universitas Sumatera utara

6.2.3. Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Berdasarkan Keluhan

Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan keluhan utama penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Keluhan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.8. dapat dilihat bahwa dari 110 orang, proporsi penderita infark miokard akut yang berobat ke RSU Dr. Pirngadi Medan lebih banyak datang dengan keluhan nyeri dada sebesar 93,6 103 orang. Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan karena rasa sakit didada. Namun demikian, gambaran klinis bisa bervariasi dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin sampai pada pasien yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba meninggal. 46 20,0 20,0 60,0 93,6 20 40 60 80 100 Keringat Dingin Badan Lemas Sesak Nafas Nyeri Dada Proporsi K e luha n Universitas Sumatera utara Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mika R. Napitupulu di RS Santa Elisabeth Tahun 2005-2009 menunjukkan bahwa proporsi keluhan yang diderita oleh penderita infark miokard akut sewaktu datang ke rumah sakit yaitu nyeri dada sebesar 87,7. 10 6.2.4. Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Berdasarkan Status Faktor Risiko dan Jenis Faktor Risiko Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan status faktor risiko dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Status Faktor Risiko di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.9. dapat dilihat proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan berdasarkan status faktor risiko yang tercatat adalah 94,5 dan yang tidak tercatat adalah 5,5. 94,5 5,5 Status Faktor Risiko Tercatat Tidak Tercatat Universitas Sumatera utara Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan 2010-2011 berdasarkan jenis faktor risiko dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 6.10. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Jenis Faktor Risiko di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.10. dapat dilihat bahwa dari 104 orang yang tercatat faktor risikonya, proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan jenis faktor risiko tertinggi adalah penderita dengan faktor risiko hipertensi 83,7 87 orang dan terendah yaitu faktor risiko obesitas 0,9 1 orang. Dari penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-75 tahun didapatkan bahwa hipertensi merupkan faktor pencetus terjadinya angina dan infark miokard akut. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa penderita hipertensi yang mengalami infark miokard akut mortalitasnya 3 kali lebih besar. 30 Hasil penelitian Framingham juga mendapatkan hubungan antara PJK dan tekanan darah diastolik. Kejadian infark miokard 2x lebih besar pada kelompok 83,7 37,5 31,7 15,4 11,5 0,9 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P ro p o rs i Jenis Faktor Risiko Universitas Sumatera utara tekanan darah diastolik 90-100 mmHg dibandingkan tekanan darah diastolik 85 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik 105 mmHg 4x lebih besar. 30 Hal ini juga didukung oleh penelitian Mika R. Napitupulu di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009 yang menunjukkan bahwa proporsi penderita yang memiliki faktor risiko tertinggi adalah hipertensi sebesar 21,1. 10 6.2.5. Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Berdasarkan Status Komplikasi dan Jenis Komplikasi Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan status komplikasi penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan status komplikasi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.11. dapat dilihat proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tertinggi pada penderita yang ada komplikasi sebesar 55,5. 55,5 44,5 Status Komplikasi Ada Tidak Ada Universitas Sumatera utara Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan status komplikasi penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Jenis komplikasi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.12. dapat dilihat bahwa dari 61 orang yang ada komplikasi, proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan berdasarkan jenis komplikasi tertinggi adalah aritmia 50,9. Jenis komplikasi yang diderita oleh penderita infark miokard akut adalah aritmia yaitu tidak normalnya denyut atau irama jantung, pada umumnya komplikasi yang diderita seperti takikardia denyut jantung yang cepat dan ada juga yang bradikardia. Menurut Penelitian Meier pada tahun 2001 dan Kanbay dkk pada tahun 2010, kejadian aritmia belakangan ini semakin banyak menarik perhatian. Kardiak aritmia bertanggungjawab atas kematian akibat kardiovaskular berkisar 20. Penyebab 50,9 8,2 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Aritmia Syok Kardiogenik P ro p o rsi Jenis Komplikasi Universitas Sumatera utara paling sering adalah takikardia atau fibrilasi ventrikular yang dapat mengancam nyawa. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirnagdi Medan yang memiliki komplikasi syok kardiokgenik sebesar 8,2. Syok kardiogenik didapatkan pada 7-10 dari pasien yang menderita infark miokard akut dan merupakan penyebab dari kematian pasien di rumah sakit. 16

6.2.6. Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan penatalaksanaan medis penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 93,6 6,4 Penatalaksanaan Medis Obat-obatan Obat-obatan + kateter jantung Universitas Sumatera utara Berdasarkan gambar 6.13. dapat dilihat proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi menggunakan obat-obatan 93,6 dan terendah pada penatalaksanaan medis obat-obatan serta pemasangan alat kateter jantung 6,4. Penatalaksanaan medis dengan pembedahan tidak ada dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan karena belum tersedianya fasilitas untuk pembedahan khusus penyakit jantung sehingga dilakukannya tindakan pemasangan kateter jantung untuk menolong pasien dan jika melakukan tindakan pembedahan operasi pasien akan dirujuk ke RSUP. H. Adam Malik Medan.

6.2.7. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Infark Miokard Akut

Lama rawatan rata-rata penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 adalah 5,45 hari atau 6 hari. SD Standar Deviasi 4,001 hari dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 20 hari. Penderita yang lama rawatannya 1 hari ada 20 orang. Karakteristik penderita yang lama rawatannya 1 hari adalah semua penderita berumur 45 tahun, berjenis kelamin laki-laki 55 11 orang sedangkan perempuan 45 9 orang, yang memiliki komplikasi ada 65 13 orang, tidak memiliki komplikasi 35 7 orang, penatalaksanaan medisnya dengan obat-obatan 90 18 orang, penderita yang meninggal dunia 75 15 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan pasien yang meninggal dunia sudah mengalami tingkat keparahan yang cukup berat Universitas Sumatera utara sehingga pada saat tiba di rumah sakit meninggal dunia, hal ini juga dibuktikan dengan adanya komplikasi pada penderita yang meninggal dunia sehingga menunjukkan bahwa penderita kurang mengetahui tentang penyakit infark miokard akut yang dapat mengancam nyawa. Sedangkan penderita yang memiliki lama rawatan 20 hari ada 1 orang yang berumur 45 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki keluhan sewaktu masuk kerumah sakit seperti nyeri dada, sesak nafas kemudian gagal nafas, berkeringat dingin dan badan lemas, memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi dan angina pektoris tidak stabil, memiliki komplikasi aritmia seperti takikardia denyut cepat abnormal, penatalaksanaan medisnya mengunakan obat-obatan dan meninggal dunia. Penderita ini mengalami gangguan sesak nafas sehingga harus mendapatkan penanganan yang khusus sehingga dirawat cukup lama tetapi pada akhirnya penderita mengalami gagal bernafas yang mengakibatkan kematian. Universitas Sumatera utara

6.2.8. Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Berdasarkan Sumber Pembiayaan

Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan sumber pembiayaan penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.14. dapat dilihat proporsi penderita infark miokard akut berdasarkan sumber pembiayaan yang tertinggi adalah ASKES 41,8 sedangkan proporsi penderita infark miokard akut berdasarkan sumber pembiayaan yang terendah adalah biaya sendiri 24,6. Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan merupakan rumah sakit umum daerah yang menerima berbagai jaminan kesehatan untuk masyarakat seperti ASKES dan JPKM Jamkesmas, Medan Sehat dan JKPROPSU. Oleh karena rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Kota Medan dan menerima pasien rujukan dari 41,8 33,6 24,6 Sumber Pembiayaan ASKES Asuransi Kesehatan JPKM Jaminan Pemeliharaan Masyarakat Biaya Sendiri Universitas Sumatera utara berbagai rumah sakit lain, maka hal inilah yang mungkin menyebabkan tingginya sumber pembiayaan penderita infark miokard akut yang menggunakan sumber biaya ASKES.

6.2.9. Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 6.15. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.15. dapat dilihat proporsi penderita infark miokard akut berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan PBJ 65,4 dan yang terendah yaitu pulang atas permintaan sendiri PAPS 6,4. 65,4 28,2 6,4 Keadaan Sewaktu Pulang Pulang Berobat Jalan PBJ Meninggal Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS Universitas Sumatera utara Penderita infark miokard akut memerlukan pengobatan yang berkelanjutan dan terus-menerus sehingga penderita masih disarankan untuk berobat jalan khususnya ke poli jantung. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri kemungkinan memiliki berbagai alasan diantaranya merasa sudah lebih baik, merasa bosan sudah terlalu lama berada di rumah sakit, tidak mampu lagi membayar pengobatan dan penginapan di rumah sakit, tidak ingin dipasang infus lagi maupun ingin dirawat dirumah saja. Case Fatality Rate CFR penderita infark miokard akut yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 adalah sebesar 28,2 31 orang. Rincian mengenai penderita yang meninggal dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap yang Meninggal Dunia Berdasarkan Karakteristiknya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 16,1 30,8 48,4 61,3 74,2 83,9 87,1 90,3 92,3 96,8 20 40 60 80 100 Obat-obatan + Kateter Jantung Syok Kardiogenik lama rawatan 1 Hari Jenis Kelamin laki-laki Keluhan sesak nafas Obat-obatan Hipertensi Keluhan nyeri dada Aritmia Umur 45 tahun Proporsi K a ra k te ri si ti k P e n d e ri ta y a n g M e n in g g a l Universitas Sumatera utara Berdasarkan gambar 6.16. dari 31 orang yang meninggal dunia, karakterisitk penderita yaitu : proporsi pada kelompok umur 45 tahun adalah 96,8 30 orang dan pada kelompok umur ≤45 tahun 3,2 1 orang, proporsi pada laki -laki 61,3 19 orang sedangkan pada perempuan 38,7 12 orang. Penderita yang meninggal dunia umumnya datang dengan keluhan nyeri dada yang sudah dialami sebelum penderita tiba di rumah sakit sebesar 90,3 28 orang, dan keluhan sesak nafas sebesar 74,2 23 orang dan penderita yang meninggal umumnya memiliki riwayat penyakit terdahulu seperti riwayat hipertensi 87,1 27 orang. Penderita yang meninggal dunia umumnya juga terdapat komplikasi 83,9 26 orang dan dari 26 orang yang ada komplikasi, proporsi pada jenis komplikasi aritmia 92,3 24 orang dan jenis komplikasi syok kardiogenik 30,8 8 orang. Penderita yang meninggal dunia umumnya menggunakan obat-obatan 83,9 26 orang sedangkan penderita yang menggunakan obat-obatan serta pemasangan alat kateter jantung 16,1 5 orang karena penderita yang 5 orang tersebut semunya mengalami komplikasi sehingga dilakukannya pemasangan kateter untuk mengetahui seberapa besar terjadinya penyempitan pada jantung dan pembuluh darah. Penderita yang meninggal dunia umumnya memiliki lama rawatan 1 hari 48,4 15 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan pasien yang meninggal dunia sudah mengalami tingkat keparahan yang cukup berat sehingga pada saat tiba di rumah sakit menyebabkan kematian. Universitas Sumatera utara 6.3. Analisa Statistik 6.3.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi Proporsi umur penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan status komplikasi penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.17. dapat dilihat bahwa 61 orang penderita infark miokard akut yang ada komplikasi, proporsi penderita tertinggi adalah penderita yang berumur 45 tahun 100. Dari 49 orang penderita infark miokard akut yang tidak ada komplikasi, proporsi penderita yang berumur 45 tahun 85,7 dan proporsi penderita yang berumur ≤ 45 ta hun 14,3. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p=0,003 yang berarti p0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada perbedaan antara proporsi umur berdasarkan status kompikasi. Umumnya, penderita yang ada komplikasi lebih 14,3 100 85,7 20 40 60 80 100 Ada Tidak Ada P ro p o rs i Status Komplikasi Umur ≤ 45 tahun 45 tahun Universitas Sumatera utara banyak pada usia 45 tahun 100 dan pada penderita yang tidak ada komplikasi lebih banyak pada usia ≤ 45 tahun 85,7 Penderita yang berusia 45 tahun, belum terjadi komplikasi seperti aritmia dan syok kardiogenik, hanya yang dirasakan seperti keluhan-keluhan : nyeri dada dan sesak nafas serta memiliki riwayat penyakit terdahulu sedangkan penderita yang berusia 45 tahun cenderung sudah mulai terdapat komplikasi.

6.3.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi penatalaksanaan medis penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan status komplikasi penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkn gambar 6.18. dapat dilihat bahwa 61 orang penderita infark miokard akut yang ada komplikasi, proporsi penderita yang penatalaksanaan medisnya dengan memberikan obat-obatan 88,5, dan penderita yang 88,5 100 11,3 20 40 60 80 100 Ada Tidak Ada P ro p o rs i Status Komplikasi Penatalaksanaan Medis Obat-obatan Obat-obatan + Kateter Jantung Universitas Sumatera utara penatalaksanaan medisnya dengan obat-obatan serta pemasangan kateter jantung 11,5. Dari 49 penderita yang tidak ada komplikasi, proporsi penderita yang penatalaksanaan medisnya dengan memberikan obat-obatan 100. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p=0,016 yang berarti p0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada perbedaan antara proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan status kompikasi. Proporsi penderita yang penatalaksanaan medisnya menggunakan obat-obatan yang ada komplikasi maupun tidak ada komplikasi secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang penatalaksanaan medisnya menggunakan obat- obatan serta pemasangan kateter jantung. Penderita yang ada komplikasi umumnya lebih banyak menggunakan obat- obatan 88,5 dan penderita yang tidak ada komplikasi menggunakan obat-obatan 100. Hal ini kemungkinan karena penatalaksanaan medis di RSU Dr. Pirngadi Medan lebih banyak dengan memberikan obat-obatan. Universitas Sumatera utara

6.3.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis penderita infark miokard akut rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.19. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.19. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari 103 penderita infark miokard akut yang penatalaksanaan medisnya menggunakan obat-obatan adalah 5,47 hari atau 6 hari. Lama rawatan rata-rata dari 7 penderita infark miokard akut yang penatalaksanaan medisnya menggunakan obat-obatan serta melakukan pemasangan kateter jantung adalah 5,14 hari atau 5 hari. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh p=0,837 yang berarti p0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis. 5.14 5.47 2 4 6 8 10 Obat-obatan + Kateter Jantung Obat-obatan Lama rawatan rata-rata hari P e n a tal ak san aan Me d is Universitas Sumatera utara

6.3.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Sumber Pembiayaan

Proporsi penatalaksanaan medis penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan sumber pembiayaan penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.20. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.20. dapat dilihat bahwa dari 37 orang penderita infark miokard akut yang menggunakan JPKM, proporsi penderita yang penatalaksanaan medisnya dengan obat-obatan 91,9 dan penderita dengan obat-obatan serta pemasangan kateter jantung 8,1. Dari 46 orang penderita infark miokard akut yang menggunakan ASKES, proporsi penderita yang penatalaksanaan medisnya dengan obat-obatan 93,5 dan penderita dengan obat-obatan serta pemasangan kateter jantung 6,5. Dari 27 orang penderita infark miokard akut yang menggunakan biaya 91,9 93,5 96,3 8,1 6,5 3,7 20 40 60 80 100 JPKM ASKES Biaya Sendiri P ro p o rs i Sumber Pembiayaan Penatalaksanaan Medis Obat-obatan Obat-obatan + Kateter Jantung Universitas Sumatera utara sendiri, proporsi penderita yang penatalaksanaan medisnya dengan obat-obatan 96,3 dan penderita dengan obat-obatan serta pemasangan kateter jantung 3,7. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p=0,774 yang berarti p0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan sumber pembiayaan.

6.3.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Pembiayaan

Lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber pembiayaan penderita infark miokard akut rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.21. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 3.67 5.98 6.08 2 4 6 8 10 Biaya Sendiri ASKES JPKM Lama rawatan rata-rata hari Su mb er P emb ia y a a n Universitas Sumatera utara Berdasarkan gambar 6.21. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari 37 orang penderita infark miokard akut dengan sumber biaya JPKM adalah 6,08 hari 6 hari. Lama rawatan rata-rata dari 46 orang penderita infark miokard akut dengan sumber biaya ASKES adalah 5,98 6 hari. Lama rawatan rata-rata dari 27 orang penderita infark miokard akut dengan biaya sendiri adalah 3,47 4 hari. Hasil analisa statistik dengan uji Anova diperoleh p=0,027 yang berarti p0,05 berarti secara statistik ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber pembiayaan. Hal ini menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita infark miokard akut yang menggunakan sumber biaya JPKM seperti Jamkesmas, Medan Sehat dan JKPROPSU dan ASKES secara bermakna lebih lama daripada dengan sumber biaya sendiri. Penderita yang menggunakan JPKM dan ASKES sebagai sumber biaya di rumah sakit karena biaya ditanggung oleh pemerintah dalam perawatan dan pengobatan maupun urusan administrasi di RSU Dr. Pirngadi Medan. Universitas Sumatera utara

6.3.6. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi status komplikasi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.22. Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Komplikasi Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.22. dapat dilihat dari 72 orang penderita infark miokard akut yang pulang berobat jalan, proporsi penderita yang ada komplikasi 44,4 dan penderita yang tidak ada komplikasi 55,6. Dari 7 orang orang penderita infark miokard akut yang pulang atas permintaan sendiri, proporsi penderita yang ada komplikasi 42,9 dan yang tidak ada komplikasi 57,1. Dari 31 orang orang penderita infark miokard akut yang meninggal dunia, proporsi penderita yang ada komplikasi 83,9 dan yang tidak ada komplikasi 16,1. 44,4 42,9 83,9 55,6 57,1 16,1 20 40 60 80 100 PBJ PAPS Meninggal Dunia P ro p o rs i Keadaan Sewaktu Pulang Status Komplikasi ada Tidak Ada Universitas Sumatera utara Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p=0,001 yang berarti p0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada perbedaan antara proporsi status komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Proporsi penderita yang pulang berobat jalan PBJ dan pulang atas permintaan sendiri PAPS secara bermakna lebih tinggi pada penderita yang tidak ada komplikasi sedangkan penderita yang meninggal dunia secara bermakna lebih tinggi pada penderita yang ada komplikasi. Prognosis infark miokard akut secara umum sangat buruk meskipun insidensnya telah menurun. Pada penderita infark miokard akut dengan komplikasi aritmia dan syok kardiogenik tergantung pada luas infark miokard. Mortalitas rata-rata penderita dengan komplikasi aritmia dari berbagai pusat perawatan jantung sekitar 60-70. 47 Hal ini juga sesuai dengan hasil yang didapatkan bahwa proporsi penderita yang meninggal dunia terjadi komplikasi aritmia sebesar 92,8. Universitas Sumatera utara

6.3.7. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penatalaksanaan medis penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.23. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.23. diatas dapat dilihat bahwa dari 72 orang penderita infark miokard akut yang pulang berobat jalan PBJ, proporsi penderita yang penatalaksanaan medinya diberikan obat-obatan 97,2 dan penderita yang penatalaksanaan medisnya diberikan obat-obatan serta pemasangan kateter jatung 2,8. Proporsi penderita infark miokard akut yang pulang atas permintaan sendiri PAPS yang penatalaksanaan medisnya diberikan obat-obatan 100. Dari 31 orang penderita infark miokard akut meninggal dunia, proporsi penderita yang penatalaksanaan medisnya diberikan obat-obatan 83,9 dan penderita yang 97,2 100 83,9 2,8 16,1 20 40 60 80 100 PBJ PAPS Meninggal P ro p o rs i Keadaan Sewaktu Pulang Penatalaksanaan Medis Obat-obatan Obat-obatan + Kateter Jantung Universitas Sumatera utara penatalaksanaan medisnya diberikan obat-obatan serta pemasangan kateter jatung 16,1. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p=0,03 yang berarti p0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada perbedaan antara proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Proporsi penderita yang pulang berobat jalan PBJ, pulang atas permintaan sendiri PAPS dan meninggal dunia secara bermakna lebih tinggi pada penatalaksanaan medis yang menggunakan obat-obatan dibandingkan dengan penatalaksanaan medis menggunakan obat-obatan serta pemasangan kateter jantung. Hal ini dikarenakan penderita infark miokard akut yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan penatalaksanaan medisnya lebih banyak dilakukan dengan obat-obatan dan belum memiliki fasilitas pembedahan jantung, yang dilakukan hanya memasang alat kateter jantung yang sudah disetujui oleh keluarga penderita inform consent. Universitas Sumatera utara

6.3.8. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita infark miokard akut rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.24. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011 Berdasarkan gambar 6.24. dapat dilihat bahwa dari 72 orang penderita infark miokard akut yang pulang berobat jalan memiliki lama rawatan rata-rata 6,10 hari 6 hari. Dari 7 orang penderita infark miokard akut yang pulang atas permintaan sendiri memiliki lama rawatan rata-rata 4,71 5 hari. Dari 31 orang penderita infark miokard akut yang meninggal dunia memiliki lama rawatan rata-rata 4,10 4 hari. Hasil analisa statistik dengan uji Anova diperoleh p=0,058 yang berarti p0,05 berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata- rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. 4.1 4.71 6.1 2 4 6 8 10 Meninggal PAPS PBJ Lama rawatan rata-rata hari K e ad aan S e w ak tu P ul a ng Universitas Sumatera utara

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Trend penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan berdasarkan data tahun 2007-2011 menunjukkan kenaikan dengan persamaan garis Y = 2,5x+44,9. Proporsi penderita tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 23,3 61 orang. 7.1.2. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan sosiodemografi umur dan jenis kelamin pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 55-59 tahun 13,6 dan perempuan pada kelompok umur 65-69 tahun 8,2. 7.1.3. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan sosiodemografi tertinggi yaitu suku Batak 53,6, agama Islam 69,1, pendidikan SLTA 66,4, pekerjaan wiraswasta 33,6, berasal dari kota Medan 74,5. 7.1.4. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan keluhan utama tertinggi adalah nyeri dada sebesar 93,6 103 orang 7.1.5. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan status faktor risiko yang tercatat adalah 94,5 104 orang dan proporsi penderita berdasarkan jenis faktor risiko tertinggi adalah hipertensi sebesar 83,7 87 orang. Universitas Sumatera utara 7.1.6. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 yang ada komplikasi 55,5 61 orang dan jenis komplikasi terbanyak adalah aritmia 50,9 56 orang. 7.1.7. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi pada penatalaksanaan medis dengan obat-obatan 93,6 103 orang. 7.1.8. Lama rawatan rata-rata penderita infark miokard akut yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 adalah 5,45 hari. 7.1.9. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan berdasarkan tahun 2010-2011 sumber pembiayaan tertinggi adalah ASKES 41,8 46 orang. 7.1.10. Proporsi penderita infark miokard akut rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi yaitu pulang berobat jalan 65,4 72 orang. 7.1.11. Ada perbedaan antara proporsi umur berdasarkan status komplikasi. p=0,003 7.1.12. Ada perbedaan antara proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan status komplikasi. p=0,016 7.1.13. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis. p=0,837 7.1.14. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan sumber pembiayaan. p=0,774 7.1.15. Ada perbedaan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber pembiayaan. p=0,027. Universitas Sumatera utara 7.1.16. Ada perbedaan antara proporsi status komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang. p=0,001 7.1.17. Ada perbedaan antara proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang. p=0,03 7.1.18. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. p=0,058

7.2. Saran