Pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

(1)

TINGKAT KESADARAN HIDUP SEHAT PADA

MASYARAKAT MISKIN DI DESA SETU

KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Ika Lestari

NIM: 106054002041

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Yang bertanda tangan dibawah ini kepala Puskesmas Kecamatan Setu, menerangkan bahwa :

Nama : Ika Lestari

Tempat, tanggal lahir : Bogor, 30 Desember 1987 Nomor Pokok : 106054002041

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam

Semester : IX

Program : Strata 1 (S1)

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Benar bahwa mahasiswi tersebut telah melakukan penelitian di Puskesmas Keliling Kecamatan Setu dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin Di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar yang berkepentingan mengetahui dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tangerang Selatan, 02 Agustus 2010 Kepala Puskesmas Setu,

dr. Allin Hendalim M

NIP : 197610152007012007


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2010


(4)

i Ika Lestari

Pengaruh Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

Kesehatan adalah kebutuhan yang vital bagi kita. Dengan sehat kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun mahalnya biaya pengobatan rumah sakit membuat masyarakat enggan untuk melakukan pengobatan. Biasanya bagi masyarakat kecil lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat.

Namun masalahnya, masyarakat yang tinggal didaerah terutama daerah pedalaman belum dapat menjangkau puskesmas karena sarana dan prasarana puskesmas yang terbatas, seperti lokasi jauh, serta ketersediaan obat dan fasilitas puskesmas yang terbatas.

Untuk itu, melalui kebijakannya pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan mengadakan program puskesmas keliling. Diharapkan dengan adanya puskesmas keliling, masyarakat yang berada didaerah tidak perlu lagi merasa kesulitan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. namun masalahnya kemudian, pada saat sarana dan prasarana seperti puskesmas keliling telah diadakan, justru masyarakat tidak mau memanfaatkan program pelayanan tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran hidup sehat di masyarakat. Masyarakat masih menganggap pelayanan kesehatan hanya diperlukan bagi “si sakit”, sehingga bagi orang yang sehat, memanfaatkan program pelayanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pelayanan kesehatan program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian adalah deskriptif analitis serta menggunakan rumus rataan, standar devisi dan regresi linear sederhana sebagai teknis analisis data. Penelitian ini melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian dilapangan kepada 30 responden dengan nilai validitas dan reliabilitas 0,829. Adapun jumlah sampel adalah berjumlah 71 orang.

Dari hasil penelitian hasil perhitungan diperoleh angka korelasi 0,214, itu artinya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen kecil. Untuk melihat angka tersebut signifikan atau tidak, maka kita dapat melihat dari angka 0,033. Angka ini signifikan karena ketentuan yang berlaku adalah jika uji signifikan < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan dari variabel-variabel tersebut.

Dengan demikian hasil penelitian ini menemukan bahwa pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling memiliki pengaruh yang kecil terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. Ini ditunjukkan dengan angka korelasi 0,214 dengan angka signifikan 0,033.


(5)

ii

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling

Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa

Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Orangtua tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya serta tak hentinya memberikan doa dan dukungan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya penelitian ini.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Arif Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Wati Nilamsari, M.Si dan M. Hudri selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan


(6)

iii

6. Seluruh staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Kedkteran dan Kesehatan yang telah melayani peminjaman buku-buku literature sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.

7. DR. Alin dan Pak Nugroho selaku Kepala Puskesmas Setu dan Koordinator Puskesmas Keliling serta seluruh staff Puskesmas Keliling dan Puskesmas Kecamatan Setu. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Kepala Desa Setu, Sekretaris dan seluruh staff kantor desa Setu yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di desa Setu. 9. Kakak-kakakku tersayang dan keponakan-keponakanku tercinta yang selalu

memberikan doa, dukungan serta memberikan keceriaan saat penulis merasa lelah dan jenuh.

10.Zack Ka yang selalu memberikan dukungan serta menjadi teman setia dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Teman-teman PMI 2006, Lia, Rohmah, Nana, Iin, Amin, Akew, Fressha, Syarif, Yoza, Ari, terutama untuk 4 angel (Milastri Muzakkar, Fenny Oktaviany, dan Ida Nur Aeni) yang senantiasa selalu berbagi rasa, baik sedih, suka, dan duka.

12.Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Yanis Sarohmah dan Adila Dikha Pertiwi Putri yang tak pernah lelah untuk saling memberikan dukungan serta bantuan yang tak terhingga.


(7)

iv penulis ucapkan terimakasih.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya, dan bagi segenap keluarga besar jurusan Pengembangan Masyarakat Islam pada khususnya.

Jakarta, September 2010


(8)

vi

ABSTRAK …….……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ….……… v

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR BAGAN …….……… .… xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… … xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………..10

C. Tujuan ………. 11

D. Manfaat ………... 11

E. Tinjauan Pustaka …..………... 12

F. Sitematika Penulisan ………... 15

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengembangan Masyarakat ……….. 17

1. Pengertian Pengembangan Masyarakat ………... 17

2. Model-model Pengembangan Masyarakat ……….. 18

B. Penyuluhan Kesehatan ………. 21

C. Pelayanan Kesehatan Masyarakat ……… 23

1. Pengertian Kesehatan Masyarakat ……….. 23


(9)

vii

1. Pengertian Hidup Sehat ……….. 30

2. Kesadaran Hidup Sehat ……….. 31

3. Indikator Kesadaran Hidup Sehat ……….. 32

BAB III METODOLOGI A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……….. 34

B. Format Penelitian ………. 35

C. Lokasi dan Jadwal Penelitian ……….. 35

D. Populasi dan Sampel ……….... 36

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ………... 43

G. Sumber Data ………. 44

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ……… 44

I. Teknik Analisis Data ……… 47

J. Kerangka Berpikir ………...…. 50

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Puskesmas Keliling Kecamatan Setu, Kabupaten Tangerang Selatan 1. Latar belakang berdirinya puskesmas keliling ………. 52

2. Visi dan Misi ……… 52

3. Tujuan ……….. 53

4. Sasaran ………. 53

5. Kepengurusan ……….. 54


(10)

viii BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ……… 76

2. Saran ……….. 76

DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN


(11)

ix

Tabel.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ………. 56

Tabel 2. Penyuluhan kesehatan ………... 57

Tabel 3. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis ……….... 59

Tabel 4. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis ……….. 61

Tabel 5. Pemberian makanan gratis yang bergizi ………... 63

Tabel 6. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis ……… 65

Tabel 7. Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis ………... 67

Tabel 8. Pengetahuan tentang kesehatan ……… 69

Tabel 9. Sikap terhadap kesehatan ………. 71


(12)

x


(13)

xii

Lampiran 1 Surat Persetujuan Dosen Pembimbing ……….. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kepada Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan ……… Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan .. Lampiran 4 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kepada Puskesmas Setu………

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Camat Setu ………..

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Desa Setu ……….……… Lampiran 6 Angket Penelitian ………. Lampiran 7 Nilai Validitas ………..


(14)

xiii


(15)

Bagan 1. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Keliling Kecamatan Setu ….. 55


(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan kebutuhan vital. Dengan sehatlah kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Rumah sakit sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan, terkadang sulit dijangkau oleh sebagian besar orang. Karena kita tahu, saat ini, biaya pengobatan cukup mahal. Terlebih bagi daerah baru dipinggiran ibu kota, pelayanan tersebut belum diberikan secara maksimum.

Biasanya bagi masyarakat kecil, lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.1

Masalahnya kemudian, masyarakat yang tinggal di daerah, terutama daerah pedalaman, belum dapat menikmati layanan puskesmas karena sarana dan prasarana puskesmas yang terbatas, seperti lokasinya jauh, jumlah tenaga kesehatan terbatas, obat dan fasilitasnya masih terbatas, serta kualitasnya pun masih rendah. Padahal dalam Islam pun kita memang diharuskan ikhtiar, kita

1

Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan (Jakarta : Binarupa Aksara, 1996 ), h.119


(17)

tidak bisa hanya berdoa saja dan berpangku tangan. Makna doa itu sendiri adalah berusaha, maka salah jika ada orang yang berdoa saja tanpa disertai dengan usaha. Untuk itu hendaknya setiap orang berdoa yang disertai dengan usaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang menjadi harapan dan tujuannya tersebut.

Memang segala sesuatu telah diatur oleh Allah, namun Allah juga tidak menyukai orang yang hanya berpangku tangan saja. Dengan badan yang sehat, kita dapat mengerjakan semua kegiatan dengan senang hati dan mencapai tujuan dengan maksimal. Atau dengan kata lain, sehat akan membuat hidup menjadi lebih indah dan bermakna. Kesehatan tidak akan terjaga begitu saja apabila kita sendiri tidak menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan bagi tubuh kita tanpa kita berusaha untuk menjaga kesehatan tersebut.

Allah berfirman dalam surat QS. Ar-Ra'd (13) ayat 11 :

Artinya :

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

Dalam ayat tersebut, jelas Allah berfirman bahwa sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaannya. Jadi kesehatan tidak akan tercipta dengan sendirinya, apabila kita sendiri tidak menjaga kesehatan tersebut.


(18)

Berkaitan dengan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia melalui Repelita, telah menggariskan kebijakan yang berkaitan dengan upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam pendahuluan Rancangan 7 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahap II Kesehatan disebutkan bahwa tujuan pembangnan kesehatan Indonesia tahap ini adalah untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kebijakan ini melanjutkan kebijakan yang telah dilakukan pada jangka panjang sebelumnya, yang lebih menekankan pada pemenuhan pelayanan kesehatan mendasar untuk masyarakat. Salah satu implementasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan membangun puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di lapisan terbawah.2 Karena bagaimanapun, setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban sebagaimana dengan hadits Ibn Umar r.a berikut :

لﺎ

ﺎ ﻬْ

ﷲا

ﻰﺿر

ﻦْﺑا

ﻦ و

:

ص

ﷲا

لْﻮ ر

ﺖْ

.

م

.

لْﻮ

:

ْ ﻜ آ

ﺘ ر

ْﻦ

لﺆْ

ْ ﻜ آو

عار

,

ﺘ ر

ْﻦ

لﺆْ

و

عار

مﺎ ﻹْا

,

عار

ﺟﺮ او

ﺘ ر

ْﻦ

لﺆْ و

ْها

,

ْﻦ

ﺔ ﺆْ و

ﺎﻬﺟْوز

ﺖْﺑ

ﺔ ار

ة

أْﺮ ْاو

ﺎﻬﺘ ر

,

او

ﺘ ر

لﺆ و

لﺎ

عار

مدﺎﺨ

,

لﺆْ

و

عار

ْ ﻜ آ

و

ﺘ ر

ْﻦ

) .

2

Dati Fatimah,dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan (Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000),h.157


(19)

Artinya :

“Kamu sekalian pemimpin dan kamu akan ditanya dari hal rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin akan ditanya hal rakyat yang dipimpinnya. Suami akan ditanya hal keluarga yang dipimpinnya. Isteri memelihara rumah tangga suaminya dan akan ditanya hal yang dipimpinnya. Pelayan memelihara milik majikannya dan akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan-jawab), dari hal rakyat yang dipimpinnya. (Buchary, Muslim)”3

Didirikannya puskesmas tidak serta merta mampu menyelesaikan persoalan kesehatan masyarakat miskin. Karena di beberapa daerah, khususnya di pedalaman, masih belum mampu menjangkau puskesmas. Oleh karena itu, beberapa waktu lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan diadakannya puskesmas keliling. Program ini diharapkan dapat membantu puskesmas dalam wilayah kerjanya sehingga dapat menjangkau masyarakat yang berada di daerah pedalaman.4

Puskesmas Keliling adalah program pelayanan kesehatan terpadu keluar gedung puskesmas yang menjangkau daerah terpencil, tempat tinggal masyarakat yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan terdekat.5

Idealnya, puskesmas keliling diisi dengan kegiatan ke arah kesehatan preventif (pencegahan yang lebih menekankan pada upaya apa yang bisa digunakan untuk menghindari terjadinya suatu penyakit) dan pendidikan/penyuluhan kesehatan lingkungan dan sanitasi, tetapi pada akhirnya

3

An-Nawawy dan Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Tarjamah Riadhus Shalihin, (Bandung:Alma’arif , 1986), Jilid I,h.528

4

http://puskelinfo.com/pengertian/ dalam artikel Info Seputar Puskesmas, di akses pada tanggal 18 Maret 2010

5


(20)

puskesmas keliling ini lebih sering melakukan pelayanan kuratif (pelayanan lebih ditekankan pada upaya untuk mengobati gangguan penyakit yang muncul). Pelayanan preventif ini seperti program imunisasi yang rutin biasa dijalankan. Memang tidak mudah untuk mengubah sesuatu yang sudah berjalan bertahun – tahun menjadi kebiasaan.6

Jaringan puskesmas sudah tersebar luas dan merata di seluruh provinsi. Sampai saat ini, jumlah puskesmas di Indonesia tercatat 7.452 unit. Rinciannya, puskesmas pembantu 21.959 unit dan puskesmas keliling 5.818 unit. Jumlah rumah sakit yang berada di Kota Tangerang Selatan ada 9 unit yang seluruhnya milik swasta karena kota belum memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berjumlah 10 unit, Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) 1 unit, Puskesmas Pembantu 8 unit dan Puskesmas Keliling 10 unit. Selain itu juga terdapat Balai Pengobatan, Praktek Dokter dan Rumah Bersalin (Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan). Jumlah total pos pelayanan terpadu (Posyandu) berjumlah 771 unit yang terdiri dari Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri dengan 4.127 orang kader aktif. Selain itu juga terdapat 108 pos pembinaan terpadu (Posbindu) dengan 501 orang kader aktif.7

Dalam implementasinya, pelayanan puskesmas masih belum memadai. Mutu pelayannya pun masih rendah. Keterbatasan dana, peralatan, dan tenaga medis yang terlatih kendati hal ini merupakan problem di hampir semua level unit pelayanan kesehatan adalah beberapa penyebabnya. Ini diperparah dengan praktik pungutan liar (komersialisasi) pelayanan kesehatan oleh para oknum birokrat di

6

www.tangerangselatankota.go.id. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010

7

http//:www.ireyogya.org dalam artikel Pelayanan Kesehatan, Advokasi Kebijakan, dan Governance Reform oleh Ashari Cahyo Edi. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010


(21)

puskesmas maupun rumah sakit pemerintah.8 Sebagai contoh adalah kebijakan pemerintah melalui Permenkes No.920/Menkes/Per/XII/86 tentang Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik yang memberikan peluang bagi kalangan swasta untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi publik. Dengan kebebasan untuk menyediakan jasa medik dasar maupun medik spesialistik, instansi pelayanan pemerintah dalam hal jangkauan pelayanan. Yang kemudian berbeda adalah dalam hal penentuan tarif, biarpun untuk ini, Menteri Kesehatanlah yang paling berwenang memutuskan dengan berdasarkan pada pertimbangan organisasi profesi setempat. Namun fenomena mahalnya harga pelayanan Rumah Sakit (swasta) tidak bisa dipungkiri lagi. Dalam posisi seperti ini, peluang masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi terbatas.9

Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat mendorong mereka rentan terhadap penyakit. Hal ini diperparah lagi dengan kurangnya wadah pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas). Akan tetapi, bisa saja terjadi sebaliknya, bahwa disaat pelayanan dan fasilitas itu ada, namun masyarakatnya yang belum mempunyai kesadaran untuk memanfaatkan fasilitas tersebut serta belum menyadari arti kesehatan.

8

Ibid

9

Dati Fatimah,dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan (Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000) ,h.161-162


(22)

Sebagian besar masyarakat yang masih memandang bahwa pelayanan kesehatan adalah pelayanan pengobatan bagi “si sakit”, sehingga tidak lazim datang ke dokter bila kita tidak merasakan gangguan kesehatan apapun. Datang ke dokter untuk melakukan general check-up bagi orang yang sehat, belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan. Bahkan, tindakan seperti ini seringkali dipandang sebagai tindakan membuang uang yang sia-sia.10 Untuk itu kiranya perlu dilakukan suatu penyadaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin agar masyarakat mampu untuk menjaga kesehatannya tersebut.

Di Indonesia banyak versi tentang definisi miskin. Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi dan kriteria miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS).

Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya.11

Badan Pusat Statistik menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan kemiskinan. Dikutip Antara, ke-14 kriteria rumah tangga miskin versi BPS itu, antara lain luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi per orang, jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.12

Warga juga dianggap miskin jika tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga

10

Ibid, h.158

11

Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.113-114

12

http://deltapapa.com/2010/05/04/miskin-menurut-bps/(vivanews.com) diakses pada tanggal 6 Mei 2010


(23)

tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.13

Kemudian, hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik dan pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.14

Kriteria lainnya, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 hektar, atau buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan dan tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal motor dan barang modal lain.15

Jika minimal 9 kriteria di atas terpenuhi, maka masyarakat tersebut dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.16

Menurut BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 (tidak termasuk Nangroe Aceh Darussalam dan Maluku) adalah 37,3 juta jiwa atau 18,96 persen (sekretariat PK, 2002). Sedangkan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan

13

Ibid

14

Ibid

15

Ibid

16


(24)

penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.17

Permasalahan kemiskinan adalah masalah sentral yang selalu didampingkan dengan derap kemajuan atas program pembangunan yang digencarkan oleh pemerintah. Bagaimana cara penanggulangan kemiskinan sudah digencarkan oleh pemerintah dan pihak swasta, akan tetapi tentunya semua pihak tidak lepas dari ketidaksempurnaan.

Oleh karena itu, penulis tertarik melihat pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling tersebut, apakah dengan adanya program puskesmas keliling masyarakat memiliki kesadaran untuk hidup sehat atau tidak. Hal ini penting untuk diteliti, karena dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat akan mencapai tingkat kesadaran kesehatan yang ditandai oleh masyarakatnya yang hidup dalam lingkungan yang sehat, serta mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

Berdasarkan deskripsi diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”

17

Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, (Jakata: Rajawali Pers,2005),, h.114


(25)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah penelitian pada pengertian puskesmas keliling. Yang dimaksud puskesmas keliling adalah unit pelayanan kesehatan keliling yang berfungsi untuk menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum menjangkau daerah terpencil serta belum menjangkau tempat tinggal masyarakat yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Selain itu, penulis juga membatasi masalah pelayanan kesehatan dari program puskesmas keliling, apakah program tersebut lebih kearah kesehatan preventif (pencegahan/ upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit) atau lebih kearah kesehatan kuratif (pengobatan terhadap suatu gejala yang muncul) dalam memberikan pelayanan yang bersifat kepada pelayanan medis berupa pemeriksaan dan pemberian obat pada masyarakat, khususnya pelayanan kepada masyarakat miskin. Kesadaran hidup sehat adalah ketika seorang individu atau kelompok mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh informasi tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap akan berkesadaran hidup sehat. Selain itu penulis juga membatasi masalah pada pengertian masyarakat miskin. Masyarakat miskin adalah masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat mendorong


(26)

mereka rentan terhadap penyakit. Dalam penelitian ini, jumlah masyarakat miskin di ambil berdasarkan jumlah kk (kepala keluarga) yang tergolong miskin berdasarkan data kependudukan desa Setu tahun 2010.

2. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan?

C. Tujuan

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

D. Manfaat

1. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pembaca maupun bagi para prakitisi pengembang masyarakat, terutama berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin, khususnya yang membidangi ilmu Pengembangan Masyarakat dan Manajemen Pengembangan Masyarakat.


(27)

2. Bagi Jurusan/ Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan penyuluhan terhadap masyarakat serta dijadikan tambahan referensi kegiatan praktikum pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pembuat kebijakan yang duduk dalam jajaran pemerintahan dalam menyusun atau membuat program pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta penelitian yang terkait tentang kesehatan kepada masyarakat miskin.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang hampir serupa dengan judul yang penulis teliti, yaitu sebagai berikut :

1. Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995, skripsi yang di tulis oleh Rustini, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, tahun 1996. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah sejauhmana para pekerja konstruksi di DKI Jakarta mendapat pelayanan kesehatan selama 1994-1995 serta melihat bagaimana gambaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan keliling yang ditujukan bagi pekerja konstruksi di DKI Jakarta tahun 1994-1995. Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta konstruksi di Jakarta yaitu


(28)

berupa pendaftaran, pemeriksaan, dan memberikan obat-obatan. Selain itu, penyelenggara kesehatan keliling juga menugaskan 4 tenaga ahli yang terdiri dari dokter, paramedis, pekarya dan dan supir untuk melayani rata-rata 33 pekerja yang berobat selama 2 jam perlokasi. Adapun sarana pelayanan kesehatan yang tersedia berupa obat, perlengkapan pemeriksaan klinis serta perlengkapan P3K.18

2. Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004, skripsi yang di tulis oleh Dyas Purnamasari, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, tahun 2004. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kebijakan program pelayanan kesehatan keluarga miskin yang dilaksanakan oleh puskesmas Depok serta bagaimana penerapan perencanaan dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan keluarga miskin di puskesmas kota Depok. Dari hasil penelitian tesebut, dijelaskan bahwa kebijakan pelayanan kesehatan keluarga miskin di puskesmas yang berupa pelayanan gratis bagi keluarga miskin yang memenuhi kriteria sasaran dengan tujuan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga miskin telah diketahui petugas pelaksana program. Selama ini puskesmas belum mempunyai standar yang jelas untuk melihat tingkat keberhasilan program pelayanan kesehatan keluarga miskin di kota Depok sehingga belum dapat dilihat keberhasilannya. Adapun penyusunan rencana program pelayanan kesehatan keluarga miskin tampak arah top down planning lebih dominan dibandingkan dengan bottom

18

Skripsi Rustini, Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995


(29)

up. Hal ini terlihat dari perencanaan prosedur, metode strandar, program, penetapan alokasi dana yang terdapat pada pedoman pelaksanaan.19

3. Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002, skripsi yang di tulis oleh Irma Journalize, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, tahun 2002. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya di puskesmas kecamatan Ademangan Jakarta Utara. Dari hasil penelitian tersebut, dijelaskan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh puskesmas Kecamatan Ademangan sebagian besar menyatakan puas terhadap pelayanan yang ada. Hal ini dapat dilihat dari kepuasan pasien berdasarkan pelayanan yang ada. Pasien merasa puas terhadap sikap ramah yang diberikan oleh dokter. Dalam segi kehadiran, pasien juga merasa puas karena dokter selalu datang tepat waktu. Selain itu, dalam melayani pasien, dokter dinilai sangat teliti dalam memeriksa penyakit pasien serta jelas dalam memberikan informasi yang diberikan.20

Berbeda dengan penelitian di atas, bahwa penelitian yang penulis lakukan berjudul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa

Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.

19

Skripsi Dyas Purnamasari, Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004

20

Skripsi Irma Journalize, Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002


(30)

Dalam penelitian ini, fokus masalah yang penulis ambil adalah melihat pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling, apakah dengan adanya program puskesmas keliling masyarakat memiliki kesadaran hidup sehat atau tidak. Hal tersebut diteliti untuk mengetahui apakah program puskesmas keliling tersebut sudah menyentuh masyarakat yang membutuhkan, serta untuk mengetahui pengaruh pelayanan kesehatan dari pelaksanaan program puskesmas keliling terhadap kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

F. Sitematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam 5 (lima) bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS, meliputi pengertian pengembangan

masyarakat, model-model pengembangan masyarakat, pengertian penyuluhan kesehatan, pengertian kesehatan masyarakat, ruang lingkup kesehatan masyarakat, desentralisasi sektor kesehatan, pengertian hidup sehat, dan kesadaran hidup sehat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, meliputi pendekatan dan jenis

penelitian yang digunakan, format penelitian yang digunakan, lokasi dan jadwal penelitian, populasi dan sampel, hubungan antar variabel, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data,


(31)

sumber data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data, dan kerangka berpikir.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS, meliputi gambaran umum puskesmas

keliling kecamatan Setu kota Tangerang Selatan, deskripsi karakteristik responden, deskripsi kuesioner penelitian pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling, serta deskripsi kuesioner penelitian tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.


(32)

LANDASAN TEORITIS

Setelah memilih topik penelitian, kita harus mencari teori yang berkaitan dengan topik yang ada dalam khazanah ilmu pengetahuan. Teori seperti yang didefinisikan oleh Kerlinger (1973) adalah ”seperangkat konstruksi (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-varibel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut”.1

Kerangka teori sebagai panduan bagi arah penelitian yang mempunyai peranan yang signifikan. Pada bagian ini, teori mengenai pengembangan masyarakat, penyuluhan kesehatan, kesadaran hidup sehat serta pelayanan kesehatan masyarakat dipaparkan secara definitif dan disesuaikan dengan konteks kegunaan bagi penelitian yang akan penulis hendak lakukan.

A. Pengembangan Masyarakat

1. Pengertian Pengembangan Masyarakat

Menurut asal katanya, pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu pengembangan dan masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan.2

Sedangkan pengertian masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka

1

Kerlinger (1973), dalam buku Consuelo G. Sevilla,dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993),h.30

2

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.538


(33)

dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.3

Pengembangan masyarakat adalah usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan terorganisasi, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisitiatif dan mampu berdiri sendiri.4

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengembangan masyarakat adalah usaha atau cara untuk mengembangkan sekumpulan orang-orang yang hidup dalam suatu tempat tertentu dengan cara mambantu mendorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri.

2. Model-model Pengembangan Masyarakat

Ada tiga model pengembangan masyarakat :

a. Pengembangan Masyarakt Lokal

Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.5

3

Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.16

4

Ibid, h.282 5

Edi Suharto, Membangun Masyarakat memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h.42-45


(34)

Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi pada ”tujuan proses” (process goal) daripada tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal). Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentkan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan kepemimpinan lokal, meningkatkan strategi kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti dari proses pengembangan masyarakat lokal yang bernuansa bottom-up ini.6

b. Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk (rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi), dll. Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada ”tujuan tugas” (task goal). Sistem klien perencanaan sosial umumnya adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disavantaged groups) atau

6


(35)

kelompok rawan sosial ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, janda, yatim piatu, wanita tuna sosial. Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang mereka sebagai ”konsumen” atau ”penerima pelayanan” (beneficiaries). Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal, semisal lembaga lembaga kesejahteraan sosial pemerintah (Depsos) atau swasta (LSM). Para perencana sosial dipandang sebagai ahli (expert) dalam melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat serta dalam mengidentifikasi, melaksanakan dan mengevaluasi program-program pelayanan kemanusiaan.7

c. Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of resources) dan pengambilan keputusan (distribution of decision making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi ”korban” ketidakadilan struktur. Mereka miskin karena kemiskinan, mereka lemah karena sistem dilemahkan, dan tidak berdaya karena tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial

7


(36)

berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakay diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrai, kemerataan (equality) dan keadilan (equity).8

B. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Layanan penyuluhan merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart pf guidance program).9 Sedangkan bimbingan adalah suatu proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.10

8

Ibid

9

Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Rineka Cipta,1995), h.5 10

Rochman Natawijaja, 1987:32, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.2


(37)

Selanjutnya, Rochman Natawijaja mendefinisikan penyuluhan sebagai berikut:

Penyuluhan merupakan saat jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana yang seorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.11

Pakar yang lain mengungkapkan bahwa :

Penyuluhan itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep diri ini berarti bahwa dia memperoleh konsep yang sewajarnya mengenai : (a) dirinya sendiri, (b) orang lain, (c) pendapat orang lain tentang dirinya, (d) tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, (e) kepercayaannya.12

Lebih lanjut, Prayitno mengemukakan ”Penyuluhan adalah pertemuan empat mata antara klien dan penyuluh yang berisi usaha yang laras, unik, dan manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku”.13

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menarik suatu kesimpulan bahwa penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada klien oleh seorang penyuluh dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan secara empat mata yang berisi usaha yang laras, unik dan manusiawi yang didasarkan pada norma-norma yang berlaku supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk

11

Ibid,h.5 12

Moh. Surya, 1988:38, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan

(Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.5 13

Prayitno, 1983:38, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan


(38)

dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.

Adapun yang dimaksud penyuluhan kesehatan dalam penelitian ini adalah kegiatan untuk melakukan perubahan yang dilakukan dengan cara menyampaikan pesan serta mendorong masyarakat menanamkan konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, sehingga masyarakat tahu, mau serta mampu melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

C. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan merupakan program utama dalam program puskesmas keliling. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan ini adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

1. Pengertian Kesehatan Masyarakat

Menurut asal katanya, kesehatan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu kesehatan dan masyarakat. Menurut Paplau H, kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreativitas, konstruktif dan produktif.14 Sedangkan menurut King M.E kesehatan adalah keadaan yang dinamis dalam siklus hidup dan memperoleh adaptasi terus menerus terhadap stress.15 Pengertian lain disebutkan kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan.16

14

Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.15

15

Ibid, h.15-16 16

Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.14


(39)

Masyarakat menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, adalah sekumpulan orang-orang yang hidup dalam suatu tempat.17 Pengertian lain menyebutkan bahwa, masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.18

Menurut Ikatan Dokter Indonesia-Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.19 Jadi kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kesehatan masyarakat.20

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, kesehatan masyarakat adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan sehat baik fisik maupun psikis oleh setiap individu-individu anggota masyarakat, agar tercipta keadaan yang produktif, seimbang dan harmonis dalam suatu masyarakat (lingkungan).

Dalam hal ini, penulis ingin menarik lebih jauh tentang pengertian kesehatan masyarakat miskin. Masyarakat miskin disini diartikan sebagai masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat

17

Puthot Tunggal Handayani dan Pujo Adhi Suryani, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis

(Surabaya: Giri Utama), h.315 18

Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.16

19

Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.16

20


(40)

mendorong mereka rentan terhadap penyakit. Hal ini diperparah lagi dengan kurangnya wadah pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas).

Di Indonesia banyak versi tentang definisi kemiskinan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi dan kriteria miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS).

Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya.21

Badan Pusat Statistik menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan kemiskinan. Dikutip Antara, ke-14 kriteria rumah tangga miskin versi BPS itu, antara lain luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi per orang, jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.22

Warga juga dianggap miskin jika tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.23

Kemudian, hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di

21

Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.113-114

22

http://deltapapa.com/2010/05/04/miskin-menurut-bps/(vivanews.com) diakses pada tanggal 6 Mei 2010

23


(41)

puskesmas/poliklinik dan pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.24

Kriteria lainnya, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 hektar, atau buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan dan tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal motor dan barang modal lain.25

Jika minimal 9 kriteria di atas terpenuhi, maka masyarakat tersebut dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.26

Menurut BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 (tidak termasuk Nangroe Aceh Darussalam dan Maluku) adalah 37,3 juta jiwa atau 18,96 persen (secretariat PK, 2002). Sedangkan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.27

2. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

Sesuai dengan definisi yang disampaikan oleh Ikatan Dokter Indonesia-Amerika, bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni, maka ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut.

24

Ibid

25

Ibid

26

Ibid

27

Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.114


(42)

Sebagai ilmu kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yaitu ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences). Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sampai saat ini disiplin ilmu yang mendasari kesehatan masyarakat antara lain mencakup ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya.28

Secara garis besar disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat antara lain :

a. Epidemiologi

b. Biostatistik/ statistik kesehatan c. Kesehatan lingkungan

d. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku e. Administrasi kesehatan masyarakat f. Gizi kesehatan

g. Kesehatan kerja

Kesehatan masyarakat sebagai seni yaitu semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental dan sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.29

28

Ibid, h.16 29


(43)

Secara garis besar upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain :

a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular, b. Perbaikan sanitasi lingkungan,

c. Perbaikan lingkungan pemukiman, d. Pemberantasan vektor,

e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat, f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak,

g. Pembinaan gizi masyarakat,

h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, i. Pengawasan obat dan minuman,

j. Pembinaan peran serta masyarakat.30

Karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat umumnya adalah besar. Hanya saja karena masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah masalah masyarakat sendiri, maka dalam penyediaan serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, potensi masyarakat sering diikut sertakan.31

Yang dimaksud pelayanan masyarakat dalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

30

Ibid

31


(44)

3. Desentralisasi Sektor Kesehatan

Menurut Mills, Desentralisasi dalam arti umum adalah pemindahan kewenangan atau pemindahan kekuasaan dalam perencanaan pemerintahan, manajemen, dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional ketingkat daerah.32

Ada tiga jenis atau model desentralisasi yang dijumpai dalam praktik, yaitu :

1. Dekosentrasi, adalah pemindahan beberapa kekuasaan administratif ke kantor-kantor daerah dari Departemen pemerintah pusat.

2. Devolusi, adalah kebijaksanaan untuk membentuk atau memperkuat pemerintahan tingkat sub nasional (pemda atau badan otoritas daerah) yang benar-benar independen dari tingkat nasional dalam beberapa fungsi secara jelas.

3. Delegasi, adalah pemindahan tanggungjawab manajerial untuk tugas-tugas tertentu ke organ-organ yang berada diluar struktur.33

Dibidang kesehatan, Trisnantoro mengemukakan bahwa desentralisasi bertujuan untuk memberikan jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah akan kesehatan, yang memungkinkan pemerintah daerah dan wakil rakyat menyesuaikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan situasi setempat, kebutuhan setempat, dan sumberdaya yang tersedia.34

32

Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni (Jakarta:Rineka Cipta,2005), h.405-407

33

Ibid

34


(45)

Desentralisasi memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pelayanan kesehatan didaerahnya dengan lebih langsung dan segera.35

D. Kesadaran Hidup Sehat

1. Pengertian Hidup Sehat

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.36

Menurut UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang kesehatan, dikatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.37

Sementara sehat menurut batasan UU No. 9 tentang pokok-pokok kesehatan dalam Bab I, Pasal 2, yang disesuaikan dengan batasan WHO, dikatakan bahwa : sehat adalah suatu keadaan jasmani, rohani dan sosial yang sempurna dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.38

Jadi orang dikatakan sehat apabila jiwa, jasmani dan sosialnya sehat. Orang yang jasmaninya sehat, tentulah jiwanya sehat. Orang yang jiwanya terganggu, niscaya jasmaninya juga terganggu. Orang yang hubungan sosialnya tidak bagus tentu akan mengganggu jiwanya. Sebagai contoh apabila seseorang memiliki hubungan dengan tetangganya tidak baik, bahkan sering terjadi

35

Ibid

36

http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat di akses pada tanggal 22 juni 2010 37

Ircham Machfoedz, Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit (Yogyakarta: Fitramaya, 2004), h.1

38


(46)

pertengkaran, tentunya hatinya tidak tentram. Jiwanya terganggu. Jiwa terganggu akan berakibat kesehatan jasmaninya juga terganggu.39

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan hidup sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Atau dengan kata lain hidup sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

2. Kesadaran Hidup Sehat

Kesadaran (awareness) mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau promosi. Kesadaran individu timbul karena ia memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap.40

Dalam kaitan dengan hidup sehat, seseorang individu akan berkesadaran hidup sehat apabila ia memiliki persepsi atau informasi tentang berbagai aspek hidup sehat yang mendukungnya, dan kesadaran itu meningkat sejalan dengan makin banyaknya informasi yang diserap dan terus membinanya. Oleh karena itu perlu dibina secara luas dan berkesinambungan dalam lingkup nasional secara bertahap agar dapat dibentuk budaya hidup sehat.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud kesadaran hidup sehat adalah ketika seorang individu atau kelompok mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya,

39

Ibid, h.1-2 40

Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung: Alumni, 2007), h.97


(47)

yang didukung oleh informasi tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap akan berkesadaran hidup sehat.

3. Indikator Kesadaran Hidup Sehat

Untuk melihat indikator kesadaran hidup sehat, penulis menggunakan 3 dimensi, yaitu pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap kesehatan, dan praktik kesehatan.

a. Pengetahuan tentang kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.41

Dalam penelitian ini, yang dimaksud pengetahuan tentang kesehatan mencakup pengetahuan mengenai penyakit menular dan tidak menular meliputi : jenis penyakit menular, penyebabnya, dan pencegahannya.

b. Sikap terhadap kesehatan

Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.42

Dalam penelitian ini, yang dimaksud sikap terhadap kesehatan mencakup sikap terhadap penderita penyakit menular dan tidak menular serta pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak menular.

c. Praktik kesehatan

Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan.43

41

Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan; Teori dan Aplikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),h.56-59

42

Ibid

43


(48)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud tindakan kesehatan mencakup tersedianya tempat mandi, cuci dan kakus (MCK), tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA), masyarakat membuang sampah pada tempat sampah serta masyarakat melakukan mandi, cuci, dan kakus yang seharusnya (MCK).


(49)

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan suatu metoda yang digunakan sebagai penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuan dari penggunaan metodologi ini adalah untuk mengumpulkan data yang akurat dan menganalisis data tersebut agar dapat terungkap atau menemukan jawaban atas permasalahan yang sedang diteliti.1

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian yang digunakan

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah pendekatan yang berpangkal dari peristiwa-peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif, atau dinyatakan dengan angka (skala, indeks, rumus dan sebagainya).2

Pendekatan penelitan ini dimulai dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, yang kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.

Penelitian kuantitatif dengan demikian adalah penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisirkan. Dan dalam penelitian kuantitatif ini tidak mementingkan

1

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h.11

2

Aban Subandi, Riset dan Praktek Administrasi (Bandung : Buana Nusantara, 2003), h. 15


(50)

kedalaman data, akan tetapi lebih kepada aspek keluasan data sehingga data atau populasi hasil penelitian dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi.

Pendekatan ini juga digunakan untuk melakukan uji teori-teori yang sudah ada, dan terkait pula dengan varibel-variabelnya. Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa

Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”, maka penelitian ini dilakukan

untuk melihat pengaruh pelayanan kesehatan program pada puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di Desa Setu Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

B. Format Penelitian yang digunakan

Format penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.3

Dalam penelitian ini, penulis melihat pengaruh pelayanan kesehatan terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin yang ada di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

C. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

3

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kumunikasi, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2007), h.22


(51)

Adapun alasan pemilihan lokasi ini di dasari oleh pertimbangan sebagai berikut :

1. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh penulis memiliki kemampuan, waktu, tenaga dan dana secukupnya untuk meneliti masalah tersebut,

2. Penulis merasa tersedianya data-data dan izin dari pihak terkait yang berwenang.

Adapun waktu penelitian selama 5 (lima) bulan, yaitu terhitung mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus tahun 2010, dengan perincian alokasi waktu sebagai berikut :

1) Persiapan penelitian meliputi : pengajuan judul, studi kepustakaan, dan penyusunan rencana penelitian selama satu bulan.

2) Kegiatan penelitian meliputi : penentuan sampel, pengumpulan data, pembuatan kuesioner, penyebaran kuesioner selama dua bulan.

3) Pengolahan data penelitian meliputi : tabulasi, skoring, analisis data spss selama satu bulan.

4) Penyusunan skripsi selama satu bulan.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4

Berdasarkan data kependudukan Desa Setu tahun 2010, jumlah masyarakat miskin yang berada di desa Setu yaitu 270 kk.5

4


(52)

Jadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin yang ada di desa Setu kota Tangerang Selatan yang berjumlah 270 orang.6

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 Dalam penetapan sampel, peneliti menggunakan simpel random sampling. Menurut Bambang Prasetyo dalam tulisannya yang berjudul Penyususnan Laporan Penelitian disebutkan bahwa Sample Random Sampling (Acak Sederhana)adalah salah satu tekniik penarikan sampel probabilita lainnya. Dengan demikian penggunaannya bisa dielaborasikan dengan teknik-teknik sampel probabilita lainnya.8 Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.9 Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogeny.10

Tahapan yang harus dilakukan dalam menarik sampel adalah : 1. Membentuk kerangka sampel.

2. Memberi nomor setiap unsur dalam kerangka sampel secara acak.

3. Pemilihan unsur untuk menjadi anggota sampel dapat dilakukan dengan cara undian atau tabel angka random.11

Dalam penelitian ini, penetapan sample dilakukan dengan cara mengundi unit-unit populasi. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi

5

Diolah berdasarkan data kependudukan desa Setu tahun 2010

6

Ibid

7

Ibid

8

Bambang Prasetyo, Penyusunan Laporan Penelitian dalam buku Metode Penelitian Sosial (Jakarta: FISIP UI, 2001), h.109

9

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Bandung: Ikatan Penerbit Indonesia, 2002), h.57-58

10

Ibid,h.58

11


(53)

sample, maka untuk menjadi sample unit-unit populasi harus di random. Tata cara pengundian dapat dilakukan dengan:12

1) Buatlah daftar unit populasi pada lembaran khusus lengkap dengan kode-kode khusus sebagai lambang setiap unit populasi.

2) Tulislah kode-kode khusus tersebut dalam lembaran-lembaran kecil dan dilipat atau digulung satu per satu.

3) Masukan lembaran-lembaran kecil itu dalam satu tempat kemudian dikocok. 4) Akhirnya, ambillah lembaran-lembaran tersebut sesuai dengan yang

dibutuhkan.13

Adapun rumus yang digunakan dalam penetapan sampel adalah sebagai berikut :

n = N 1 + Ne² Dimana :

N = jumlah populasi n = jumlah sampel

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penariakan sample). Dalam hal ini standar batas kritis 10%.14

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 71 kk (kepala keluarga) yang di ambil berdasarkan kriteria sebagai berikut yaitu

12

Burhan Bungin, MetodelogiPenelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cetakan ke-4, h. 106.

13

Ibid

14

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h.137-138


(54)

masyarakat yang tergolong miskin yang berada di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel independen (Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas

Keliling)

1. Penyuluhan kesehatan

Definisi Operasional : kegiatan melakukan perubahan yang dilakukan dengan cara mendorong masyarakat untuk tahu, mau dan mampu melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Indikator :

- Penyuluh jelas dalam memberikan informasi kesehatan - Penyuluh dapat mencontohkan anjuran yang disampaikan

- Evaluasi yang diadakan di akhir program puskesmas keliling oleh petugas puskesmas keliling

2. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis

Definisi Operasional : tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu dan anak oleh pelayan medis.

Indikator :

- Dokter ramah dalam melayani pasien

- Dokter jelas dalam memberikan informasi penyakit yang diderita - Dokter teliti dalam memeriksa pasien


(55)

3. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis

Definisi Operasional : pelayanan berupa administrasi dan pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis pada pasien.

Indikator :

- Pelayan medis ramah dalam melayani pasien

- Pelayan medis jelas dalam memberikan informasi penyakit yang diderita

- Pelayan medis teliti memberikan resep obat pada pasien

- Pelayan medis memberikan obat sesuai dengan resep serta tertera petunjuk pemakaian obat

4. Pemberian makanan gratis yang bergizi

Definisi Operasional : Upaya pelayanan untuk perbaikan gizi yang diberikan kepada masyarakat kurang mampu dengan cara memberikan makanan gratis yang bergizi.

Indikator :

- Memberikan makanan bergizi berupa bubur dan biskuit kepada masyarakat baik masyarakat umum, lansia dan balita setiap satu bulan sekali yang dibarengi dengan kegiatan posyandu.

5. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis

Definisi Operasional : kegiatan untuk memberikan obat kepada pasien atau masyarakat yang diberikan oleh pelayan medis.

Indikator :

- Tersedianya jumlah dan jenis obat yang siresepkan oleh dokter - Dokter dan pelayan medis ramah dalam melayani pasien


(56)

- Masyarakat mendapat penjelasan tentang manfaat obat 6. Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis

Definisi Operasional : kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan tanpa dipungut biaya yang diberikan oleh pelayan medis.

Indikator :

- Dokter ramah dalam melayani pasien

- Dokter jelas dalam memberikan informasi penyakit yang diderita - Dokter teliti dalam memeriksa pasien

- Dokter terbuka untuk konsultasi

2. Variabel dependen (Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada

Masyarakat Miskin)

1. Pengetahuan tentang Kesehatan

Definisi Operasional : apa yang diketahui oleh individu terhadap cara-cara memelihara kesehatan.

Indikator :

- Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular, meliputi jenis penyakit menular, penyebabnya, dan pencegahannya.

2. Sikap terhadap Kesehatan

Definisi Operasional : pendapat atau penilaian individu terdapat hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharan kesehatan.

Indikator :


(57)

- Pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak menular.

3. Praktik Kesehatan

Definisi Operasional : tindakan untuk hidup sehat atau semua kegiatan individu dalam rangka memelihara kesehatan.

Indikator :

- Tersedianya tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) - Tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA) - Masyarakat membuang sampah pada tempat sampah

- Masyarakat melakukan mandi, cuci, dan kakus yang seharusnya (MCK).


(58)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, pencuiman, mulut, dan kulit.15

Adapun hal yang akan di observasi dalam penelitian ini adalah melihat pelayanan kesehatan program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin pada saat melakukan pelayanan kesehatan program puskesmas keliling di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

2. Metoda Angket

Yaitu serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau penulis.16

Adapun penyebaran angket dilakukan oleh penulis sendiri dengan memberikan angket untuk diisi oleh responden, setelah diisi angket tersebut dikembalikan kepada penulis.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah data-data yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.17

15

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2005), h.133

16

Ibid, h.123

17


(59)

Dalam dokumentasi penulis mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis yang ada di lapangan, internet, serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.

G. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (responden).18

2. Data Sekunder

Data dan sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (buku, artikel atau pun internet).19

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas berkaitan dengan kesesuaian antara suatu konsep dengan indikator yang digunakan untuk mengukurnya. Untuk menilai validitas kita dapat melakukan dengan dua cara, yaitu secara subyektif dengan menilai apakah ada sebuah definisi operasional telah sesuai dengan apa yang hendak diukur atau

18

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2009), h.122

19


(60)

dengan cara membandingkan hasil definisi operasional itu dengan hasil ukuran lain yang mungkin berkaitan atau mungkin juga tidak.20

Cara pengujian validitas ini adalah dengan menghitung koefisien korelasi setiap item pertanyaan dengan total skor dari keseluruhan item pertanyaan untuk masing-masing variabel.

Uji statistik yang digunakan untuk koefisien koreksi tersebut adalah dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut.

r = N (∑X Y) – (∑ X ∑Y) √ [ N ∑ X² - ( ∑ X)² ] [ N ∑Y² - (∑Y)²] Keterangan :

r = Korelasi product moment N = Banyaknya responden X = Skor tiap item pertanyaan Y = Skor total responden

XY = Skor tiap item pertanyaan dikalikan skor total responden

∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor tiap item pertanyaan dengan skor total responden

∑ X = Jumlah seluruh skor tiap item pertanyaan ∑ Y = Jumlah seluruh skor total responden21

Uji validitas dilakukan di Desa Setu Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

20

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h.99

21

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h.137


(61)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan.22

Ada teknik yang dapat digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengukuran ulang belah dua.

Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur dengan pengukuran teknik belah dua, maka alat pengukur yang kita susun haruslah memiliki cukup banyak item (pernyataan/pertanyaan) yang mengukur aspek yang sama.23

Langkah kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu.

b. Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belah. Untuk membelah alat pengukur menjadi dua, dilakukan dengan cara : 1) membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan pertama, yang separuh lagi masuk belahan kedua; 2) membagi item berdasarkan nomor genap ganjil. Item yang bernomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama, sedangkan yang bernomor genap dikelompokkan dalam belahan kedua.

c. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skor total untuk belahan pertama dan skor total belahan kedua.

d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment.

22

Ibid, h.96

23


(62)

e. Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah.24

Adapun cara untuk reliabilitas untuk keseluruhan item ialah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya kedalam rumus25:

r. tot = 2 (r.tt) 1 + r.tt Keterangan :

r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item

r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Uji reliabilitas dilakukan di Desa Setu Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan dengan hasil reliabilitas adalah 0,829.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah melalui perhitungan rataan (mean), standar deviasi, dan regresi linear sederhana.

24

Ibid, h.143-144

25


(63)

1. Rataan (mean)

Rataan (mean) merupakan hasil bagi dari sejumlah skor dengan banyaknya responden. Perhitungan mean merupakan perhitungan yang sederhana, karena hanya membutuhkan jumlah skor dan jumlah responden (n).26

Rumus rataan27 :

n

x x

x

x= 1+ 2 +...+ n

2. Standar Deviasi

Dalam menghitung standar deviasi atau biasa disebut simpangan baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

s² =

(x

i

- x)²

n - 1

untuk mencari standar deviasi s, dari s² diambil harga akarnya yang positif.28

3. Regresi Linear Sederhana

Untuk mengganalisis data, penulis juga menggunakan regresi linear sederhana. Regresi linear sederhana adalah suatu pola atau model regresi yang melibatkan dua variabel kuantitatif. Model ini digunakan untuk memperkirakan variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, karena itu sering dikatakan bahwa regresi adalah suatu prosedur estimasi atau perkiraan.29 Adapun dua

26

Agus Irianto, Statistik : Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta : Kencana, 2004), h. 29

27

Sudjana, Metoda Statistika (Bandung : Tarsito, 2005), h.67

28

Ibid, h.93

29

Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.65


(64)

variabel dalam penelitian ini adalah tingkat efektifitas program puskesmas keliling dan upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin.

Regresi linear sederhana dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Data tidak berkelompok

b = n ∑XY – (∑ Xі) (∑ Yі) n ∑ X² - (∑ Xі)²

a = Y bX = ∑ Y - b ∑ X n n

di mana n = jumlah pasangan observasi X dan Y

b. Data berkelompok dengan kelas interval sama b = n ∑fX’ – (∑FX’) (∑f2Y’)

n ∑fX’² – (∑FX’)² a = Y – Bx - Y = Yо + і ∑f2Y’

∑f2 X = Xо + і ∑f2Y’

∑f2 Di mana :

n = jumlah frekuensi pasangan observasi x dan y

f = nilai-nilai frekuensi pasangan variable x dan y dari kelas yang bersangkutan

f1 = jumlah frekuensi kelas dari variable x f2 = jumlah frekuensi kelas dari variebel y


(65)

X² = nilai tengah dari tiap-tiap kelas variable x dengan origin salah satu nilai tengah kelasnya

Y = nilai tengah dari tiap-tiap kelas variable y dengan origin salah satu nilai tengah kelasnya

Y’ = nilai tengah dari kelas yang dipakai sebagai origin dari variable Y

Xо = nilai tengah kelas yang dipakai sebagai origin dari variable X ị = interval dari kelas yang nilai tengahnya dipakai sebagai

origin.30

J. Kerangka Berpikir

Pelayanan kesehatan merupakan program utama dalam program puskesmas keliling. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan ini adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

30


(66)

Gambar 1.

Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen K.

L. M. N. O.

Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling

1. Penyuluhan kesehatan

2. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis

3. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis

4. Pemberian makanan gratis yang bergizi

5. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis

6. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pelayan medis

Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin

1. Pengetahuan tentang kesehatan 2. Sikap terhadap kesehatan 3. Praktik kesehatan

Dengan adanya program yang diprogramkan oleh puskesmas keliling kecamatan Setu yaitu dalam bentuk pelayanan kesehatan seperti penyuluhan kesehatan, tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis, pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis, pemberian makanan gratis yang bergizi, pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis, serta pemeriksaan yang diberikan oleh pelayan medis merupakan upaya yang dilakukan puskesmas keliling kecamatan Setu untuk menumbuhkan kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin.


(1)

(2)

Nilai Validitas

No. (R hitung) R tabel Validitas

1. 0.532 0.2353 Valid

2. 0.425 0.2353 Valid

3. 0.448 0.2353 Valid

4. 0.233 0.2353 Valid

5. 0.371 0.2353 Valid

6. 0.454 0.2353 Valid

7. 0.408 0.2353 Valid

8. 0.236 0.2353 Valid

9. 0.512 0.2353 Valid

10. 0.454 0.2353 Valid

11. 0.256 0.2353 Valid

12. 0.706 0.2353 Valid

13. 0.706 0.2353 Valid

14. 0.359 0.2353 Valid

15. 0.623 0.2353 Valid

16. 0.256 0.2353 Valid

17. 0.474 0.2353 Valid

18. 0.298 0.2353 Valid

19. 0.225 0.2353 Valid

20. 0.284 0.2353 Valid

21. 0.269 0.2353 Valid

22. 0.386 0.2353 Valid

23. 0.487 0.2353 Valid

24. 0.237 0.2353 Valid

25. 0.346 0.2353 Valid

26. 0.248 0.2353 Valid

27. 0.000 0.2353 Tidak Valid

28. -0.047 0.2353 Tidak Valid

29. 0.449 0.2353 Valid

30. 0.623 0.2353 Valid

31. 0.474 0.2353 Valid

32. 0.372 0.2353 Valid

33. 0.623 0.2353 Valid

34. 0.256 0.2353 Valid

35. 0.000 0.2353 Valid

36. 0.372 0.2353 Valid

37. 0.512 0.2353 Valid

38. 0.164 0.2353 Valid

39. 0.367 0.2353 Valid

40. 0.305 0.2353 Valid

41. -0.069 0.2353 Tidak Valid

42. -0.069 0.2353 Tidak Valid

43. 0.095 0.2353 Tidak Valid

44. -0.104 0.2353 Tidak Valid

45. 0.271 0.2353 Valid

46. 0.035 0.2353 Valid

47. 0.372 0.2353 Valid

48. 0.266 0.2353 Valid

49. 0.372 0.2353 Valid


(3)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100.0

Exclude

d(a) 0 .0

Cases

Total 30 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.829 50

Item Statistics

Mean

Std.

Deviation N

P1 4.0000 .78784 30

P2 3.4667 1.00801 30

P3 3.2000 .99655 30

P4 3.4000 .93218 30

P5 4.3000 .46609 30

P6 4.1333 .34575 30

P7 4.0333 .49013 30

P8 3.9333 .36515 30

P9 4.1667 .37905 30

P10 4.1333 .34575 30

P11 3.9000 .95953 30

P12 4.1000 .30513 30

P13 4.1000 .30513 30

P14 4.2667 .44978 30

P15 4.1667 .37905 30

P16 3.9000 .95953 30

P17 4.0333 .18257 30

P18 4.2000 .40684 30

P19 4.2667 .44978 30

P20 3.9667 .61495 30

P21 4.0000 .45486 30

P22 4.0000 .45486 30


(4)

P24 3.7333 .69149 30

P25 3.6667 .75810 30

P26 4.1000 .30513 30

P27 4.0000 .00000 30

P28 3.9333 .36515 30

P29 4.3333 .47946 30

P30 4.1667 .37905 30

P31 4.0333 .18257 30

P32 4.0333 .18257 30

P33 4.1667 .37905 30

P34 3.9000 .95953 30

P35 4.0000 .00000 30

P36 4.0333 .18257 30

P37 3.3000 1.02217 30

P38 2.8000 1.09545 30

P39 4.1333 .34575 30

P40 4.0000 .45486 30

P41 4.1667 .37905 30

P42 4.1667 .37905 30

P43 3.0000 1.01710 30

P44 4.1333 .34575 30

P45 4.2667 .63968 30

P46 3.6667 .88409 30

P47 4.1333 .34575 30

P48 3.9667 .41384 30

P49 4.0333 .18257 30


(5)

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

P1 193.6000 80.524 .532 .818

P2 194.1333 79.982 .425 .821

P3 194.4000 79.697 .448 .820

P4 194.2000 83.821 .233 .829

P5 193.3000 85.252 .371 .824

P6 193.4667 85.637 .454 .824

P7 193.5667 84.737 .408 .823

P8 193.6667 87.057 .236 .827

P9 193.4333 84.944 .512 .822

P10 193.4667 85.637 .454 .824

P11 193.7000 83.252 .256 .828

P12 193.5000 84.603 .706 .821

P13 193.5000 84.603 .706 .821

P14 193.3333 85.471 .359 .824

P15 193.4333 84.185 .623 .821

P16 193.7000 83.252 .256 .828

P17 193.5667 87.013 .474 .826

P18 193.4000 86.248 .298 .826

P19 193.3333 86.575 .225 .827

P20 193.6333 85.068 .284 .826

P21 193.6000 86.179 .269 .826

P22 193.6000 85.214 .386 .824

P23 193.6000 84.386 .487 .822

P24 193.8667 85.361 .237 .827

P25 193.9333 83.306 .346 .824

P26 193.5000 87.155 .248 .827

P27 193.6000 88.662 .000 .829

P28 193.6667 88.851 -.047 .831

P29 193.2667 84.478 .449 .822

P30 193.4333 84.185 .623 .821

P31 193.5667 87.013 .474 .826

P32 193.5667 87.357 .372 .827

P33 193.4333 84.185 .623 .821

P34 193.7000 83.252 .256 .828

P35 193.6000 88.662 .000 .829

P36 193.5667 87.357 .372 .827

P37 194.3000 78.355 .512 .817

P38 194.8000 84.166 .164 .833

P39 193.4667 86.189 .367 .825

P40 193.6000 87.559 .305 .829

P41 193.4333 89.013 -.069 .831


(6)

P43 194.6000 85.834 .095 .835

P44 193.4667 89.223 -.104 .832

P45 193.3333 85.057 .271 .826

P46 193.9333 87.306 .035 .835

P47 193.4667 87.430 .372 .828

P48 193.6333 86.447 .266 .826

P49 193.5667 87.357 .372 .827

P50 193.5333 86.326 .482 .825

Scale Statistics

Mean Variance

Std. Deviation

N of Items 197.600