PENUTUP LANDASAN TEORITIS Pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

viii 1. Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling ……... 55 2. Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat miskin …….. 68

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………………… 76 2. Saran ……………………………………………………………….. 76 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL Tabel.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ……………………………. 56 Tabel 2. Penyuluhan kesehatan ………………………………………………... 57 Tabel 3. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis ……………….... 59 Tabel 4. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis ……………….. 61 Tabel 5. Pemberian makanan gratis yang bergizi ……………………………... 63 Tabel 6. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis ………………… 65 Tabel 7. Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis ……………... 67 Tabel 8. Pengetahuan tentang kesehatan ……………………………………… 69 Tabel 9. Sikap terhadap kesehatan ……………………………………………. 71 Tabel 10. Praktik kesehatan …………………………………………………... 73 x DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ………………………….. 51 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Persetujuan Dosen Pembimbing ………………………….. Lampiran 2 Surat Izin PenelitianWawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan ……………… Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan .. Lampiran 4 Surat Izin PenelitianWawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Puskesmas Setu………………………………………… Lampiran 5 Surat Izin PenelitianWawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Camat Setu …………………………………………….. Lampiran 5 Surat Izin PenelitianWawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Desa Setu …………….………………………………… Lampiran 6 Angket Penelitian ………………………………………………. Lampiran 7 Nilai Validitas ………………………………………………….. xiii LAMPIRAN DAFTAR BAGAN Bagan 1. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Keliling Kecamatan Setu ….. 55 xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan kebutuhan vital. Dengan sehatlah kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Rumah sakit sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan, terkadang sulit dijangkau oleh sebagian besar orang. Karena kita tahu, saat ini, biaya pengobatan cukup mahal. Terlebih bagi daerah baru dipinggiran ibu kota, pelayanan tersebut belum diberikan secara maksimum. Biasanya bagi masyarakat kecil, lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. 1 Masalahnya kemudian, masyarakat yang tinggal di daerah, terutama daerah pedalaman, belum dapat menikmati layanan puskesmas karena sarana dan prasarana puskesmas yang terbatas, seperti lokasinya jauh, jumlah tenaga kesehatan terbatas, obat dan fasilitasnya masih terbatas, serta kualitasnya pun masih rendah. Padahal dalam Islam pun kita memang diharuskan ikhtiar, kita 1 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan Jakarta : Binarupa Aksara, 1996 , h.119 1 tidak bisa hanya berdoa saja dan berpangku tangan. Makna doa itu sendiri adalah berusaha, maka salah jika ada orang yang berdoa saja tanpa disertai dengan usaha. Untuk itu hendaknya setiap orang berdoa yang disertai dengan usaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang menjadi harapan dan tujuannya tersebut. Memang segala sesuatu telah diatur oleh Allah, namun Allah juga tidak menyukai orang yang hanya berpangku tangan saja. Dengan badan yang sehat, kita dapat mengerjakan semua kegiatan dengan senang hati dan mencapai tujuan dengan maksimal. Atau dengan kata lain, sehat akan membuat hidup menjadi lebih indah dan bermakna. Kesehatan tidak akan terjaga begitu saja apabila kita sendiri tidak menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan bagi tubuh kita tanpa kita berusaha untuk menjaga kesehatan tersebut. Allah berfirman dalam surat QS. Ar-Rad 13 ayat 11 : Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” Dalam ayat tersebut, jelas Allah berfirman bahwa sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaannya. Jadi kesehatan tidak akan tercipta dengan sendirinya, apabila kita sendiri tidak menjaga kesehatan tersebut. Berkaitan dengan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia melalui Repelita, telah menggariskan kebijakan yang berkaitan dengan upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam pendahuluan Rancangan 7 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahap II Kesehatan disebutkan bahwa tujuan pembangnan kesehatan Indonesia tahap ini adalah untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kebijakan ini melanjutkan kebijakan yang telah dilakukan pada jangka panjang sebelumnya, yang lebih menekankan pada pemenuhan pelayanan kesehatan mendasar untuk masyarakat. Salah satu implementasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan membangun puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di lapisan terbawah. 2 Karena bagaimanapun, setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban sebagaimana dengan hadits Ibn Umar r.a berikut : لﺎ ﺎ ﻬْ ﷲا ﻰﺿر ﺮ ﻦْﺑا ﻦ و : ص ﷲا لْﻮ ر ﺖْ . م . لْﻮ : ْ ﻜ آ ﺘ ر ْﻦ لﺆْ ْ ﻜ آو عار , ﺘ ر ْﻦ لﺆْ و عار مﺎ ﻹْا , عار ﺟﺮ او ﺘ ر ْﻦ لﺆْ و ْها , ْﻦ ﺔ ﺆْ و ﺎﻬﺟْوز ﺖْﺑ ﻰ ﺔ ار ة أْﺮ ْاو ﺎﻬﺘ ر , او ﺘ ر ﻦ لﺆ و ﺪ لﺎ ﻰ عار مدﺎﺨ , لﺆْ و عار ْ ﻜ آ و ﺘ ر ْﻦ . ﺘ 2 Dati Fatimah,dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000,h.157 Artinya : “Kamu sekalian pemimpin dan kamu akan ditanya dari hal rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin akan ditanya hal rakyat yang dipimpinnya. Suami akan ditanya hal keluarga yang dipimpinnya. Isteri memelihara rumah tangga suaminya dan akan ditanya hal yang dipimpinnya. Pelayan memelihara milik majikannya dan akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya diminta pertanggungan-jawab, dari hal rakyat yang dipimpinnya. Buchary, Muslim” 3 Didirikannya puskesmas tidak serta merta mampu menyelesaikan persoalan kesehatan masyarakat miskin. Karena di beberapa daerah, khususnya di pedalaman, masih belum mampu menjangkau puskesmas. Oleh karena itu, beberapa waktu lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan diadakannya puskesmas keliling. Program ini diharapkan dapat membantu puskesmas dalam wilayah kerjanya sehingga dapat menjangkau masyarakat yang berada di daerah pedalaman. 4 Puskesmas Keliling adalah program pelayanan kesehatan terpadu keluar gedung puskesmas yang menjangkau daerah terpencil, tempat tinggal masyarakat yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan terdekat. 5 Idealnya, puskesmas keliling diisi dengan kegiatan ke arah kesehatan preventif pencegahan yang lebih menekankan pada upaya apa yang bisa digunakan untuk menghindari terjadinya suatu penyakit dan pendidikanpenyuluhan kesehatan lingkungan dan sanitasi, tetapi pada akhirnya 3 An-Nawawy dan Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Tarjamah Riadhus Shalihin, Bandung:Alma’arif , 1986, Jilid I,h.528 4 http:puskelinfo.compengertian dalam artikel Info Seputar Puskesmas, di akses pada tanggal 18 Maret 2010 5 Ibid puskesmas keliling ini lebih sering melakukan pelayanan kuratif pelayanan lebih ditekankan pada upaya untuk mengobati gangguan penyakit yang muncul. Pelayanan preventif ini seperti program imunisasi yang rutin biasa dijalankan. Memang tidak mudah untuk mengubah sesuatu yang sudah berjalan bertahun – tahun menjadi kebiasaan. 6 Jaringan puskesmas sudah tersebar luas dan merata di seluruh provinsi. Sampai saat ini, jumlah puskesmas di Indonesia tercatat 7.452 unit. Rinciannya, puskesmas pembantu 21.959 unit dan puskesmas keliling 5.818 unit. Jumlah rumah sakit yang berada di Kota Tangerang Selatan ada 9 unit yang seluruhnya milik swasta karena kota belum memiliki Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 20072008. Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas berjumlah 10 unit, Puskesmas Dengan Tempat Perawatan DTP 1 unit, Puskesmas Pembantu 8 unit dan Puskesmas Keliling 10 unit. Selain itu juga terdapat Balai Pengobatan, Praktek Dokter dan Rumah Bersalin Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan. Jumlah total pos pelayanan terpadu Posyandu berjumlah 771 unit yang terdiri dari Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri dengan 4.127 orang kader aktif. Selain itu juga terdapat 108 pos pembinaan terpadu Posbindu dengan 501 orang kader aktif. 7 Dalam implementasinya, pelayanan puskesmas masih belum memadai. Mutu pelayannya pun masih rendah. Keterbatasan dana, peralatan, dan tenaga medis yang terlatih kendati hal ini merupakan problem di hampir semua level unit pelayanan kesehatan adalah beberapa penyebabnya. Ini diperparah dengan praktik pungutan liar komersialisasi pelayanan kesehatan oleh para oknum birokrat di 6 www.tangerangselatankota.go.id. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010 7 http:www.ireyogya.org dalam artikel Pelayanan Kesehatan, Advokasi Kebijakan, dan Governance Reform oleh Ashari Cahyo Edi. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010 puskesmas maupun rumah sakit pemerintah. 8 Sebagai contoh adalah kebijakan pemerintah melalui Permenkes No.920MenkesPerXII86 tentang Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik yang memberikan peluang bagi kalangan swasta untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi publik. Dengan kebebasan untuk menyediakan jasa medik dasar maupun medik spesialistik, instansi pelayanan pemerintah dalam hal jangkauan pelayanan. Yang kemudian berbeda adalah dalam hal penentuan tarif, biarpun untuk ini, Menteri Kesehatanlah yang paling berwenang memutuskan dengan berdasarkan pada pertimbangan organisasi profesi setempat. Namun fenomena mahalnya harga pelayanan Rumah Sakit swasta tidak bisa dipungkiri lagi. Dalam posisi seperti ini, peluang masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi terbatas. 9 Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat mendorong mereka rentan terhadap penyakit. Hal ini diperparah lagi dengan kurangnya wadah pelayanan kesehatan misalnya puskesmas. Akan tetapi, bisa saja terjadi sebaliknya, bahwa disaat pelayanan dan fasilitas itu ada, namun masyarakatnya yang belum mempunyai kesadaran untuk memanfaatkan fasilitas tersebut serta belum menyadari arti kesehatan. 8 Ibid 9 Dati Fatimah,dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000 ,h.161- 162 Sebagian besar masyarakat yang masih memandang bahwa pelayanan kesehatan adalah pelayanan pengobatan bagi “si sakit”, sehingga tidak lazim datang ke dokter bila kita tidak merasakan gangguan kesehatan apapun. Datang ke dokter untuk melakukan general check-up bagi orang yang sehat, belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan. Bahkan, tindakan seperti ini seringkali dipandang sebagai tindakan membuang uang yang sia-sia. 10 Untuk itu kiranya perlu dilakukan suatu penyadaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin agar masyarakat mampu untuk menjaga kesehatannya tersebut. Di Indonesia banyak versi tentang definisi miskin. Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi dan kriteria miskin menurut Badan Pusat Statistik BPS. Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimalyang layak bagi kehidupannya. 11 Badan Pusat Statistik menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan kemiskinan. Dikutip Antara, ke-14 kriteria rumah tangga miskin versi BPS itu, antara lain luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi per orang, jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan, jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester. 12 Warga juga dianggap miskin jika tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga 10 Ibid, h.158 11 Hasbullah Thabrany editor, Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, Jakata: Rajawali Pers,2005, h.113-114 12 http:deltapapa.com20100504miskin-menurut-bpsvivanews.com diakses pada tanggal 6 Mei 2010 tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah. 13 Kemudian, hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, hanya sanggup makan satudua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik dan pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolahtidak tamat SDhanya SD. 14 Kriteria lainnya, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 hektar, atau buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan dan tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal motor dan barang modal lain. 15 Jika minimal 9 kriteria di atas terpenuhi, maka masyarakat tersebut dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. 16 Menurut BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 tidak termasuk Nangroe Aceh Darussalam dan Maluku adalah 37,3 juta jiwa atau 18,96 persen sekretariat PK, 2002. Sedangkan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta 14,15 persen. Dibandingkan dengan 13 Ibid 14 Ibid 15 Ibid 16 Ibid penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta 15,42 persen, berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. 17 Permasalahan kemiskinan adalah masalah sentral yang selalu didampingkan dengan derap kemajuan atas program pembangunan yang digencarkan oleh pemerintah. Bagaimana cara penanggulangan kemiskinan sudah digencarkan oleh pemerintah dan pihak swasta, akan tetapi tentunya semua pihak tidak lepas dari ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis tertarik melihat pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling tersebut, apakah dengan adanya program puskesmas keliling masyarakat memiliki kesadaran untuk hidup sehat atau tidak. Hal ini penting untuk diteliti, karena dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat akan mencapai tingkat kesadaran kesehatan yang ditandai oleh masyarakatnya yang hidup dalam lingkungan yang sehat, serta mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Berdasarkan deskripsi diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan” 17 Hasbullah Thabrany editor, Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, Jakata: Rajawali Pers,2005,, h.114

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah penelitian pada pengertian puskesmas keliling. Yang dimaksud puskesmas keliling adalah unit pelayanan kesehatan keliling yang berfungsi untuk menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum menjangkau daerah terpencil serta belum menjangkau tempat tinggal masyarakat yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Selain itu, penulis juga membatasi masalah pelayanan kesehatan dari program puskesmas keliling, apakah program tersebut lebih kearah kesehatan preventif pencegahan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau lebih kearah kesehatan kuratif pengobatan terhadap suatu gejala yang muncul dalam memberikan pelayanan yang bersifat kepada pelayanan medis berupa pemeriksaan dan pemberian obat pada masyarakat, khususnya pelayanan kepada masyarakat miskin. Kesadaran hidup sehat adalah ketika seorang individu atau kelompok mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh informasi tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap akan berkesadaran hidup sehat. Selain itu penulis juga membatasi masalah pada pengertian masyarakat miskin. Masyarakat miskin adalah masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat mendorong mereka rentan terhadap penyakit. Dalam penelitian ini, jumlah masyarakat miskin di ambil berdasarkan jumlah kk kepala keluarga yang tergolong miskin berdasarkan data kependudukan desa Setu tahun 2010.

2. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan?

C. Tujuan

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

D. Manfaat

1. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pembaca maupun bagi para prakitisi pengembang masyarakat, terutama berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin, khususnya yang membidangi ilmu Pengembangan Masyarakat dan Manajemen Pengembangan Masyarakat.

2. Bagi Jurusan Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan penyuluhan terhadap masyarakat serta dijadikan tambahan referensi kegiatan praktikum pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pembuat kebijakan yang duduk dalam jajaran pemerintahan dalam menyusun atau membuat program pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta penelitian yang terkait tentang kesehatan kepada masyarakat miskin.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang hampir serupa dengan judul yang penulis teliti, yaitu sebagai berikut : 1. Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995, skripsi yang di tulis oleh Rustini, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, tahun 1996. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah sejauhmana para pekerja konstruksi di DKI Jakarta mendapat pelayanan kesehatan selama 1994-1995 serta melihat bagaimana gambaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan keliling yang ditujukan bagi pekerja konstruksi di DKI Jakarta tahun 1994-1995. Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta konstruksi di Jakarta yaitu berupa pendaftaran, pemeriksaan, dan memberikan obat-obatan. Selain itu, penyelenggara kesehatan keliling juga menugaskan 4 tenaga ahli yang terdiri dari dokter, paramedis, pekarya dan dan supir untuk melayani rata-rata 33 pekerja yang berobat selama 2 jam perlokasi. Adapun sarana pelayanan kesehatan yang tersedia berupa obat, perlengkapan pemeriksaan klinis serta perlengkapan P3K. 18 2. Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004, skripsi yang di tulis oleh Dyas Purnamasari, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, tahun 2004. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kebijakan program pelayanan kesehatan keluarga miskin yang dilaksanakan oleh puskesmas Depok serta bagaimana penerapan perencanaan dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan keluarga miskin di puskesmas kota Depok. Dari hasil penelitian tesebut, dijelaskan bahwa kebijakan pelayanan kesehatan keluarga miskin di puskesmas yang berupa pelayanan gratis bagi keluarga miskin yang memenuhi kriteria sasaran dengan tujuan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga miskin telah diketahui petugas pelaksana program. Selama ini puskesmas belum mempunyai standar yang jelas untuk melihat tingkat keberhasilan program pelayanan kesehatan keluarga miskin di kota Depok sehingga belum dapat dilihat keberhasilannya. Adapun penyusunan rencana program pelayanan kesehatan keluarga miskin tampak arah top down planning lebih dominan dibandingkan dengan bottom 18 Skripsi Rustini, Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995 up. Hal ini terlihat dari perencanaan prosedur, metode strandar, program, penetapan alokasi dana yang terdapat pada pedoman pelaksanaan. 19 3. Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002, skripsi yang di tulis oleh Irma Journalize, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, tahun 2002. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya di puskesmas kecamatan Ademangan Jakarta Utara. Dari hasil penelitian tersebut, dijelaskan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh puskesmas Kecamatan Ademangan sebagian besar menyatakan puas terhadap pelayanan yang ada. Hal ini dapat dilihat dari kepuasan pasien berdasarkan pelayanan yang ada. Pasien merasa puas terhadap sikap ramah yang diberikan oleh dokter. Dalam segi kehadiran, pasien juga merasa puas karena dokter selalu datang tepat waktu. Selain itu, dalam melayani pasien, dokter dinilai sangat teliti dalam memeriksa penyakit pasien serta jelas dalam memberikan informasi yang diberikan. 20 Berbeda dengan penelitian di atas, bahwa penelitian yang penulis lakukan berjudul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan” . 19 Skripsi Dyas Purnamasari, Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004 20 Skripsi Irma Journalize, Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002 Dalam penelitian ini, fokus masalah yang penulis ambil adalah melihat pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling, apakah dengan adanya program puskesmas keliling masyarakat memiliki kesadaran hidup sehat atau tidak. Hal tersebut diteliti untuk mengetahui apakah program puskesmas keliling tersebut sudah menyentuh masyarakat yang membutuhkan, serta untuk mengetahui pengaruh pelayanan kesehatan dari pelaksanaan program puskesmas keliling terhadap kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

F. Sitematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam 5 lima bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

, meliputi pengertian pengembangan masyarakat, model-model pengembangan masyarakat, pengertian penyuluhan kesehatan, pengertian kesehatan masyarakat, ruang lingkup kesehatan masyarakat, desentralisasi sektor kesehatan, pengertian hidup sehat, dan kesadaran hidup sehat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN, meliputi pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, format penelitian yang digunakan, lokasi dan jadwal penelitian, populasi dan sampel, hubungan antar variabel, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data, dan kerangka berpikir.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS , meliputi gambaran umum puskesmas