Perhitungan Jumlah Lumen dan Pemilihan Jenis Lampu

Angka reflektansi total area kerja operator dapat dilihat pada Tabel 5.19. Tabel 5.19. Angka Reflektansi Total Area Kerja Operator Departemen Bidang Pengukuran Bilangan pantul total ρ total Area Operator Dinding 0,50 Lantai 0,38 Langit-Langit 0,53

5.4. Perhitungan Jumlah Lumen dan Pemilihan Jenis Lampu

Dari pengumpulan data karakteristik ruangan dan layout ruangan maka dapat ditentukan jumlah bola lampu untuk menerangi masing-masing ruangan agar lampu dapat terang sesuai dengan standar Kepmenkes Nomor 1405MENKESSK2002. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah lampu agar lampu dapat memenuhi Kepmenkes Nomor 1405MENKESSK2002 adalah : F = E x A CUx LLF Dimana : E = iluminasi pada bidang kerja yang direkomendasikan lux F = flux luminous jumlah cahaya yang diperlukan lumen UF = coefficient of utilization LLF = light loss factor A = luas bidangbidang kerja m 2 Adapun data yang digunakan untuk melakukan perhitungan jumlah bola lampu di stasiun pemotongan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Luminer Rongga Langit-Langit ceiling cavity cc Rongga Dinding room cavity rc Rongga Lantai floor cavity fc Bidang Kerja Bidang Luminer hc hr hf 0.25 m 9 m 0.75 m Panjang ruangan L = 11.9 m Lebar ruangan W = 8 m Tinggi ruangan H = 10 m Bilangan pantul langit- langit ρ c = 0.50 Bilangan pantul dinding ρ w = 0.48 Bilangan pantul lantai ρ f = 0.39 Jarak bidang luminer ke langit-langit h c = 0.25 m Jarak bidang kerja ke lantai h f = 0.75 m Jarak bidang luminer ke bidang kerja h r = 9 m Prosedur perhitungan jumlah bola lampu tambahan di stasiun pemotongan adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan ceiling cavity ratio CCR CCR = 5h c W+LWL CCR = 50.258+11.9811.9 CCR = 0.3 2. Perhitungan room cavity ratio RCR RCR = 5h r W+LWL Universitas Sumatera Utara RCR = 598+11.9811.9 RCR = 9.4 3. Perhitungan floor cavity ratio FCR FCR = 5h f W+LWL FCR = 50.758+11.9811.9 FCR = 0.78 4. Perhitungan effective ceiling cavity reflectance ρ cc Base reflectance yang digunakan ρ c = 0.5, wall reflectance digunakan ρ w = 0.48, dan cavity ratio digunakan CCR = 0.3 CCR ρ c = 50 ρ w = 47 0.2 48 0.3 ρ cc 0.4 47 ρ cc = [{0.4-0.30.4-0.2}0.48-0.47] + 0.47 = 0.47 5. Perhitungan effective floor cavity reflectance ρ fc Base reflectance digunakan ρ f = 0.39, wall reflectance digunakan ρ w = 0.48, dan cavity ratio digunakan FCR = 0.78 ρ f = 40 FCR = 0.6 ρ w = 50 37 ρ w = 48 X ρ w = 40 36 x = [{0.4-0.480.4-0.50}0.37-0.36] + 0.36 = 0.36 Universitas Sumatera Utara ρ f = 40 FCR = 0.8 ρ w = 50 36 ρ w = 48 X ρ w = 40 35 x = [{0.4-0.480.4-0.50}0.36-0.35] + 0.35 = 0.35 FCR ρ f = 38 ρ w = 48 0.6 36.0 0.7 ρ cc

0.8 35.0

ρ fc = [{0.8-0.70.8-0.6}0.36-0.35] + 0.35 = 0.35 6. Perhitungan coefficient of utilization CU Diketahui bahwa ρ cc = 0.47 , ρ fc = 0.35, RCR = 9.4 , dan ρ w = 0.48. RCR = 9 ρ cc = 50 ρ w = 30 27 ρ w = 48 X ρ w = 50 33 CU = [{0.5-0.470.5-0.3}0.27-0.33] + 0.33 = 0.32 7. Penentuan nilai luminaire ambient temperature LAT Lampu beroperasi dilingkungan normal sesuai desain pabrik suhu 31-34 o C maka LAT sebesar 1 8. Penentuan nilai voltage variation VV Lampu diasumsikan beroperasi sesuai desain voltase sehingga VV = 1 Universitas Sumatera Utara 9. Penentuan nilai luminaire surface depreciation LSD Faktor ini menunjukkan penurunan kualitas struktur luminer, namun faktor ini tidak memiliki nilai yang dipublikasikan Joseph B. Murdock, 1994 10. Penentuan nilai ballast factor BF Ballast diasumsikan sesuai dengan desain lampu sehingga BF bernilai 1. 11. Penentuan nilai luminaire dirt depreciation LDD Lampu yang dipilih termasuk kategori IV dimana menggunakan pencahayaan langsung sehingga memiliki nilai LDD sebesar 0.95. 12. Penentuan nilai room surface dirt depreciation RSDD Jenis pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan langsung dengan kondisi lingkungan termasuk kotor sehingga memiliki nilai sebesar 0.95. 13. Penentuan nilai lamp lumen depreciation LLD Jenis lampu yang digunakan adalah lampu fluorescent dengan penggantian berdasarkan lampu yang mati sehingga memiliki nilai LLD sebesar 0.85. 14. Penentuan nilai lamp burnout LBO Penggantian lampu dilakukan hanya pada lampu yang mati sehingga memiliki nilai LBO sebesar 0.95. 15. Perhitungan light loss factor LLF LLF = {BFVVLSDLAT}{LDDRSDDLLDLBO} LLF = {1.01.01.01.0}{0.950.950.851.0} LLF = 0,76 16. Perhitungan flux luminous jumlah cahaya yang diperlukan F F = E x A CU x LLF Universitas Sumatera Utara F = 200 x 95.2 0.32x 0.76 F = 79835.90 Jenis lampu yang digunakan sebelumnya di pabrik adalah lampu Philips Essential 23 W dengan nominal luminous flux = 1900 lumen. Maka jumlah bola lampu yang digunakan seharusnya = � �1 = 79835 .90 1900 = 42 buah lampu. Berdasarkan perbandingan keuntungan dan kerugian jenis lampu diperoleh bahwa pemilihan lampu yang tepat diusulkan pada penelitian ini adalah jenis lampu LED karena efikasi tinggi 115-180 lmwatt, berumur panjang 35.000- 50.000 jam, dan tahan goncangan. Alternatif pemilihan lampu didasarkan atas kondisi aktual yang mungkin dilakukan di pabrik dimana jarak lampu adalah 9 meter. Perhitungan jumlah lumen yang dibutuhkan alternatif lampu pada stasiun pemotongan dapat diperoleh dari rumus : F = E x A CU x LLF F = 200 x 95.2 0.32x 0.81 F = 73456.79 Alternatif pemilihan lampu pada stasiun pemotongan dapat dilihat pada Tabel 5.20. Tabel 5.20. Alternatif Pemilihan Lampu Stasiun Pemotongan Alternatif Jarak Lampu Jenis lampu Jumlah Cahaya yang Diperlukan lux Alternatif I 9 meter 1xLED88940 AC-MLO 73456.79 Alternatif II 9 meter 1xLED90S840 PSD NB 73456.79 Universitas Sumatera Utara Jenis lampu yang digunakan pada alternatif I adalah 1xLED88940 AC- MLO , dengan nominal luminous flux = 6300 lumen. Maka jumlah bola lampu = � �1 = 73456 .79 6300 = 11.6 ≈ 12 buah lampu dan jenis lampu yang digunakan pada alternatif II 1xLED90S840 PSD NB dengan nominal luminous flux = 9000 lumen = buah lampu. Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah bola lampu di stasiun pemotongan dapat dilihat pada Tabel 5.21. Tabel 5.21. Alternatif Jumlah Lampu Alternatif Jarak Lampu Nominal luminous flux Jumlah bola lampu unit Alternatif I 9 meter 6300 12 Alternatif II 9 meter 9000 8 Perhitungan jumlah lumen yang dibutuhkan alternatif lampu pada stasiun area kerja operator dapat diperoleh dari rumus : F = E x A CU x LLF F = 200 x 6 0.32x 0.81 F = 4629.62 Alternatif pemilihan lampu pada area kerja operator dapat dilihat pada Tabel 5.22. Tabel 5.22. Alternatif Pemilihan Lampu Area Kerja Operator Alternatif Jarak Lampu ke Bidang Kerja Jenis lampu Nominal luminous flux Jumlah Cahaya yang Diperlukan lux Jumlah bola lampu unit Alternatif III 9 meter 1xLED88940 AC- MLO 6300 4629.62 1 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pada area kerja operator, alternatif IV tidak dilakukan dengan simulasi pencahayaan menggunakan software melainkan dengan cara mengidentifikasi masalah dimana pada alternatif ini memfokuskan pengukuran pada area yang memerlukan pencahayaan yang lebih. Untuk pemilihan lampu dan peletakan lampu, yaitu lampu diletakkan diatas mesin pemotong dan mendekati operator. Jarak antara bidang kerja dengan sumber cahaya hanya 30 cm karena operator membutuhkan cahaya yang fokus pada bidang kerja. Maka pada alternatif IV, jenis lampu yang dipilih adalah Philips jenis LED 8 watt. Lampu Philips jenis LED 8 watt memiliki daya penerangan setara lampu jenis Philips essential 50 watt. Nilai lux yang dihasilkan sebesar 112 lux maka jumlah yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil lux yang sesuai standar adalah 2 lampu.

5.5. Langkah-Langkah Simulasi Pencahayaan dengan Software Calculux