18. Aksentuasi perifolikularis
19. Intoleransi makanan
20. Dipengaruhi faktor lingkungan
dan emosional 21.
White dermographism Sumber : Ardhie 2004
Tabel 2.1. Kriteria Hanifin dan Rajka
Berdasarkan penelitian sistematik review tahun 2008, U.K working Party’s Diagnostic Criteria merupakan kriteria dermatitis atopik yang paling valid.
Kriteria sederhana ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas 95 - 97. Kriterianya adalah adanya rasa gatal dan diikuti setidaknya 3 kejadian seperti
adanya riwayat asma atau rinitis alergi, adanya lesi pada lipatan, kulit kering, dan onset lesinya terjadi sebelum usia 2 tahun Berke et al., 2012.
2.1.4.2. Rinitis Alergi
A. Defenisi Rinitis alergi merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung yang ditandai
dengan bersin, iritasi konjungtiva, hidung tersumbat, berair, dan gatal. . Rinitis alergi yang paling banyak adalah yang bersifat kronik, mempengaruhi 10 – 20
anak – anak di dunia, dan prevalensinya terus meningkat dalam dua dekade terakhir ini. Pada penderita rinitis alergi, reaksi inflamasi tidak hanya pada
mukosa hidung lokal saja, tetapi pada saluran nafas bawah juga terlibat. Itulah sebabnya rinitis alergi dan asma dapat terjadi bersama Small dan Kim, 2011 ;
Leung dan Milgrom, 2007 ; Moed et al., 2013. B. Patogenesis
Ada banyak faktor yang dapat mencetus terjadinya rintis alergi seperti pajanan udara dingin, debu, uap, bau cat, polusi udara, dan bubuk deterjen. Selain itu
makanan alergen ingestan merupakan alergen penyebab tersering pada anak. Ketika mukosa hidung terpapar dengan alergen ada banyak sel inflamasi yang
terlibat, seperti sel mast, sel T CD4+, sel B, makrofag, dan eosinofil. Reaksi
Universitas Sumatera Utara
inflamasi pada hidung lebih sering terjadi karena hidung berfungsi sebagai penyaring partikel dan alergen hirup yang pertama dan melindungi saluran
pernafasan bagian bawah. Infiltrasi sel T ke mukosa hidung, kemudian berdiferensiasi menjadi sel Th2. Sel Th2 akan melepaskan sitokin – sitokin yaitu
IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13 yang akan merangsang sel plasma melepaskan IgE. IgE akan merangsang pelepasan mediator inflamasi seperti histamin dan leukotrin.
Mediator inflamasi ini akan menyebabkan dilatasi arteriol, meningkatnya permeabilitas vaskular, gatal, rinore hidung berair, dan kontraksi otot polos.
Reaksi ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Mediator dan sitokin yang dilepaskan pada reaksi hipersensitivitas tipe cepat juga akan merangsang sel
imunitas seluler yaitu 4 – 8 jam kemudian, ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang akan membuat hidung tersumbat IDAI, 2010 ; Small dan Kim,
2011. C. Manifestasi Klinis
Onset rinitis alergi pada anak yaitu diatas usia 4-5 tahun dan biasanya meningkat pada usia dewasa 10 – 15. Berdasarkan IDAI 2010, Gejala klinis
rinitis alergi sesuai dengan patogenesisnya seperti : -
Rasa gatal pada hidung dan mata. -
Bersin dan hidung tersumbat dapat secara bilateral, unilateral, atau bergantian sehingga penciuman dapat terganggu dan suara menjadi sengau.
- Sekret hidung dapat keluar dari hidung atau tertelan post nasal drip.
- Bernafas dari mulut terutama pada malam hari sehingga tenggorokan menjadi
kering, mengorok, tidur terganggu sehingga pada siang hari menjadi lelah. -
Pada keadaan kronik, bentuk wajah anak menjadi kronis yaitu dibawah mata ada warna gelap dark circle shiners dan bengkak. Terdapat adenoid face
dikarenakan hidung tersumbat yang berat sehingga mulut selalu terbuka. Kemudian terdapat allergic solute karena sering menggosok hidung yang
terasa gatal.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan waktu, gejala rinitis alergi dibagi menjadi seasonal musiman dan perenial. Rinitis alergi musiman menunjukkan gejala rinitis yang dipicu oleh
alergen serbuk sari, spora lumut, selama musim semi, musim panas, dan musim gugur. Sedangkan rinitis alergi perenial menunjukkan gejala hayfever sepanjang
tahun yang dipicu oleh alergen rumah seperti debu rumah tangga, kecoa, bulu binatang, dan spora lumut Harsono et al., 2007. Tetapi tidak semua orang bisa
dimasukkan dalam klasifikasi ini. Sehingga rinitis alergi sekarang diklasifikasikan berdasarkan lamanya gejala intermiten persisten dan keparahan gejala ringan,
sedang, berat Small dan Kim, 2011. Gejala rinitis alergi berdasarakan lamanya gejala dibagi menjadi intermiten
dan persisten. Rinitis alergi intermiten yaitu terjadi hilang timbul dan berlangsung 4 hari dalam seminggu atau 4 minggu. Sedangkan rintis alergi persisten terjadi
selama 4 hari dalam seminggu atau 4 minggu atau berlanjut sampai bertahun – tahun IDAI, 2010 ; Small dan Kim, 2011.
Gejala rintis alergi berdasarkan keparahannya dibagi ringan, sedang, dan berat. Pada gejala yang ringan penderita dapat tidur dengan normal dan aktivitas seperti
sekolah dan kerja baik. Biasanya gejala ringan adalah gejala yang intermitten. Pada gejala yang sedang atau berat sudah mengganggu tidur dan aktivitas sehari –
hari Small dan Kim, 2011. D. Diagnosa
Diagnosa rinitis alergi berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pada anamnesa didapatkan adanya riwayat atopik
seperti rinitis alergi, dermatitis atopik, dan asma dalam keluarga merupakan faktor predisposisi rinitis alergi yang terpenting pada anak. Selain itu adanya gejala
rinitis yang berulang, seperti bersin, hidung berair, rasa gatal pada hidung, dan hidung tersumbat. Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda pada muka seperti
allergic shiner, allergic face, adanya edema, gatal pada konjungtiva. Pemeriksaan laboratorium dapat mendukung diagnosis yaitu peningkatan IgE, antibody spesifik
IgE, dan tes kulit positif. Selain itu pada pemeriksaan sekret hidung didapatkan
Universitas Sumatera Utara
peningkatan eosinofil 3 kecuali pada saat infeksi sekunder karena sel neutrofil sekunder yang akan meningkat Leung dan Milgrom, 2007 ; IDAI, 2010.
2.1.4.3. Asma