Hubungan Usia Awal Pemberian Makanan Padat dengan Kejadian Penyakit Atopik

ISAAC terhadap kejadian asma didapatkan sensitifitas 85 dan spesifitas 91 Shamssain et al dalam Nency, Y.M, 2005. Pada penelitian ini berdasarkan kuesioner ISAAC didapatkan prevalensi anak yang memiliki riwayat dermatitis atopik 19,1, riwayat rinitis alergi 12,4 dan riwayat asma 4,5. Prevalensi penyakit atopik meningkat di Asia. Beberapa kemungkinan disebabkan oleh status ekonomi, tingkat urbanisasi, kejadian infeksi, pelayanan kesehatan dan faktor genetik Gerez et al, 2010. Pada penelitian yang dilakukan oleh Celic et al tahun 1997 dan 2005 menyatakan prevalensi kejadian asma, rinitis alergi, dan asma meningkat secara signifikan yaitu 9,7 - 11,8, 5,4-10,2 dan 3-10,1. Prevalensi penyakit atopik lebih tinggi di negara barat dibandingkan di negara Asia. Tetapi beberapa penelitian yang terbaru menyatakan prevalensi penyakit atopik meningkat di Asia. Beberapa kemungkinan disebabkan oleh status ekonomi, tingkat urbanisasi, kejadian infeksi, pelayanan kesehatan dan faktor genetik Gerez et al, 2010. Prevalensi asma tertinggi di Jepang 23.0, Singapura 15.5, dan Taiwan 14.4. Sedangkan prevalensi yang terendah di Indonesia 4.8, Chiang Mai 6.1, Hong Kong 7.9, Alor Setar 9.8, dan Seoul 9.9. Sedangkan prevalensi di rinitis alergi di Cina, Malaysia, Pilipina, Singapura, Taiwan dan Vietnam hampir sama yaitu 8,7. Sedangkan di Australia 13.2 dan Hong Kong 4.2 Wong et al, 2013.

5.2.3. Hubungan Usia Awal Pemberian Makanan Padat dengan Kejadian Penyakit Atopik

Hasil penelitian mengenai waktu mulai pemberian makanan padat dengan kejadian penyakit atopik masih beragam. Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara usia awal pemberian makanan padat dengan kejadian penyakit atopik yaitu dermatitis atopik p = 0.023 dan rinitis alergi p = 0.006. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan pada penyakit asma p = 0.299. Anak yang mendapatkan makanan padat pada usia 6 bulan mempunyai risiko 3 kali lebih besar untuk terjadinya dermatitis atopik RP = 3.447 ; IK 95 1.140 – Universitas Sumatera Utara 10.424 dan 8 kali lebih besar untuk terjadinya rinitis alergi RP=8.500 ; IK 95 1.713 – 42.169 dibandingkan anak yang mendapatkan makanan pada usia 6 bulan. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Barlianto et al. 2009 menyatakan bahwa pemberian makanan padat usia 4 – 6 bulan meningkatkan risiko atopik dibandingkan usia lebih dari 6 bulan p= 0.007 ; OR=2.8 ; IK 95 1.29-6.07. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Clayton et al. 2013 dan Tarini et al. 2006 menyatakan bahwa pemberian makanan padat kurang dari 4 bulan dapat meningkatkan risiko penyakit atopik seperti ekzema. Hal ini karenakan sistem saluran cerna yang imatur. Akibatnya akan terbentuk makanan dalam bentuk besar makromolekul. Makromolekul ini akan mudah masuk melalui saluran cerna dan dapat melewati barier mukosa sehingga dipresentasikan sel mast Sicherer dan Sampson, 2004. Penelitian lain yang dilakukan oleh joseph et al. 2011 dan Nwaru et al. 2013 yang menyatakan hal yang berbeda bahwa pemeberian makanan padat terlalu dini dapatkan menurunkan resiko penyakit atopik seperti ekzema, asma dan rinitis alergi pada anak dengan predisposisi genetik. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme toleransi oral. Adanya perbedaan hasil penelitian tersebut karena dipengaruhi oleh metode yang dipakai dalam masing-masing penelitian, seperti pemilihan sampel penelitian, batas waktu yang ditetapkan untuk makanan padat, defenisi gejala atopik yang diukur dan juga lama waktu follow up pada masing-masing penelitian. Selain itu perbedaan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit atopik merupakan penyakit yang kompleks. Faktor makanan bukanlah satu – satunya faktor yang dapat menyebabkan penyakit atopik. Tetapi faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi, polusi, dan imunisasi juga dapat mempengaruhi terjadinya penyakit atopik pada anak Barlianto et al. 2009 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN