3.2.1 Keberanian
...... kami berangkat ke salon tato. Seorang tukang tato menyambut kami dan membawa kami keruang tunggu. Aku membuka-buka salah satu album diatas
meja dan melihat foto-foto tato. Aku tumbuh di lingkungan lelaki bertato, dimulai dari ayahku, dan aku merasa tidak ada salahnya memiliki tato.
“Mengagumkan Shoko lihat.” Yukie menyingsikan baju pacarnya untuk melihat tatonya yang masih
baru. Kulit pemuda itu sedikit bengkak-bengkak dan berdarah. Tampak sangat mengerikan, tetapi sebagai hasilnya ia akan mendapatkan keindahan yang tak
terperikan. Saat itulah, aku membuat keputusan.
“ Anda sanggup?” “Sensei, aku ingin ditato juga.”
“Tentu saja” “aku punya gambar yang hebat. Hanya pas untukmu.”
“aku mau melihatnya” “Ini Jigoku Dayu. Ia pelacur kelas atas di era Muromachi. Ia tokoh nyata,
dan ia tinggal di Sakai sini. Para perempuan ini hidup di tempat-tempat pelacuran, bekerja sampai mereka bisa menebus diri mereka, atau menarik
perhatian seorang tuan yang bisa membebaskan mereka. Itu kehidupan yang keras.”
“Kenapa kau berpikir tentangnya?”
Universitas Sumatera Utara
“Bagaimana bisa aku jelaskan..? itu semata-mata yang kutangkap darimu. Dan, dalam gambar ini Dayu menggunakan beragam aksesoris rambut.
Ini dia pelacur nomor satu di tempatnya”
Analisis :
Aku selalu ingin menjadi nomor satu, tetapi selalu hanya menjadi nomor dua. Para lelaki dalam kehidupanku selalu menyatakan cinta kepadaku, tapi aku
tak pernah merasa bahwa aku cukup baik bagi mereka. Karena kurangnya kepercayaan diriku, jika ada yang menyatakan cinta kepadaku aku pasrah saja
dan membiarkan mereka memegang kendali.
Dari cuplikan diatas adanya komunikasi antara Shoko dan sang Maestro pembuat tato di salon tato. Dari komunikasi tersebut terlihat bagaimana keinginan
Shoko untuk ditato. Alasan keinginannya di tato adalah karena Shoko ingin melakukan perubahan dalam hidupnya melalui gambar Jigoku Dayu yang
dipilihnya. Karena Shoko merasa sama dengan Dayu dalam kehidupan dan hubungan asmaranya, Shoko selalu dijadikan nomor dua dan menjalin hubungan
dengan lelaki beristri. Shoko membuat kepercayaan dirinya kembali dengan tato. Dengan tato, ia mengembalikan harga dirinya agar tidak menjadi wanita simpanan
para lelaki beristri dan laki-laki tidak semena-mena lagi dengan dirinya. Walaupun dalam membuat tato tubuh shoko mengalami bengkak-bengkak,
berdarah dan terbakar akibat alat tato, Shoko tidak merubah tekadnya untuk menato tubuhnya.
Dari segi pragmatik Shoko memerankan tokoh yang pemberani. Berani dalam moral bushido adalah Yu. Yu adalahberani dalam menghadapi kesulitan dan
Universitas Sumatera Utara
kegagalan. Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercaya meski mendapat berbagai tekanan dan
kesulitan. Hal ini terlihat dari keteguhan hati Shoko untuk berubah, menjadikan tato sebagai gairah baru dalam menjalani hidupnya. Walaupun mendapatkan sakit,
bengkak dan berdarah pada kulitnya saat membuat tato, serta gunjingan masyarakat tentang dirinya dan kesulitan bersosialisasi Shoko dengan tamu-
tamunya pada saat bekerja di club. Tapi, Shoko bertahan demi prinsip kebenaran yang dimilikinya .
Dalam cuplikan tersebut, juga mengandung nilai Gi dalam samurai. Gi adalah etika samurai yang berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan
masalah dan keputusan yang tepat berdasarkan alasan-alasan yang rasional, sehingga hasil yang diperoleh merupakan suatu ketetapan yang adil. Gi
merupakan dasar dari keseluruhan sikap mental terkait dengan pikiran, perkataan dan perbuatan dalam menegakkan kejujuran dan kebenaran. Ini terlihat dari sifat
Shoko yang mengambil keputusan untuk melakukan perubahan pada dirinya berdasarkan alasan tidak mau menjadi penganggu rumah tangga orang dengan
menjadi simpanan dari lelaki beristri. Selain itu, sikap Shoko juga mengandung nilai Meiyo. Meiyo adalah etika
samurai untuk menjaga nama baik dan kehormatan. Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang mereka jaga dengan cara perilaku terhormat. Terlihat
dari sifat Shoko, yang ingin mentato dirinya untuk menjaga nama baiknya. Shoko mengekspresikannya kekokohan dirinya dengan bentuk tato. Bahwa dengan tato,
Shoko tidak akan lagi menjadi simpanan dari lelaki beristri dan merubah jalan
Universitas Sumatera Utara
hidupnya untuk menjadi lebih baik dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama.
3.2.2 Kasih Sayang 1. Cuplikan halaman 7