24 c Antisipasi risiko
Antisipasi risiko dalam bank Islam bertujuan untuk: 1 Preventive. Bank syariah memerlukan persetujuan Dewan
Pengawas Syariah untuk mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah.
2 Detective. Pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek, yaitu aspek perbankan oleh BI dan aspek syariah
oleh DPS. 3 Recovery. Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan
BI untuk aspek perbankan dan DPS untuk aspek syariah.
3. Al-Mudharabah trust financing, trust investment
a. Pengertian Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini adalah seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Mudharabah, adalah
akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai shahibul mal yang menyediakan modal, sedangkan pihak lainnya
adalah mudharib sebagai pihak pengelola Antonio, 2001:95. Menurut Karim 2007:204 mudharabah adalah bentuk kontrak
anatara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak
kedua yaitu pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan
25 keuntungan. Kesimpulannya mudharabah adalah persetujuan kongsi
anatra harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain. Menurut PSAK 105 mudharabah adalah akad kerjasama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama pemilik dana menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua pengelola dana bertindak
selaku pengelola, dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
b. Jenis-Jenis Mudharabah Menurut Antonio 2001:97 mudharabah dibagi menjadi dua
jenis, yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah Sedangkan menurut PSAK 105 mudharabah dibagi menjadi tiga,
yaitu, mudharabah mutlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah.
1 Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya. 2 Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik
dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
3 Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama
investasi.
26 c. Manfaat Mudharabah
Manfaat-manfaat mudharabah antara lain Antonio, 2001:97-98: 1 Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
nasabah meningkat. 2 Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tapi disesuaikan dengan pendapatanhasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative
spread. 3 Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan cash flow nasabah
sehingga tidak memberatkan nasabah. 4 Bank akan selektif dan hati-hati dalam memilih usaha yang halal,
aman, dan menguntungkan. 5 Prinsip bagi hasil dalam mudharabah berbeda dengan bank
konvensional karena tidak menggunakan bunga. Sehingga nasabah tidak perlu terbebani dengan bunga yang harus ia bayar.
d. Rukun dan Syarat Mudharabah Menurut Dewan Syariah Nasional
NO.07DSN-MUIIV2000, rukun dan syarat mudharabah ada lima, yaitu:
1 Penyedia dana sahibul mal dan pengelola mudharib harus cakap hukum.
2 Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak
akad, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
27 a Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak akad. b Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3 Modal ialah sejumlah uang atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai
berikut: a Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus
dinilai pada waktu akad. c Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4 Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus
dipenuhi: a Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak. b Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
28 harus dalam bentuk prosentasi nisbah dari keuntungan sesuai
kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. c Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan. 5 Kegiatan usaha oleh pengelola mudharib, sebagai perimbangan
muqabil modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
a Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk
melakukan pengawasan. b Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c Pengelola tidak boleh menyalahi hukum s yari‟ah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
e. Ketentuan Mudharabah Menurut Dewan Syariah Nasional
NO.07DSN-MUIIV2000 ketentuan pembiayaan mudharabah, yaitu:
29 1 Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh
Lembaga Keuangan Syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2 Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal pemilik dana membiayai 100 kebutuhan suatu proyek usaha, sedangkan
pengusaha nasabah bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.
3 Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
LKS dengan pengusaha. 4 Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah
disepakati ber sama dan sesuai dengan syari‟ah dan LKS tidak ikut
serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5 Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
6 LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib nasabah melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. 7 Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada
jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga.
Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
30 melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
8 Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan
fatwa Dewan Syariah Nasional. 9 Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10 Dalam hal penyandang dana LKS tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib
berhak mendapat ganti rugi
atau biaya yang telah dikeluarkan.
f. Ketentuan Hukum Mudharabah
1 Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu. 2 Kontrak tidak boleh dikaitkan
mu’allaq dengan sebuah kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.
3 Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah yad al-amanah, kecuali akibat
dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
4
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
g. Risiko Mudharabah Menurut Antonio 2001:98, risiko-risiko yang terdapat dalam
mudharabah, yaitu:
31 1 Adanya kemungkinan nasabah menggunakan dana tersebut dan
tidak sama seperti yang ditulis dikontrak. 2 Kesalahan yang disengaja yang menyebabkan kerugian.
3 Kemungkinan adanya penyembunyian keuntungan oleh nasabah. h. Karakteristik Mudharabah
Karakteristik mudharabah menurut PSAK No.105 adalah sebagai berikut:
1 Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
2 Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak
sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.
3 Dalam mudharabah muqayadah, contoh batasan antara lain: a Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
b Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan.
c Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga.
i. Nisbah keuntungan Menurut Karim 2009:206-210 nisbah ini mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang ber-mudharabah.
32 Hal ini digunakan untuk mencegah terjadinya perselisihan antara
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. 1 Persentase
Persentase digunakan untuk menentukan nisbah keuntungan bukan menggunakan nominal, misal 50:50, 70:30, atau 60:40.
Nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal, tentu saja bila disepakati
ditentukan nisbah keuntungan sebesar porsi setoran modal. 2 Bagi untung dan bagi rugi
Hal ini merupakan konsekuensi yang logis dari karakteristik akad mudharabah yang tergolong kedalam kontrak investasi,
dimana return dan timing cash flow tergantung kinerja sektor riil. Namun ada hal dalam akad mudharabah saat kerugian, pembagian
kerugian tidaklah seperti pembagian keuntungan, jika pembagian keuntungan berdasarkan nisbah, maka pembagian kerugian
berdasarkan porsi modal. Oleh karena nisbahnya disebut dengan nisbah keuntungan bukan nisbah saja. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan kemampuan untuk mengabsorsi atau menanggung kerugian di antara kedua belah pihak. Kemampuan shahibul maal
untuk menanggung kerugian tidak sama dengan kemampuan si mudharib. Dengan alasan, jika usaha mengalami kerugian maka
shahibul maal kehilangan uang investasinya, sedangkan mudhrib
33 harus menanggung kehilangan kerjanya karena gagal dalam
usahanya. 3 Jaminan
Ketentuan pembagian kerugian seperti penjelasan diatas hanya jika kerugian diakibatkan oleh risiko bisnis, bukan karena
karakter buruk mudharib. Jika mudharib lalai dalam menjalankan usahanya dan menimbulkan banyak kerugian maka mudharib harus
menanggung kerugian sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi dan tanggung jawabnya. Para fuqaha berpendapat bahwa pada
prinsipnya tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam akad syirkah lainnya. Untuk
menghindari adanya moral hazard dari mudharib, maka shahibul mal diperbolehkan memintanya, dengan tujuan untuk menghindari
moral hazard mudharib bukan untuk mengamankan investasi shahibul maal jika terjadi kerugian akibat risiko bisnis.
4 Menentukan besarnya nisbah Menurut Karim 2009:209 Nisbah ditentukan oleh kedua
belah pihak yang bersepakat. Biasanya di bank syariah modern tawar menawar nisbah hanya terjadi jika deposaninvestor dalam
jumlah besar. 5 Cara menyelesaikan kerugian
Menurut Karim 2009:210 jika terjadi kerugian, maka cara menyelesaikannya ada dua macam, yaitu:
34 a Diambil dari kuntungan untuk menutupi kerugian yang timbul,
dimana keuntungan sebagai pelindung modal. b Bila kerugian lebih besar jumlahnya dari keuntungan yang
didapat, maka menggunakan pokok modal untuk menutup kerugian.
4. Perlindungan Ekuitas Investor