xxxiii
1. ASET
Sebagaimana telah di singgung diatas, untuk mengidentifikasi indikator perkembangan perbankan syariah kita dapat melihatnya dari indikator pokok yang
terdiri atas aset, penghimpunan dana, penyaluran dana, permodalan, dan rasio keuangan. Aset adalah kekayaan atau harta yang dimiliki perusahaan, yang berperan
dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan lain-lain. Pengertian aset ini secara teoritis di kemukakan oleh berbagai pihak
sebagai berikut:
13
• APB Statemen 1970 mendifinisikan sebagai berikut:
“Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.” •
Sedangkan FASB 1985 memberikan definisi sebagai berikut: “Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai
dimasa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu.”
Dari kedua definisi ini diketahui bahwa sesuatu dianggap sebagai aset jika di masa yang akan datang dapat di harapkan memberi net cash inflow yang positif
kepada perusahaan. Adapun dalam menganalisa pertumbuhan, suatu perusahaan akan di katakan mengalami pertumbuhan yang baik jika aset yang dimiliki cukup besar dan
pertumbuhannya senantiasa bertambah dari waktu ke waktu secara signifikan.
13
Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, h, 106.
xxxiv Demikian juga halnya dengan bank syariah, semakin besar aset perusahaan dari satu
periode ke periode berikutnya maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut semakin tinggi tingkat pertumbuhannya.
2. PENGHIMPUNAN DANA
Penghimpunan dana merupakan aktivitas bank dalam mengumpulkan dana dari pemilik bank dan penyertaan masyarakat luas sebagai sumber dana bank dalam
melakukan aktivitas usahanya. Sumber dana bank biasanya dalam bentuk tabungan saving, deposito time-deposit dan giro demand-deposit. Produk-produk
pendanaan bank syariah ditujukan untuk mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil
dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan
sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan seosialekonomi islam. Dalam hal ini menurut PBI Nomor: 919PBI2007, bank syariah melakukannya tidak
dengan prinsip bunga riba, melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat islam, terutama wadi’ah titipan, qardhpinjaman, mudharabah bagi hasil,
dan ijarah. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk
tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang di miliki atau di kuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu
sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain
xxxv yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus
ataupun secara berangsur-angsur. Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai, sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling
utama adalah dana. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.
14
Dana untuk membiayai operasi satu bank dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini dapat di peroleh dari pihak eksternal yang bersumber dari
masyarakat atau lembaga lainnya ataupun internal yang bersumber dari modal sendiri, yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau menjual saham
baru kepada pemilik baru. Sumber dana dapat disesuaikan dengan penggunaan dana. Sumber-sumber
dana yang ada dapat di peroleh dari sumber modal sendiri atau modal yang di himpun dari masyarakat luas atau lembaga keuangan lainnya. Berdasarkan prinsip syariah
jenis sumber-sumber dana bank tersebut berasal dalam bentuk:
15
a. Titipan wadi’ah, yaitu simpanan yang di jamin keamanan dan pengembaliannya gauranteed deposit tetapi tanpa memperoleh imbalan atau
keuntungan;
14
Drs.Zainul Arifin,MBA, Dasar-dasar Manajemeb Bank Syariah, Jakarta, AlvaBEt, Cet.2, 2002 h. 50
15
Ibid
xxxvi b. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko non guaranteed account
untuk investasi umum c. Investasi khusus special investment account mudharabah muqayyadah di
mana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee. Dengan demikian sumber dana bank Syariah terdiri dari:
a. Modal inti core capital adalah dana modal sendiri. Adalah dana yang
berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dan modal inti terdiri dari:
1 Modal yang disetor oleh para pemegang saham. 2 Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang di sisihkan
untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari. 3 Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya di bagikan kepda para
pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham di putuskan untuk ditanam kembali
dalam bank.
b. Kuasi ekuitas mudharabah account. Yakni dalam hal ini bank
menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama antara pemilik dana shahibul mal dengan pengusaha mudharib untuk
melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara
keduanya dengan perbandingan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak
xxxvii memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan. Berdasarkan prinsip ini,
dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa:
1 Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam
bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah unrestricted investment account.
2 Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi pemerintah atau lembaga keuangan lain
atau nasabah korposrasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit- unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang merekea setujui atau merkea
kehendaki. 3 Rekening Tabungan Mudharabah;
c. Dana Titipan wadi’ah atau simpanan tanpa imbalan non remunerated deposit. Adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya
berupa giro atau tabungan, sebagaiman berikut: 1 Rekening giro wadi’ah, dalam hal ini bank sebagai custodian harus
menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah. 2 Rekening Tabungan Wadi’ah, dalam hal ini bank menerima simpanan
dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali dan bank memperoleh
xxxviii izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap
di bank.
d. Dana yang berasal dari lembaga lain, yang terdiri dari:
16
1 Kredit Likuiditas dari Bank Indonesia. 2 Sumber dana ini berasal dari kredit yang diberikan BI untuk membiayai
kredit-kredit program pemerintah yang disalurkan untuk membiayai proyek-proyek yang menyentuh langsung kepada usaha kecil dan
masyarakat berpenghasilan rendah, seperti Kredit Usaha Tani KUT, kredit pemilikan rumah sederhana sangat sederhana KPRSRSS,
kredit kepada koperasi primer untuk anggotanya KKPA, dan kredit kepada KUD.
3 Pinjaman antar Bank interbank borrowing. 4 Surat Berharga Pasar Uang.
5 Dana ini bersumber dari hasil penerbitan surat utang yang merupakan investasi yang sangat likuid dan biasanya berjangka waktu kurang lebih
satu tahun yang dapat diperjual belikan kembali.
3. PENYALURAN DANA PEMBIAYAAN
Pembiayaan dalam dunia perbankan syariah yaitu penyediaan dana atau tagihanpiutang yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
16
Kosirin, “Stimulator bagi Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia”, Skripsi S1 fak.Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,2005, h. 18.
xxxix investasi yang telah di rencanakan, baik di lakukan sendiri maupun lembaga. Dengan
kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan. Muhammad: 2005
Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah istilah teknisnya disebut sebagai aktiva produktif. Menurut Ketentuan Bank Indonesia aktiva
produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Peraturan Bank
Indonesia No. 919PBI2007. Sesuai dengan karakterisitiknya maka jenis pembiayaan dalam perbankan
syariah dapat di kelompokkan dalam beberapa aspek, diantaranya:
17
a. Pembiayaan menurut tujuannya di bedakan menjadi: 1 Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha. 2 Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif. b. Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:
1 Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
17
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta,Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,2002, h.22.
xl 2 Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang di lakukan
dengan waktu 1 thun sampai dengan 5 tahun. 3 Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang di lakukan
dengan waktu lebih dari 5 tahun. c. Jenis pembiayaan pada bank syariah menurut polanya akan di wujudkan
dalam bentuk aktiva produktif earning assets dan aktiva tidak produktif non earning assets
, yaitu: • Pola bagi hasil, untuk investment financing: Musyarokah dan
Mudharabah • Pola jual beli, untuk trade financing: Murobahah, Salam, Istishna
• Pola sewa, untuk trade financing: Ijarah, Ijarah muntahiya bittamlik • Pola pinjaman, untuk dana talangan: Qardh
Tingkat rasio pembiayaan bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut financing to deposit ratio FDR, yakni rasio antara pembiayaan yang di
berikan dan dana pihak ketiga di tambah modal sendiri. Oleh karena itu, manajemen bank perlu memelihara FDR yang dapat meningkatkan kesehatan bank.
18
4. PERMODALAN