55
kemudian kembali lagi ke masyarakat, memang benar tidak akan melakukan kejahatan lagi? Singkatnya, apakah mereka dapat dijamin untuk tidak menjadi residivis?
4
Perlu ditambahkan juga bahwa Lembaga Pemasyarakatan selanjutnya disebut LP yang dulu disebut penjara sering menerima tuduhan sebagai sekolah sejahatan school of crime. Adanya
penilaian seperti itu mengakibatkan lembaga ini terpojok dan sulit untuk memperbaiki citranya. Sebutan sebagai sekolah kejahatan [sekolah tinggi kejahatan], akan semakin nyata terlihat
manakala bekas narapidana melakukan kejahatan ulang setelah bebas, serta mereka masih dicurigai kalau kembali ke masyarakat. Hal ini pertanda bahwa masyarakat masih melihat
Lembaga Pemasyarakatan LP sebagai pusat latihan untuk para penjahat agar terlatih melakukan kriminal. Melihat keadaan tersebut, apakah kita setuju bahwa LP sebagai sekolah kejahatan?
5
Dalam konteks pemenjaraan, sistem hukuman dalam hukum pidana positif telah mengalami beberapa kali perubahan. Hal ini dilatar belakangi karena kurang berhasilnya sistem hukuman
yang diterapkan oleh hukum pidana positif, yang akhirnya dibentuklah sistem baru sebagai perubahan dari sistem kepenjaraan. Sistem baru tersebut adalah sistem pemasyarakatan yang kini
masih berlaku di negara Indonesia dengan harapan agar lebih baik dan efektif dari sistem-sistem sebelumnya.
Berbeda dengan hukum pidana positif, dalam pidana Islam bahwa masalah hukuman tidak banyak permasalahan, apalagi perubahan-perubahan seperti dalam hukum pidana positif, karena setiap
pelaku kejahatan mayoritas sudah ada ketetapannya dalam nash. Misalnya, hukuman bagi pencuri dikenai hukuman potong tangan, bagi pezina dikenai hukuman dera atau rajam, bagi pembunuh
dikenai hukuman qisas, dan lain sebagainya. Dalam hukum pidana Islam, hukuman penjara merupakan hukuman alternatif yang didasarkan pada ijtihad hakim, sebagaimana halnya dengan
ijtihad Khalifah Umar yang memenjarakan orang-orang yang tidak membayar hutang.
6
Dengan memperhatikan fenomena yang telah diuraikan di atas, baik dalam hukum pidana positif maupun hukum pidana Islam, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dalam sebuah
penelitian yang diajukan sebagai skripsi dengan judul “TINDAKAN PREVENTIF AGAR NARAPIDANA TIDAK MENJADI RESIDIVIS Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelasa
II A Wanita Tangerang”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dan untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka penulis memberikan pembatasan dan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Pembatasan Masalah a.
Mendeskripsikan secara umum tempat atau lokasi penelitian, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Tangerang.
4
Ibid., h. 43
5
Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, op.cit., h. 43
6
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, Cet. ke-5, h. 260
56
b. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya residivis setelah keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan, dari tahun 2000-2005. c.
Penelitian ini tidak difokuskan pada kejahatan tertentu, misalnya napza, tetapi kejahatan secara umum yang ada di LP Kelas II A Wanita Tangerang, yaitu napza, aborsi, penelantaran
anak, dan pembunuhan. 2. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, pokok masalah yang akan diteliti adalah apa saja upaya LP Kelas II A Wanita Tangrang dalam mencegah pengulangan
kejahatan residivis. Berdasarkan batasan masalah di atas, untuk menghindari ketidakjelasan arah pembahasan, maka dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya residivis?
b. Apa saja Agenda Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan?
c. Langkah Preventif apa saja yang diupayakan LP Kelas II A Wanita Tangerang agar
narapidana tidak menjadi residivis? Dan bagaimana hasilnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui langkah preventif yang diupayakan LP Kelas II A Wanita Tangerang agar narapidana tidak menjadi residivis. Sedangkan secara rincinya sesuai
dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendeskripsikan secara empiris beberapa pemasalahan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui deskripsi umum LP Kelas II A Wanita Tangerang.
57
b. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang residivis, macam-macam bentuknya,
serta sistem pemidanaannya. c.
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang pola pembinaan atau kerangka teoritik pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, dan langkah
preventif yang diupayakan LP Kelas II A Wanita Tangerang agar narapidana tidak menjadi residivis.
2. Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat dalam penelitian ini, di antaranya:
1. Bagi penulis, penulisan ini akan berguna untuk memperluas dan menambah wawasan tentang
upaya preventif pengulangan kejahatan khususnya di LP Kelas II A Wanita Tangerang. Di samping itu, berguna untuk menyelesaikan tugas akhir, yaitu skripsi Program Studi Pidana
Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Bagi kalangan civitas akademika, penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah tentang upaya preventif lembaga pemasyarakatan dalam menangani narapidana agar tidak menjadi
residivis, khususnya LP Kelas II A Wanita Tangerang. 3.
Bagi masyarakat umum, penulisan ini dapat menjadi informasi untuk memperluas wawasan tentang LP Kelas II A Wanita Tangerang pada khususnya dan Lembaga Pemasyarakatan yang
ada di Indonesia pada umumnya dan upaya yang dilakukan dalam menangani pengulangan kejahatan dalam hukum positif.
D. Metode Penelitian