Gambaran Kelompok Usia dan Jenis Histopatologi pada Pasien Kanker Kolorektal di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni 2008 hingga Desember 2009

(1)

Gambaran Kelompok Usia dan Jenis Histopatologi pada Pasien Kanker Kolorektal di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni 2008 hingga Desember

2009

OLEH:

ANANTHARAJU RAMACHANDARAM 070100264

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

Gambaran Kelompok Usia dan Jenis Histopatologi pada Pasien Kanker Kolorektal di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni 2008 hingga Desember

2009

Karya Tulis Ilmiah

OLEH:

ANANTHARAJU RAMACHANDARAM 070100264


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN KELOMPOK USIA DAN JENIS HISTOPATOLOGI PADA PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DARI JUNI 2008 HINGGA DESEMBER 2009

Nama : ANANTHARAJU NIM : 070100264

Pembimbing

(dr. Joko. S.Lukito, Sp PA)

Penguji

(dr. Juliandi Harahap, MA)

(dr. Kiking Ritarwan, Sp.S)

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Kanker kolon, kanker rektal dan kanker kolorektal merupakan penyakit yang sama yang bermaksud apapun kanker yang berasal dari kolon, yaitu dari sekum sampai ke rektum. Dari berbagai penelitian di Indonesia didapatkan prevalensi kanker kolorektal adalah 1.8 per 100,000 populasi.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross sectional retrospektif. Sujek penelitian ini adalah sebanyak 94 orang pasien kanker kolorektal. Semua data pasien diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelompok usia, jenis histopatologi dan jantina pasien kanker kolorektal yang dirawat di RSUP H. Adam Malik, Medan dari bulan Juni 2008 hingga Desember 2009.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa jumlah laki-laki (54.3%) yang mendapat kanker kolorektal sedikit lebih banyak dari wanita (45.7%). Kelompok umur dengan insidensi tertinggi kanker kolorektal adalah di antara 50-59 tahun (29.8%). Jenis histopatologi dengan frekuensi tertinggi adalah adenokarsinoma (60.6%).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semua kelompok umur harus diberi prioritas yang sama dan bukan hanya yang berusia 50 tahun dan ke atas untuk dideteksi dengan kanker kolorektal. Jenis kelamin juga tidak berperan karena hasil kedua laki-laki dan wanita adalah hampir sama. Sebagai saranan, semua pasien kanker kolorektal harus dilakukan pemeriksaan jenis histopatologi.


(5)

ABSTRACT

Colon cancer, rectal cancer and colorectal cancer are the same, meaning any cancer in the colon starting from the cecum till the rectum. From various research in Indonesia, the prevalence of colorectal cáncer is 1.8 per 100,000 population.

The design of this study is descriptive cross sectional with 94 sample. All data were collected from the medical records.

The aim of this study is to describe some data concerning colorectal cáncer. The data include age group, histopathological findings and gender of the colorectal patient treated in Haji Adam Malik Hospital Medan from June 2008 till December 2009.

Based on the study, men (54.3%) are slightly more affected than women (45.7%). The age of the group of the highest incidence of colorectal cancer was between 50-59 years old (29.8%). The most frequent histopathological finding was adenocarcinoma (60.6%).

The conclusión from this study is that all group age should be given the equal priority and not only those older than 50 years old to be diagnosed with colorectal cáncer. Gender does not play a role here because the results do not vary much. Histopathological findings should be considered for all colorectal cáncer patient.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diiucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpah rahmat-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat diselesaikan. KTI ini disusun untuk melengkapi tugas tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran (S.Ked.) di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa KTI ini masih jauh dari sempurna. Namun besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang: Gambaran Kelompok Usia dan Jenis Histopatologi pada Pasien Kanker Kolorektal di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni 2008 hingga Desember 2009.

Dengan selesainya KTI ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1) Pembimbing penulisan KTI dr. Joko S. Lukito, Sp PA. yang denan sepenuh hatinya membimbing dan mengerahkan tulisan KTI ini sehingga selesai.

2) Kedua orang tua saya, Ramachandaram Nallasamy dan Thavamanie Subramaniam.

3) Mahasiswa FK USU angkatan 2007 yang telah membantu dan memberikan semangat.

4) Pak Tri yang bertanggungjawab terhadap bagian rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan.


(7)

Daftar Isi

HALAMAN PERSETUJUAN ……… i

ABSTRAK ………... ii

ABSTRACT ...……….. iii

KATA PENGANTAR ...………...………... iv

DAFTAR ISI ..……….. v

DAFTAR TABEL ..….………. vii

DAFTAR GAMBAR ...……… viii

DAFTAR SINGKATAN ...……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 3

1.3 Tujuan Penelitian ……… 3

1.4 Manfaat Penelitian ………...……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Kolorektal ………... 4

2.1.1 Definisi ………... 4

2.1.2 Epidemiologi ……….. 4

2.1.3 Perjalanan Penyakit ……… 5

2.1.4 Klasifikasi ……….. 6

2.1.5 Manifestasi Klinis ……….. 7

2.1.6 Diagnosa ………. 9

2.1.7 Imaging Teknik ……….. 12

2.1.8 Penatalaksanaan ………. 13


(8)

2.2 Faktor-faktor resiko terjadi kanker kolorektal ……… 16

2.2.1 Polip ………... 16

2.2.2 Idiopathic Inflammatory Bowel Disease ……… 16

2.2.3 Faktor Genetik ……… 17

2.2.4 Diet ………. 18

2.2.5 Gaya Hidup ……… 19

2.2.6 Usia ……… 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ………... 22

3.2 Definisi Operasional ………... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ……….… 24

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 24

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 24

4.4 Teknik Pengumpulan Data ………. 24

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ………. 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian……… 26

5.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 26

5.3 Hasil Analisis Data ……….. 27


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Duke 7

5.1 Analisis Data Pasien Kanker Kolorektal Mengikut Jenis

Kelamin 27

5.2 Analisis Data Pasien Kanker Kolorektal Mengikut Kelompok

Umur 28

5.3 Analisis Data Pasien Kanker Kolorektal Mengikut Jenis


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Insidensi kanker tertinggi di Indonesia pada

tahun 2002 berdasarkan jantina 5


(11)

DAFTAR SINGKATAN

WHO World Health Organization RSUP Rumah Sakit Umum Pusat RSHAM Rumah Sakit Haji Adam Malik

SPSS Statistical Product and Service Solution CDC Centers for Disease Control

APC Antigen Presenting Cell DNA Deoxyribonucleic Acid CEA Carcinoembryonic Antigen Depkes Departemen Kesehatan CT Computed Tomography MRI Magnetic Resonance Imaging EUS Endoscopy Ultrasound

NSAID Non Steroidal Anti Inflammatory Drug HRT Hormonal Replacement Therapy


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Ijin Penelitian Dari RSHAM Surat Ethical Clearance

Data Dari SPSS Riwayat Hidup


(13)

ABSTRAK

Kanker kolon, kanker rektal dan kanker kolorektal merupakan penyakit yang sama yang bermaksud apapun kanker yang berasal dari kolon, yaitu dari sekum sampai ke rektum. Dari berbagai penelitian di Indonesia didapatkan prevalensi kanker kolorektal adalah 1.8 per 100,000 populasi.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross sectional retrospektif. Sujek penelitian ini adalah sebanyak 94 orang pasien kanker kolorektal. Semua data pasien diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelompok usia, jenis histopatologi dan jantina pasien kanker kolorektal yang dirawat di RSUP H. Adam Malik, Medan dari bulan Juni 2008 hingga Desember 2009.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa jumlah laki-laki (54.3%) yang mendapat kanker kolorektal sedikit lebih banyak dari wanita (45.7%). Kelompok umur dengan insidensi tertinggi kanker kolorektal adalah di antara 50-59 tahun (29.8%). Jenis histopatologi dengan frekuensi tertinggi adalah adenokarsinoma (60.6%).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semua kelompok umur harus diberi prioritas yang sama dan bukan hanya yang berusia 50 tahun dan ke atas untuk dideteksi dengan kanker kolorektal. Jenis kelamin juga tidak berperan karena hasil kedua laki-laki dan wanita adalah hampir sama. Sebagai saranan, semua pasien kanker kolorektal harus dilakukan pemeriksaan jenis histopatologi.

Kata Kunci: Kanker Kolorektal, Laki-laki, Wanita, Jenis Histopatologi, Kelompok Usia


(14)

ABSTRACT

Colon cancer, rectal cancer and colorectal cancer are the same, meaning any cancer in the colon starting from the cecum till the rectum. From various research in Indonesia, the prevalence of colorectal cáncer is 1.8 per 100,000 population.

The design of this study is descriptive cross sectional with 94 sample. All data were collected from the medical records.

The aim of this study is to describe some data concerning colorectal cáncer. The data include age group, histopathological findings and gender of the colorectal patient treated in Haji Adam Malik Hospital Medan from June 2008 till December 2009.

Based on the study, men (54.3%) are slightly more affected than women (45.7%). The age of the group of the highest incidence of colorectal cancer was between 50-59 years old (29.8%). The most frequent histopathological finding was adenocarcinoma (60.6%).

The conclusión from this study is that all group age should be given the equal priority and not only those older than 50 years old to be diagnosed with colorectal cáncer. Gender does not play a role here because the results do not vary much. Histopathological findings should be considered for all colorectal cáncer patient.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kanker kolon, kanker rektal, dan kanker kolorektal- merupakan penyakit yang sama. Apabila kita menggunakan istilah kanker kolon, ia dimaksudkan apapun kanker yang berasal dari kolon yaitu dari sekum (permulaan kolon) sampai ke rektum (bahagian terakhir kolon) (Paul Miskovitz, Marian Betancourt, 2005).

Di dunia kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga pada tingkat insiden dan kedua pada tingkat mortalitas. Tiga kanker tertinggi yang menyebabkan kematian pada laki-laki di dunia kecuali orang Asia atau Pacific Islanders adalah kanker paru, prostat dan kolorektal. Pada orang Asia dan Pacific Islanders pula adalah kanker paru, hati dan kolorektal. Untuk wanita pula, tiga penyebab kematian tertinggi adalah kanker paru, payu dara dan kolorektal. Pada tahun 2009, di Amerika terdapat 146,970 estimasi kasus baru dan 49,920 estimasi kematian (National Institute of Cancer, 2009).

Angka insiden tertinggi terdapat pada Eropa, Amerika, Australia dan Selandia baru; sedangkan angka insiden terendah terdapat pada India, Amerika Selatan dan Arab Israel (Casciato DA, 2004). Di Eropa, penyakit ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi pada pria dan wanita pada tingkat insidensi dan mortalitas (Depkes, 2006). Beberapa negara Eropa mempunyai kadar yang lebih tinggi berbanding Amerika Serikat, tetapi pada kebanyakan negara berkembang, kadar kanker kolorektal adalah kurang. Di Amerika Serikat, insidensi dari kanker kolorektal adalah lebih tinggi di bahagian utara dan timur, manakala lebih rendah di bahagian selatan dan barat. Kanker kolon dan rektal merupakan suatu masalah utama dengan 200,000 kes baru telah didiagnosa setiap tahun. Dengan lebih terperinci 135,000 adalah kolorektal dan 98,200 adalah kolon. Kanker ini membunuh kira-kira 60,000 orang setiap tahun di Amerika. Pada laki-laki dewasa, kanker kolorektal


(16)

menduduki tangga kedua selepas kanker paru manakala pada wanita dewasa, kanker kolorektal menduduki tangga ketiga selepas kanker payu dara dan paru (Paul Miskovitz, Marian Betancourt, 2005).

Kebanyakan dari kanker kolorektal yang dideteksi dengan program skreening dapat dipulihkan. Namun hanya separuh dari kasus kanker kolorektal didiagnosa pada stadium awal. Jika kita dapat meyakinkan masyarakat untuk melakukan skreening regular seperti digital rectum examination, fecal occult blood test, tes darah lengkap, sigmoidoskopi dan pada sesetengah orang dilakukan kolonoskopi, kita dapat menyingkirkan kanker kolorektal dari senarai penyebab kematian (Paul Miskovitz, Marian Betancourt, 2005).

Bulan Maret merupakan National Colorectal Cancer Awareness Month di Amerika. Ada juga program awareness yang dianjurkan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan penduduk Amerika(CDC, 2010).

Dari satu penelitian yang dilakukan di RSUP H Adam Malik, terdapat sejumlah 210 orang menghidap kanker kolorektal dari tahun 2005 hingga 2007. Didapati insidensinya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tahun 2005 mencatatkan sejumlah 39 orang diikuti tahun 2006 sebanyak 68 orang. Insidensi pada tahun 2007 adalah sebanyak 103 orang (Tuhozaro Zendrato, 2009).

. Dianggarkan bahawa separuh dari populasi yang berumur lebih dari lima puluh tahun menderita polip kolon, dan sebanyak 95 peratus dari kanker kolorektal berasal dari polip tersebut (Paul Miskovitz, Marian Betancourt, 2005). Juga dianggarkan bahawa lebih dari 90% kasus kanker kolorektal terjadi pada usia lebih dari 50 tahun (CDC, 2010).


(17)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Pada penelitian ini akan dikaji apakah gambaran kelompok usia dan jenis histopatologi di RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelompok usia dan jenis histopatologi yang mempunyai frekuensi kejadian kanker kolorektal paling tinggi di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

a) Untuk mengetahui jenis kelamin dengan frekuensi tertinggi. b) Untuk mengetahui kelompok usia dengan frekuensi tertinggi. c) Untuk mengetahui jenis histopatologi dengan frekuensi tertinggi.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 PRAKTEK KEDOKTERAN

Hasil penelitian ini diharap bermanfaat bagi praktek kedokteran dengan menjadi kontribusi sebagai informasi dalam memberikan lingkungan usia dengan gejala kanker kolorektal yang harus diberi edukasi mengenai penyakit ini. Kemudian pada penelitian kedokteran diharap dapat memberikan pengetahuan berharga dalam menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk peneliti di masa mendatang. Selain itu dapat dijadikan informasi awal untuk penelitian kedokteran sejenisnya di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Kolorektal

2.1.1 Definisi Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rectum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7cm di atas anus. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran gastrointestinal di mana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna (Pezzoli A, Mataresen V, Rubini M, 2007).

2.1.2 Epidemiologi

Pada tahun 2002 terdapat lebih dari 1 juta insiden kanker kolorektal dengan tingkat mortalitas lebih dari 50%. 9,5 persen pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3 persen dari total jumlah penderita kanker (Depkes, 2006). Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per 100.000 penduduk. Namun, hanya 3,2% dari kasus kanker yang baru mencari perawatan di Rumah Sakit. Program yang dilaksanakan oleh proyek pengawasan kanker terpadu yang berbasis komunitas di Sidoarjo menunjukkan kenaikan 10-20% dari kasus kanker yang menerima perawatan dari Rumah Sakit (WHO, 2003). Dewasa ini kanker kolorektal telah menjadi salah satu dari kanker yang banyak terjadi di Indonesia, data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker


(19)

Gambar 2.1: Insidensi kanker tertinggi di Indonesia pada tahun 2002 berdasarkan jantina. (WHO, 2008)

2.1.3 Perjalanan Penyakit

Karsinoma kolorektal adalah penyakit yang berasal dari sel epitel yang karena faktor herediter atau mutasi somatik memicu terjadinya pembelahan sel tanpa batas. Biar apapun precursornya, alterasi pada set genetik yang membawa kepada malignan kolorektal. Model yang dibina oleh Fearon dan Vogelstain sangat diterima sebagai prototype sekuens perkembangan kanker kolorektal. Dasar patologik bagi model ini adalah adenoma-carcinoma sekuens. Kejadian karsinoma tanpa bukti adenomatues precursor mencadangkan bahawa ada beberapa lesi displastik dapat digenerasi menjadi malignan tanpa melalui tahapan polipoid. Secara molekular karsinogenesis, telah muncul beberapa studi yang mencadangkan mekanisme evolusi kanker. Ada 2 alur patogenetik yang membawa kepada perkembangan kanker kolorektal. Kedua-dua ada mutasi multiple tetapi yang membedakannya adalah gen yang terlibat dan mekanisme akumulasi mutasi.

Alur pertama adalah APC/ β-catherin, diakibatkan oleh instabilitas kromosom yang menyebabkan akumulasi mutasi dalam satu siri onkogen dan gen tumor


(20)

suppressor. Evolusi molekular dalam alur ini berlaku secara satu siri tahapan identifikasi morfologi. Pertama adalah kolon yang normal, menjadi mukosa yang beresiko, kemudian menjadi adenoma dan berkembang menjadi karsinoma. Alur kedua pula adalah alur instabilitas mikrosatelite. Alur ini dikarakteristik oleh lesi genetik pada DNA mismatch repair genes. Seperti dalam alur pertama, juga ada akumulasi mutasi, tetapi pada alur kedua melibatkan gen yang berbeda, tidak ada adenoma-carcinoma sekuens atau tahapan identifikasi morfologi. Defek DNA repair yang disebabkan oleh inaktivasi DNA mismatch repair genes menginisiasi permulaan kanker kolorektal. Mutasi inheritan dalam gen yang terlibat dalam DNA repair bertanggungjawab untuk familial sindrom (Kumar, Abbas, Fausto, 2010).

2.1.4 Klasifikasi

Setelah melakukan biopsi-endoskopi dan bedah, kanker dapat diklasifikasikan. Staging secara umum sangat penting sebagai indikator prognostik. Secara umum kanker dapat dikategorikan dari stadium 1 hingga 4, tetapi untuk kanker kolorektal , dengan lebih spesifik stagingnya dikenali sebagai Dukes. Maka, stadium 1 hingga 4 berkorelasi dengan staging Duke’s dari A hingga D.


(21)

Tabel 2.1: Klasifikasi Duke (Avunduk, Canan, 2002)

Kategori Duke’s Definisi 5-tahun Survival (%)

Selepas Pengobatan

A Kanker in-situ/ displasia grad tinggi, kanker terhad pada mukosa atau submukosa

90

B1 Kanker sudah penetrasi ke dalam tetapi belum menembus propria muskularis.

80

B2 Kanker sudah menembus propria muskularis atau serosa

70

C1 Sama dengan B1, ditambah metastase nodus limfa.

50

C2 Sama dengan B2 ditambah metastase nodus limfa.

50

D Metastase jauh <30

2.1.5 Manifestasi klinis Gejala

Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali. Sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Gejala klinis sering berupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan dan symptomatik anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan konstipasi


(22)

karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi. Tumor pada rektum atau sigmoid bersifat lebih infiltratif pada waktu diagnosis dari lesi proksimal, maka prognosisnya lebih jelek (Kumar, Abbas, Fausto, 2010).

Gejala subakut

Tumor yang berada di kolon kanan seringkali tidak menyebabkan perubahan pada pola buang air besar (meskipun besar). Tumor yang memproduksi mukus dapat menyebabkan diare. Pasien mungkin memperhatikan perubahan warna feses menjadi gelap, tetapi tumor seringkali menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh pasien. Kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Ketika seorang wanita post menopouse atau seorang pria dewasa mengalami anemia defisiensi besi, maka kemungkinan kanker kolon harus dipikirkan dan pemeriksaan yang tepat harus dilakukan. Karena perdarahan yang disebabkan oleh tumor biasanya bersifat intermitten, hasil negatif dari tes occult blood tidak dapat menyingkirkan kemungkinan adanya kanker kolon. Sakit perut bagian bawah biasanya berhubungan dengan tumor yang berada pada kolon kiri, yang mereda setelah buang air besar. Pasien ini biasanya menyadari adanya perubahan pada pola buang air besar serta adanya darah yang berwarna merah keluar bersamaan dengan buang air besar. Gejala lain yang jarang adalah penurunan berat badan dan demam. Meskipun kemungkinannya kecil tetapi kanker kolon dapat menjadi tempat utama intususepsi, sehingga jika ditemukan orang dewasa yang mempunyai gejala obstruksi total atau parsial dengan intususepsi, kolonoskopi dan double kontras barium enema harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker kolon (Schwartz, 2005).


(23)

kanker kolon, tetapi hal ini adalah sebuah keadaan darurat yang membutuhkan penegakan diagnosis secara cepat dan penanganan bedah. Pasien dengan total obstruksi mungkin mengeluh tidak bisa flatus atau buang air besar, kram perut dan perut yang menegang. Jika obstruksi tersebut tidak mendapat terapi maka akan terjadi iskemia dan nekrosis kolon, lebih jauh lagi nekrosis akan menyebabkan peritonitis dan sepsis. Perforasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal ini dapat disalah artikan sebagai akut divertikulosis. Perforasi juga bisa terjadi pada vesika urinaria atau vagina dan dapat menunjukkan tanda tanda pneumaturia dan fecaluria. Metastasis ke hepar dapat menyebabkan pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan hal ini biasanya merupakan gejala pertama kali yang muncul dari kanker kolon (Schwartz, 2005).

2.1.6 Diagnosa Biopsi

Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna (Casciato DA, 2004). Jenis histopatologi pada kanker kolorektal terdiri dari adenokarsinoma, adenokarsinoma mucinous, radang non spesifik, signet sel karsinoma dan lain-lain.

Carcinoembrionik Antigen (CEA) Screening

CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen.


(24)

Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan (Casciato DA, 2004).

Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA, namun tes ini sering diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes CEA sebelum operasi sangat berguna sebagai faktor prognosa dan apakah tumor primer berhubungan dengan meningkatnya nilai CEA. Peningkatan nilai CEA preoperatif berguna untuk identifikasi awal dari metatase karena sel tumor yang bermetastase sering mengakibatkan naiknya nilai CEA (Casciato DA, 2004).

Digital Rectal Examination

Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan (Schwartz, 2005).

Barium Enema

Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang


(25)

sangat serius yang dapat mengakibatkan berbagai infeksi dan peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras larut air tidak dapat menunjukkan detail yang penting untuk menunjukkan lesi kecil pada mukosa kolon (Schwartz, 2005).

Endoskopi

Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna (Casciato DA, 2004).

Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67% (Depkes, 2006). Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik (Schwartz, 2005).


(26)

2.1.7 Imaging Teknik

MRI, CT scan, transrektal ultrasound merupakan bagian dari teknik imaging yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan screening tes (Schwartz, 2005).

CT scan

CT scan dapat mengevaluasi rongga abdominal dari pasien kanker kolon pre operatif. CT scan bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnya di pelvis. CT scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEA yang meningkat setelah pembedahan kanker kolon. Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT scan memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya dalam menentukan staging dari lesi sebelum tindakan operatif. Pelvic CT scan dapat mengidentifikasi invasi tumor ke dinding usus dengan akurasi mencapai 90 %, dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah bening >1 cm pada 75% pasien (Schwartz, 2005). Penggunaan CT dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat mengidentifikasi metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal (Casciato DA, 2004).

MRI

MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering digunakan pada klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT scan. Karena sensifitasnya yang lebih tinggi daripada CT scan, MRI dipergunakan untuk mengidentifikasikan metastasis ke hepar (Schwartz, 2005).


(27)

menilai mobilitas tumor seharusnya dapat meningkatkan ketepatan rencana dalam terapi pembedahan dan menentukan pasien yang telah mendapatkan keuntungan dari preoperatif kemoradiasi. Transrektal biopsi dari kelenjar limfa perirektal bisa dilakukan di bawah bimbingan EUS (Casciato DA, 2004).

2.1.8 Penatalaksanaan Pembedahan

Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor dengan minimum margin 5 cm bebas tumor (Casciato DA, 2004).

Terapi Radiasi

Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari kanker.

Eksternal radiasi (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan yang sehat disekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung beberapa menit.

Internal radiasi (brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan radiasi disebut radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant langsung pada tumor. Internal radiasi memberikan tingkat


(28)

radiasi yang lebih tinggi dengan waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa penanganan internal radiasi secara sementara menetap didalam tubuh (Henry Ford, 2006).

Adjuvant Kemoterapi

Kanker kolon telah banyak resisten pada hampir sebagian besar agen kemoterapi. Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara teoritis seharusnya dapat menambah efektifitas dari agen kemoterapi. Kemoterapi sangat efektif digunakan ketika kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi dari sel maligna yang berada pada fase pertumbuhan banyak (Schwartz, 2005).

2.1.9 Pencegahan Diet

Peningkatan dari diet serat menurunkan insiden dari kanker pada pasien yang mempunyai diet tinggi lemak. Diet rendah lemak telah dijabarkan mempunyai efek proteksi yang lebih baik daripada diet tanpa lemak. The National Research Council telah merekomendasikan pola diet pada tahun 1982. Rekomendasi ini diantaranya : (a) menurunkan lemak total dari 40% ke 30% dari total kalori, (b) meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat, (c) membatasi makanan yang diasinkan, diawetkan dan diasapkan, (d) membatasi makanan yang mengandung bahan pengawet, (e) mengurangi konsumsi alkohol (Schwartz, 2005).

Non Steroid Anti Inflammation Drug


(29)

kanker kolorektal familial maupun non familial. Efek protektif ini terlihat membutuhkan pemakaian aspirin yang berkelanjutan setidaknya 325 mg perhari selama 1 tahun (Casciato DA, 2004).

Hormon Replacement Therapy (HRT)

Penelitian oleh the Nurses Health Study yang melibatkan partisipan sebanyak 59.002 orang wanita postmenopouse menunjukkan hubungan antara pemakaian HRT dengan kanker kolorektal dan adenoma. Pemakaian HRT menunjukkan penurunan risiko untuk menderita kanker kolorektal sebesar 40%, dan efek protektif dari HRT menghilang antara 5 tahun setelah pemakaian HRT dihentikan (Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA, 2001)


(30)

2.2 Faktor-faktor resiko terjadinya Kanker Kolorektal 2.2.1 Polip

Kepentingan utama dari polip bahwa telah diketahui potensial untuk menjadi kanker kolorektal. Evolusi dari kanker itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap, dimana proses dimulai dari hiperplasia sel mukosa, adenoma formation, perkembangan dari displasia menuju transformasi maligna dan invasif kanker (gambar 2.3). Aktifasi onkogen, inaktifasi tumor supresi gen, dan kromosomal deletion memungkinkan perkembangan dari formasi adenoma, perkembangan dan peningkatan displasia dan invasif karsinoma (Casciato DA, 2004).

Gambar 2.2 Sekuens Adenoma Karsinoma

2.2.2 Idiopathic Inflammatory Bowel Disease Ulseratif Kolitis


(31)

direkomendasikan untuk seseorang dengan risiko tinggi dari kanker kolorektal pada ulseratif kolitis dengan mengunakan kolonoskopi untuk menentukan kebutuhan akan total proktokolektomi pada pasien dengan kolitis yang durasinya lebih dari 8 tahun. Strategi yang digunakan berdasarkan asumsi bahwa lesi displasia bisa dideteksi sebelum terbentuknya invasif kanker. Sebuah studi prospektif menyimpulkan bahwa kolektomi yang dilakukan dengan segera sangat esensial untuk semua pasien yang didiagnosa dengan displasia yang berhubungan dengan massa atau lesi, yang paling penting dari analisa mendemonstrasikan bahwa diagnosis displasia tidak menyingkirkan adanya invasif kanker. Diagnosis dari displasia mempunyai masalah tersendiri pada pengumpulan sampling spesimen dan variasi perbedaan pendapat antara para ahli patologi anatomi (Casciato DA, 2004).

Penyakit Crohn’s

Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif colitis (Casciato DA, 2004).

Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar 20%. Pasien dengan striktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari adenokarsinoma pada tempat yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus dilakukan pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga bahwa squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien dengan crohn’s disease (Schwartz, 2005).

2.2.3 Faktor Genetik Riwayat Keluarga

Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker


(32)

kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya (Casciato DA, 2004).

Herediter Kanker Kolorektal

Abnormalitas genetik terlihat mampu memediasi progresi dari normal menuju mukosa kolon yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh karsinoma dan adenokarsinoma yang besar berhubungan dengan mutasi. Langkah yang paling penting dalam menegakkan diagnosa dari sindrom kanker herediter yaitu riwayat kanker pada keluarga. Mutasi sangat jarang terlihat pada adenoma yang lebih kecil dari 1 cm. Allelic deletion dari 17p ditunjukkan pada ¾ dari seluruh kanker kolon, dan deletion dari 5q ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma yang besar (Depkes, 2006). Dua sindrom yang utama dan beberapa varian yang utama dari sindrom ini menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali karakternya. Dua sindrom ini, dimana mempunyai predisposisi menuju kanker kolorektal memiliki mekanisme yang berbeda, yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan hereditary non polyposis colorectal cancer (HNPCC) (Casciato DA, 2004).

2.2.4 Diet

Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara serat dan kanker kolorektal (Casciato DA, 2004). Ada dua hipotesis yang menjelaskan mekanisme hubungan antara diet dan resiko kanker kolorektal. Teori pertama adalah pengakumulasian bukti epidemiologi untuk asosiasi antara


(33)

Pemaparan jangka panjang hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kanker kolorektal. Hipotesis kedua adalah identifikasi berkelanjutan dari agen yang secara signifikan menghambat karsinogenesis kolon secara experimental. Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan mekanismenya, yaitu hilangnya fungsi pertahanan lokal epitel disebabkan kegagalan diferensiasi dari daerah yang lemah akibat terpapar toksin yang tak dapat dikenali dan adanya respon inflamasi fokal, karakteristik ini didapat dari bukti teraktifasinya enzim COX-2 dan stres oksidatif dengan lepasnya mediator oksigen reaktif. Hasil dari proliferasi fokal dan mutagenesis dapat meningkatkan resiko terjadinya adenoma dan aberrant crypt foci. Proses ini dapat dihambat dengan (a) demulsi yang dapat memperbaiki permukaan lumen kolon; (b) agen anti-inflamasi; atau (c) anti-oksidan. Kedua mekanisme tersebut, misalnya resistensi insulin yang berperan melalui tubuh dan kegagalan pertahanan fokal epitel yang berperan secara lokal, dapat menjelaskan hubungan antara diet dan resiko kanker kolorektal (Soeripto, 2003).

2.2.5 Gaya Hidup

Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk menderita adenoma yang berukuran besar (Casciato DA, 2004).Diperkirakan 5000-7000 kematian karena kanker kolorektal di Amerika dihubungkan dengan pemakaian rokok (Depkes, 2006). Pemakaian alkohol juga menunjukkan hubungan dengan meningkatnya risiko kanker kolorektal (Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA, 2001).

Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas, obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal. Pada percobaan terhadap hewan, pembatasan asupan energi telah menurunkan perkembangan dari kanker. Interaksi antara obesitas dan aktifitas fisik menunjukkan penekanan pada aktifitas prostaglandin intestinal, yang berhubungan dengan risiko kanker kolorektal. The


(34)

Nurses Health Study telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan meningkatkan risiko terjadinya adenoma (Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA, 2001).

2.2.6 Usia

Proporsi dari semua kanker pada orang usia lanjut (≥ 65 thn) pria dan wanita adalah 61% dan 56%. Frekuensi kanker pada pria berusia lanjut hampir 7 kali (2158 per 100.000 orang per tahun) dan pada wanita berusia lanjut sekitar 4 kali (1192 per 100.000 orang per tahun) bila dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda (30-64 thn). Sekitar setengah dari kanker yang terdiagnosa pada pria yang berusia lanjut adalah kanker prostat (451 per 100.000), kanker paru-paru (118 per 100.000) dan kanker kolon (176 per 100.000). Sekitar 48% kanker yang terdiagnosa pada wanita yang berusia lanjut adalah kanker payudara (248 per 100.000), kanker kolon (133 per 100.000), kanker paru paru (118 per 100.000) dan kanker lambung (75 per 100.000) (Hansen J, 1998).

Usia merupakan faktor paling relevan yang mempengaruhi risiko kanker kolorektal pada sebagian besar populasi (Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA, 2001). Risiko dari kanker kolorektal meningkat bersamaan dengan usia, terutama pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih (Depkes, 2006), dan hanya 3% dari kanker kolorektal muncul pada orang dengan usia dibawah 40 tahun (Casciato DA, 2004).Lima puluh lima persen kanker terdapat pada usia ≥ 65 tahun (Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA, 2001), angka insiden 19 per 100.000 populasi yang berumur kurang dari 65 tahun, dan 337 per 100.000 pada orang yang berusia lebih


(35)

kolorektal kurang dari 10% (Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA, 2001).Dari tahun 2000-2003, rata-rata usia saat terdiagnosa menderita kanker kolorektal pada usia 71 tahun. Insidensi berdasarkan usia dibawah 20 tahun sebesar 0,0%, 20-34 tahun sebesar 0,9%, 35-44 tahun sebesar 3,5%, 45-54 tahun sebesar 10,9%, 55-64 tahun sebesar 17,6%, 65-74 tahun sebesar 25,9%, 75-84 tahun sebesar 28,8%, dan > 85 sebesar 12,3% (National Cancer Institute, 2006).

Pada kebanyakan kasus kanker terdapat variasi geografik pada insiden yang ditemukan pada usia lanjut yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi, terutama antara Negara berkembang dan Negara maju (Kastomo DR, Soemardi A, 2005). Bila di Negara maju angka kejadian penyakit ini meningkat tajam setelah seseorang berusia 50 tahun dan hanya 3 persen di bawah 40 tahun, di Indonesia berdasarkan data Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI, 1996-1999) menunjukkan persentase yang lebih tinggi yakni 35,25% (Depkes, 2006). Proporsi dari orang yang berusia lanjut telah meningkat di berbagai negara beberapa dekad terakhir, dan akan terus meningkat lebih jauh beberapa tahun mendatang (Kastomo DR, Soemardi A, 2005). Tingkat harapan hidup di Indonesia pada saat kelahiran diperkirakan adalah 67,86 tahun untuk pria dan wanita (WHO, 2003). Peningkatan usia harapan hidup yang ada beserta populasi Indonesia yang menduduki peringkat 4 dunia akan menjadikan Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mempunyai jumlah usia lanjut paling tinggi di dunia (Suyono, 2001). Meningkatnya jumlah orang yang berusia lebih tua akan menambahkan beban ganda pada penyakit, dengan umumnya penyakit yang menular di satu sisi, dan meningkatnya prevalansi penyakit yang tidak menular di sisi lainnya (WHO, 2003).


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kelompok usia Prevalensi kanker kolorektal

Jenis Histopatologi

3.2 Definisi Operasional

Usia adalah lama waktu hidup.

Jenis histopatologi adalah hasil dari biopsi yang dilakukan. Cara ukur: dengan mengambil data dari rekam medis

Alat ukur: rekam medis Skala pengukuran: numerik

Kanker kolorektal adalah tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rectum. Cara ukur: analisa rekam medis


(37)

Kategori: kategori umur 1) 20-29 tahun 2) 30-39 tahun 3) 40-49 tahun 4) 50-59 tahun 5) 60-69 tahun 6) 70-79 tahun


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional, di mana penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana gambaran kelompok usia pada pasien-pasien kanker kolorektal di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli hingga September dengan menganalisa rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan dipilih karena merupakan tempat rujukan untuk kasus kasus kanker di Medan.

4.3 Populasi dan sampel

Populasi penelitian adalah semua pasien yang didiagnosa dengan kanker kolorektal dari bulan Juni 2008 hingga Desember 2009. Informasi ini akan saya ambil dari rekam medis.

Sampel yang akan saya ambil adalah berdasarkan total sampling, di mana seluruh populasi diambil sebagai sampel.


(39)

Teknik pengumpulan data dirumuskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Meminta rekam medis pasien kanker kolorektal dari bulan Juni 2008 sampai dengan Desember 2009 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik.

2) Kemudian data yang diambil dibahagikan mengikut kategori usia, jenis histopatologi dan jenis kelamin.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Semua data yang telah dicatat akan diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kelompok usia tertinggi yang mengalami kanker kolorektal di RSUP H Adam Malik.


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 25 September 2010 sampai 15 Oktober di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel penelitian adalah semua penderita kanker kolorektal di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tanggal 01 Juni 2008 sehingga 31 Desember 2009. Semua data sampel diambil dari data sekunder, yaitu data dari rekam medis pasien. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah total sampling. Dengan metode ini didapat sebanyak 94 orang yang menderita kanker kolorektal. Pasien yang melakukan pemeriksaan jenis histopatologi adalah hanya 63 orang.

5.2 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik. Data diambil dari ruangan rekam medis yang terletak di lantai bawah rumah sakit ini setelah mendapat izin dari bagian Litbang. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ±10Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km.12, Kecamatan


(41)

medis serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi,nefrologi,endokrinologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, pemulasaran jenazah).

5.3. Analisa Data

Setelah mendapat data pasien kanker kolorektal sebanyak 94 orang, telah dilakukan analisa diantara 94 pasien tersebut.

Tabel 5.1 Analisis Data Pasien Kanker Kolorektal Mengikut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)

Laki-laki 51 54.3

Perempuan 43 45.7

Total 94 100.0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penderita terbanyak kanker kolorektal adalah laki-laki yang sedikit melebihi perempuan yaitu sebanyak 54,3% manakala penderita perempuan adalah 45.7%.


(42)

Tabel 5.2 Analisis Data Pasien Kanker Kolorektal Mengikut Kelompok Umur

Kelompok

umur Frekuensi Persentase(%)

20-29 9 9.6

30-39 15 16.0

40-49 19 20.2

50-59 28 29.8

60-69 19 20.2

70-79 4 4.3

Total 94 100.0

Dari tabel di atas kelompok usia dengan persentase tertinggi adalah 50-59 tahun. Diikuti 40-49 dan 60-69 dengan kedua-duanya mencatatkan 20,2%. Selepas itu adalah 30-39 tahun, 20-29 tahun dan 70-79 tahun masing masing mencatatkan 16.0%, 9.6% dan 4.3%.


(43)

Tabel 5.3 Analisis Data Pasien Kanker Kolorektal Mengikut Jenis Histopatologi

Jenis

Histopatologi Frekuensi

Persentase( %)

Adenocarcinoma 62 98.4

Adenocarcinoma mucinous

1 1.6

Total 63 100.0

Berdasarkan tabel di atas, jenis histopatologi yang paling sering dijumpai adalah adenokarsinoma yaitu sebanyak 98.4 dan adenokarsinoma mucinous sebanyak 1,6%.


(44)

5.4 Pembahasan

Kanker Kolorektal adalah suatu apapun kanker yang berasal dari kolon yaitu dari sekum (permulaan kolon) sampai ke rektum (bahagian terakhir kolon).

Sampel penelitian adalah semua penderita Kanker Kolorektal, wanita dan laki laki,yang dirawat di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tanggal 01 Juni 2008 sehingga 31 Desember 2009. Semua data sampel diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Dengan metode ini terdapat sebanyak 94 orang yang menderita Kanker Kolorektal.

Dalam penelitian ini didapati dari 94 orang pasien yang menderita Kanker kolorektal 54.3% (51 orang) adalah laki-laki dan 45.7% (43 orang) adalah wanita. Dari penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Immanuel, Bandung oleh Winarto, Emilia P.; Ivone, July: Saanin, Sri Nadya J. Didapati laki laki 42.9% manakala wanita 57.1%, berbeda dengan hasil penelitian saya. Dari penelitian yang dilakukan oleh Safaee A; Moghimi-dehkordi B, Fatemi SR; Zali MR, di bawah Research Center for Gastroenterology and Liver Disease (RCGLD) di Shahid Beheshti Medical University, Tehran, Iran didapati laki laki menderita kanker kolorektal sebanyak 61.2% dan wanita pula sebanyak 38.8%, lebih mendekati hasil penelitian saya

Selain itu rata-rata umur pasien Kanker Kolorektal adalah 49,54 tahun. Pasien Kanker Kolorektal yang termuda adalah berusia 20 tahun dan tertua adalah berusia 79 tahun. Kelompok umur yang paling banyak dijumpai Kanker Kolorektal adalah 50-59 tahun yaitu sebanyak 29.8% (28 orang) diikuti kelompok umur 40-49 tahun dan 60-69 tahun dengan kedua-duanya mencatatkan 20,2%. Keempat tertinggi adalah


(45)

Dari penelitian yang dilakukan oleh Safaee A; Moghimi-dehkordi B, Fatemi SR; Zali MR, di bawah Research Center for Gastroenterology and Liver Disease (RCGLD) di Shahid Beheshti Medical University, Tehran, Iran didapati peratusan penderita berumur kurang dari 50 tahun adalah 42.8% sedangkan yang lebih dari 50 tahun adalah 57.2%. Pada penelitian yang dilakukan di Colombo, Sri Lanka oleh Thamara Perera; Ruwan E Wijesuriya, P H R Suraweera, didapati persentase penderita kanker kolorektal berumur bawah 50 tahun adalah 28% sedangkan yang lebih dari 50 tahun adalah sebanyak 72%.

Dari aspek jenis histopatologi pula, yang dijumpai pada penelitian saya adalah adenokarsinoma, radang kronik non spesifik, dan adenokarsinoma mucinous, Ada juga pasien yang tidak melakukan pemeriksaan jenis histopatologi dan memilih untuk melakukan kolonoskopi atau CT-scan. Pada penelitian saya, adenokarsinoma mencatatkan persentase terbanyak dengan 98.4% (62 orang). Dengan 1,6% (1 orang) pula adalah adenokarsinoma mucinous. Dari penelitian yang dilakukan oleh Safaee A; Moghimi-dehkordi B, Fatemi SR; Zali MR, di bawah Research Center for Gastroenterology and Liver Disease (RCGLD) di Shahid Beheshti Medical University, Tehran, Iran didapati adenokarsinoma dan “not otherwise specified” (NOS) meliputi 77.4%. Signet sel karsinoma dan adenokarsinoma mucinous sebanyak 13% dan “other type” sebanyak 9.7%. Sekiranya dibanding dengan penelitian saya, saya adenokarsinoma juga mencatatkan kasus terbanyak.


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1) Pasien menderita kanker kolorektal sebanyak 94 orang. Dari 94 orang yang menderita kanker kolorektal terdapat 63 orang yang melakukan pemeriksaan jenis histopatologi. Dari 63 orang itu, hasil jenis histopatologi untuk 62 orang adalah adenokarsinoma.

2) Lazimnya, usia pasien kanker kolorektal adalah lebih dari 50 tetapi berdasarkan penelitian ini kelompok umur pasien berumur 50 dan ke bawah mencatatkan 45.8%, yaitu hanya sedikit lebih rendah dari kelompok yang berusia 50 dan ke atas yang mencatatkan 54.2%. Dari hasil penelitian, usia tidak boleh diambil kira sebagai faktor resiko kanker kolorektal karena perbedaan persentase tidak cukup signifikan. Kelompok dengan peratusan tertinggi adalah kelompok umur 50-59 tahun dengan 29.8%.

3) Berdasarkan jenis kelamin, peratusan laki-laki (54.3%) dengan kanker kolorektal sedikit lebih tinggi dari peratusan wanita (45.7%). Jadi,


(47)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Diharapkan kepada RSUP H. Adam Malik Medan, untuk memberi penanganan kepada pasien Kanker Kolorektal secara menyeluruh, kebanyakan pasien tidak dilakukan pemeriksaan jenis histopatologi.


(48)

Daftar Pustaka

American Cancer Society, 2009, Cancer Facts and Figures 2009. Atlanta, Ga:American Cancer Society. Available from:

2010]

Avunduk, Canan, 2002, Lippincott Williams & Wilkin

Manual of Gastroenterology: Diagnosis and Therapy, 3rd Edition

Casciato DA, 2004. Manual of Clinical Oncology 5th ed. Lippincott Williams & Wilkins:.p 201

CDC, 2010,

from: [Accessed on 6 Maret

2010]

Departemen Kesehatan RI, 2006. Gaya hidup penyebab kolorektol. Available from:

at

Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA. 2001. Cancer Principles & Practice of Oncology 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins.


(49)

Henry ford, 2006. Radiation Therapy, Available from:

Maret 2010]

Kastomo DR, Soemardi A. Tindakan Bedah pada Keganasan Kolorektal Stadium Lanjut. Maj Kedokt Indon, 2005 Juli; Vol 55 No 7, p 499-500.

Kumar, Abbas, Fausto, 2010, Robbins and Cotran Pathologic basis of disease, 7th Edition

National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-

2006. Available from:

National Cancer Institute, 2009. Common cancer types. Available from: http:// www.cancer.gov / cancertopics/commoncancers [Accessed on 12 Maret 2010]

Paul Miskovitz, Marian Betancourt, 2005, The Doctor’s Guide to Gastrointestinal Health The Ultimate Resource

Pezzoli A, Matarese V, Rubini M, 2007. Colorectal cancer screening: Result of 5-year program in asymptomatic subjects at increased risk. Digestive and Liver Disease


(50)

Safaee A, Moghimi-dehkordi B, Fatemi SR, Ghiasi S, Zali MR, 2009. Pathology and

Prognosis of Colorectal Cancer. Available from:

2010]

Schwartz SI, 2005. Schwartz’s Principles of Surgery 8th Ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies.

Silalahi J, 2006, Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin Dunia

Kedokteran, Available from:

[Accessed on 12 Maret 2010]

Soeripto, 2003. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Available from: 2010]

Suyono S.In : Boedi Darmojo R, Pranarka K. (eds.). 2001. buku ajar Ilmu Penyakit Dalam II 3th Ed. balai penerbit FKUI: jakarta. P

Thamara Perera, Ruwan E Wijesuriya, PHR Suraweera, Kumudu Wijewardene,

Sumudu K Kumarage, MHJ Ariyaratne, Kemal I Deen; The prevalence of


(51)

Tuhozaro Zendrato, 2009, Karakteristik penderita kanker kolorektal yang

rawat inap di RSUP H. Adam Malik Tahun 2005-2007. Available from: Maret 2010]

Winarto, Emilia P.; Ivone, July: Saanin, Sri Nadya J, 2008, Prevalensi Kanker Kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2005 - Desember

2007. Available from: file:///C:/Users/anantharaju%20.%20r/Desktop/Perpustakaan%20Unika%2

0Atma%20Jaya.htm [ Accessed on 20 September 2010]

World Health Organization, 2008. WHO Global InfoBase. Available from:

World Health Organization, 2003. Artikel mengenai Trend Dalam Pengembangan Kebijakan, Trend Dalam Pembangunan Sosial Ekonomi, Kesehatan dan Lingkungan, Sumber-Sumber Kesehatan, Pengembangan Sistem Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Trend Dalam Status Kesehatan, Pandangan ke Depan. Available from: http://www.who.or.id/ind /products/ow6/sub2/display.asp?id=1 [Accessed on 10 Maret 2010]


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1) Pasien menderita kanker kolorektal sebanyak 94 orang. Dari 94 orang yang menderita kanker kolorektal terdapat 63 orang yang melakukan pemeriksaan jenis histopatologi. Dari 63 orang itu, hasil jenis histopatologi untuk 62 orang adalah adenokarsinoma.

2) Lazimnya, usia pasien kanker kolorektal adalah lebih dari 50 tetapi berdasarkan penelitian ini kelompok umur pasien berumur 50 dan ke bawah mencatatkan 45.8%, yaitu hanya sedikit lebih rendah dari kelompok yang berusia 50 dan ke atas yang mencatatkan 54.2%. Dari hasil penelitian, usia tidak boleh diambil kira sebagai faktor resiko kanker kolorektal karena perbedaan persentase tidak cukup signifikan. Kelompok dengan peratusan tertinggi adalah kelompok umur 50-59 tahun dengan 29.8%.

3) Berdasarkan jenis kelamin, peratusan laki-laki (54.3%) dengan kanker kolorektal sedikit lebih tinggi dari peratusan wanita (45.7%). Jadi, resiko laki-laki dan wanita menderita kanker kolorektal adalah hampir sama.


(2)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Diharapkan kepada RSUP H. Adam Malik Medan, untuk memberi penanganan kepada pasien Kanker Kolorektal secara menyeluruh, kebanyakan pasien tidak dilakukan pemeriksaan jenis histopatologi.


(3)

Daftar Pustaka

American Cancer Society, 2009, Cancer Facts and Figures 2009. Atlanta, Ga:American Cancer Society. Available from:

2010]

Avunduk, Canan, 2002, Lippincott Williams & Wilkin

Manual of Gastroenterology: Diagnosis and Therapy, 3rd Edition

Casciato DA, 2004. Manual of Clinical Oncology 5th ed. Lippincott Williams & Wilkins:.p 201

CDC, 2010,

from: [Accessed on 6 Maret

2010]

Departemen Kesehatan RI, 2006. Gaya hidup penyebab kolorektol. Available from:

at

Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA. 2001. Cancer Principles & Practice of Oncology 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins.

Available from: Maret 2010]


(4)

Henry ford, 2006. Radiation Therapy, Available from:

Maret 2010]

Kastomo DR, Soemardi A. Tindakan Bedah pada Keganasan Kolorektal Stadium Lanjut. Maj Kedokt Indon, 2005 Juli; Vol 55 No 7, p 499-500.

Kumar, Abbas, Fausto, 2010, Robbins and Cotran Pathologic basis of disease, 7th Edition

National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-

2006. Available from:

National Cancer Institute, 2009. Common cancer types. Available from: http:// www.cancer.gov / cancertopics/commoncancers [Accessed on 12 Maret 2010]

Paul Miskovitz, Marian Betancourt, 2005, The Doctor’s Guide to Gastrointestinal Health The Ultimate Resource

Pezzoli A, Matarese V, Rubini M, 2007. Colorectal cancer screening: Result of 5-year program in asymptomatic subjects at increased risk. Digestive and Liver Disease


(5)

Safaee A, Moghimi-dehkordi B, Fatemi SR, Ghiasi S, Zali MR, 2009. Pathology and

Prognosis of Colorectal Cancer. Available from:

2010]

Schwartz SI, 2005. Schwartz’s Principles of Surgery 8th Ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies.

Silalahi J, 2006, Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin Dunia

Kedokteran, Available from:

[Accessed on 12 Maret 2010]

Soeripto, 2003. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Available from: 2010]

Suyono S.In : Boedi Darmojo R, Pranarka K. (eds.). 2001. buku ajar Ilmu Penyakit Dalam II 3th Ed. balai penerbit FKUI: jakarta. P

Thamara Perera, Ruwan E Wijesuriya, PHR Suraweera, Kumudu Wijewardene,

Sumudu K Kumarage, MHJ Ariyaratne, Kemal I Deen; The prevalence of

colorectal cancer and survival in patients from the Gampaha District, North

Colombo region. Available from:


(6)

Tuhozaro Zendrato, 2009, Karakteristik penderita kanker kolorektal yang

rawat inap di RSUP H. Adam Malik Tahun 2005-2007. Available from: Maret 2010]

Winarto, Emilia P.; Ivone, July: Saanin, Sri Nadya J, 2008, Prevalensi Kanker Kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2005 - Desember

2007. Available from: file:///C:/Users/anantharaju%20.%20r/Desktop/Perpustakaan%20Unika%2

0Atma%20Jaya.htm [ Accessed on 20 September 2010]

World Health Organization, 2008. WHO Global InfoBase. Available from:

World Health Organization, 2003. Artikel mengenai Trend Dalam Pengembangan Kebijakan, Trend Dalam Pembangunan Sosial Ekonomi, Kesehatan dan Lingkungan, Sumber-Sumber Kesehatan, Pengembangan Sistem Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Trend Dalam Status Kesehatan, Pandangan ke Depan. Available from: http://www.who.or.id/ind /products/ow6/sub2/display.asp?id=1 [Accessed on 10 Maret 2010]