16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Hubungan Perusahaan dengan Lingkungan
Stoner et. al. 1995 dalam Harsono 2000:8 menunjukkan paling tidak ada dua model kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Pertama,
adalah model biaya dan manfaat cost and benefit model, yaitu pendekatan tradisional pada pemikiran mengenai penyelesaian lingkungan
yang mengatakan bahwa peraturan lingkungan yang diusulkan harus diimplementasikan bila manfaat potensial lebih besar dari biaya potensial.
Stoner mengkritisi bahwa kelemahan model ini adalah tidak semua manfaat dan biaya dapat diperhitungkan dengan mudah.
Kedua, disebabkan adanya kelemahan model biaya dan manfaat serta memperhitungkan fakta bahwa banyak biaya lingkungan dan
manfaatnya dirasakan dalam jangka panjang, kemudian berkembang model pendekatan baru yang disebut pengembangan berkelanjutan
sustainable development. Pendekatan ini menyatakan bahwa organisasi harus terlibat dalam aktivitas yang dapat berkelanjutan dalam jangka
waktu yang panjang atau secara otomatis dapat memperbarui diri sendiri. Konsep ini telah lama menjadi sumber pemikiran dalam mendorong
pengembangan ekonomi dalam melestarikan lingkungan.
17 Schmidheny 1994 dalam Harsono 2000:9 menyatakan bahwa
sustainable development tidak hanya pendekatan ekonomi dengan
lingkungan, namun juga sifat pengembangan ekonomi itu sendiri. Perubahan tersebut antara lain:
a. Perubahan dari pertumbuhan menuju pengembangan b. Perubahan menuju lebih efisiensi dalam penggunaan SDA
c. Perubahan menuju kesempatan ekonomi d. Perubahan menuju ekonomi konservasi dengan memasukkan faktor
lingkungan ke dalam praktik bisnis e. Perubahan menuju perekonomian yang mempromosikan investasi
jangka panjang daripada maksimalisasi keuntungan jangka pendek f. Perubahan menuju suatu budaya saving daripada mengembangkan
budaya konsumsi dengan segera. Pengembangan berkelanjutan adalah bahwa pembangunan perlu
memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemungkinan generasi masa akan datang dalam memenuhi kebutuhannya.
Pembangunan berkelanjutan perlu diterapkan karena kegiatan ekonomi saat ini kemungkinan besar mengurangi pemenuhan kebutuhan di masa
datang dengan merusak ekosistem global. Harahap 2005 dalam Khoirunnisa 2006 mengemukakan ada
paradigma yang mengubah kecenderungan aktivitas perusahaan menuju pencarian laba berwawasan lingkungan. Paradigma tersebut antara lain
kecenderungan terhadap kesejahteraan sosial, kecenderungan terhadap
18 kesadaran lingkungan, perspektif ekosistem, dan ekonomisasi versus
sosialisasi. Salah satu paradigma tersebut adalah kecenderungan terhadap
kesadaran lingkungan. Dalam literatur paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm
menuju the new environmental paradigm
. Paradigma yang pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik yang memiliki kebudayaan sendiri yang tidak dapat dibatasi
oleh kepentingan makhluk lain. Sebaliknya, paradigma yang kedua menganggap bahwa manusia adalah makhluk di antara bermacam-macam
makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat, serta dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik
sosial, ekonomi, atau politik. Sehingga perhatian terhadap lingkungan akan semakin besar.
Paradigma yang lain adalah perspektif ekosistem. Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi, profit
maximization menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh perhatian
para ahli sehingga mencul kelompok-kelompok yang menamakan diinya penyelamat lingkungan. Salah satu kelompok tingkat dunia yang menaruh
perhatian kepada ekosistem ini adalah Club or Rome yang terkenal dengan pendapatnya limit to growth. Beberapa sarannya yang paling penting
adalah stabilitas antara kelahiran dan kematian, stabilitas investasi dengan penyusutan barang modal, pengurangan konsumsi sumber-sumber alam,
pengutamaan pendidikan, dan penurunan polusi industri. Tanpa
19 pembatasan terhadap tingkah laku manusia, tampaknya yang timbul hanya
kehancuran dan kekacauan. Harsono 2000:12 mengemukakan bahwa peran pemerintah dalam
membuat peraturan mengenai pengelolaan lingkungan sangat dibutuhkan. Tujuan dari adanya peraturan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan
adalah sebagai berikut: a. Peraturan memberi sinyal kepada perusahaan tentang kemungkinan
inefisiensi sumber daya dan potensi peningkatan teknologi b. Peraturan mengurangi ketidakpastian investasi pada pengelolaan
lingkungan c. Peraturan dipusatkan pada pencarian informasi mengenai pencapaian
manfaat utama dengan peningkatan kesadaran perusahaan d. Peraturan menciptakan tekanan yang memotivasi, inovasi, dan
dinamika e. Peraturan menjadi pedoman agar selama masa transisi menuju solusi
berdasarkan inovasi f. Tidak ada perusahaan yang menarik keuntungan dengan menolak
investasi terhadap lingkungan. Di Indonesia, telah ada suatu kerangka kerja untuk konservasi
lingkungan. Peraturan tentang Manajemen Lingkungan tahun 1982, yang kemudian direvisi tahun 1997, telah menyediakan suatu legalitas untuk
mengawasi dan memaksa dipatuhinya regulasi yang dikeluarkan pemerintah tersebut. Sejak tahun 1986 pihak pemerintah melalui
20 BAPEDAL telah melakukan analisis mengenai dampak lingkungan
AMDAL. Nota kesepahaman antara Kementrian Lingkungan Hidup dengan
BI telah ditandatangani tahun 2005 tentang penetapan peringkat kualitas aktiva bagi bank umum. Aspek lingkungan menjadi salah satu variabel
penentu dalam pemberian kredit dan kinerja lingkungan yang dikeluarkan oleh KLH melalui PROPER adalah tolak ukur mereka. PROPER
menggunakan standar pengukur kualitas limbah perusahaan. Selanjutnya setiap perusahaan yang ingin mendapatkan kredit perbankan, harus
memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan. Nota kesepahaman ini adalah harapan baru bagi pencerahan kondisi
lingkungan hidup di Indonesia Lindrianasari, 2007:161.
2. Konsep Akuntansi Lingkungan