Terapi Kelompok Terapi psikoreligius

lxxviii Tahapan ini adalah tahapan akhir dari sebuah terapi. Tahapan ini adalah tahapan kesimpulan dari apa yang terapis sampaikan di atas. Dalam tahapan ini terapis mencoba membantu pasien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang telah disampaikannya serta membuat perencanaan berupa program atau tindakan apa yang akan pasien lakukan, tentunya perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan perkembangan diri pasien. Adapun hal ini dilakukan yakni membangun sikap optimis pasien dan mempercepat proses penyembuhan. Dalam proses pembuatan perencanaan ini pasien akan selalu dipantau dan diawasi oleh pembimbing dan terapis. Jika dalam perencanaan tersebut kurang mengalami perkembangan yang signifikan dengan faktor kondisi pasien yang sulit diatur dan masih labil maka dalam terapi selanjutnya perlu adanya evaluasi perencanaan.

b. Terapi Kelompok

Terapi kelompok merupakan terapi kedua yang dilakukan terapis kepada beberapa pasien. Terapi ini dibuat dengan sistem lingkaran dan bersifat direktif. Jumlah pasien yang ikut dalam terapi ini tidak ditentukan batasannya, tanpa paksaan dan atas kesadaran internal pasien. Keberhasilan yang dicapai dari terapi ini khususnya dalam hal kesembuhan pasien sangat bervariatif, tergantung dari faktor internal dan eksternal pasien. Adapun terapi kelompok yang diberikan terapis dalam pelaksanaan terapi Psikoreligius terhadap pasien skizofrenia adalah dengan cara mengaji dan lxxix mengkaji al-Qur’an, simulasi, relaksasi, dan pengamalan nilai-nilai ibadah seperti sholat, dzikir, puasa, sedekah, dan kepedulian sosial. Dari beberapa terapi kelompok yang tersebut di atas, maka secara satu- persatu penulis akan uraikan dengan jelas, sebagai berikut : • Mengaji dan mengkaji al-Qur’an Mengaji dan mengkaji al-Qur’an merupakan salah satu terapi dari terapi kelompok yang diberikan oleh terapis Psikoreligius, mengaji dan mengkaji al- Qur’an dimulai setelah pasien melaksanakan sholat fardhu, biasanya dilakukan setelah selesai mengerjakan sholat dzuhur dan makan siang bersama, dengan membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Tahap awal dari terapi ini, pertama-tama terapis membacakan sholawat dan salam sebagai muqoddimah dari terapi Psikoreligius yang akan dilakukan setelah itu barulah terapis membagikan ayat suci Al-Qur’an kepada masing- masing pasien untuk dibaca, namun sebelum itu terapis memberikan pertanyaan kepada masing-masing pasien tentang “apa itu al-qur’an dan apa fungsinya”. Kemudian barulah masing-masing pasien secara bergantian diberikan kesempatan untuk membacanya dimulai dengan membaca surat al-Fatiha lengkap dengan terjemahannya, setelah itu langkah berikutnya pasien diperintahkan untuk membaca salah satu ayat yang tertera dari surat al-Fatiha berikut terjemahannya, sebagai contoh pasien diperintahkan untuk membaca surat al-fatiha ayat pertama, setelah itu terapis memberikan penjelasan akan makna yang terkandung dari ayat pertama surat Al-Fatiha dengan gaya bahasa dan gerakan yang mudah dipahami bagi masing-masing pasien. lxxx Pada saat terapi Psikoreligius berlangsung, apabila terdapat salah satu pasien yang lengah dan tampak melamun maka hal yang dilakukan oleh seorang terapis adalah memberikan perhatian dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pasien tersebut dari isi materi yang disampaikan terapis, sekalipun penyampaian materi yang disampaikan dilakukan secara berulang-ulang dan tergantung dari keadaan pasien. Adapun materi yang disampaikan dari terapi ini, selain dengan sistem dialog, terapis pun menggunakan sistem ceramah yakni memberikan arahan atau nasehat yang positif dalam diri pasien, hal ini dapat membuat pasien berpikir dengan jernih dan baik serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diungkapkan oleh terapis psikoreligius, berikut ini : “Sebenarnya point terpenting dari terapi ini adalah memberikan pemahaman agama yang teramat kurang dalam diri pasien ditambah dengan adanya pikiran, waham dan halusinasi yang dimiliki pasien.” 60 • Terapi simulasi Setelah terapi mengaji dan mengkaji al-Qur’an dilakukan dengan sistem ceramah, maka terapi selanjutnya adalah terapi simulasi. Terapi simulasi merupakan terapi yang dilakukan dengan cara memberikan gambaran secara jelas dengan menggunakan alat bantu berupa benda yang mampu memberikan stimulasi kepada pasien. Sebagai contoh kertas kosong yang dibagikan kepada masing- masing pasien dan diperintahkan untuk menulis perumpamaan seperti 60 Ibid. lxxxi “seandainya diberikan uang Rp. 100.000.000 apa yang akan pasien lakukan, dan kepada siapa pasien akan berikan uang tersebut .” Dari sinilah terapis memainkan teknik “role play” dengan memberikan simulasi. Terapi ini pun disajikan secara sederhana sesuai dengan kondisi pasien. Adapun tujuan diberikannya terapi ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai kepedulian diantara masing-masing pasien dan kesadaran atas segala apa yang telah dilakukannya. Sebagaimana hasil wawancara berikut ni : “Untuk terapi ini teknik penyampaiannya diharapkan dapat memberikan nilai kepedulian diantara mereka, karena selama ini saya perhatikan kepedulian sosial diantara mereka masih kurang, contohnya jarang ngobrol kegiatannya hanya tidur dan makan, kalau ada kegiatan lain baru mereka ramai-ramai ikut kegiatan, jadi jarang ngobrol dan tidak peduli terhadap temannya.” 61 • Terapi relaksasi Langkah selanjutnya dari terapi kelompok adalah terapi relaksasi. Terapi relaksasi merupakan terapi yang berguna untuk merenggangkan otot-otot yang kaku dan memfungsikan kembali sel-sel syaraf yang rusak. Terapi ini dilakukan dengan cara mengucapkan asma Allah yang tertera dalam Asmaul Husna, yang salah satunya “Ya Rahman yang memiliki arti yang Maha Pengasih.” Dalam hal ini pasien diperintahkan untuk menyebutkan kalimat “Ya Rahman” dengan suara yang keras sambil memejamkan kedua mata hingga pasien dapat merasakan keberadaan “Ya Rahman” dalam hal ini adalah Allah swt yang merupakan Tuhan semesta alam, sang pencipta dan sang pemberi rezeki serta sang penolong bagi seluruh hambanya dimuka bumi ini. Selain itu bentuk terapi 61 Ibid. lxxxii relaksasi yang dilakukan adalah dengan cara menarik napas sedalam-dalamnya dan bertahan beberapa menit hingga pasien merasa tak kuasa untuk menahannya sambil mengucapkan di dalam hati kalimat asmaul husna seperti “Ya Qodir yang artinya Yang Maha Kuasa”. Tujuan dari terapi ini menurut ustad Fuad Salim yakni memberikan pemahaman dan keyakinan kepada pasien bahwa Allah-lah yang patut disembah dan menjadi sandaran utama dari setiap masalah yang dihadapi manusia. Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa bantuannya kita bukanlah siapa-siapa dan teramat kecil diri kita yang sebenarnya. 62 • Terapi pengamalan nilai-nilai agama Dari sekian terapi yang telah dilakukan pasien maka langkah berikutnya, terapi pengamalan nili-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah, pembelajaran al-Qur’an, dan peringatan hari-hari besar Psikoreligius. Sholat merupakan bentuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah swt dengan menghadapkan wajah dan bersujud kepada-Nya. Sholat selain merupakan salah satu bentuk ibadah yang bernilai tinggi, ia pun mampu memberikan ketenangan bagi setiap orang yang melaksanakannya. Hal ini terbukti dari pengakuan PW yang mengatakan selama menjalani terapi Psikoreligius yakni sholat saya dapat merasakan ketenangan, saat berwudhu pun saya sudah merasakan ketenangan apalagi ditambah dengna sholat. 63 Pengamalan sholat yang terapkan di Madani Mental Health Care dikerjakan secara bersama-sama dengan dibawah bimbingan para ustad. Sholat juga merupakan salah satu program yang harus dijalankan oleh para pasien untuk 62 Ibid. 63 Wawancara pribadi dengan pasien PW, pada tanggal 7 Agustus 2008. lxxxiii dapat mempercepat masa pengobatan dan memfungsikan kembali sel-sel syaraf yang rusak. Dari pengamalan sholat yang dilakukan secara rutin, maka pengamalan selanjutnya adalah puasa, dimana masing-masing pasien diharapkan dapat melaksanakan puasa, terutama puasa ramadhan. Selama bulan puasa pasien dituntut untuk bisa berpuasa sehari dan sebulan penuh, namun jika ada diantara pasien yang melanggar peraturan maka dalam hal ini terapis berupaya menanyakan apa alasan yang menyebabkan pasien tidak menjalankan puasa dan menindaklanjutinya. Kemudian setelah puasa adalah bersedekah, bersedekah dapat menumbuhkan nilai kepedualian pasien kepada orang-orang yang tidak beruntung. Fungsi sedekah adalah sebagai penolak bala dan menghilangkan sifat bakhil pelit. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan santunn anak yatim dan orang miskin, selain itu juga selama bulan ramadhan diadakannya kegiatan “Saur On The Road ” dengan membagi-bagikan nasi bungkus kepada orang-orang yang kurang beruntung darinya. Hal ini selain menumbuhkan rasa kepekaan terhadap sesama, ini juga dapat menumbuhkan sifat dermawan dalam diri pasien serta rasa persaudaraan sesama muslim. Pengamalan selanjutnya adalah pembelajaran al-Qur’an yang bertujuan agar pasien mampu membaca ayat suci al-Qur’an, mengamalkannya, dan sebagai pedoman atau pegangan dalam hidupnya saat pasien rapuh. Pembelajaran al- Qur’an ini dibimbing dengan para ustad yang dimulai dengan pengenalan huruf lxxxiv hijaiyah, baris, makhraj hingga kepada hukum-hukum bacaan dalam al-Qur’an atau yang disebut dengan ilmu tajwid. Berikutnya pengamalan nilai-nilai agama yang terakhir adalah pasien dapat memperingati hari-hari besar Psikoreligius. Contoh hari raya Idul Adha, lembaga Madani Mental Health Care mengadakan kegiatan pemotongan hewan qurban yang jatuh pada hari tasyrik, lembaga Madani Mental Health Care memberi kesempatan kepada pasien yang ingin berkurban dengan se-ekor kambing, sapi atau kerbau. Setelah itu dari hasil pemotongannya akan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dari beberapa terapi terapi Psikoreligius yang telah diberikan terapis kepada pasien skizofrenia, baik secara personal maupun kelmpok senada dengan apa yang diungkapkan oleh salah satu pasien, dalam wawancara berikut ini : Bagaimana teknik dan langkah-langkah yang dilakukan ustad selama proses terapi Psikoreligius berlangsung ? Kalau bicara teknik dan langkahnya, merujuk kepada terapi, sebagaimana yang tadi saya katakan bahwa terapi dalam terapi Psikoreligius yang dilakukan oleh ustad Fuad pertama membaca al-Qur’an, jadi masing-masing dari pasien, secara satu persatu disuruh baca surat al-Fatiha beserta artinya, setelah itu ustad memberikan penjelasan dari surat yang kami baca, namun sebelumnya kami diperintahkan untuk fokus pada salah satu ayat dari surat al-Fatiha tersebut. Contoh surat al-Fatiha ayat 2 “Ar-Rahmanir Rahim” yang berarti “Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”, setelah itu barulah ustad menjelaskan apa maksud dari ayat tersebut. Disela-sela penjelasannya biasanya ustad memberikan simulasi atau praktek dari penjelasan ayat tersebut, lxxxv hal ini dimaksudkan agar masing-masing pasien lebih paham tentang apa yang dijelaskan oleh ustad, selain simulasi, ustad juga memberikan terapi relaksasi sebagai contoh masing-masing pasien diperintahkan untuk dapat merasakan kebesaran Allah melalui apa yang telah diberikannya kepada kami, yakni nikmat hidup dengan relaksasi pernapasan, pasien diberikan kesempatan untuk menghirup napas sekuat-kuatnya dan menahannya beberapa menit sesuai kemampuannya, jika diantara pasien ada yang merasa tidak kuat maka kami diperintahkan untuk mengucapkan kalimat “Ya Rahman” yang berarti “Yang Maha Pengasih”, maksudnya Allah telah menganugerahkan nikmat yang tidak bisa diganti dengan benda apapun, yakni nikmat bernapas, jika kita tidak bisa bernapas maka yang ada adalah kematian. Untuk itu selain mengucapkan syukur kami juga diperintahkan untuk mengucapkan kalimat “Ya Rahman” sekeras mungkin hingga kami merasakan bahwa memang Allah-lah yang telah memberikan nikmat kepada kita dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan. Dari itulah kami seakan disadarkan bahwa selama ini apa yang telah kami perbuat adalah salah, maka langkah yang harus kami lakukan adalah bertaubat, memohon ampun kepada Allah SWT melalui sholat dan berdo’a agar diterima taubatnya dan diampuni dosanya. Langkah terakhir adalah pengamalan nilai-nilai Psikoreligius seperti sholat, puasa, sedekah, peringatan hari-hari besar Psikoreligius. Sholat yang kami lakukan biasanya berjama’ah mulai dari yang wajib hingga yang sunnah, begitu pun dengan puasa, kadang salah satu pasien ada yang melaksanakan puasa sunnah senin-kamis, dan puasa bulan ramadhan, kami juga diajarkan untuk bersedekah, menurut ustad Fuad dengan bersedekah melatih kita bersifat dermawan dan lxxxvi berjiwa sosial selain itu menghindarkan diri dari malapetaka dan menghapuskan dosa-dosa. Secara keseluruhan teknik dan langkah-langkah ini mengajarkan kepada pasien akan keimanan kepada Allah SWT melalui asmaulhusna. 64

4. Terapi pilihan