Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care Selama Mengalami Hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

KEPUASAN ORANGTUA TERHADAP

ATRAUMATIC CARE

SELAMA ANAK MENGALAMI HOSPITALISASI

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI Oleh Adillah Budyasa

081121056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care Selama Mengalami Hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa

NIM : 081121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2009

Tanggal lulus : 6 Januari 2009

Pembimbing, Penguji I

Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS Nur Asnah Sitohang, S.Kep, M.Kep Nip : 19750220 2001122001 Nip : 19740505 2002122001

Penguji II

Liberta L.Toruan, S.Kp, M.Kep Nip : 19690816 1997032002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana keperawatan (S.Kep)

Medan, Januari 2010 Pembantu Dekan I,

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya, baik dalam materi maupun dalam penulisan. Namun besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Staf Pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Instalasi Litbang RSUP H. Adam Malik Medan Drs. Palas Tarigan, Apt yang telah memberikan ijin


(4)

penelitian, dan juga saya ucapkan banyak terima kasih kepada Wa.Ka Instalasi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan dan staf instalasi yang telah memberikan ijin peneltian/bantuan di ruang Instalasi Rindu B.

Secara khusus penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orangtua yang telah banyak memberikan dukungan bagi penulis, adik-adik, dan seluruh keluarga.

Buat teman-teman di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya Nurainun, Rosmauli, Mu’is, Jackson, Eni, Rispa, Lisa atas dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya teman-teman angkatan 2008 yang tak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...………... i

Halaman Pengesahan ………...ii

Prakata...………...iii

Daftar Isi...v

Daftar Tabel...viii

Daftar Skema... ix

Abstrak...x

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang……….………...………..1

2. Pertanyaan Penelitian………..…...…………...5

3. Tujuan Penelitian……….…...……..5

3.1. Tujuan Umum...5

3.2. Tujuan Khusus...6

4. Manfaat Penelitian……….………...6

4.1. Institusi Pendidikan...6

4.2. Praktek Keperawatan...6

4.3. Pendidikan Keperawatan...7

BAB 2. TINJAUAN TEORITIS 1. Kepuasan Pelayanan……….……….…………...8

1.1. Definisi……….…………...8

1.2. Teori Kepuasan...8

2. Hospitalisasi………..……….…………...11

2.1. Definisi………...11

2.2. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi………….………...13

2.3. Reaksi dan Stressor Keluarga yang Anaknya di Hospitalisasi...…………...15

2.3.1. Orangtua………....……….…………...15

2.3.2. Reaksi Saudara Kandung...………...…...15

2.3.3. Penurunan Peran Anggota Keluarga…...………...15

3. Atraumatic Care……….…...19

3.1.Definisi……….….……...19

3.2.Prinsip Atraumatic Care……….…..…...20

4. Manajemen Nyeri………...23

4.1 Manajemen Non-pharmakologi………..……..………...24


(6)

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN…..………..……….………...25

1. Kerangka Konsep……….……...…25

2.Definisi Operasional………...….………...26

BAB.4 METODE PENELITIAN………..….………...27

Desain Penelitian……….……….…...…….……27

Populasi dan Sampel………….………..……….….……...27

Lokasi dan Waktu Penelitian...……….……...…28

3.1.Lokasi Penelitian...28

3.2.Waktu Penelitian………...………...…...….…………...28

4. Pertimbangan Etik………...………...……...28

5. Instrumen Penelitian...………..………...……...29

6. Pengumpulan Data…………...…………...………...30

7. Analisa Data…...………...31

8. Uji Validitas dan Reliabilitas...31

BAB 5 . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian...33

2. Pembahasan...36

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan...42

2. Saran...43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar inform consent 2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana

4. Instrumen Penelitian

5. Surat pernyataan uji validitas

6. Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian 7. Daftar Riwayat Hidup

8. Surat Pernyataan Ijin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Medan 9. Surat Ijin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data demografi responden...34 Tabel 1.2. Lampiran distribusi frekuensi kepuasan dan ketidakpuasan responden terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi...35 Tabel 1.3. Lampiran distribusi jawaban responden ...56 Tabel 1.4. Lampiran hasil validasi pernyataan...63


(8)

Daftar Skema

Skema 1. Kerangka Konsep Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi Di RSUP H. Adam Malik Medan...25


(9)

Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care

Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan

Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa

NIM : 081121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2008

Abstrak

Hospitalisasi bagi anak dan keluarga adalah suatu pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Umumnya orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidakpercayaan akan penyakit anaknya, marah, dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut,cemas,frustasi, dan depresi. Di samping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima pelayanan dari setiap tindakan perawatan yang diberikan pada anak, pelayanan yang diberikan dapat berupa

atraumatic care atau perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak.

Atraumatic care mempunyai tujuan mencegah atau menimbulkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, dan mencegah atau meminimalkan cedera tubuh. Sikap pelayanan yang diberikan perawat berupa atraumatic care pada anak menimbulkan sikap kepuasan orangtua yang merawat dan menjaga anak selama anak mengalami hospitalisasi. Sikap kepuasan orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk penilaian sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.

Desain penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebesar 86 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan berjumlah 30 buah pernyataan.

Hasil penelitian Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan, menunjukkan pencapaian kepuasan hingga 89%. Dari pencapaian nilai tersebut maka dapat disimpulkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi adalah orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care.


(10)

Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic Care

Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan

Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa

NIM : 081121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2008

Abstrak

Hospitalisasi bagi anak dan keluarga adalah suatu pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Umumnya orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidakpercayaan akan penyakit anaknya, marah, dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut,cemas,frustasi, dan depresi. Di samping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima pelayanan dari setiap tindakan perawatan yang diberikan pada anak, pelayanan yang diberikan dapat berupa

atraumatic care atau perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak.

Atraumatic care mempunyai tujuan mencegah atau menimbulkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, dan mencegah atau meminimalkan cedera tubuh. Sikap pelayanan yang diberikan perawat berupa atraumatic care pada anak menimbulkan sikap kepuasan orangtua yang merawat dan menjaga anak selama anak mengalami hospitalisasi. Sikap kepuasan orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk penilaian sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.

Desain penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebesar 86 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan berjumlah 30 buah pernyataan.

Hasil penelitian Kepuasan Orangtua Terhadap Atraumatic care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan, menunjukkan pencapaian kepuasan hingga 89%. Dari pencapaian nilai tersebut maka dapat disimpulkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi adalah orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa (Supartini, 2009). Walaupun telah dilakukan pelatihan yang baik dan diterapkan dalam perawatan anak, kebanyakan apa yang dilakukan dalam penyembuhan penyakit dan memperpanjang hidup menimbulkan trauma, nyeri, kecewa, dan ketakutan. Sangat disayangkan, dalam mengurangi trauma karena intervensi medis tidak dibarengi dengan kemampuan teknologi (Wong, 2005). Demikian juga keluarga tidak lagi dipandang sebagai pengunjung anak yang sakit, melainkan sebagai mitra perawat dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga (Supartini, 2009).

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa anak dirawat, dan terluka, stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan, dan kebiasaan sehari-hari. Juga keterlambatan mekanisme koping. Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga dan fungsi keluarga (Wong & Whaley, 1999). Umumnya orangtua yang


(12)

anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidak percayaan akan penyakit anaknya, marah dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut, cemas, dan frustasi, juga hal tentang prosedur tindakan medis dan ketidaktahuan, depresi yang berhubungan dengan merasa lelah fisik dan mental, khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah, efek samping pengobatan dan biaya pengobatan.

Disamping masalah hospitalisasi juga timbul sikap kepuasan dalam menerima pelayanan dari setiap tindakan yang diberikan kepada anak. Pada umumnya indikator yang sering dapat digunakan adalah keluhan pasien, kritik dalam surat pembaca, pengaduan malpraktek, laporan dari staf medik dan perawatan dan lain-lainnya (Sofian, 2009). Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain kualitas produk atau jasa, kualitas pelayanan, faktor emosional, harga, dan juga biaya. Tjiptono (1997) kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain kinerja (performance), keandalan (reliability), kesesuaian dengan spesifikasi (comfomance to specification), daya tahan (durability), service ability, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).

Beberapa kasus yang sering dijumpai peneliti di rumah sakit selama peneliti menjadi petugas perawat adalah peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak, seperti cemas, marah, nyeri, menangis karena kesakitan, dan hal tersebut akan berdampak psikologis pada anak. Dengan demikian atraumatic care sebagai bentuk perawatan terappetik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi


(13)

dampak psikologis dari tindakan keperawatan, seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma (Hidayat, 2005).

Studi pendahuluan yang diambil peneliti di ruang Rindu B4, jumlah pasien dari bulan Mei – Juni 2009 adalah 110 pasien (sumber data buku kunjungan rawat inap ruang Anak Rindu B4 RS HAM bulan Mei-Juni 2009), dengan kriteria anak yang telah lebih dari 2 hari mengalami hospitalisasi, dengan alasan pasien ataupun orangtua telah beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Selama orangtua menjaga anak selama hospitalisasi tentu muncul rasa kepuasan dan ketidakpuasan. Ketidakpuasan orangtua itu disebabkan orangtua tidak diberitahukan peraturan yang ada di rumah sakit, sebagian orangtua mengatakan perawat jarang sekali memberi pujian pada anak ketika selesai melakukan tindakan, perawat tidak pernah memberitahukan apakah anak boleh membawa barang kesayangan anak ke rumah sakit, ketika anak mendapat tindakan perawatan orang tua jarang diberitahu tentang prosedur tindakan, perawat tidak pernah mengatakan apakah tindakan perawatan yang diberi membuat anak kesakitan, perawat kurang hati-hati dan teliti dalam melakukan tindakan perawatan dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, setiap tindakan perawatan yang diberikan kepada anak didukung oleh sikap orangtua dalam menerima perawatan anak dalam bentuk sikap kepuasan pelayanan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berupa “kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan”.


(14)

2.Pertanyaan Penelitian

Bagaimana kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan?

3.Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

3.2. Tujuan Khusus

Secara khusus dalam penelitian ini untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, berupa :

- mengidentifikasi tindakan mencegah atau meminimalkan perpisahan anak terhadap orangtua,

- mengidentifikasi peningkatan kontrol anak,

- mengidentifikasi mencegah atau meminimalkan cedera tubuh.

4. Manfaat Penelitian 4.1. Praktek Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai penerapan terhadap ilmu yang telah didapat perawat selama pendidikan, bahan masukan tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan atraumatic care, dan hubungan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di ruang Anak Rindu B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(15)

4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan sumber data untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya terutama yang berhubungan dengan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit. Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai penerapan terhadap ilmu yang telah didapat perawat selama pendidikan, bahan masukkan tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan atraumatic care, dan hubungan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di ruang Anak Rindu B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(16)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini disajikan konsep kepuasan, hospitalisasi, dan atraumatic care..

1.Kepuasan Pelayanan 1.1. Definisi

Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah puas, merasa senang, perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan, dan sebagainya). Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Nursalam (2003) juga menyebutkan bahwa kepuasan seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktifitas dari suatu produk dan harapannya. Menurut Philips Kotler (1997) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya.

1.2. Teori Kepuasan

Abraham Maslow mengemukakan bahwa manusia dimotivasi oleh keinginan untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang ada dalam dirinya. Teori Maslow ini didasarkan pada tiga asumsi dasar, antara lain bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki, mulai dari hirarki kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan yang paling kompleks atau paling tinggi tingkatannya. Asumsi kedua adalah bahwa keinginan untuk memenuhi kebutuhan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, di


(17)

mana hanya kebutuhan yang belum terpuaskan yang dapat menggerakkan perilaku. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak dapat berfungsi sebagai motivator. Asumsi terakhir adalah bahwa kebutuhan yang paling tinggi berfungsi sebagai motivator apabila kebutuhan yang hirarkinya lebih rendah telah terpenuhi atau terpuaskan secara minimal. Atas dasar asumsi di atas, Maslow membagi kebutuhan dasar manusia secara berturut-turut, mulai yang paling dasar hingga yang paling tinggi tingkatannya adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan yang paling dasar, yang meliputi kebutuhan untuk dapat hidup, seperti makan, minum, bernafas, tidur, kebutuhan seksual, dan lain sebagainya. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan rasa aman, yang menjadi motivator jika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi. Kebutuhan rasa aman ini meliputi keamanan dan perlindungan dari bahaya kecelakaan, infeksi, trauma, dan termasuk pula jaminan hari tua. Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi, akan muncul kebutuhan berikutnya, yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial ini meliputi kebutuhan persahabatan, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan interaksi dengan orang lain. Selanjutnya yaitu kebutuhan akan penghargaan atau harga diri, meliputi kebutuhan untuk dihormati, dihargai atas prestasi yang telah diraihnya. Dan untuk kebutuhan yang paling tinggi hirarkinya dan terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk menunjukkan kemampuannya, keahlian dan potensi yang dimilikinya. Aktualisasi diri merupakan proses yang berlangsung terus menerus dan tidak pernah terpuaskan, cenderung


(18)

potensinya makin meningkat, karena orang mengaktualisasikan perilakunya.

Pengukuran kepuasan pasien pada fasilitas layanan kesehatan tidak mudah, karena layanan kesehatan tidak mengalami semua perlakuan yang dialami oleh pasar biasa. Umumnya kepuasan pasien dipelajari melalui survey lapangan. Suatu masalah dari survey kepuasan pasien adalah bahwa hasilnya akan menimbulkan sedikit perbedaan jika sebagian besar responden menyatakan benar-benar merasa puas. Faktor penyebabnya adalah responden merasa segan mengemukakan kritik. Dalam layanan kesehatan, pilihan-pilihan yang ekonomis tidak jelas karena pasien tidak mengetahui atau sulit mengetahui apakah layanan kesehatan yang didapatnya optimal atau tidak. Layanan kesehatan sebagai produsen suatu layanan kesehatan, akan dijumpai suatu rentetan dari struktur dan proses. Proses menyangkut penyelengaraan layanan kesehatan itu sendiri. Pengumpulan data survey kepuasan pasien dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya dilakukan melalui, lingkungan fisik gedung, peralatan, petugas, obat, kebijaksanaan, prosedur, standar, kesinambungan layanan kesehatan, rujukan tepat, rekam medik akurat, dan lengkap, hasil layanan kesehatan efektif, konsultasi teliti tidak berulang-ulang, biaya layanan kesehatan, paling efisien karena sesuai standar layanan kesehatan, hubungan antar manusia, saling menghargai dan mempercayai, tepat waktu, nyaman, bersih dan privasi, ramah, menghargai manusia, penuh perhatian, mau mendengarkan, memberi informasi yang lengkap dan dimengerti, selalu memberi kesempatan untuk bertanya, perhatian terhadap masalah psikososial pasien, empati, fokus pengaturan sistem layanan


(19)

kesehatan untuk memberi kemudahan pasien, konsistensi terhadap standar layanan kesehatan dan akses fisik, ekonomi/budaya, bahasa, istilah dimengerti pasien. Kepuasan pelanggan adalah hasil yang dicapai pada saat keistimewaan produk merespon kebutuhan pelanggan. Kepuasan pelanggan di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yang berhubungan dengan pendekatan/perilaku petugas (Suhermin, 2009). Dalam hal ini Muningjaya (2004) menyebutkan juga tentang pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterima pelanggan, seperti empati (sikap perduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan, biaya (cost), penampilan fisik/kerapian (tangibility) seperti petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan, jaminan keamanan

(assurance), dan kecakapan petugas dalam memberikan tanggapan atas keluhan pasien (responsiveness). Penilaian yang diungkapkan pasien dapat berupa sikap sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.

2.Hospitalisasi 2.1. Definisi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi, dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stress akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, anak mempunyai


(20)

sejumlah keterbatasan dalam mekanismme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000).

Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga yang mendampinginya. Peran perawat dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak dan bayi adalah sangat penting. Perawat perlu memahami konsep stress hospitalisasi dan prinsip-prinsip asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Stress yang utama selama mengalami hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kontrol, adanya luka di tubuh, dan rasa sakit. Reaksi setiap anak terhadap krisis ini adalah dipengaruhi oleh perkembangan umur, pengalaman mereka terhadap penyakit, perpisahan ataupun hospitalisasi, kemampuan koping, keseriusan penyakit, dan tersedianya sistem pendukung. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan stress orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000). Terutama pada mereka yang baru pertama kali mengalami perawatan anak di rumah sakit, dan orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial dari keluarga, kerabat, bahkan petugas kesehatan akan menunjukkan perasaan cemasnya, dan ketakutan akan kehilangan anaknya. Penelitian lain menunjukkan bahwa pada saat mendengarkan keputusan dokter tentang diagnosis penyakit anaknya merupakan kejadian yang sangat membuat stress orangtua (Tiedeman, 1997).


(21)

2.2. Reaksi anak terhadap hospitalisasi

1. Cemas Karena Perpisahan

Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak periode prasekolah, khususnya anak yang berumur 16 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan.

Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam tiga (3) tahap, antara lain seperti tahap protes, observasi yang dilakukan selama masa usia infant adalah menangis, berteriak, mencari orangtuanya dengan menggunakan matanya, memanggil orangtuanya, menghindar dan menolak berhubungan dengan orang asing. Perilaku tambahan yang diobservasi selama masa todler adalah secara verbal, anak menyerang dengan rasa marah seperti mengatakan “pergi”, memaksa orangtuanya untuk tetap tinggal. Perilaku ini dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Perilaku protes tersebut, seperti menangis, akan terus berlanjut dan hanya akan berhenti bila anak merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang asing yang tergesa-gesa akan meningkatkan protes. Tahap putus asa, tahap ini, anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (misalnya, mengompol, mengisap jempol jari). Pada tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan, minum, atau bergerak. Tahap menolak, pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang lain. Anak


(22)

mulai kelihatan gembira, fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama dengan orangtua.

2. Kehilangan Kendali

Balita berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya. Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari (activity of daily living-ADL), dan komunikasi. Balita telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengendalikan dirinya dengan cara mempertahankan kegiatan-kegiatan rutin seperti tersebut di atas. Akibat sakit dan di rawat di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan regresi.

3. Luka pada Tubuh dan Rasa Sakit (Rasa Nyeri)

Konsekwensi dari rasa takut dapat dijabarkan secara berbeda, seperti orang dewasa yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam hal rasa takut dan nyeri berbeda dengan anak yang berusaha untuk menghindari dari rasa nyeri dalam hal pengobatan medis.

Reaksi balita terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi, namun jumlah variabel yang mempengaruhi responnya lebih kompleks dan bermacam-macam. Anak akan bereaksi terhadap nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan tindakan yang agresif seperti menggigit, menendang, memukul, atau berlari keluar.


(23)

2.3.Reaksi dan Stressor Keluarga yang Anaknya di hospitalisasi

Hospitalisasi dan krisis dari penyakit anak mempengaruhi setiap keluarga dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi pada keluarga, seperti :

2.3.1. Orangtua

Adapun faktor reaksi dan stressor tersebut dapat berupa tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit, prosedur pengobatan, sistem pendukung yang tersedia, kekuatan ego individu, kemampuan dalam penggunaan koping, dukungan dari keluarga, kebudayaan dan kepercayaan, komunikasi dalam keluarga, seperti penolakan/ketidakpercayaan, marah atau merasa bersalah, ketakutan, kecemasan, dan frustasi, serta depresi.

2.3.2. Reaksi Saudara Kandung

Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit, seperti merasa kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci, dan merasa bersalah. Hal ini disebabkan orangtua lebih mencurahkan perhatian pada anak yang sakit.

2.3.3. Penurunan Peran Anggota Keluarga

Dampak dari perpisahan mempengaruhi peran dari orangtua, karena orangtua mencurahkan perhatian pada anak yang sakit, dan ini mengembangkan sikap tidak adil. Respon itu biasanya tidak disadari dan tidak disengaja. Orangtua sering menyalahkan perilaku saudara kandung sebagai antisosial karena sikap cemburu dan merasa tidak diperhatikan. Supartini, 2004 menyebutkan reaksi-reaksi tersebut di atas bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak,


(24)

pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya.

1. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)

Masalah yang utama terjadi adalah dampak dari perpisahan dengan orangtua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasa cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menangis keras. Respon terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

2. Masa Todler (2 tahun sampai 3 tahun)

Usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stressnya. Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku anak sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menagis kuat, menjerit memanggil orangtua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya.


(25)

Adanya pembatasan terhadap pergerakkannya, anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regeresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasif, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan meringis, menggigit bibirnya, dan memukul. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengomunikasikan rasa nyeri.

3. Masa prasekolah (3 tahun sampai 6 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orangtua.


(26)

4. Masa Sekolah (6 tahun sampai 12 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.

5. Masa Remaja (12 tahun sampai 18 tahun)

Anak usia remaja mempersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Telah diuraikan pada kegiatan belajar sebelumnya bahwa anak remaja begitu percaya dan sering kali terpengaruh oleh kelompok sebayanya (geng). Apabila harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan aktivitas ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau


(27)

anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang lain.

3.Atraumatic Care

3.1. Definisi

Atraumatic care adalah suatu tindakan perawatan terapetik yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan intervensi melalui cara mengeliminasi atau meminimalisasi stress psikologi dan fisik yang dialami oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam Wong (1989) menyebutkan bahwa

atraumatic care berhubungan dengan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana dari setiap prosedur tindakan yang ditujukan pada anak bertujuan untuk mencegah atau mengurangi stress psikologi dan fisik.

Prosedur perawatan/setting menyangkut tempat pemberian perawatan, misal di rumah, rumah sakit, ataupun tempat kesehatan yang lain. Personel menyangkut hal orang yang terlibat langsung dalam pemberian terapi. Intervensi melingkupi cakupan psikologi seperti intervensi kejiwaan, yang mengijinkan orangtua dan anak dalam satu ruangan. Tekanan psikologi menyangkut kecemasan, takut, marah, rasa kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah. Adapun rentang tekanan psikologi yang lain adalah tidak bisa tidur dan immobilisasi hingga terganggu ransangan sensori seperti rasa sakit, kenaikan suhu, suara bising, cahaya lampu, ataupun kegelapan.


(28)

3.2. Prinsip Atraumatic Care

Azis, A (2005) mengatakan untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan perawat antara lain, menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis), tidak melakukan kekerasan pada anak, dan modifikasi lingkungan fisik. Dalam Wong (2003) tujuan mencapai perawatan atraumatic care adalah pertama, jangan menyakiti. Sehingga terdapat tiga prinsip kerangka kerja untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu, mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah atau meminimalkan cedera tubuh. Contoh dari peningkatan tindakan atraumatic care menyangkut mengorganisir hubungan orangtua dengan anak selama hospitalisasi, persiapan anak sebelum tindakan atau prosedur yang tidak menyenangkan, mengontrol rasa nyeri, mengijinkan privasi anak, alihkan dengan bermain untuk menghindarkan rasa takut. Karena anak stress dan gelisah serta tidak tenang berada di rumah sakit tanpa orangtua di sampingnya, orangtua pun merasa semakin stress. Stress psikologi pada orangtua dapat berupa perhatian terhadap nasib anak mereka, lamanya tinggal di rumah sakit, ketidak mampuan berkomunikasi secara efektif dengan profesional kesehatan, dan tidak adekuatnya pengetahuan dan pemahaman tentang situasi kondisi penyakit.

Seiring waktu berlalu, orientasi pelayanan keperawatan anak berubah menjadi


(29)

jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan orangtuanya sebelum dirawat di rumah sakit. Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orangtua menjadi sangat penting untuk dilakukan perawat. Kerja sama antara orangtua dan tim kesehatan dirasakan besar manfaatnya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orangtua dalam perawatan anaknya di rumah sakit (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995). Begitu juga keberadaan orangtua terutama kelompok orangtua yang anaknya mempunyai jenis penyakit yang sama ternyata dapat membuat orang tua lebih percaya diri dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga diharapkan dapat bekerja sama sebagai mitra tim kesehatan.

The American Pain Society (2000) menyebutkan “nyeri : lima tanda vital” yang berarti harus mendapat perhatian dari pada perawat kesehatan profesional. Rasionalisasinya karena nyeri akan berhubungan dengan peningkatan tanda-tanda vital sehingga prinsip dari tindakan perawatan nyeri adalah memeriksa tanda-tanda vital pasien setiap saat, misalnya nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan (Federwisch, 1999). Karena nyeri berhubungan dengan sensori dan emosional, maka digunakanlah strategi penilaian kualitatif dan kuantitatif.. Istilah yang digunakan untuk menanyakan nyeri pada anak dengan menggunakan pertanyaan, seperti menanyakan anak, gunakan skala nyeri, evaluasi perubahan psikologi dan tingkah laku, libatkan orangtua, cari penyebab nyeri, dan ambil tindakan dan evaluasi hasil nyeri (Baker dan Wong, 1987).


(30)

Ucapan yang keluar secara verbal dari anak adalah indikator dari nyeri (Acute Pain Management Guideline Panel, 1992). Anak tidak mengenal arti kata nyeri dan sering mengungkapkan dengan kata-kata yang biasa diucapkan, seperti “owie”, ”boo-boo”, “aduh”, “ouh”. Ketika menanyakan rasa nyeri pada anak, perawat harus ingat bahwa anak mempercayai bahwa ketika mereka mendapat suntikan adalah suatu hukuman sehingga mereka membutuhkan orangtua untuk menemaninya.

Menggunakan skala nyeri adalah suatu manajemen pengukuran kuantitatif dari pasien. Evaluasi perubahan psikologi dan tingkah laku adalah indikator dan reaksi nonverval dari anak. Respon perubahan perubahan nyeri pada anak diikuti sesuai umur dan perkembangan. Pada anak infan reaksi itu berupa gerakan reflek pada daerah yang teransang, menangis kuat, ekspresi wajah marah, dan gerakan yang tidak berhubungan dengan rasa ransangan nyeri. Pada anak selalu menangis kuat, berteriak, ungkapan verbal seperti, “ow”, “ouch”, “aduh”, mengayunkan tangan dan lengannya, menolak dengan mendorong, tak kooperatif, permintaan penundaan tindakan, memohon pada orangtua, perawat, atau orang yang dikenal. Pada masa usia sekolah biasanya anak akan mengungkapkan tingkah laku bertahan, dan mengucapkan kata “tunggu sebentar” atau “saya belum siap”, juga menunjukkan kekakuan otot seperti gigi ditutup rapat, mata ditutup dan kening berkerut. Pada masa remaja sikap adanya protes dan gerakan berkurang, dan sering mengungkapan kata “sakit”, “kamu menyakitiku” dan meningkatnya kontrol otot dan tubuh. Evaluasi perubahan psikologi dan tingkah laku adalah ungkapan nonverbal dari anak. Tingkah laku yang ditunjukkan seperti menarik telinga, berbaring miring pada satu sisi dengan kaki ke


(31)

arah perut yang sakit dan menolak menggerakkan badan. Respon psikologi termasuk hipertensi, takikardi, kurangnya saturasi oksigen dan dilatasi pupil. Skala yang sering digunakan adalah ekspresi wajah, menangis, denyut jantung, pernapasan, saturasi oksigen, dan pergerakan tubuh. Melibatkan orangtua adalah penting karena mereka sumber utama informasi bagaimana keadaan nyeri anak mereka dan memegang kunci perawatan anak mereka. Orangtua sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada anak mereka dan seringkali ingin ikut terlibat bila anak mereka sakit. Anak-anak akan merasa nyaman dengan kehadiran orangtua apabila mereka merasa sakit (Broome, 2000). Mencari penyebab nyeri pada anak adalah dengan menggunakan pathologi, karena pathologi dapat memberikan kunci penyebab intensitas dan tipe nyeri. Ambil tindakan dan evaluasi hasil adalah menyembuhkan nyeri, hal yang utama menghilangkan nyeri adalah tindakan pharmakologi atau dengan non-pharmakologi.

4. Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri yang efektif dilakukan seorang perawat profesional adalah berusaha mencoba sejumlah intervensi utnuk mendapatkan hasil yang maksimal. Metode mengurangi rasa nyeri dibagi dalam 2 kategori yaitu, non-pharmakologi, dan pharmakologi.

4.1. Manajemen non-pharmakologi

Nyeri sering dihubungkan dengan rasa takut, cemas, dan stress. Teknik non-pharmakologi dapat digambarkan seperti relaksasi, menggambarkan imajinari, ransangan pada kulit, dan meningkatkan daya koping sehingga mampu mengurangi


(32)

rasa penerimaan nyeri, membuat rasa nyeri lebih berkurang, mengurangi rasa cemas, dan meningkatkan efektifitas dari obat analgetik dengan mengurangi dosis yang dianjurkan (Rusy dan Weisman, 2000). Teknik mengurangi rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan meningkatkan rasa kontrol, rasa nyaman, istirahat dan tidur (McCaffery dan Pasero, 1999). Jika anak tidak dapat mengidentifikasi rasa nyeri, perawat dapat membantu dengan beberapa strategi dan membiarkan anak untuk memilihnya. Orangtua juga dilibatkan dalam proses pemilihan karena orangtua terbiasa dengan koping anak sehingga dapat membantu mengenal strategi yang diinginkan anak. Anak harus mempelajari strategi yang spesifik sebelum nyeri bertambah parah, untuk mengurangi nyeri, instruksi dari strategi itu dapat berupa relaksasi dan bermain selama periode rasa nyaman.

4.2. Manajemen pharmakologi

Metode penggunaan pharmakologi untuk mengontrol rasa nyeri menyangkut empat hal, seperti benar obat, benar dosis, benar pemberian, dan benar waktu. Walaupun perawat tidak dapat mengintervensi terlalu jauh dalam hal pengobatan tapi dapat mendiskusikannya dengan dokter tentang kemungkinan strategi untuk mengurangi rasa nyeri.


(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Adapun kerangka konsep dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kerangka penelitian

Keterangan: Variabel yang diteliti. Orangtua yang anaknya

mengalami hospitalisasi hospitalisasi

Atraumatic care :

- mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orang tua

- meningkatkan kontrol diri - mencegah atau meminimalkan cedera tubuh

( variabel independen)

Skala kepuasan layanan : - sangat puas

- puas - tidak puas

- sangat tidak puas ( variabel dependen)


(34)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.2. Definisi Operasional

VARIABEL DEFENISI

OPERASIONAL

ALAT UKUR

CARA UKUR

HASIL UKUR SKALA

Kepuasan Kepuasan adalah

perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya

Kuesioner Peneliti memberikan kuesioner kepada orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi

Sangat puas (71-90) Puas (47-70) Tidak Puas (24-46) Sangat Tidak Puas ( 0-23)

Ordinal

Atraumatic care

Atraumatic care adalah

suatu tindakan perawatan terapetik yang dilakukan oleh seeseorang dengan menggunakan

intervensi melalui cara mengeliminasi atau meminimalisasi stress psikologi dan fisik yang dialami oleh anak dan keluargannya dalam sistem pelayanan kesehatan.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Metode penelitian ini deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua yang mempunyai anak dan sedang dirawat inap pada bulan Mei 2009- Juni 2009 dengan populasi 110 orang di ruang (Rindu B4) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (diperoleh dari buku rawatan ruang rawat inap rindu B4), pengambilan sample dengan menggunakan metode total sampling, yaitu seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati (Arikunto, 2006)

Sampel penelitian populasi diperoleh dengan menggunakan rumus : N

n=

1 + N(d²) 110 n=

1 + 110 (0,05²) n= 86,274

N= Jumlah populasi n= Jumlah sampel


(36)

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 86 orang, dan untuk kelompok reabilitasnya di ruang Rindu B2 berjumlah 10 orang, sedangkan sampel diambil di ruang Rindu B4 RSUP H.Adam Malik Medan.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang Rindu B4 RSUP H Adam Malik Medan. Untuk kelompok sampel diambil di ruang Rindu B4 dan untuk kelompok pembanding di ruang Rindu B2 RSUP H Adam Malik Medan. RSUP H Adam Malik Medan dipilih sebagai lokais penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit type A rujukan wilayah Sumatera Bagian Utara.

3.2.Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan 15 November-15 Desember 2009.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan ijin dari Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan, setelah mendapat ijin dari kepala ruangan, kemudian peneliti menuju ke responden. Peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden yang akan diteliti. Sebelum mengisi responden dijelaskan maksud dan tujuan, manfaat, efek serta prosedur penelitian. selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden, jika para orangtua bersedia menjadi responden, maka mereka dimintai untuk menandatangani lembar persetujuan, jika para orangtua menolak berpartisipasi dalam penelitian ini,


(37)

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama orangtua dalam pengumpulan data tetapi dengan memberi kode pada masing-masing lembaran tersebut, kerahasiaan informasi orangtua dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dikembangkan berdasarkan kerangka penelitian yang disusun (Notoatmodjo, 2005). Instrumen ini terbagi dari dua bagian. Bagian pertama adalah berisi data demografi yang terdiri dari umur orang tua, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama, dan pekerjaan. Bagian kedua dari instrument ini adalah pertanyaan terhadap kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Kuesioner ini menggunakan skala likert dan berisi pertanyaan dengan jawaban sangat puas, puas, tidak puas dan sangat tidak puas. Jika responden menjawab dengan sangat puas maka diberi nilai 3, responden menjawab dengan puas diberi nilai 2, responden menjawab dengan tidak puas diberi nilai 1, dan apabila responden menjawab dengan sangat tidak puas diberi nilai 0. Pertanyaan terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan yang mewakili mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari orangtua (no 1-10), 10 pertanyaan mewakili meningkatkan kontrol diri (no 11-21), dan 10 pertanyaan mewakili mencegah atau meminimalkan cedera tubuh (no 21-30). Total skore yang didapat adalah 0-90, semakin tinggi jumlah skore yang didapat, maka semakin tinggi nilai kepuasan yang


(38)

diterima dalam atraumatic care. Menurut Sudjana (1992), untuk menghitung jumlah total skore digunakan rumus statistik :

Rentang

P = ______________ Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan nilai tertinggi dikurang nilai terendah sehingga didapat nilai rentang kelas dan banyak kelas adalah 4. Dari hasil perhitungan, maka rentang kepuasan orangtua terhadap tindakan atraumatic care

selama anak mengalami hospitalisasi menurut skala ordinal (Arikunto, 2006) untuk kategori : sangat puas nilainya (71-90), puas nilainya (47-70), tidak puas nilainya (24-46), dan sangat tidak puas nilainya (0-23).

6. Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan permohonan ijin kepada dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, kemudian mengajukan permohonan ijin kepada direktur RSUP H Adam Malik Medan, setelah mendapat ijin dari direktur RSUP H Adam Malik Medan melalui Badan Diklat dan Litbang peneliti menuju ruangan, dari Kepala Ruangan selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data peneliti.

Peneliti menentukan kelompok perbandingan di ruang rawat Rindu B2 dan kelompok sampel di ruang Rindu B4. Peneliti juga menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Kemudian menjelaskan kepada calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Setelah mendapat persetujuan dari responden, kemudian responden


(39)

mengisi pernyataan yang telah disiapkan oleh peneliti. Pernyataan yang telah disiapkan berisi 30 buah pernyataan tentang kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H Adam Malik Medan, jadi jumlah seluruh data responden selama 15 November- 15 Desember 2009.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik deskriptif. Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau editing, yaitu dengan memeriksa dan meneliti apakah semua data telah terkumpul dan seluruh pertanyaan telah diisi oleh responden , setelah itu skoring, data yang telah terkumpul dihitung jumlahnya dengan memberikan skor yang telah ditentukan. Kemudian dilanjut dengan coding, memberikan kode pada aspek-aspek variabel penelitian agar memudahkan dalam penghitungan setiap variabel. Setelah itu

tabulating, data yang telah diperiksa dimasukkan ke dalam bentuk table distribusi selanjutnya dilakukan persentase dari setiap kategori penilaian.

8. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, peneliti menggunakan tehnik content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih yang akan dilakukan oleh orang yang ahli dalam keperawatan anak. Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuatu instrumen dan bertujuan untuk


(40)

menggambarkan sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur. Validitas instrumen penelitian diuji oleh Ibu Liberta L.Toruan, Skp, M.Kep dengan nilai CVI = 0,833.

9. Uji Reabilitas

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2005).

Uji reabilitas telah dilakukan kepada 10 orang subjek yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan sebagai subjek studi, yaitu ruang Rindu B2 RSUP H Adam Malik Medan pada 15 November 2009 – 15 Desember 2009 sehingga diperoleh hasil ujinya dengan menggunakan cronbac alpha dimana alpha harus > 0,7 agar dianggap reabel maka kuesioner ini layak digunakan (Polit, 1995). Hasil uji reabilitas diperoleh yaitu 0,711.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian setelah pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 15 November 2009 – 15 Desember 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah sampel yang digunakan peneliti adalah sebanyak 86 responden. Hasil penelitian ini untuk mengetahui kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009.

Hasil penelitian ini dibagi dalam 2 bagian yaitu karakteristik responden dan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan.

1. 1. Karakterisitk responden

Berdasarkan usia, responden terbanyak berada dalam kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 33 responden (33,4%), dengan usia termuda adalah 20 tahun dan usia tertua adalah 55 tahun, sedangkan jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 47 responden (54,7%) diikuti dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 39 responden (45,3%), sedangkan pendidikan responden yang terbanyak adalah SMA dengan jumlah 31 (36%), SMP 29 responden (33,7%), SD sebanyak 23 responden (26,7%), dan yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 3 responden (3,5%).


(42)

Untuk kelompok jenis pekerjaan yang terbanyak adalah responden tidak mempunyai pekerjaan tetap atau disebut dengan dan lain-lain sebanyak 43 responden (50%), wiraswasta sebanyak 22 (25,6%), petani 17 responden (19,8%), pegawai swasta sebanyak 3 responden (3,5%), dan PNS sebanyak 1 responden (1,2%), dan untuk kelompok jaminan pasien terbanyak adalah jamkesmas sebanyak 81 (94,2%). Tabel 1.1. Data demografi responden

Karakteristik Frekuensi Persentase Umur

- 20-30 tahun - 31-40 tahun - 41-50 tahun - 51-60 tahun

22 33 22 9 25,6 38,4 25,6 10,5

86 100

Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan

39 47

45,3 54,7

86 100

Pendidikan terakhir - SD

- SMP - SMA

- Perguruan tinggi

23 29 31 3 26,7 33,7 36,0 3,5

86 100

Pekerjaan - PNS

- Pegawai swasta - Wiraswasta - Petani - Dan lain-lain

1 3 22 17 43 1,2 3,5 25,6 19,8 50

86 100

Status jaminan pasien - ASKES - Umum - Jamsostek - Perusahaan - Jamkesmas

1 2 1 1 81 1,2 2.3 1,2 1,2 94,2


(43)

Tabel 1.2. Distribusi frekuensi dan persentase kepuasan orangtua terhadap atraumatic

care

No Variabel Kategori Total

Sangat Puas

Puas Tidak Puas

Sangat Tidak

Puas

f % f % f % f % %

1

2

3

Mencegah atau meminimalisir

perpisahan anak dari orangtua Meningkatkan kontrol diri Mencegah atau meminimalkan cedera tubuh 20 19 20 23% 22% 23% 57 60 54 66% 0% 63% 9 7 12 11% 8% 14% 0 0 0 0 0 0 86 (100%) 86 (100%) 86 (100%)

Dari tabel di atas dapat dilihat dan disimpulkan adanya kriteria kepuasan dan ketidakpuasan pasien, maka dari keseluruhan responden yang berjumlah 86 orang, sejumlah 77 responden (89%) menjawab mendapat kepuasan dari setiap pernyataan atas pelayanan yang perawat berikan dalam atraumatic care dan sejumlah 9 responden (11%) menjawab tidak mendapat kepuasan terhadap atraumatic care yang diberikan perawat.


(44)

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan.

2.1 Mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua

Darbyshire (1994) dalam Wong (2003) mengatakan, orangtua akan selalu berada diluar rumah sakit dan meninggalkan anaknya yang sakit dan orangtua akan meminta perawat untuk menjaga anak mereka. Tindakan ini telah membuat orangtua merasa bahwa orangtua ikut menjaga anaknya walaupun melalui perantara perawat oleh sebab itu perawat harus memahami kegiatan rutin anak setiap hari, mengenal kesukaan makanan anak, dan pemberian perawatan yang paripurna (Wong, 2003), sehingga perpisahan dengan orangtua akan dapat diminimalkan seperti yang dijawab orangtua melalui kuesioner.

Orangtua merasa cemas dan khawatir terhadap mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua seperti perawat tidak membantu atau perawat tidak menangani anak mereka dengan segera, orangtua tidak ikut dilibatkan dalam perawatan anak, perawat tidak memberitahu peraturan rumah sakit, perawat tidak memberi ijin anak untuk membawa barang permainannya, perawat tidak mengontrol anak mereka semasa dalam perawatan, perawat tidak memberi ijin anak untuk bermain dengan teman sebaya ataupun semasa dalam perawatan anak merasa bosan sehingga anak tidak betah di ruangan, perawat tidak selalu mendampingi. Apabila anak tidak dibantu hal-hal tersebut, maka anak akan mewujudkannya dalam bentuk


(45)

protes yang meliputi anak menangis kuat, menjerit pada orangtua, menolak perhatian dari orang, merasa kecewa yang diungkapkan dalam bentuk seperti anak tidak aktif dan kurang melakukan aktifitas, tidak mau makan dan bermain, juga menghindar dari orang sehingga proses hospitalisasi dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang diinginkan baik dari pihak orangtua tetapi juga dari pihak perawat. Apabila proses ini dapat berlangsung dengan baik, dapat mempersingkat proses penyembuhan dan anak tidak merasa berpisah dari orangtua.

Data menunjukkan 77 responden (89%) puas terhadap atraumatic care

terutama dalam hal dimensi mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua. Hal ini dapat terlaksana apabila adanya kerjasama antara perawat yang merawat dan orangtua yang selalu mendampingi dengan tidak mengenyampingkan pendekatan perawat pada anak yang dibantu oleh orangtua selama orangtua tidak selalu ada mendampingi anak dihospitalisasi.

2.2 Meningkatkan kontrol diri

Rasa kehilangan kontrol diri dapat berasal dari perpisahan dengan orangtua, tekanan jiwa, perubahan dalam kegiatan sehari-hari, tidak ada rasa kebebasan, pikiran-pikiran yang menakutkan, ataupun tidak ada mobilisasi selama dalam perawatan (Wong, 2003). Walaupun hal-hal tersebut tidak bisa dihindari, tapi setidaknya dapat dikurangi selama anak dalam perawatan. Wong (2003) menyebutkan kehilangan kontrol juga disebabkan oleh perasaan tertekan atas adanya kekuasaan yang mengatur mereka selama masa hospitalisasi sehingga tidak adanya


(46)

kebebasan dalam hal seperti, memakai baju kesukaan, memilih makanan kesukaan, kumpul dengan teman-teman, dan melanjutkan sekolah.

Adapun hal-hal yang dapat meningkatkan kontrol diri dapat dilihat dari dimensi kuesioner yang diberikan kepada responden, Data menunjukkan 79 responden (92%) puas terhadap perawat memberi pujian pada anak ketika mau bekerjasama dalam melakukan tindakan perawatan, perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak, mengijinkan bermain dengan barang kesukaannya, perawat selalu berusaha mendengar setiap keluhan, perawat selalu menenangkan orangtua ketika cemas akan penyakit anak, pelayanan yang diberikan perawat membuat orangtua merasa tenang dan nyaman, perawat merespon keluhan yang diajukan anak, perawat memberi ijin pada anak untuk memilih makanan yang disukai atau membawa dari rumah, perawat memberi ijin pada orangtua untuk membawa anaknya berjalan diseputar rumah sakit ketika anak meraa bosan. Berkurangnya tingkat kontrol diri akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan koping anak, ini dapat terjadi apabila perawat tidak mendengar atau merespon setiap keluhan yang disampaikan oleh anak, karena setiap kebutuhan anak akan berbeda pada setiap tingkat usia sehingga membutuhkan perhatian dari perawat dan juga orangtua dalam mengontrol tekanan fisik dan mental.

2.3 Mencegah atau meminimalkan cedera tubuh

Selama anak dalam masa hospitalisasi, anak akan merasa cemas dan takut pada hal-hal yang membuat tubuh mereka terluka, terpotong, perubahan gambaran diri, kecacatan, dan meninggal, secara umum cara untuk mengurangi rasa sakit adalah


(47)

dengan mengurangi rasa takut. Rasa takut anak tersebut dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor, misalnya alat rongent, penggunaan dari alat-alat kedokteran yang tentunya asing dan belum pernah terlihat, ruangan yang tidak mendukung, dan pembedahan (wong, 2003).

Berdasarkan data dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat 74 responden (86%) puas terhadap mencegah atau meminimalkan cedera tubuh pada anak, ini dapat dilihat dari dimensi pernyataan seperti, persetujuan tindakan perawatan telah mendapat persetujuan dari orangtua, prosedur tindakan perawatan telah dijelaskan pada orangtua, perawat mempunyai sikap terampil dalam melakukan tindakan perawatan, perawat mengatakan pada anak apakah prosedur tindakan perawatan membuat anak kesakitan, perawat bekerja dengan hati-hati dan teliti, perawat mengatakan pada anak apakah tindakan yang diberikan tela membuat anak merasa nyaman, perawat memasang alat pengaman infus agar tidak terjadi pemasangan ulang, perawat memasang pagar tempat tidur agar anak tidak terjatuh, perawat menyarankan orangtua agar menjauhkan benda-benda tajam agar tidak menimbulkan cedera, dan perawat membantu anak ketika akan ke kamar mandi karena orangtua khawatir anak akan cedera.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian yang dilakukan mengenai kepuasan orangtua terhadap tindakan atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di RSUP H.Adam Malik Medan, menghasilkan kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Kesimpulan

Hasil penelitian dari jawaban yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan bahwa orangtua sebagai responden mengaku mendapat kepuasan dari pelayanan perawat terhadap atraumatic care, seperti dimaksud dalam variabel mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah atau meminimalkan cedera tubuh, dan dituangkan dalam bentuk pernyataan, seperti perawat segera menangani anak ketika tiba di rumah sakit, orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak, perawat membantu anak beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, perawat memberitahukan hal-hal peraturan rumah sakit, perawat mengijinkan anak untuk membawa barang kesukaannya, orangtua diijinkan tinggal dalam satu ruangan, perawat mengontrol anak selama dalam perawatan, ijinkan anak bermain dengan teman sebayanya, perawat mendampingi anak ketika diminta, tidak memadamkan lampu ruang perawatan, memberi pujian pada anak, perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak, mengijinkan anak bermain dengan barang kesayangannya, berusaha mendengar setiap keluhan anak, menenangkan orangtua ketika khawatir tentang penyakit anaknya, perawat memberi


(49)

rasa nyaman pada orangtua, merespon keluhan, memberi ijin membawa makanan dari rumah, adanya kerjasama perawat dan anak ketika melakukan tindakan, memberi ijin anak bermain di luar ruangan keetika anak merasa bosan, ketika melakukan tindakan perawat meminta ijin pada orangtua dan menjelaskannya, perawat terampil, selalu menanyakan anak ketika tindakan terasa menyakitkan, perawat selalu hati-hati ketika melakukan tindakan, dan memasang alat pengaman pada setiap melakukan tindakan perawatan misal pemasangan infus.

Orangtua mendapat kepuasan terhadap atraumatic care, pada dimensi mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua adalah 77 responden (89%), pada dimensi meningkatkan kontrol diri 79 (92%) responden menyatakan puas, dan pada dimensi mencegah atau meminimalkan cedera tubuh, ada 74 responden (86%) responden merasa puas. Dari keseluruhan responden terhadap 3 variabel yang dijawab dan mendapat kepuasan orangtua terhadap atraumatic care

selama anak mengalami hospitalisasi adalah ada 77 responden (89%), dan sebanyak 9 responden (11%) merasa tidak mendapat kepuasan.

2. Saran

2.1. Bagi praktek keperawatan

Penelitian ini menyangkut atraumatic care sehingga peneliti sebagai perawat dapat memanfaatkan pengetahuan yang didapat dengan mengaplikasikannya di lingkungan pekerjaan sehingga tidak anak sebagai pasien tidak merasa cemas, takut, merasa berbeda dengan yang lainnya, disamping ilmu yang didapat dari penelitian juga perawat dapat menambah pengetahuannya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan


(50)

cara pemasangan infus, pemasangan verban pada pasien trauma, pelatihan kepribadian, dimana kepribadian perawat menentukan dalam hal penerimaan pasien sebagai manusia seperti dirinya, bagaimana kita berbicara pada anak sebagai pasien karena anak adalah makhluk unik yang tentu saja berbeda dengan orang dewasa, juga dengan tidak mengenyampingkan konsep-konsep pelayanan perawatan anak khususnya atraumatic care. Dengan penelitian ini diharapkan perawat dapat mengaplikasikannya dalam lahan praktek.

2.2. Bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi terhadap atraumatic care di tempat yang berbeda atau di rumah sakit kabupaten ataupun bukan daerah perkotaan untuk melihat perbedaan terhadap pelayanan atraumatic care yang diberikan perawat.

3.3. Bagi peneliti sendiri

Dalam pengembangan penelitian selanjutnya diharapkan dan disarankan pada pernyataan kuesioner dibuat pernyataan negatif dan responden diperbanyak untuk melihat perbedaan kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi, dan melakukan penelitian lebih teliti dan lebih baik lagi untuk masa berikutnya.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Jakarta, PT Rineka Cipta Endif (2009), Falsafah Keperawatan Anak, diambil tanggal 22 April 2009 dari

Hidayat, A.A. (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta

Hidayat, A.A. (2005), Pengantar Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika Supartini Y, (2009), Konsep Dasar Keperawatan Anak, diambil tanggal 17 maret

2009 dari

Sofyan (2009), Hubungan Quality Assurance dengan Kepuasan Pasien Rumah Sakit.

diambil tanggal 2 April 2009 dari Muningjaya, (2004), Manajemen Kesehatan, Jakarta, EGC

Notoatmojo, S. (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,

Jakarta, Salemba Medika

Nursalam, (2007), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Salemba Medika Pohan Imbalo, S. (2002), Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Jakarta, EGC

Wahyuni S.A, (tidak ada), Statisitka Kedokteran, Bamboedoea Communication, Jakarta

Satroasmoro, S,dkk.(2002), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Sagung Seto

Susan F.A (1998), Pediatric Nursing- Operatinalizing Donna Wong’s principle of

atraumatic care, diambil tanggal 14 Maret 2009, diambil dari


(52)

Sudjana, (2005), Metoda Statitiska, Bandung, Penerbitan Tarsito

Supartini, (2004) Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta, EGC Wong, L. Donna (2003), Wong’s Nursing Care of Infant and Children, St.Louis


(53)

Tabel 1.3. Lampiran Distribusi frekuensi Kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi

NO PERNYATAAN SP P TP STP

(%) (%) (%) (%)

1

Mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dengan orangtua

Ketika tiba di rumah sakit, perawat segera menangani anak anda

19 (22,1%) 63 (73,3%) 4 (4,7%) -

2 Orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak 17 (19,8%) 65 (75,6%) 4 (4,7%) - 3 Perawat membantu anak saya dalam

beradaptasi dengan dengan ruang perawatan di rumah sakit

14 (16,3%) 67 (77,9%) 5 (5,8%) -

4 Perawat memberitahukan peraturan ruang perawatan tentang hal-hal yang harus dipatuhi 23 (26,7%) 57 (66,3%) 6 (7%) -

5 Perawat mengijinkan saya membawa barang-barang kesukaan anak saya selama dirawat 18 (20,9%) 48 (55,8%) 20 (23,3%) -

6 Perawat mengijinkan saya untuk tinggal dalam satu ruangan

27 (31,4%) 49 (57%) 10 (11,6%) - 7 Perawat mengontrol perawatan anak

saya selama anak saya dirawat dalam ruang perawatan 27 (31,4%) 53 (61,6%) 6 (7%) -

8 Perawat mengijinkan anak saya bermain selama tidak membahayakan kondisi penyakitnya dan dalam pengawasan saya 20 (23,3%) 52 (60,5%) 14 (16,3%) -

9 Ketika anak saya sendiri dalam ruang perawatan dan butuh pendamping, perawat bersedia mendampingi

24 (27,9%) 54 (62,8%) 8 (9,3%) -

10 Saat menjelang tidur malam anak saya meminta pada perawat agar tidak memadamkan lampu karena anak saya takut kegelapan 11 (12,8%) 57 (66,3%) 18 (20,9%) - 11

Meningkatkan kontrol diri

Perawat memberi pujian pada anak saya ketika mau bekerja sama saat dilakukan tindakan perawatan

20 (23,3%) 60 (69,8%) 6 (7%) -


(54)

12 Perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak saya dengan cara membujuk sebelum dilakukan tindakan perawatan 21 (24,4%) 64 (74,4%) 1 (1,2%) -

13 Perawat mengijinkan anak saya bermain dengan barang kesayangannya selama dalam pengawasan orangtua dan perawat 14 (16,3%) 63 (73,3%) 9 (10,5%) -

14 Perawat berusaha mendengar setiap keluhan anak saya atas penyakit yang dideritanya 14 (16,3%) 67 (77,9%) 5 (5,8%) -

15 Perawat berusaha menenangkan saya ketika saya cemas tentang penyakit anak saya 28 (32,6%) 52 (60,5%) 6 (7%) -

16 Pelayanan yang diberikan perawat membuat keluhan saya semakin berkurang dan saya merasa nyaman

21 (24,4%) 57 (66,3%) 8 (9,3%) -

17 Perawat merespon setiap keluhan yang diajukan anak saya

18 (20,9%) 61 (70,9%) 7 (8,1%) - 18 Perawat memberi ijin kepada saya

untuk memilih makanan yang disukai atau membawa makanan dari rumah sendiri 18 (20,9%) 57 (66,3%) 11 (12,8%) -

19 Ketika tindakan perawatan dilakukan, ada kerja sama antara perawat dan anak saya 14 (16,3%) 64 (74,4%) 8 (9,3%) -

20 Ketika anak saya merasa bosan di dalam ruang perawatan, perawat memberi ijin kepada saya untuk membawa anak saya berjalan di seputar taman rumah sakit

19 (22,1%) 55 (64%) 12 (14%) - 21

Mencegah atau meminimalkan cedera tubuh

Prosedur tindakan perawatan telah mendapat persetujuan anda sebagai orangtua 32 (37,2%) 48 (55,8%) 6 (7%) -

22 Prosedur tindakan perawatan telah dijelaskan perawat kepada anda sebagai orangtua 21 (24,4%) 54 (62,8%) 11 (12,8%) -

23 Perawat mempunyai sikap terampil ketika melakukan tindakan perawatan

16 (18,6%) 62 (72,1%) 8 (9,3%) -


(55)

24 Perawat senantiasa mengatakan pada anak saya apakah prosedur tindakan membuat anak saya kesakitan

14 (16,3%) 53 (61,6%) 19 (22,1%) -

25 Dalam melakukan tindakan perawatan, perawat bekerja dengan hati-hati dan teliti 26 (30,2%) 50 (58,1%) 10 (11,6%) -

26 Setelah melakukan tindakan

perawatan, perawat mengatakan pada anak saya apakah sudah merasa nyaman 20 (23,3%) 57 (66,3%) 9 (10,5%) -

27 Perawat memasang alat pengaman infus pada tempat pemasangan infus agar tidak terjadi pemasangan ulang

17 (19,8%) 52 (60,5%) 17 (19,8%) -

28 Perawat memasang pagar tempat tidudr agar anak saya tidak terjatuh karena anak saya kelihatannya sangat suka bergerak/hiperaktif 19 (22,1%) 53 (61,6%) 14 (16,3%) -

29 Perawat menyarankan pada saya agar menjauhkan benda-benda tajam dari anak saya agar terhindar timbulnya cedera 16 (18,6%) 54 (62,8%) 16 (18,6%) -

30 Perawat membimbing anak saya ketika anak saya akan ke kamar mandi karena saya sangat khawatir dengan kondisi anak saya 18 (20,9%) 54 (62,8%) 14 (16,3%) -


(56)

FREQUENCIES

VARIABLES=Umur_Bapak_Ibu Jenis_kelamin Pendidikan_terakhir Pekerjaan Status_jaminan_pasien

/ORDER= ANALYSIS .

Frequencies

Statistics

Umur

Bapak/Ibu Jenis kelamin

Pendidikan

terakhir Pekerjaan

Status jaminan

pasien

N Valid 86 86 86 86 86

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur Bapak/Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-30 22 25,6 25,6 25,6

31-40 33 38,4 38,4 64,0

41-50 22 25,6 25,6 89,5

51-60 9 10,5 10,5 100,0

Total 86 100,0 100,0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 39 45,3 45,3 45,3

perempuan 47 54,7 54,7 100,0

Total 86 100,0 100,0

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 23 26,7 26,7 26,7

SMP 29 33,7 33,7 60,5

SMA 31 36,0 36,0 96,5

Perguruan Tinggi 3 3,5 3,5 100,0


(57)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 1 1,2 1,2 1,2

Pegawai Swasta 3 3,5 3,5 4,7

Wiraswasta 22 25,6 25,6 30,2

Petani 17 19,8 19,8 50,0

Dan lain-lain 43 50,0 50,0 100,0

Total 86 100,0 100,0

Status jaminan pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ASKES 1 1,2 1,2 1,2

Umum 2 2,3 2,3 3,5

Jamsostek 1 1,2 1,2 4,7

Perusahaan 1 1,2 1,2 5,8

Jamkesmas 81 94,2 94,2 100,0


(58)

SURAT KETERANGAN UJI VALIDITAS

Judul : Kepuasan Orangtua Terhadap Tindakan Atraumatic Care

Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP H.AdamMalik Medan

Nama Mahasiswa : Adillah Budyasa

NIM : 081121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2008

Telah memenuhi syarat dan telah melakukan validitas instrumen kuesioner sejumlah 30 butir pernyataan, pengujian instrumen kuesioner oleh Ibu Liberta L.Toruan, S.Kp. M.Kep.

Medan, November 2009

... ( Liberta L.Toruan, S.Kp, M.Kep)


(59)

1.4. Tabel Nilai Validitas N

O

PERNYATAAN NILAI

0,5 0,6 0.7 0,8 0,9 1 Ketika tiba di rumah sakit, perawat segera

menangani anak saya

√ 2 Orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak √ 3 Perawat membantu anak saya untuk

beradaptasi dengan ruangan perawatan di rumah sakit

√ 4 Perawat memberitahukan peraturan ruang

perawatan tentang hal-hal yang harus dipatuhi

√ 5 Perawat mengijinkan saya membawa

barang-barang kesukaan anak saya selama dirawat

√ 6 Perawat mengijinkan saya untuk tinggal dalam

satu ruangan

√ 7 Perawat mengontrol perawatan anak saya

selama anak saya dirawat dalam ruang perawatan

√ 8 Perawat mengijinkan anak saya bermain

selama tidak membahayakan kondisi penyakitnya dan dalam pengawasan saya

√ 9 Ketika anak saya sendiri dalam ruang

perawatan dan butuh pendamping, perawat bersedia mendampingi

√ 10 Saat menjelang tidur malam, anak saya

meminta pada perawat agar tidak memadamkan lampu karena anak saya takut kegelapan

√ 11 Perawat memberi pujian pada anak saya ketika

mau bekerjasama saat dilakukan tindakan perawatan

√ 12 Perawat berusaha melakukan pendekatan pada

anak saya dengan cara membujuk sebelum dilakukan tindakan perawatn

√ 13 Perawat mengijinkan anak saya bermain

dengan barang kesayangannya selama dalam pengawasan orangtua dan perawat

√ 14 Perawat berusaha mendengar setiap keluhan

anak saya atas penyakit yang dideritanya

√ 15 Perawat berusaha menenangkan saya ketika

saya cemas tentang penyakit anak saya


(60)

16 Pelayanan yang diberikan perawat membuat keluhan saya semakin berkurang dan saya merasa nyaman

√ 17 Perawat merespon setiap keluhan yang

diajukan anak saya

√ 18 Perawat memberi ijin kepada anak saya untuk

memilih makanan yang disukai atau membawa makanan dari rumah sendiri

√ 19 Ketika tindakan perawatan dilakukan, ada

kerjasama antara perawat dan anak saya

√ 20 Ketika anak saya merasa bosan di dalam ruang

perawatan, perawat memberi ijin kepada saya untuk membawa anak sayaberjalan di seputar taman rumah sakit

21 Prosedur tindakan perawatan telah mendapat persetujuan anda sebagai orangtua

√ 22 Prosedur tindakan perawatan telah dijelaskan

perawat kepada anda sebagai orantua

√ 23 Perawat mempunyai sikap terampil ketika

melakukan tindakan perawatan

√ 24 Perawat senantiasa mengatakan pada anak saya

apakah prosedur tindakan membuat anak saya kesakitan

√ 25 Dalam melakukan tindakan perawatan, perawat

bekerja dengan hati-hati dan teliti

√ 26 Setelah melakukan tindakan perawatan,

perawat mengatakan pada anak saya apakah sudah merasa nyaman

√ 27 Perawat memasang alat p tidak terjadi

pengaman infus agar tidak terjadi pemasangan ulang

√ 28 Perawat memasang pagar tempat tidur agar

anak saya tidak terjatuh karena anak saya kelihatannya sangat suka bergerak/hiperaktif

√ 29 Perawat menyarankan pada saya agar

menjauhkan benda-benda tajam dari anak saya agar terhindar timbulnya cedera

√ 30 Perawat membimbing anak saya ketika anak

saya akan ke kamar mandi karena saya sangat khawatir dengan kondisi anak saya


(61)

Nilai validitas di peroleh dengan menggunakan rumus : Jumlah total nilai

CVI=

Jumlah total kuesioner 25

CVI=

30 CVI= 0,833


(62)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100,0

Excluded(

a) 0 ,0

Total 10 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(63)

Frequency Table kuesioner

Q1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 4,7 4,7 4,7

2 63 73,3 73,3 77,9

3 19 22,1 22,1 100,0

Total 86 100,0 100,0

Q2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 4,7 4,7 4,7

2 65 75,6 75,6 80,2

3 17 19,8 19,8 100,0

Total 86 100,0 100,0

Q3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 5 5,8 5,8 5,8

2 67 77,9 77,9 83,7

3 14 16,3 16,3 100,0

Total 86 100,0 100,0

Q4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 7,0 7,0 7,0

2 57 66,3 66,3 73,3

3 23 26,7 26,7 100,0

Total 86 100,0 100,0

Q5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 20 23,3 23,3 23,3

2 48 55,8 55,8 79,1

3 18 20,9 20,9 100,0


(1)

LEMBAR KUESIONER

Kepuasan Orangtua Terhadap Tindakan Atraumatic Care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Petunjuk :

Isilah pertanyaan berikut dan berilah tanda contreng (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi yang bapak/ibu alami di rumah sakit.

I. Data Demografis

No. Responden :………

1. Umur Bapak/Ibu :…………

2. Jenis kelamin :  Lk Pr

3. Pendidikan terakhir : . SD . SMU

. SMP .Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan : . PNS

. Pegawai Swasta . Wiraswasta . Petani

.Lain-lain………

5. Status jaminan pasien : . Askes . Umum

. Jamsostek . Perusahaan . Jamkesmas


(2)

II. Dimensi Kepuasan Orangtua Terhadap Tindakan Atraumatic Care Selama Anak Mengalami Hospitalisasi Di RSUP H.Adam Malik Medan

NO PENYATAAN SANGAT PUAS

PUAS TIDAK PUAS

SANGAT TIDAK

PUAS 1 Ketika tiba di rumah sakit, perawat

segera menangani anak saya

2 Orangtua ikut dilibatkan dalam perawatan anak

3 Perawat membantu anak saya untuk beradaptasi dengan ruangan perawatan di rumah sakit

4 Perawat memberitahukan peraturan ruang perawatan tentang hal-hal yang harus dipatuhi

5 Perawat mengijinkan saya membawa barang-barang kesukaan anak saya selama dirawat

6 Perawat mengijinkan saya untuk tinggal dalam satu ruangan

7 Perawat mengontrol perawatan anak saya selama anak saya dirawat dalam ruang perawatan

8 Perawat mengijinkan anak saya bermain selama tidak membahayakan kondisi penyakitnya dan dalam pengawasan saya

9 Ketika anak saya sendiri dalam ruang perawatan dan butuh pendamping, perawat bersedia mendampingi

10 Saat menjelang tidur malam, anak saya meminta pada perawat agar tidak memadamkan lampu karena anak saya takut kegelapan

11 Perawat memberi pujian pada anak saya ketika mau bekerjasama saat dilakukan tindakan perawatan

12 Perawat berusaha melakukan pendekatan pada anak saya dengan cara membujuk sebelum dilakukan tindakan perawatn


(3)

13 Perawat mengijinkan anak saya bermain dengan barang kesayangannya selama dalam pengawasan orangtua dan perawat 14 Perawat berusaha mendengar setiap

keluhan anak saya atas penyakit yang dideritanya

15 Perawat berusaha menenangkan saya ketika saya cemas tentang penyakit anak saya

16 Pelayanan yang diberikan perawat membuat keluhan saya semakin berkurang dan saya merasa nyaman 17 Perawat merespon setiap keluhan

yang diajukan anak saya

18 Perawat memberi ijin kepada anak saya untuk memilih makanan yang disukai atau membawa makanan dari rumah sendiri

19 Ketika tindakan perawatan dilakukan, ada kerjasama antara perawat dan anak saya

20 Ketika anak saya merasa bosan di dalam ruang perawatan, perawat memberi ijin kepada saya untuk membawa anak sayaberjalan di seputar taman rumah sakit

21 Prosedur tindakan perawatan telah mendapat persetujuan anda sebagai orangtua

22 Prosedur tindakan perawatan telah dijelaskan perawat kepada anda sebagai orantua

23 Perawat mempunyai sikap terampil ketika melakukan tindakan perawatan

24 Perawat senantiasa mengatakan pada anak saya apakah prosedur tindakan membuat anak saya kesakitan

25 Dalam melakukan tindakan perawatan, perawat bekerja dengan hati-hati dan teliti

26 Setelah melakukan tindakan perawatan, perawat mengatakan pada


(4)

27 Perawat memasang alat p tidak terjadi pengaman infus agar tidak terjadi pemasangan ulang

28 Perawat memasang pagar tempat tidur agar anak saya tidak terjatuh karena anak saya kelihatannya sangat suka bergerak/hiperaktif

29 Perawat menyarankan pada saya agar menjauhkan benda-benda tajam dari anak saya agar terhindar timbulnya cedera

30 Perawat membimbing anak saya ketika anak saya akan ke kamar mandi karena saya sangat khawatir dengan kondisi anak saya


(5)

TAKSASI DANA

A. Persiapan Proposal

1. Penelusuran literatur dari internet Rp. 100.000,- 2. Print literatur dari internet Rp. 100.000,- 3. Fotokopi literatur dari buku Rp. 100.000,- 4. Pengetikan dan print proposal Rp. 200.000,- 5. Penggandaan dan penjilidan proposal Rp. 100.000,- 6. Fotokopi transparant untuk presentase Rp. 20.000,-

B. Administrasi Penelitian

1. Registrasi sidang skripsi Rp. 300.000,- 2. Biaya izin penelitian di lokasi Rp. 114.000,- C. Pengumpulan dan Analisa Data

1. Biaya penggandaan Kuesioner dan

Lembar Persetujuan Kuesioner Rp 70.000,- 2. Biaya transportasi Rp. 300.000,- D. Penyusunan Hasil Perbaikan

1. Pengetikan dan print perbaikan laporan Rp. 250.000,- 2. Pengandaan dan penjilidan laporan penelitian Rp. 250.000,- JUMLAH ---+ Rp. 1.904.000,- Biaya tak terduga (10%) Rp. 190.400,- ---+ Rp. 2.094.400,- (Dua Juta Sembilan Puluh Empat Ribu Empat Ratus Rupiah)


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adillah Budyasa

Tempat Tanggal Lahir: Binjai, 06 Januari 1974

Pekerjaan : PNS

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Batu Lipai RT 03/RW 01 Meral, Tanjung Balai Karimun 29161 Kepulauan Riau

Riwayat Pendidikan

1. SD Neg. 020265 Binjai tahun1282/1983 2. SMP Neg. I Binjai tahun 1988/1989 3. SMA Neg. I Binjai tahun 1991/1992

4. Akademi Keperawatan Imelda, Medan 1996/1997

Pengalaman Lainnya

1. Pelatihan SARS Indonesia-Singapura di Bintan tahun 2005 2. Pelatihan Flu Burung (Avian Influenza) di Batam tahun 2005 3 Pelatihan BTCLS di Batam 2007