lx
BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Informan
Berdasarkan data yang penulis peroleh dan demi keamanan serta kenyamanan masing-masing informan, maka dalam skripsi ini, penulis
merahasiakan nama asli informan dengan memberikan nama inisial. Adapun identitas informan secara umum terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 6. Identitas Informan Penelitian No
Inisial Klien
Usia Jenis
Kelamin Pendidikan
Akhir Kasus
Program Rehab
1. PW
48 th LK
MhsIX Skizofrenia
Paranoid Transit House
2. BR
21 th LK
MhsIV Skizofrenia
Paranoid Transit House
3. DB
25 th LK
MhsIV Skizofrenia
Paranoid Transit House
4. AF
25 th LK
MhsIV Skizofrenia
Paranoid Transit House
1 Pimpinan Yayasan
Darmawan, S. Ag kelahiran Jakarta tahun 1972, putera ke-7 dari 9 bersaudara merupakan salah satu pendiri yayasan Madani Mental Health Care
Jakarta Timur yang bertempat di Jl. Panca Warga III Cipinang-Besar Jakarta- Timur. Memiliki latar belakang pendidikan Fakultas Syari’ah Jurusan Al-Ahwalus
Syahkhsiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta, mulai terjun dan menekuni
lxi bidang sosial khususnya dalam penangangan narkoba dan gangguan skizofrenia
sejak tahun 1996 hingga sekarang. Walaupun berlatar belakang pendidikan hukum Islam, beliau mampu
meng-eksiskan diri dalam bidang sosial, hal ini sebagaimana motto yang beliau miliki yakni “Menjadi Manusia yang Bermanfaat bagi Umat Islam”
Mengawali karir sebelum beliau menjabat sebagai seorang pemimpin yayasan Madani Mental Health Care Mental Health Care, beliau aktif dalam
bidang dakwah di mulai dari masjid ke masjid hingga berdakwah ke pesantren narkoba salah satunya adalah Pesantren Modern Darul Ihsan di wilayah Cariu,
Jawa-Barat. Dari berbagai pengalaman dakwahnya, beliau memiliki ketertarikan untuk
dapat melanjutkan perjuangan dakwahnya dengan mewujudkan dan mengabdikan diri terlibat dalam pembinaan santri-santri korban narkoba dan gangguan
skizofrenia. Selama 3 tahun lamanya beliau aktif berdakwah di lingkungan pesantren narkoba dan dengan sahabat-sahabatnya beliau bertekad mendirikan
sebuah tempat rehabilitasi dengan nama Madani Mental Health Care Home Care pada tahun 2003 dan hingga kini lembaga tersebut berganti nama dengan Madani
Mental Health Care dengan menggunakan sistem terpadu Prof. Dadang yakni BPSS.
54
2 Terapis
54
Buletin Madani cet ke-1, September 2006.
lxii Fuad Salim, Lc kelahiran September 1978 merupakan putera betawi
keturunan Arab, lulusan dari tiga universitas yang berada di daerah timur tengah yakni Universitas Damaskus, Universitas Majma’ Ilmy ‘Aly, dan Ma’had Ta’lim
Al-Lughoh, dengan mengambil jurusan Hukum Islam, hingga mendapatkan gelar S1, setelah itu beliau melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah Jakata
dengan mengambil bidang yang sama yakni Hukum. Dimulai sejak tahun 2003, beliau mulai bergabung dengan lembaga
Madani Mental Health Care, bermula beliau menjabat sebagai konselor yang bertugas mendampingi dan memantau perkembangan klien skizofrenia.
Selama 2 tahun menjabat sebagai konselor dengan pendampingan yang intens kepada klien skizofrenia, beliau juga memberikan motivasi dan perhatian
yang positif kepada klien, dan memberikan teladan yang baik dalam proses pendampingannya, maka akhirnya beliau dipercayakan untuk mengisi kajian
terapi Islam. Dengan berbagai pengalaman dan ilmu agama yang diperoleh selama
perkuliahan, ditambah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang dapat menunjang kegiatan terapi Islam. Alhasil beliau dalam menyampaikan materi terapi Islam,
mendapatkan respon positif dari klien skizofrenia, dan hingga kini beliau masih dipercayakan untuk bisa eksis di lembaga Madani Mental Health Care terutama
dalam kajian terapi Islam.
55
3 Informan PW
55
Wawancara tak berstruktur dengan Fuad Salim, pada tanggal 7 Agustus 2008.
lxiii PW kelahiran Mei tahun 1960 merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara,
yang bertempat tinggal di daerah Menteng, Jakarta-Pusat. PW adalah salah satu korban pergaulan bebas yang rentan dengan Naza, kurang lebih usia 13 tahun PW
mulai mencoba memberanikan diri untuk merokok, setelah itu PW mencoba beralih pada minum-minuman ber-alkohol, hal itu PW lakukan selama kurang
lebih 4 tahun. Pada tahun 1977 di usianya yang ke-17 hingga usia yang ke-38 tahun, PW
mulai mengkonsumsi ganja, psikotropika dan amphetamine. Hal itu dilakukan lantaran coba-coba dan pengaruh dari teman-temannya. Selama 21 tahun lamanya
PW mengkonsumsi Naza. Saat mengkonsumsi amphetamine PW mulai merasa curiga, meriang, dan panas-dingin.
Kemudian muncul adanya bisikan-bisikan yang terdengar dari kedua telinganya. Bisikan-bisikan itu membuat dirinya bingung, karena bisikan yang
PW alami bertentangan satu dengan yang lain. Bisikan tersebut berbunyi : “kalau kamu tidak bertaubat jangan harap suara atau bisikan ini akan hilang dan sudah
pakai saja tidak perlu bertaubat.” Saat bisikan itu muncul akhirnya PW berusaha memperbaiki dengan
menjalankan sholat 5 waktu, meskipun masih dalam keadaan yang belum sempurna, setelah itu mulai muncul sebuah keberanian dalam diri PW untuk
mengakui perbuatannya kepada kedua orang tuanya, jika selama ini PW sudah terjerat Naza.
Pada waktu PW mengakui segala kesalahan atas perbuatannya, kedua orang tuanya tidak serta-merta memarahinya namun mengambil langkah bijak
lxiv yakni berusaha memberikan pengobatan kepada PW, hingga akhirnya PW dibawa
kepada salah seorang paranormal di daerah Jembatan Merah, namun pengobatan yang diberikan belum berhasil disembuhkan dan semakin bertambah. PW merasa
takut dan jera. Lalu PW berusaha melakukan pengobatan sendiri dengan cara mandi besar, PW berharap Allah akan menolong dirinya.
Kemudian PW dibawa ke klinik holistik yang bertempat di Purwakarta, kurang lebih selama 4 bulan menjalani pengobatan namun belum juga berhasil,
selanjutnya PW di pondokkan di pesantren Wonosalam, kurang lebih selama 6 bulan, gangguan halusinasi yang dialami PW masih terjadi.
Akhirnya PW dibawa kepada Prof. Dadang, PW menceritakan keadaan yang terjadi pada dirinya, mulai dari mengkonsumsi Naza hingga mengalami
bisikan-bisikan atau gangguan halusinasi. Sempat terdengar dari ucapan PW bahwa dirinya mengkonsumsi amphetamine dan menurut Prof. Dadang PW
mengalami gangguan kejiwaan yang bernama skizofrenia. Mendengar ucapan tersebut, PW pun shock dan menyesali segala
perbuatannya hingga bertekad untuk sembuh dari sakitnya. Kemudian Prof. Dadang menyarankan agar PW melakukan detoksifikasi atau pembuangan racun
yang berada di rumah sakit Thamrin, setelah melakukan detoksifikasi selama kurang lebih seminggu barulah PW dikirim ke tempat rehabilitasi yang bernama
Wisma Ismail yang barada di Cipinang Elok, Di sana PW kondisi semakin memburuk, akhirnya PW dibawa oleh ustad
Abu ke Madani Mental Health Care dengan program transit house, disana PW
lxv bertemu dengan ustad Darmawan, selama kurang lebih 9 bulan PW menjalani
pengobatan di Madani Mental Health Care.
4 Informan BR
BR kelahiran April tahun 1987 merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tinggal dengan seorang ayah yang berusia 55 tahun dan ibu yang
berusia 49 tahun, bertempat tinggal di daerah Cimanggis Depok. Semasa kecilnya BR hidup dalam keluarga yang bahagia.
Dimulai sejak memasuki tingkat ke-2 dari perkuliahannya di salah satu perguruan tinggi yang ada di Semarang, BR yang memiliki banyak teman dan
dikenal sebagai orang yang mudah bergaul atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru tiba-tiba terlibat konflik dengan seorang teman yang berinisial T.
BR merasa T telah menjelek-jelekkan dirinya kepada teman-temannya hingga mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakitkan hati BR. Hal ini membuat
BR marah dan terjadilah konflik. Dari peristiwa ini BR mengalami depresi, gelisah, cemas, dan marah-marah hingga melampiaskan diri kepada minum-
minuman ber-Alkohol dengan jenis BINTANG. Karena itulah mulai muncul adanya bisikan-bisikan yang terdengar dari kedua telinganya. Bisikan tersebut
berbunyi “Ada seseorang wanita yang menjelek-jelekkan dirinya” hingga berkali- kali terjadi.
Saat kedua orang tuanya mengetahui keadaan BR tersebut, akhirnya BR dibawa ke sebuah klinik dr. Darmani seorang ahli syaraf, selama 1 tahun
lxvi menjalani pengobatan BR belum mengalami perubahan yang signifikan,
halusinasi yang dialami semakin bertambah. Kemudian kedua orang tuanya membawa BR kerumah sakit Thamrin
disana mereka bertemu dengan Prof. Dadang dan akhirnya kedua orang tua BR menceritakan keadaan anaknya. Setelah itu menurut Prof. Dadang “BR mengalami
gangguan skizofrenia yang berupa halusinasi ”. Menderngar hal itu kedua orang
tuanya Shock dan berniat untuk mengobatinya. Setelah itu Prof. Dadang menyarankan agar BR perlu menjalankan proses
pengobatan dan rehabilitasi, atsa pendapat dan persetujuan kedua orang tua BR akhirnya dikirimlah BR untuk menjalankan pengobatan di rehabilitasi Madani
Mental Health Care. Waktu itu BR masuk ke Madani Mental Health Care pada tanggal 13 Juli
2008, dimana saat itu kondisi BR masih diselimuti adanya halusinasi, selama 1 bulan lamanya BR menjalani pengobatan di Madani Mental Health Care melalui
program transit house. 5
Informan DB DB kelahiran Mei tahun 1983 merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara, bertempat tinggal di daerah pondok gede Bekasi. Ketika kecil DB tinggal bersama kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pegawai swasta.
Semasa kecil hingga dewasa DB memiliki prestasi yang cukup gemilang khususnya dalam bidang bahasa Inggris dan komputer.
Dimulai sejak masuk perguruan tinggi Universitas Udhayana-Bali, DB tinggal bersama dengan seorang pembantu, karena kesibukan kedua orang tua
lxvii akhirnya DB berteman akrab dengan teman-temannya, dan DB pun merasa bahwa
teman-temannya begitu perhatian kepadanya. Lantaran pergaulan yang dialami DB bersama teman-teman begitu bebas
menurut pengakuannya DB sempat terjerat kepada narkoba dengan jenis ganja dan alkohol yang dilakukan bersama teman-temannya disebuah diskotik. Hal ini
pun tidak diakui oleh kedua orang tuanya, semasa menjalani kehidupan di Bali, DB memiliki saudara yang dominan non muslim dan lama-kelamaan DB dikirim
kearah Nasrani. Dengan kepedulian mereka akhirnya DB merasa keluarganya tidak peduli sementara ada orang lain yang peduli dengan dirinya.
Di sinilah timbul konflik batin antara DB muslim atau non muslim, hingga akhirnya DB merasa dirinya adalah non muslim. Kedua orang tua DB merasa
marah ketika peristiwa ini terjadi pada DB, akhirnya terjadi proses gangguan berpikir, gejala menutup diri, kurang percaya diri, cemas, marah-marah, hingga
melakukan perbuatan yang merusak lingkungan keluarga terutama pernah menganiaya ibu kandungnya dan hal ini membuat ibunya traumatis.
DB pernah diasuh oleh salah satu ustad yang pernah mengajar kurang lebih 6 bulan tetapi keadaan DB bukan semakin membaik, hal ini dikarenakan
dilakukan oleh satu orang ustad dan belum memahami keadaan DB dan akhirnya DB dikirim ke salah satu tempat rehabilitasi kejiwaan yang bertempat di Cilandak
yang bernama GCM Geria Cipta Mandiri kurang lebih sekitar 3 bulan. Saat dikirim ke GCI DB dipaksa, diikat, disuntik, dan dimasukan ke dalam
mobil ambulans serta di sel layaknya orang gila. Melihat keadaan seperti itu orang tua DB merasa sedih hingga akhirnya membawa DB ke rumah sakit Thamrin dan
lxviii bertemu dengan Prof Dadang.kemudian orang tua DB mengetahui kalau ada
lembaga yang dapat menindak lanjuti keadaan DB yakni Madani Mental Health Care. Dan akhirnya DB mulai menjalani masa pengobatan dengan program transit
house. 6
Informan AF AF kelahiran Desember tahun 1983 merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara, bertempat tinggal di Ciputat Tangerang, tinggal bersama kedua orang tuanya yang bekerja sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi swasta Jakarta dan
ibu rumah tangga. Mengalami perjalanan hidup yang begitu kelam, sejak kelas 1 SMP AF
mulai mencoba minum-minuman keras alkohol yang berjenis BIR BINTANG selama 4 botol perbulan hingga tahun 2006. Hal ini dilakukan bersama teman-
temannya, setelah mencoba minum-minuman keras AF pun beralih kepada penggunaan obat-obatan terlarang dengan jenis putau, amphetamin, dan
psikotropika hingga menjadi seorang pecandu. Saat sedang mengkonsumsi narkoba bersama teman-temannya, AF sempat
4 kali melihat temannya OD Over Dosis, hal ini tidak membuat AF jera, dengan seringnya mengkomsumsi narkoba sehingga AF mulai mengalami keguncangan
jiwa terutama pada saat AF mengalami skizofrenia dengan kejadian seperti itu akhirnya pihak kelurga memutuskan agar AF dibawa ke lembaga rehabilitasi yang
bernama pondok pesantren Inaba dengan memakai metode tarekat naqsabandiyah dengan dzikir ala abah anom, selama 2 tahun berada di pondok pesantren inaba
lxix keadaan AF tidak mengalami perubahan yang signifikan dikarenakan AF masih
sempat mengkonsumsi narkoba tersebut. Kemudian dipindahkanlah AF dari pondok pesantren Inaba menuju
pesantren parung dengan menggunakan metode tarekat qadariyah, hal ini bertentangan dalam dirinya tentang kebenaran ajaran Islam. Selama kurang lebih
1,5 tahun menjalani pengobatan dan belum memberikan perubahan, maka akhirnya AF dipulangkan kerumah, selama dirumah AF pun masih dapat
mengkonsumsi barang haram tersebut. Sampai akhirnya AF mengalami gangguan halusinasi, delusi, dan waham kebesaran yang menganggap AF sebagai malaikat
Jibril, Tomi Soeharto, Nyi Roro Kidul, gangguan berpikir, dan lain sebagainya. Melihat keadaan AF seperti itu akhirnya orang tua bertemu dengan Prof
Dadang dan menceritakan keadaan AF, atas saran dan masukan dari Prof Dadang, maka akhirnya AF menjalani pengobatan dengan menjalani program Transit
House di lembaga rehabilitasi yang bernama Madani Mental Health Care Jakarta
Timur.
B. Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health