Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan - Jakarta Timur

(1)

Jakarta Timur

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.i)

Oleh

Jovendra Aliansyah NIM: 1050521751

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013


(2)

Timur)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dalcwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial fslarn (S.Sos.i)

Oleh

Jovenra Aliansvah NIM:105052001751

NIP:1

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAI{ ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

ims&ffi1

iWffiffi&i

-....,.,..,...i

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

FAKULTAS

ILMU

DAKWAH DAN

ILMU

KOMUNIKASI

Jln. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Website: www.fdkuini akarta ac.id

Telepon/F ax:(021) 7 4327 2817 47 03580

E-mail : dakwah@,fdk.uiniakarta.ac.id

PENGESAHAN

PANITIA

UJIAN

Skripsi berjudul "Rehabilitasi Mental Remaja Korban Peyalahgunaan Narkoba

Di

Yayasan

Madani Mental Heulth Care Cipinang Besar Selatan-Jakarta Timur" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 16 Januari 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Sos.I) pada Program Studi Bimbingan danPenyuluhan Islam.

Ciputat, 16 Januari 2013 Sidang Munaqasyah

Ketua rangkap Anggota S ekretaris Merangkap Anggota

Drs.

Stufi/Rizal

Lk, MA

NIP. 19540428 199303 1002 I 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Pembimbing


(4)

-lr

LEMBAR

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Skripsi

ini merupakan

hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaraatan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri

rufN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang

saya gunakan dalam penulisan

ini

telah cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di di

Universitas Islam Negeri

(UIN) S yarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa ka.ya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil plagiat dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UfN)

Syarif Hidayatull ah Jakarta.

Ciputat,l6 J


(5)

i

Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya. Narkotika merupakan zat atau bahan adiktif yang bekerja pada sistem sarap, dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan rasa sakit, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Psikotropika yaitu zat atau bahan aktif yang bekerja pada sistem sarap pusat, dapat menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Banyak lembaga yang membicarakan penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba khususnya pada remaja. Salah satu lembaga yang khusus menangani permasalahan ini yaitu Panti Rehabilitasi Mental dan pengobatan Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Lembaga ini bergerak dalam pelaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA maupun mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan Penderita SKIZOFRENIA sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses rehabilitasi yang dilakukan dalam penyembuhan korban penyalagunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif., dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yaitu satu orang instruktur terapi rehababilitasi, satu orang bidang sumber daya manusia dan satu orang bagian konselor pendamping.

Hasil penelitian ditemukan bahwa; Pertama, faktor yang mempengaruhi penggunaan narkoba adalah berawal dari rasa ingin tahu dan coba-coba.

Kedua,materi rehabilitasi yang dilakukan meliputi (1) Terapi Medik & Komplikasi Medik (Bio), (2) Terapi Religius (Spiritual), (3) Terapi Psikososial, dan (4) Pengetahuan Umum. Ketiga, hambatan yayasan dalam mengatasi masalah narkoba terlihat dari kurangnya fasilitas yang memadai dan pelaku terapi cenderung kurang memahami proses/metode rehabilitasi, kemudian keberhasilan yang ditemukan adalah bahwa tercatat ada 162 pasien yang telah ditangani dan pasien tidak hanya sebatas sembuh dari ketergantungan narkoba tetapi dapat dinyatakan pulih secara mental dengan kemandirian hidup 75 – 80 persen.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wb.Wr.

Sedalam puji dan setinggi syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan hidayah serta Inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW serta seluruh keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa sebagai manusia yang selalu memiliki kesalahan dan kekurangan yang tidak akan sukses menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa adanya dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas keterlibaan semua pihak yang telah membantu dalam mensukseskan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulis sepatutnya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si. dan Bapak Drs. Sugiharto MA. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku pembimbing materi yang selalu membimbing penulis dalam hal penelitian dan penulisan skripsi.


(7)

4. Seluruh dosen dan staf akademik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta dosen penguji yang selalu mendukung dan menyediakan waktunya untuk penulis.

5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Terima kasih kepada pihak Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” yang telah menerima penulis dengan baik

dalam penelitian skripsi.

7. Ayahanda Bahrun dan Ibunda Dalva Arini yang telah memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta telah sabar menanti penyelesian skripsi ini. Tidak lupa Kakak Novi Heriawan, adik Mareta Aprilia, Zaiva Anugra, yang telah memberikan semangat dan do’anya kepada penulis hingga berhasil menyusun skripsi ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, serta kawan-kawan seperjuangan yang telah banyak membantu, memberi motivasi yang luar biasa pada penulis semoga kita tetap dekat dan terjaga dalam persaudaran.

Atas segala bimbingan dan bantuan mereka penulis mendo’akan semoga

Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak. Segala kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini


(8)

merupakan keterbatasan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan maghfirah dan keridhoannya.

Wassalamu „alaikum Wb.Wr.

Ciputat, 16 Januari 2013


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D.Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A.Rehabilitasi Mental ... 15

1. Pengertian Rehabilitasi ... 15

2. Pengertian Mental ... 19

3. Gangguan-Gangguan Mental ... 21

B.Penyalahgunaan Narkoba ... 22

1. Pengertian Penyalahgunaan ... 22

2. Pengertian Narkoba ... 25

C.Remaja ... 28

1. Pengertian Remaja ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM MADANI MENTAL HEALTH CARE ... 34

A.Sejarah Singkat Madani Mental Health Care ... 34

B. Visi dan Misi Madani Mental Health Care ... 37

1. Visi ... 37

2. Misi ... 37

C.Struktur Organisasi Madani Health Care ... 37

D.Program Pembinaan Madani Health Care ... 38

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS ... 40

A.Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja ... 40

B. Proses Rehabilitasi di Madani Health Care...42

1. Terapi Medik dan Komplikasi Medik (Bio) ... 44

2. Terapi Religius (Spritual) ... 45

3. Terapi Psikososial ... 45

4. Pengetahuan Umum ... 46

C.Keberhasilan dan Hambatan Madani Health Care ... 54

1. Keberhasilan ... 54


(10)

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A.Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang, bangsa-bangsa di dunia sedang berada dalam alam moderenisasi yang merupakan proses yang tidak dapat dielakkan. Tentu saja hal tersebut membawa dampak yang sangat besar bagi perjalanan kehidupan hampir seluruh negara-negara berkembang termasuk negara Indonesia. Sebagaimana dampaknya dapat di lihat dari pola kehidupan masyarakat sehari-hari.

Masalah utama dalam suatu masyarakat modern adalah timbulnya pergeseran budaya dara masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern karna unsur-unsurnya (kebiasaan, pola pikir, dan sikap) mengalami perubahan-perubahan. Sudah dapat kita banyangkan tentunya yang menjadi sasaran empuk dari dampak negatif perkembangan zaman adalah remaja, dimana remaja memiliki kondisi jiwa dan mental yang labil masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dengan semakin meningkat pula kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka persaingan dalam memenuhi kehidupan pun tidak dapat dihindari lagi. Remaja menurut Thornburg terbagi tiga tahapan yaitu; remaja awal berusia 13-14 tahun, remaja tengah berusia 15-17 tahun, dan remaja akhir yang berusia 18-21 tahun.1 Sebagaimana kemampuan psikologi manusia itu dapat terlihat dalam perkembangan melalui berbagai aspek antara lain : pembawaan, pendidikan keluarga, pengalaman dan pergaulan dengan masyarakat sekitar, dan

1

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet-1, h. 14.


(12)

perpaduan antara pembawaan dan pengalaman yang diperoleh.2 Hingga sering kali remaja salah dalam menentukan jalan hidupnya, dengan melakukan tindakan-tindakan yang salah seperti melakukan tindakan kejahatan kriminalitas (penganiayaan, pencurian, pemerkosaan).

Pesatnya perkembangan pemikiran manusia, yang diiringi dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, sejatinya si satu sisi membawa dampak dan sisi lain juga menyisihkan masalah sosial dalam artian negatif, yaitu penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Dalam catatan BNN, data kasus narkoba secara nasional semakin meningkat, yaitu dari tahun 2004 ke 2008 naik sekitar 20 persen atau sebanyak 2,80 juta orang menjadi sekitar 3,3 juta orang. Tidak sampai di situ, BNN juga memprediksi jumlah pengguna narkoba akan meningkat sekitar 4,58 juta orang di tahun 2013, apabila tidak ada langkah yang nyata untuk pencegahan dan pemberantasan.3

Sekarang ini tidak dapat kita pungkiri lagi maraknya kenakalan remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Sering sekali kita membaca, mendengar, dan bahkan melihat berita, tentang penyalahgunaaan narkoba sebagian besar korban pelakunya adalah anak remaja, seperti SMP, SMA , dan Mahasiswa. Pada umumnya mereka terlibat pada penyalahgunaan narkoba selain dari pergaulan. Mereka melalaikan seruan betapa narkoba merusak kesehatan terutama pada susunan saraf pusat, yang mengakibatkan ganguan pada mental dan perilaku. Pada gilirannya, akan mengganggu proses berpikir, sehingga sering menimbulkan kebingungan dan keraguan pada diri remaja.

2

Arifin, PSIKOLOGI DAKWAH “Suatu Pengantar Studi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet Ke-5, h. 105.

3

Mangku, dkk, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional (BNN),2011)


(13)

Kemudian, berdampak hilangnya citra diri yang sering menjadi akar permasalahan dari segala bentuk kenakalan remaja.

Bagi mereka yang terkena penyalahgunaan narkoba tentu masih ada upaya penyembuhan yang dilakukan guna menjalani hidup yang normal. Di mana pada saat ini banyak tempat-tempat menawarkan pengobatan atau pemulihan, korban penyalahgunaan narkoba seperti diadakanya panti-panti rehabilitasi dalam proses penyembuhan. Proses penyembuhan memang banyak variasi ada yang dilakukan berdasarkan agama, pemberian makna, arti, tujuan dan peranan hidup dengan kehidupan orang lain, namun ini bukanlah masalah yang terpenting adalah klien penyalahgunaan NAZA itu sendiri. Dengan keyakinan dan keinginan akan terjadinya sebuah perubahan yang lebih baik pada aspek jasmani dan rohaniah sehingga pada gilirannya menimbulkan perubahan yang drastis pula pada tingkah laku klien (Remaja) dalam menghadapi semua tantangan dan penyelesaian masalah yang mereka hadapi.

Negara kita memang sedang menghadapi arus manusia hitam, banyak masyarakat kita lupa segala-galanya, tutup mata dan telinga terhadap pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba. Penyembuhan dan penanganan korban penyalahgunaan narkoba bukanlah hal yang muda dalam rangka rehabilitas, perlu campur tangan secara menyeluruh dan harus adanya kerjasama. Dalam menyelenggarakan rehabilitasi diikut sertakan sebanyak mungkin lembaga-lembaga sebagaimana dalam undang-undang tentang narkotika (UU No. 9/1976) pada pasal 32 sampai dengan pasal 35 telah


(14)

memuat ketentuan-ketentuan mengenai pengobatan dan rehabilitas korban penyalahgunaan narkotika.4

Oleh karena itu, maka banyak masyarakat mendirikan panti-panti rehabilitas, seperti Yayasan Madani Mental Health Care, disamping dapat mendatangkan pendapatan dan disisi lain juga merupakan upaya pencegahan terhadap pemakai narkoba. Sebagaimana langkah-langkah para ahli Psikologi, Khususnya Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater berawal dari rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap korban NAZA. Mencoba mencari solusi dalam penanggulangan korban penyalahgunaan narkoba yang akhirnya menelurkan suatu pemikiran dalam menetapkan upaya-upaya mengatasi berbagai permasalahan remaja korban penyalahgunaan narkoba.

Dengan mendirikan Panti Rehabilitasi Yayasan Madani Mental Health Care yang merupakan pelaksanaan usaha pencegahan dan penanggulangan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA, maupun mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan penderita skizofrenia

sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” sebagai judul dalam skripsi ini.

4

Sudarsono, Kenakalan Remaja Prevensi Rehabilitasi dan Resosialisasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet Ke-4, h. 80.


(15)

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitin pada rehabilitasi mental dan remaja di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” agar tidak

melebar jauh dan penelitian ini dapat difokuskan untuk memperoleh data-data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar Belakang ini sebagaimana yang diuraikan di atas, dalam pembahasan selanjutnya agar lebih mengarah dan mencapai hasil yang maksimal, maka penulis mengambil alternative dari rumusan masalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya penyalahgunaan narkoba pada remaja di Yayasan Madani Mental Health Care“Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”?

b. Bagaimana proses rehabilitiasi yang dilakukan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”?

c. Keberhasilan apa yang telah dicapai oleh Yayasan Madani Mental Health Care dan hambatan apa saja yang dialami oleh Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta


(16)

C. Tujuan dan Mamfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan mengamati proses pembinaan atau bimbingan yang dilakukan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar

Selatan, Jakarta Timur”.

b.Untuk mengetahui penyebab munculnya faktor-faktor penyalahgunaan Narkoba pada remaja di Yayasan Madani Mental Health Care“Cipinang

Besar Selatan, Jakarta Timur”.

c. Untuk mengetahui keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami

Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta

Timur” dalam membina atau membimbing korban penyalahgunaan

narkoba.

2. Manfaat Penelitian adalah:

a. Manfaat Secara praktis

sebagai tambahan pengetahuan proses penanganan mental remaja korban penyalahgunaan narkoba.

b. Manfaat Secara Akademik

secara akademik diharapkan memberikan sumbangsi ilmu pengetahuan kepada jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dalam menangani remaja korban penyalahgunaan narkoba.


(17)

c. Manfaat Secara Sosial

Hasil penelitian ini secara social diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dan informasi bagi masyarakat pada umumnya, dan Sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan pembinaan dan pengasuhan kepada anak khususnya.

D. Tinjauan Pustaka.

Dalam penelitian ini penulisi melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian antara lain:

1. Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa’ Terhadap Kesehatan Mental Korban

Pencandu Narkotika, Psikotrapika dan Zat Adektif (NAPZA) di Yayasan

Nurul Syifa’ “Kelapa Dua Jakarta Barat” oleh Tini Aulawiyah Komba skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.

2. Pelanyanan Konseling Pada Rehabilitas Pasien Napza di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) “Cibubur Jakarta Timur” oleh Amelia

skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009.

3. Upaya Panti Sosial Pamardi Putra “Khusnul Khotimah” Dalam

Pemberdayaan Remaja Korban Narkotika Melalalui Program Keterampilan Otomotif Motor diserpong Tangerang Oleh Yani Maharani


(18)

skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian ini kemudian dibagi menjadi:

1. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah remaja korban penyalahgunaan narkoba: Andre, Nico, Dedi. Kemudian, subjek penelitian adalah Yayasan Madani Mental Health Care. Informan kunci adalah Pimpinan yayasan sebagai orang yang memiliki otoritas. Setelah informan kunci diperoleh, selanjutnya dilakukan pencarian informan lain yang terlibat dalam hubungan kerja..

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mengacu prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian deskriptif, seperti perkataan orang, dan perilaku yang diamati.5

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

5

Leky J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualiatatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003). h. 12.


(19)

didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya mengenai pembinaan yang dilakukan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah teknik pengumpulan data kualitatif berupa pengumpulan data dalam bentuk kalimat, pernyataan, kata dan gambar.

a. Observasi

Observasi adalah metode yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.6

Metode observasi merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tulisan.7 Observasi ini diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.

6

http://riskofdawn.blogspot.com/2011/12/pengertian-obsevasi-dan-tujuan.html. di unduh tgl 16/01/13 jm 23.20.

7

Bambang Supomo, Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi Dan Manajemen,


(20)

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden.8 Wawancara proses memperoleh keterangan untuk tujuan peneliti dan salah satu metode yang sangat penting dalam study kasus dengan cara tanggung jawab. Dalam memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab (Wawancara) sambil tatap muka, yang dijadikan sebagai kunci yaitu: Andre, Nico, Dedi.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu dari metode pengumpulan data dalam penelitian sosial. Dalam metode ini sebagian besar data-data yang diperoleh untuk mendukung penelitian dalam bentuk profil yayasan, laporan, kliping dan dokumen-dokumen lainya, baik bersifat dokumenter dan literatur.

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan dengan pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan atau penelitian.

8


(21)

4. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer (primary data) dan data skunder (secondary data).

a. Data Primer (Primary Data) yaitu data dari penelitian yang sumbernya langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer yang dimaksud adalah data yang dikumpulkan melalui metode wawancara dan pengamatan langsung (observasi) dengan pengurus yayasan Pusat Rehabilitasi Mental Madani Health Care “Cipinang Besar Selatan,

Jakarta Timur”.

b. Data sekunder (secondary data) merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, tapi melalui perantara pihak lain, data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang diperoleh dari buku-buku, laporan-laporan yang dikeluarkan oleh pemerintah, lembaga swasta maupun yang ada dalam masyarakat.

5. Analisis data

Analisis data diartikan sebagai upaya mengelola data menjadi informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-maslah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

Dalam penelitian ini, data mengenai Rehabilitasi mental terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja, dan bahasan yang berkaitan dengannya ditelusuri dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis.


(22)

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur secara cermat apa yang menjadi bahasan dalam skripsi ini, dalam arti peneliti berupaya menelusuri dan menemukan seobjektif mungkin tentang Rehabilitasi Mental Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja.

Dari berbagai data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dan dibahas, dan pada akhirnya diambil suatu kesimpulan yang merupakan titik akhir dari skripsi ini.

6. Waktu Penelitian

Penyusuan skripsi ini dari awal (proposal) sampai dengan terselesaikannya dalam bentuk laporan penelitian skripsi membutuhkan waktu dari Maret 2012 sampai dengan Juni 2012. Waktu ini dapat dirinci sebagai berikut: Tahap pertama, yaitu proposal selama satu yaitu bulan Maret. Tahap kedua, penyusunan kerangka teori pada April 2012. Tahap ketiga adalah penelitian lapangan April sampai dengan Mei 2012. Terakhir, tahap penyusunan laporan laporan penelitian Mei sampai dengan Juni 2012.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, di mana masing-masing bab akan memaparkan hal-hal sebagai berikut: Bab Pertama, pada bab pertama ini akan memuat tentang hal yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini serta beberapa teknis penulisannya seperti: Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Alasan Memilih Judul, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian serta Sistematika Penulisan.


(23)

Kemudian dilanjutkan Bab Kedua, pada bab ini akan membicarakan mengenai beberapa landasan teori yang berkaitan dengan rehabilitasi, teori tersebut adalah teori yang telah di ungkapkan oleh beberapa tokoh yang telah meneliti dan mengeluarkan teorinya. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan serta sebagai pisau analisa dalam penelitian ini yang meliputi: Pengertian, Rehabilitasi, Mental, Penyalahgunaan, Narkoba, dan Remaja.

Bab ketiga, bab ini mencoba mengambarkan secara umum tempat penelitian yang meliputi Sejarah Singkat, Visi Misi, Struktur Organisasi, Susunan Pengurus, Sarana Prasarana dan Program Yayasan Madani Mental Health Care“Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”.

Kemudian akan di lanjutkan Bab Keempat, bab ini mencoba untuk mencari jawaban atas tiga pertanyaan diatas. Dalam mencari jawaban pertanyaan tersebut tentunya berdasarkan temuan lapangan yang dianalisa berdasarkan teori yang telah dicantumkan di atas. Pembahasan pada bab ini meliputi: Upaya Pembinaan atau Bimbingan Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” yang dilakukan dalam manangani korban penyalahgunaan pada Remaja, Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”, dan

Hambatan-hambatan yang dialami dalam Pembinaan atau Bimbingan pada Remaja Penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care


(24)

Bab Kelima, bab ini merupakan bab terakhir dan merupakan bab penutup tulisan ini, yang berisikan tentang kesimpulan hasil penelitian ini serta saran-saran terhadap Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan,


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Rehabilitasi Mental

1. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang yang memiliki penyakit kronis baik dari fisik maupun psikologinya.1 Pemondokan yang dilakukan agar pengguna obat terlarang dapat kembali sehat meliputi sehat jasmani atau fisik (biologis), jiwa (psikologi), dan rohani atau keimanan (spiritual).2 Menurut PP No. 2 Tahun 1988 tentang usaha kesejahteraan sosial bagi anak yang bermasalah, Rehabilitasi suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Adapun rehabilitasi sebagai lembaga pemasyarakatan pelaku kejahatan dapat dikatakan segala bentuk tindakan sebagai usaha penyesuaian diri secara fisik, mental, sosial, dan agama.3 Suatu wujud untuk meningkatkan kemampuan hidup yang optimis dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Proses pembinaan kembali terhadap korban penyalahgunaan narkoba yang di tangani oleh suatu lembaga atau organisasi agar klien terbebas dari ketergantungan obat-obatan terlarang (NAPZA). Dimana penanganan mereka dilakukan

1

http://www.anneahira.com/narkoba-rehabilitasi.htm/di unduh tgl 18/01/13 jm 22.43

2

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/rehabilitasi-untuk-pengguna-narkoba/.di unduh tgl 12/4/12 jm 00.35.

3

Chairil A Adjis, Dudi Askasyah, Kriminologi Syariah Kritik Terhadap Sistem Rehabilitasi, (Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia 2007), Cet-1 h.227.


(26)

secara multidisiplin dan profesional baik penanganan dari dokter, psikolog, ulama. Program-program rehabilitasi ini, bertujuan memperdayakan eks-pecandu untuk memiliki modal pengertian dan pemahaman diri, sehingga dapat merasa siap mental rohaniah guna menyesuaikan diri di lingkungan sosial.4 Dengan serangakaian kegiatan dalam upaya mengembalikan kondisi kehidupan korban penyalahgunaan narkoba salah satunya pelayan dan bimbingan seoptimal mungkin yang mencakup kegiatan di kemudian hari.

a. Bagian Rehabilitasi

Secara global upaya penanggulangan narkotika di kalangan remaja dapat dilakukan secara moralistik dan abolisionalistik.5 Penanggulangan secara moralistik dapat diartikan menitikberatkan pada pembinaan moral dan kekukuhan mental pada remaja. Adapun cara abolisionistik dalam usaha menanggulangi penyalahgunaan narkotika pada kaum remaja adalah mengurangi, dan menghilangkan sebab-sebab yang mendorong para pengedar narkotika di wilayah Indonesia dengan motivasi apapun, memelihara kewaspadaan masyarakat terhadap penyalahgunaan narkotika. Hal ini dimaksudkan agar pelanyanan penggulangan korban penyalahgunaan narkoba mendapatkan perlindungan dalam memperoleh hak asasi untuk menemukan jati dirinya kembali.

4

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h.38.

5

Sudarsono, Kenakalan Remaja “Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi” , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet Ke-4, h. 81.


(27)

b. Jenis-Jenis Rehabilitasi

Kegiatan dalam upaya mengembalikan kondisi kehidupan korban penyalahgunaan narkoba dengan pelayanan dan bimbingan semaksimal mungkin, adapun jenis rehabilitas terbagi menjadi rehabilitas medis dan rehabilias sosial.

Rehabilitas Medis adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Sedangkan, rehabilitas sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental, maupun social agar bekas pecandu dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. 6

c. Tahapan Rehabilitasi

Ada beberapa tahapan dalam kegiatan rehabilitasi7

1. Terapi dan Rehabilitasi Sosial

Proses terapi dan rehabilitas sosial memiliki beberapa kegiatan antara lain:

a. Penerimaan adalah serangkaian kegiatan administrasi dan teknis yang meliputi registrasi dan penempatan klien dalam program rehabilitasi sosial.

6

H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 71.

7

Makmur Sanusi Ph. D, Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Bagi Perempuan Korban Trafiking, (Jakarta: Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, Departemen Sosial RI, 2009) , h. 21.


(28)

b. Assesmen adalah upaya untuk menelusuri dan menggali data klien termasuk dalam faktor-faktor penyebab masalah dan akibat yang ditimbulkannya, persepsi dan tanggapan atas permasalahan yang dialami serta kekuatan-kekuatan yang dimiliki dalam membantu dirinya sendiri. Selanjutnya data tersebut dikaji, dianalisis dan diolah untuk menetapkan akar permasalahan dan pelayanan yang diperlukan.

c. Pemulihan kondisi fisik adalah serangkaian kegiatan bimbingan atau tuntunan untuk mengenal praktek hidup sehat secara teratur dan disiplin agar kondisi badan atau fisik selalu dalam keadaan sehat. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: olah raga, senam kesegaran jasmani, tidur dan bangun secara teratur mandi secara teratur, berpakaian bersih sesuai dengan peruntukannya, makan dan minum yang sehat dan teratur tidak merokok dan tidak minum-minuman keras serta pemeriksaan kesehatan secara teratur.

d. Bimbingan Psikososial adalah klien dibantu untuk mengenal dan memahami diri serta masalahnya secara jelas serta dibantu mengembangkan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi dan berelasi dengan orang lain. Dengan tujuannya untuk memulihkan rasa percaya diri dan harga diri klien, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.


(29)

e. Bimbingan Agama bertujuan untuk membina keimanan dan ketakwaan klien, atas penguatan kepercayaan akan agama.

f. Bimbingan pelatihan kerja adalah suatu cara untuk meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kerja klien, agar lebih mudah memperoleh pekerjaan dan berinteraksi dengan lingkungan kerja.

g. Sidang kasus ini dilakukan apabila korban mempunyai kasus yang sangat kompleks sehingga diperlukan pembahasan secara khusus oleh tim rehabilitasi dalam penanganannya.

2. Pengertian Mental

Istilah mental “bersangkutan dengan batin dan watak manusia,

yang bukan bersifat badan atau tenaga”.8

Dapat kita simpulkan bahwa mental adalah perilaku, sikap emosi seseorang dalam menjalani kehidupan. Para ahli psikologi memberikan defenisi Sikap antara lain: 9

a. Charlis Brid mengertikan sikap sebagai suatu yang berhubungan dengan penyesuaian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tindakanya sendiri.

b. F.H. Allport berpendapat bahwa sikap adalah suatu persiapan bertindak atau berbuat dalam suatu arah tertentu.

8

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 733.

9

Arifin, PSIKOLOGI DAKWAH “Suatu Pengantar Studi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet Ke-5, h. 104.


(30)

Dengan segala keterbatasan pemikiran, ketingkat peradapan yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku dan pola hidup sampai pada pemikiran yang terus bergerak maju, yang memuat aspek positif dan negatif senantiasa menghiasi setiap era perkembangan itu sendiri. Manusia menurut al-Qur’an terdiri dari dua dimensi, terkandang berjiwa besar, sportif, siap memberi dan pemberani dalam merespon suatu masalah yang terjadi dikehidupannya, sementara dilain sisi berjiwa kecil, penakut, curang, putus asa bahkan lari dari tanggung jawab atas masalah yang sedang dihadapi. 10 Memang manusia dapat dikatakan unik, dimana ia memiliki kecenderungan-kecenderungan tertentu, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, dan kecendrungan itulah merupakan kemanusiaan manusia. Jika manusia memfungsikan akal, pikiran dan hatinya, maka ia adalah mahluk yang istimewa namun jika sebaliknya maka yang tinggal hanya sifat kehewanannya.11

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 30

                                                    

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

10

Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet Ke-3, h. 63.

11


(31)

bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

3. Gangguan-Gangguan Mental

Bersosialisasi dengan lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting setidaknya kita harus menghindarkan diri dari adanya perbuatan-perbuatan tidak baik yang bisa merusak perilaku dikemudian hari. Seperti adanya berbagai gangguan pola kepribadian diantaranya;12 Pertama,

ganggauan kepribadian paranoid yaitu curiga dan tidak percaya kepada orang lain. Kedua, gangguan kepribadian schizoid yaitu tidak tertarik kepada orang lain atau hubungan-hubungan sosial. Ketiga, gangguan kepribadian skizotipal yaitu memiliki kepercayan-kepercayaan yang aneh dan mengalami ilusi. Terahir, ganguan kepribadian perbatasaan yaitu ketidakstabilan tingkah laku. Kemudian pada giliranya terjadi ketimpangan antara keinginan dengan tindakan yang berlawanan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Banyak bentuk tingkah laku yang ditunjukkan kepada manusia dengan berbagai alasan kenapa itu semua terjadi, terkadang tanpa memperdulikan baik buruknya bagi orang lain, yang timbul bagi mereka hanyalah kebenaran dan keberanian semata. Maka dari itu perlunya akan kesehatan mental yang diartikan sebagai

12

Yustinus Semium, Kesehatan Mental 2, (Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI, 2010), Cet Ke-5, h. 19.


(32)

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.13 Agar perubahan-perubahan perilaku yang kita lewati menjadi selaras dapat diterima oleh masyarakat dan lingkungan dimana kita tinggal.

Pengertian Rehabilitasi mental adalah suatu proses kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat ketahanan mental seseorang dalam menghadapi masalah yang dimiliki, agar dapat bertahan, tidak putus asa, dan memiliki harapan untuk mengatasi masalahnya.14

B. Penyalahgunaan Narkoba

1. Pengertian Penyalahgunaan

Penyalahgunaan adalah orang yang mengunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter.15 Adapun Penyalahgunaan obat-obatan ialah mereka yang dalam hidupnya, memang memiliki masalah atau bermasalah dengan obat-obatan dan alkohol, baik secara fisik, mental, emosional, maupun spiritual.16 Hal ini bisa dikatagorikan orang-orang yang menggunakan obat-obatan (NAPZA) dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan, relaksasi, melepaskan kepenatan setelah bekerja, atau mengatasi rasa stres dan kecemasan dalam kehidupan. Sehingga berakibat pada kehidupan sehari-hari mereka telah terkondisikan secara sedemekian

13

Zakiah Daradjat, Kesehatan Menta, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985), Cet Ke-12, h. 11.

14

Drs. Tunggul Sianipar, Pedoman Penanganan Korban Traffiking, (Jakarta: Kementrian Sosial RI, Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, 2010), h. 16.

15

H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA) 2005), h. 70.

16

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 32.


(33)

rupa, selalu menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan (NAPZA) secara terus-menerus pada saat mereka membutuhkan sehingga tidak mampu mengontrol diri untuk tidak menggunakannya (kecanduan).

Ketergantungan obat atau kecanduan bisa diartikan seseorang yang tidak dapat hidup tanpa menggunakan narkoba. Secara sederhana, ketergantungan obat dapat diartikan: Saya tidak bisa berhenti (I can’t stop).17 Hal ini dikarenakan adanya ketergantungan fisik hingga menyebabkan timbulnya rasa sakit bagi dirinya bila ia berusaha untuk mengurangi pemakaian narkoba atau pemakaiannya dihentikan. Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsip untuk memperoleh obat-obatan tersebut, keadaan ini semakin memburuk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal terhadap narkoba, sehingga kebutuhan tubuh akan narkoba menjadi meningkat sampai pada efek yang sama dengan tingginya.18 Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa narkotika, alkohol dan zat adiktif tersebut menurunkan ambang untuk mengendalikan dorongan-dorongan agresifitas baik fisik maupun seksual.19

17

Ibid, h. 33.

18

H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 5.

19

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan kesehatan Jiwa,


(34)

Dalam sebuah penelitian ilmiah, seorang psikiater Dr. Graham Blain antara lain mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja mempergunakan narkotika dengan beberapa sebab yaitu:20

a. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti ngebut-ngebutkan, berkelahi, bergaul dengan wanita dan lain-lain.

b. Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua atau guru atau norma-norma sosial.

c. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.

d. Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional.

e. Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup.

f. Untuk mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.

g. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepatan hidup.

h. Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas.

i. Hanya iseng-iseng atau didorongan rasa ingin tahu.

20

Sudarsono, Kenakalan Remaja “Prevensi, Rehabilitasi dan Resosialisasi”, (Jakarta:


(35)

2. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungaan yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang atau yang kemudian ditetapkan sebagaimana keputusan menteri kesehatan.21

Narkoba lazim disebut dengan narkotika dan zat adektif lainya (Naza atau Napza) yang mempunyai manfaat sangat besar sekali bila digunakan sebagai bahan pengobatan maupun sebagai bahan penelitian guna meningkatkan ilmu pengetahauan. Akan tetapi jika sebaliknya apa bila disalah gunakan khususnya oleh kaum remaja atau generasi muda semua ini akan sangat berbahaya sekali bagi umat manusia, bangsa dan negara. Karena para pecandu narkoba sering kali menimbulkan masalah, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat lingkungannya. Bagi dirinya sendiri pada umunya mereka tidak berkeinginan untuk meraih masa depan, tidak mengenal jati diri sendiri, hidupnya malas, dan tidak mampu mengontrol emosi diri. Sedangkan bagi masyarakat para pecandu narkoba akan berpengaruh secara luas sehingga menimbulkan keresahan masyarakat sebab akan mengakibatkan kerusakan mental dan daya pikir, pada diri mereka seperti halnya ketidak mampuan membedakan mana yang

21

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, (Jakarta: PT Dana Bhakti Primayasa, 1997), Cet Ke-3, h. 69.


(36)

baik dan buruk, perubahan perilaku yang menjadi anti sosial, dan tingginya tingkat tindak kekerasan dan kriminalitas yang sering kali mereka lakukan. Jadi narkoba dapat kita simpulkan adalah obat, bahan atau zat yang berbahaya, yang dapat mengubah pikiran, kesadaran, perasaan, bahkan fungsi mental dan perilaku seseorang.

Secara umum, seorang ahli psikologi Kartono (1992) mengungkapkan karakteristik orang yang mengalami ketergantungan obat-obatan atau narkoba antara lain:22 Pertama, Mempunyai keinginan yang sangat tinggi sehingga tidak tertahankan untuk tidak menggunakan narkoba, pada akhirnya berupaya memperoleh narkoba dengan cara halal atau tidak halal. Kedua, Cenderung selalu menambah pemakaian dosis sesuai dengan toleransi tubuh. Ketiga, pada giliranya menjadi ketergantungan secara psikis dan fisik, akibatnya induvidu merasa kesulitan untuk lepas dari kebiasan tersebut (kecanduan).

Adapun Jenis-jenis dan efek dari Narkoba: 23

a. Heroin.

Heroin adalah narkotika yang sangat keras dengan zat adektif yang tinggi dan berbentuk butiran tepung. (Putaw, putih, bedak, PT, white, etep)

22

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h.33.

23

H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 6.


(37)

Efek yang ditimbulkan oleh pengguna heroin adalah rasa sakit disertai kejang-kejang, kram diperut disertai sawan (rasa mau pingsan), menggigil disertai muntah-muntah, keluar ingus, mata berair, hilang nafsu makan dan hilang cairan tubuh.

b. Ectasy

Ectasy adalah zat psikotrapika dan biasa diproduksi secara legal di dalam laboraturim dan dibuat dalam table dan kapsul (Ianex, Kanding).

Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Ectasy adalah diare, rasa haus yang berlebihan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing, menggigil yang tidak terkontrol, detak jantung yang cepat dan sering mual disertai munta-munta atau hilangnya nafsu makan.

c. Ice atau Shabu-shabu

Ice (shabu-shabu) adalah berwujud krietal dan tidak berbau serta tidak berwarna, karna itu diberi nama Ice (ectas, speed, whizz, bliwhizz, pep pills).

Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Ice/Shabu-shabu adalah: penurunan berat badan, gelisah, penampilan seperti kurang tidur, tekanan darah tinggi, denyut jantung tidak beraturan, paranoid


(38)

yang mendalam, pecahnya pembuluh darah otak, pingsan akibat kelelahan.

d. Cannabis atau Ganja.

Cannabis atau Ganja adalah mengandung zat kimia (delta-9-tetrahydrocannabino) yang mempengaruhi perusahaan dan penglihatan serta pendengaran (cimeng).

Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Cannabis atau Ganja adalah: hilangnya konsentrasi, peningkatan denyut jantung, kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh, rasa gelisah dan panic, depresi, kebingungan atau halusinasi.

Pengertian Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba diluar indikasi medik, tanpa petujuk atau resep dokter yang secara teratur atau secara berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan.24

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Prof. DR. Zkiah Daradjat, remaja adalah masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawahnya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa.25

24

Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, dkk, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2011), h. 13.

25

Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet Ke-3, h. 35.


(39)

Remaja suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum bisa dapat dipandang/dikatakan dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antar umur anak-anak dan umur dewasa.26 Dalam beberapa buku-buku psikologi perkembangan usia 15-18 tahun yang dikatagorikan sebagi “usia remaja” dimana masa ini merupakan masa teransisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada kehidupan remaja mempunyai urgensi yang sangat penting dan vital dalam pengembangannya. Terlihat banyak orang-orang berpendapat bahwa persoalan yang dihadapi remaja, merupakan beban berat pada umur kecil yang ditandai oleh kegoncangan, ketegangan, dan kesukaran.27 Ini merupakan hal yang akan menjadikan pertentangan di antara keyakinan dan pengetahuan dengan praktek masyarakat yang terjadi dilingkungannya, sebagaimana telah dikatakan bahwa masa remaja merupakan fase perkembangan yang sangat mencolok baik secara fisik, psikologis, social, dan moralitas.

Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja, menurut Yulia S.D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991): (a)

puberteit, puberty dan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat tandah-tandah kelaki-lakian. Santrock (1998, 1999) mendefinisikan puberitas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja. Adolescentia

berasal dari istilah latin adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi

26

Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet Ke-2, h. 28.

27

Musthafa Fahmy, Penyesuaian Diri Lapangan Implementasi Dari Penyesuaian Diri,


(40)

antara 17 – 30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, ahirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12 – 22 tahun.28

Perkembangan pada masa remaja tersebut berkaitan erat dengan dua hal asasi bagi setiap manusia sebagai berikut: 29

a. Pertama adalah hal-hal yang bersifat jasmani atau fisik sebagai kebutuhan primer seperti makan, minum, seks dan lain sebagainya.

b. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan yang bersifat rohani, yakni psikhis dan sosial.

Kebutuhan pokok tersebut sedini mungkin sebagai modal utama bagi perkembangan remaja. Dengan demikian remaja akan merasa kebingungan bagaimana dengan setatus apa dia menempatkannya dilingkungan. Sehingga tidak terkendali dan memiliki emosi yang labil hal ini yang banyak menyebabakan problematika di masa-masa remaja. Karena masa remaja adalah masa bermasalah. Adapun yang dimaksud dengan problem remaja adalah bermacam-macam problem yang dihadapi oleh remaja akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu. Disamping kesukaran yang terjadi akibat perlakuan masyarakat terhadap remaja yang sedang mengalami perubahan. Disisi lain setiap segi perubahan itu, mempunyai problemanya sendiri dengan kesukaran tertentu. Maka perubahan jasmani cepat menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang menimbulkan bermaca-macam pengalaman yang belum pernah dilalui oleh individu sebelum itu.

28

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 13.

29

Sudarsono, Kenakalan Remaja “Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi” , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet Ke-4, h. 155.


(41)

Menurut pandangan Gunarsa (1991) bahwa secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomy), yakni (1) Endogen (2) Exogen. 30 Factor Endogen (nature), dalam pandanagan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur tubuh (tinggi badan), bakat-minat, kecerdasan, keperibadian, dan sebagainya. Sedangkan Factor Exsogen (Nurture),

menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak giografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan social dimana seorang mengadakan relasi atau interaksi dengan individu atau sekelompok individu di dalamnya.

Adapun Interaksi antara endogen dan exogen, dalam kenyataannya, masing-masing faktor tersebut tidak dapat dipisahkan. Kedua itu saling berpengaruh, sehingga terjadi interaksi antara faktor internal maupun eksternal, yang kemudian membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu. Dengan demikian, sebenarnya faktor yang ketiga ialah kombinasi dari dua faktor itu. Para ahli perkembangan sekarang (Berk, 1993; Gunarsa, 1991; Papalia, Olds dan Faldman, 2001, dan santrock, 1999) menyakinkan bahwa kedua faktor internal (endogen) maupun eksternal (exsogen) tersebut mempunyai peran yang sama besarnya, bagi perkembangan dan pertumbuhan individu.

30

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 14-15.


(42)

Apabila seorang remaja hidup dalam masyarakat yang mengerti persoalan yang dilaluinya, lalu memperlakukannya berdasarkan pengertian dan penghargaan, serta memberikan kesempatan yang cukup untuk menyatakan diri, maka akan berkuranglah problema kejiwaan yang dialaminya. 31 Akan tetapi jika sebaliknya remaja hidup dalam masyarakat dimana lingkungannya tidak mengerti akan perubahan cepat yang dilaluinya itu, dan disertai tidak memberikan kesempatan baginya untuk mengembangkan, pribadinya, atau malahan menghadapinya dengan tekanan-tekanan. Maka yang akan terjadi adalah berkembang dan bertumpuk-tumpuknya problema remaja antara satu dengan yang lainnya, dimana setiap problema yang tidak dapat terpecahkan hingga menyebabkan bertambahnya problema pada priode berikutnya.

Menurut Havighurst (dalam Helms dan Turner, 1995; Saurdiman, 1987; Thornburg; 1982), ada berapa tugas-tugas perkembangan remaja, yaitu sebagai berikut: 32

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan psikologis.

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain.

d. Remaja bertugas untuk menjadi warga Negara yang bertanggung jawab.

31

Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonisia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet Ke-3, h. 36.

32

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 78.


(43)

e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomi.

Dikarnakan tugas-tugas ini, merupakan salah satu proses yang dapat membantu remaja untuk mencapai keberhasilan, dan kebahagian dalam hidup, untuk mereka sadari dan pahami betapa pentingnya. Terlepas disadari atau tidaknya tugas-tugas perkembangan tersebut pastinya akan mereka hadapi. Dengan demikian orang tua, guru, ulama (kiyai) maupun lembaga sosial lainnya, untuk dapat mengambil peran dalam menciptakan generasi muda yang berkualitas, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral, etika, serta dapat manjunjung tinggi nama bangsa dan negara.


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN MADANI MENTAL HEALTH CARE

Yayasan Madani Mental Health Care adalah sarana rehabilitasi yang menggunakan pembinaan berbasis masyarakat (cominity) dengan pendekatan Biologi Psikologi Sosial Spiritual (BPSS).

A. Sejarah Singkat Yayasan Madani Mental Health Care

Yayasan Madani Mental Health Care merupakan salah satu lembaga masyarakat yang menangani korban penyalahgunaan narkoba (NAZA) atas dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab dengan kepedulian terhadap lingkungan. Berawal dititipkan dua orang anak (Kakak Beradik) korban NAZA tepatnya pada 28 Nopember 1999, dikarenakan kedua orang tuanya bingung dan tidak ada tempat lain yang dianggap layak. Di mana kedua anak tersebut sudah sering relapse (kekambuhan) dan keluar masuk panti rehabilitas tapi belum juga dapat disembuhkan dari ketergantungan NAZA. Dengan tekat dan keberanian menampung, membina kedua santri yang dibantu oleh keluarga dan teman-teman, alhamdulillah dengan keuletan (kesungguhan) dan kesabaran kedua anak (santri) berhasil dibina.1

Sehingga seiring berjalannya waktu dan informasi dari kedua santri dan orang tuanya dari mulut ke mulut tentang adanya rumah ustadz yang ada kost korban NAZA, banyak orang tua lain yang menitipkan anak-anaknya untuk dapat dibina sampai berhasil. Sebagaiman hal ini menjadikan tantangan

1

Wawancara dengan bapak Taufik Permadi (sekretaris) pada tanggal 27 april 2012 di yayasan.


(45)

untuk membantu santri terlepas dari NAZA dan memberikan motivasi-motivasi dengan didasari landasan agama agar mereka dapat kembali di kehidupan yang normal dalam arti kehidupan sebenarnya. Hingga pembinaan pun dikaji ulang dan terus berupaya untuk menjadi lebih baik. Adapun pembinaan para santri yang dibantu oleh SDM (Insruktur Religi) direkruk dari beberapa panti rehab diantaranya dari pesantren Darul Ihsan, Wisma Ibrahim, Wisma Ismail dan Rumah Sakinah dan semua adalah lulusan dari berbagai perguruan tinggi.

Dengan tenaga yang telah memiliki pengalaman dalam pembinaan santri, memadukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada baik pembinaan, kekuatan visi dan misi untuk pembinaan para santri. Sehingga dicetuskan Yayasan Madani Mental Health Care Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, “Bio-Psiko-Sosio-Spiritual (BPSS)”. Kira-kira pada akhir bulan Agustus 2003 bertempat di Jl. Pancawarga III/no. 34 Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur dengan berkumpulah para aktivis muda.

Dengan dorongan berbagai pihak mereka memberanikan diri untuk mendirikan Madani Mental Helath Care (pembinaan berbasis masyarakat atau community basis), sebagai wujud sikap untuk berperan aktif dalam menyelamatkan anak bangsa dari bahaya penyalahgunaan NAZA dan mengarahkan kualitas hidup yang lebih baik bagi para penderita skizofrenia.

Adapun latar belakang pemikiran dan tekad mendirikan lembaga ini antara lain; Pertama, MHC sebagai alat dakwah bil hal maupun bil lisan,


(46)

tanpa menafikan juga sebagai alat untuk mendapatkan rezeki yang halal lagi baik. Kedua, Tempat mengorbankan waktu, tenaga, fikiran, uang bahkan nyawa sekalipun untuk kebaikan MHC (dipandang untuk menegakkan dakwah atau syariat Islam). Ketiga, Berusaha konsisten terhadap nilai-nilai perjuangan juga berani menerima resiko yang terjadi. Mengedepankan pikiran rasional berdasarkan Al-Quran Sunnah dan Hujjah yang kuat daripada persetujuan mayoritas emosional. Keempat, Berjamaah dalam perjuangan, tidak membedakan orang (SDM) baik karena perkenalan, kedekatan, persaudaraan tetapi lebih mengedepankan siapa yang mau teguh, sabar, dan semangat dalam membangun dan mengedepankan MHC.

Akan tetapi keputusan ini sebenarnya belumlah 100% dikarenakan menunggu Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater memberikan restu dan menerima dengan baik keputusan tersebut. Selanjutnya saudara Darmawan S.Ag yang sebagai penghubung untuk menyampaikan berita dan tawaran mereka terhadap beliau bahwa ingin bersilaturahmi dan mempresentasikan ide tersebut kepadanya. Alhamdulillah, gayung pun bersambut akhirnya beliau menyediakan waktu 1 September 2003 di R.S Thamrin jam 13.00. pada pertemuan tersebut Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari menyetujui. Maka memproklamirkan: Madani Home Health Care Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater metode Bio-Psiko-Sosio-Spiritual (BPSS).

Setelah beberapa Tahun berlangsung, akhirnya MHC diajukan ke notaris agar lembaga ini berbadan hukum. Dengan berbagai perjuangan yang cukup berat akhirnya MHC berhasil memperoleh kelegalan dalam


(47)

menjalankan lembaga ini dengan mengusung nama baru pada tanggal 11 November 2007 yayasan Madani diresmikan dan disahkan oleh Negara.

B. Visi dan Misi Madani Mental Health Care 1. Visi

Menyelamatkan dan mengembalikan masa depan dan citra keluarga, masyarakat, dan bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik.2

2. Misi

Melaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA, maupun mengobati serta serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan penderita SKIZOFRENIA sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.

C. Struktur Organisasi Madani Mental Health Care

2

Brosur Yayasan Madani Mental Health Care. ketua yayasan

Sekertaris yayasan Bendahara yayasan

Waka. Bidang dakwah yayasan

Kepala rumah transit Kepala rumah

stabilisasi

Rehabilitasi madani mental helath care

Perlengkapan Bidang SDM

MMHC


(48)

D. Program Pembinaan Madani Mental Health Care

Sejauh ini program pembinaan yang di laksanakan Yayasan Madani Mental health Care, secara terpadu dan berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman pada bidangnya. Disini program pembinaan dijalankan dalam jangka waktu tiga bulan namun dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama tiga bulan serta masuk fasa kemandirian enam bulan. Transit House, Day Care, dan Home Care yang merupakan jenis tahapan dari program pembinaan.

Dengan disertai beberapa program terapi dalam pembinaan yang berbasis masyarakat (communit base) korban penyalahguna narkoba yakni: khusus Program Pembinaan Rehabilitasi korban NAZA dan Skizofrenia

(mental disorder), Yayasan Madani Mental Health Care memakai Sistem Terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS); Metode: Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater.

Tujuan program pembinaan adalah, apabila santri (client) mengikuti dan menjalankan program pembinaan dengan baik maka diharapkan dapat sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya perilaku sosial yang baik. Dimana bimbingan yang selanjutnya dijadikan bahan dasar pengertian dalam melaksanakan tugas sesuai kehendak, dengan disertai penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual agama dalam kegiatan hidupnya dikemudian hari.3

3

Wawancara Dengan Pak Samsuludin (Ketua Bidang Internal) pada tanggal 17 mei 2012 di yayasan.


(49)

Program pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dibidangnya. Program pembinaan dijalankan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang sesuai kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama 3 (tiga) bulan serta masuk fase kemandirian 6 (enam) bulan. (Transit House, Day Care, dan Home Care merupakan jenis tahapan dari program pembinaan).


(50)

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS

A. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja

Pembahasan ini merupakan hasil penelitian, untuk melihat faktor-faktor apa saja penyebab remaja mengkonsumsi narkoba hingga pada ahirnya menjadi ketergantungan. Sejauh ini dari pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dapat diketahui remaja korban penyalahgunaan narkoba, sepanjang pengalaman yang ditemukan pengurus Yayasan Madani Mental Health Care

berawal dari coba-coba, dan kesenangan semata. Sebagaimana masa-masa remaja seorang yang pastinya mempunyai sifat selalu ingin tahu segalah sesuatu, dan ingin mencoba sesuatu yang belem mereka tahu, tanpa memperdulikan dampak negatifnya. Seperti pemakaian Narkoba Shabu-shabu sebagai doving (penguat daya tahan tubuh), Putauw Ngeplay (releksasi atau kesenangan semata).1 Selain itu muncul keinginan dan keberanian untuk meniru dan mencoba hal-hal yang baru merupakan sesuatu yang sangat mempermudah terlaksananya kedua hal tersebut, apalagi jika dimotivasi oleh faktor-faktor lainnya.

Penelitian Hawari (1990) mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAZA, dikemukakan terjadi oleh interaksi antara faktor-faktor predisposisi; keperibadian, kecemasan, depresi, faktor Kontribusi; kondisi keluarga, dan faktor

1

Wawancara dengan bapak Taufik Permadi (sekretaris) pada tanggal 27 april 2012 di yayasan.


(51)

Pencetus; pengaruh teman kelompok sebaya dan zat itu sendiri.2 Secara umum banyak faktor yang mempengaruhi remaja menyalahgunakan Narkoba rasa ingin tahu, coba-coba, untuk kesenangan, kondisi keluarga, dan pengaruh teman atau lingkungan.

Remeja yang tergolong pada penyalahgunaan narkoba adalah remaja memakai narkoba tanpa mengikuti petunjuk medis (resep doter), sehingga mengakibatkan ngangguan kesehatan mental dengan berbagai alasan mengapa mereka sampai kecanduan narkoba. Adapun salah satu alasan meningkatnya penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang betapa bahayanya pengaruh narkoba. Sudah menjadi kenyataan hari ini bahwa cara pendidikan pada anak tahun-tahun pertama dari kehidupan seseorang mempengaruhi hari depannya, bahkan ia merupakan factor terpenting yang membentuk prilakuannya di kemudian hari.

Maka dari itu perlunya bimbingan atau pembinaan pada remaja bagaimana cara menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pergaulan mereka agar tidak terjerumus kepada penyalahgunaan narkoba (NAZA). Karna bimbingan mempunyai peranan penting dalam mengatasi persoalan-persoalan remaja, terutama mengenai pendidikan, dan pemahaman terhadap penyalahgunaan narkoba itu sendiri.

2

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Terapi Detiksifikasi dan Rehabilitasi Pesantren Mutakhir Sistem terpadu Pasien NAZA,(Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1999), h.100.


(52)

B. Proses Rehabilitiasi di Yayasan Madani Mental Health Care

Pembahasan ini merupakan hasil penelitian, untuk melihat proses rehabilitasi dan tahapannya yang dilakukan oleh Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur selaku yayasan yang melakukan pembinaan terhadap penyalahgunaan narkoba. Rehabilitasi Yayasan Madani Mental Health Care, merupakan suatu proses pengembalian kesehatan baik secara biologis, psikologi maupun sosial dan agama terhadap NAZA atau narkoba. Penanganan Korban penyalahgunaan narkoba ini harus menggunakan beberapa metode secara multi-disiplin karena adanya hubungan antara kesehatan secara fisik dengan kejiwaan seseorang (mental), oleh karena itu pelaksanaan rehabilitasinya harus melibatkan dokter dan psikiater. Penangganan yang dilakukan oleh dokter atau medis berkaitan dengan kesehatan fisik, sedangkan peranan psikiater adalah mengembalikan mental dan membentuk kepribadian seseorang akan tetapi dengan pelayan dan bimbingan seoptimal mungkin secara psikis dan mental.3

Dari hasil penelitian baik dari jenis sumber wawancara maupun dokumen-dokumen yang diperoleh selama penelitian, Yayasan Madani Medical Health Care mempunyai proses dan metode tersendiri yaitu prosesnya melalui beberapa tahapan dan metodenya adalah dengan pengabungan antara terapi medis dan terapi psikologi religius. Proses pembinaan korban penyalahgunaan

3

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Terapi Detiksifikasi dan Rehabilitasi Pesantren Mutakhir Sistem terpadu Pasien NAZA,(Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1999), h.20.


(53)

narkoba melalui beberapa tahapan, tahapan tersebut untuk memudahkan pembinaan dengan cara perlahan-lahan atau setahap demi setahap dan membutuhkan waktu sembilan bulan yang kemudian dibagi menjadi tiga fase.4

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater sebagai pembina yayasan ini menggunakan metode penggabungan antara ilmu kesehatan dan ilmu spiritual.

“Komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meingkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat penyembuhan dengan catatan terapi medik diberikan sebagaimana mestinya”.5

Korban NAZA selain mengalami gangguan fisik juga mengalami ganguan mental. Penanggulangannya maka harus melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan upaya pemulihan fisik dan saraf (mental). Metode yang dilakukan oleh yayasan ini berdasarkan penelitian sebelumnya dilakukan oleh para pakar yang disimpulkan bahwa komitmen agama dapat mencegah dan melindungi dari penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat penyembuhan dengan cacatan terapi medik diberikan sebagaimana mestinya. Agama lebih bersifat protektif dan pencegahan sebagaiman agama juga mempunyai hubungan yang signifikan dan positif dengan keuntungan klinis.

Medik dengan agama merupakan satu kesatuan yang berkaitan dalam upaya penyembuhan penyakit kejiwaan, khusus program pembinaan rehabilitasi korban NAZA dan Skizofrenia (mental disorder), Madani Mental Health Care

4

Dokumen Yayasan Madani Mental Health Care.

5

Dadang Hawari, Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik. Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medik. (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2009), h.2.


(54)

Memakai Sistem Terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS). Tujuan program pembinaan adalah, apabila santri (client) mengikuti dan menjalankan program pembinaan dengan baik maka diharapkan dapat sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya perilaku sosial yang baik, oleh sebab itu perlu dilakukan terapi-terapi tersebut meliputi:

1. Terapi Medik & Komplikasi Medik (Bio)

Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.

Terapi medik yang di lakukan di Yayasan Madani Mental Health Care

meliputi: Stabilisasi (pencucian racun tanpa anestesi dan substitusi) dan penyembuhan penyakit komplikasi akibat dari NAZA rujukan ke Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater (RS. Internasional MH Thamrin Salemba Jakarta Pusat). Stabilisasi dapat juga dilakukan dirumah dengan mengikuti petunjuk dan saran dokter.


(55)

2. Terapi Religius (Spiritual)

Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh satu sisi spiritualitas manusia, mengaktifkan titik ketuhanan dan mengembalikan klien ke sebuah kesadaran darimana dia berasal. Alasan mengapa manusia diciptakan, karena manusia diberikan tugas yang pantas dilakukan didunia dan hal-hal yang tak pantas dilakukan didunia untuk mengembalikan manusia ke dalam kesucian, Seperti mengembalikan sebuah kertas yang berisikan tulisan tinta kembali menjadi selembar kertas putih.

Terapi spiritual yang di lakukan di Yayasan Madani Mental Health Care Meliputi: Ibadah dan praktek ibadah, Mengaji dan Mengkaji Al-Qur’an dan Hadist, Berzikir dan Berfikir, Syirah Nabawi, Ahlaqul karimah serta syukur nikmat.

3. Terapi Psikososial

Dalam penggunaan awalnya terapi psikososial ini merupakan istilah umum untuk menggantiakn pekerjaan sosial dan penanganan pekerjaan sosial. Buku teks terbaru tentang terapi psikososial ialah Katya Mary Wood tahun 1999 yang berjudul Casework : A Psycosocial Therapy.6 Terapi psikososial yang di lakukan di Yayasan Madani Mental Health Care Meliputi: Penguatan

6

http://books.google.co.id/books?id=spl72C4roBQC&pg=PA168&lpg=PA168&dq=pengertia n+terapi+psikososial&source=bl&ots=txOyTFQpjD&sig=jsYTghumFKWO55XW8c9n0M7dzo4&hl= en&sa=X&ei=9SX5UMnKO4aPrgfHqoDYDw&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20terapi%2 0psikososial&f=false/ di unduh tgl 18/01/13


(56)

tekad atau cita-cita, sosialisasi keluarga dan masyarakat, pengetahuan tentang diri dan shering person.

4. Pengetahuan umum

Pengetahuan umum bisa di jadikan suatu terapi karena sesuai dengan minat dan bakat korban penyalahgunaan narkoba. Ketika mereka melakukan kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka sendiri maka pikiran mereka akan teralihkan oleh pekerjaan yang mereka minati tersebut.

Pengetahuan umum yang di tawarkan di Yayasan Madani Mental Health Care Meliputi: Bahasa Inggris atau Bahasa Arab, Komputer, Seni Lukis, Desain dan Teknik Cetak Sablon, Tata Boga, Handycraft, Service Handphone dan lain-lain (sesuai minat dan bakat).

Program Medik (Biologis) Program Religi (Spiritual)

Konsultasi dokter Minum obat teratur

Komplikasi medik dapat Rawat Jalan-rujuk ke Rumah Sakit.

Praktek ibadah, sholat, puasa

Do’a dan zikir Akhlak & tasawuf

Fiqh dan muammalat pengetahuan wawasan Islam.


(57)

Program Sosial (Psikososil) Program Pilihan/Keahlian

Penguatan tekad, niat dan kehendak yang baik

Pengetahuan tentang diri, keluarga, masyarakat

Komunikasi (berkomunikasi yang baik dengan teman, keluarga dan masyarakat) Sharing person (dari santri (NAZA-Skizofrenia yang sudah mandiri)

Keterampilan (Memasak,

Handycraft, Kaligrafi) Hobby (olah raga ) Keahlian (komputer)

Seni ( lukis, design grafis, musik) Bahasa (inggris, arab)

Service Handphone

Adapun secara umum jadwal kegiatan harian para santri di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur.

Waktu/Jam Program/Jadwal harian

 Jam 04.00

 Jam 04.30-06.00

 Jam 06.00-07.00

 Jam 08.30-11.00

 Jam 12.00-12.30

 Jam 12.30-13.30

 Jam 13.30-15.30

 Bangun pagi.

 Sholat shubuh berjama’ah,

Do’a, Dzikir (hapalan do’a

harian dan Juz amma), dan Kultum topik pilihan.

 Sarapan pagi, cek kesehatan, olaraga.

 Pengajian pagi didahului

dengan sholat dhuha

berjama’ah, do’a dan dzikir,

kajian Al-Quran dan Al-Hadits, dan buku karya Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari atau;

kegiatan keterampilan,

pendidikan jasmani, rekreasi.

 Sholat dzukur berjama’ah, do’a

dan dzikir serta Cek Feeling atau Tes Psikologi.


(58)

 Jam 16.00-17.00

 Jam 17.00-18.00

 Jam 18.00-19.30

 Jam 19.30-20.30

 Jam 20.30-21.30

 Jam 21.30-04.00

 Jam 03.00-04.00

 Makan siang dan Istirahata.

 Teori, Praktek Ibadah, dan Trapi-Trapi (Ekspresi, Agama)

sholat ashar berjama’ah.

 Kegiatan keterampilan (bahasa ingris, komputer, hendycraft dan kaligrafi).

 MKC ( ).

 IMTAQ topik pilihan

(Muhasabah, Qiro’ah dan

Tajuwid, Shirah nabawiah,

Yasinan, Asmaulhusna,

Kultum muhadoroh).

 Makan malam.

 Cinema Indoor.

 Istirahat (tidur).

 Sholat tahajud dua kali seminggu.

Pada hari-hari yang telah ditentukan, terdapat pengecualian dari kegiatan harian. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut;

 Kunjungan Keluarga.

Menyadari peran penting keluarga, para pendamping di Yayasan Madani Mental Health Care melakukan kontak yang cukup dengan keluarga korban penyalahgunaan narkoba. Hal ini dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti wawacara dengan keluarga sebelum masuk, bertemu saat mengantar rehabilitan, juga dari waktu ke waktu berkomunikasi via email dan telepon untuk membicarakan perkembangan proses rehabilitasi. Dalam bentuk lain, keluarga dari rehabilitan diundang


(59)

datang ke Yayasan Madani Mental Health Care untuk menjelaskan program, perkembangan, dan pembekalan bila nantinya rehabilitan kembali ke rumah. Hal ini juga sebagai bentuk kegiatan silaturahmi.

 Psikoterapi kelompok dan individu.

Korchin (1976) menyatakan bahwa psikoterapi individual merupakan bentuk psikoterapi yang paling mendasar, tetapi dapat pula di dalamnya terdapat lebih dari satu klien. Bentuk individual ini menghubungkan proses psikoterapi dengan partisipan orang lain selain partisipan yang dibawa dalam sesi trerapi ketika hal ini diperlukan. Inilah yang disebut “conjoint family therapy”.

Psikoterapi kelompok menurut Korchin (1976) dalam berbagai bentuknya umumnya melibatkan anggota antara 6-12 orang yang biasanya belum saling mengenal. Kegiatan olahraga dan rekreasi.7

 Pendidikan umum; bimbingan belajar dan bimbingan tes.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar menimbulkan kembali minat si korban atau si klien, menambah wawasan mereka serta dapat melatih daya tangkap dan daya ingat mereka dalam hal mempelajari suatu ilmu.

7


(60)

 Dan kegiatan lainnya yang sifatnya insidentil.

Yang dimaksud dengan kegiatan lainnya yang bersifat insidentil disini ialah bukan kegiatan utama atau sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi pada waktu itu.

Metode pembinan dan pengajarannya lebih mengedepankan pendekatan individual dari pada klasikal (general) karena didasarkan kepada kompetensi santri, latar belakang, masalah yang dihadapi dan harapan serta cita-citanya. Metode dan tehnik yang digunakan dalam melaksanakan program pembinaan dan pengajaranya:

Metode Pembinaan Teknik Pengajaran

1. Keteladanan 2. Nasehat

3. Cerita atau Kisah-kisah 4. Hadiah

5. Hukuman

1. Ceramah

2. Zikir Dan Renungan 3. Diskusi atau Debat 4. Seni dan Olahraga 5.Simulasi dan Sosiodrama 6. Perawisata

Peserta rehabilitasi (para santri) akan diasuh oleh kyai (rohaniawan) yang telah mendapat pendidikan atau orentasi kedokteran, kesehatan jiwa, khususnya penanganan NAZA. Psikoterapi individu maupun psikoterapi kelompok oleh psikiater. Selain itu, tenaga dokter umum (asisten klinik) bersama dengan psikolog akan memberikan pemeriksaan dan terapi medik dan tes psikologik yang terkait. Tenaga ahli pekerja sosial (social worker) akan membantu program rehabilitasi ini sesuai dengan fungsinya antara lain


(1)

---. 2009. Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik. Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, dkk. 2011. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.

Moleong, Leky J. 2003. Metodelogi Penelitian Kualiatatif. Bandung: PT Reamaja Rosdakarya.

Mubarok, Achmad. 2002 Psikologi Dakwah Jakarta: Pustaka Firdaus.

Sanusi, Makmur. 2009. Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Bagi Perempuan Korban Trafikking. Jakarta: Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial.

Sianipar, Tunggul. 2010. Pedoman Penanganan Korban Traffiking. Jakarta: Kementrian Sosial RI (Direktorat Jendral Pelanyanan Dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial) .

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja Prevensi Rehabilitasi dan Resosialisasi Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supomo, Bambang. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE


(2)

71

Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Yustinus, Semium. 2010. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI.

Webset

http://riskofdawn.blogspot.com/2011/12/pengertian-obsevasi-dan-tujuan.html. di unduh tgl 16/01/13 jm 23.20.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/rehabilitasi-untuk-pengguna-narkoba/.di unduh tgl 12/4/12 jam 00.35.


(3)

A. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja?

Pertanyaan

1. Apa faktor yang melandasi remaja menyalahgunakan narkoba 2. Apa motif mereka menyalahgunakan narkoba?

3. Apa dampak secara psikologis (mental) remaja setelah memakai narkoba?

4. Apakah ada pihak yang mempermudah untuk mendapatkan barang-barang tersebut?

5. Jenis narkoba apa saja yang dipakai oleh remaja yang ditangani oleh yayasan ini?

6. Contohnya (siapa inisial pemakai dan jenis apa yang dipakainya)? B. Bagaimana proses Pembinaan atau rehabilitiasi yang dilakuakan dalam upaya

penyembuhan korban penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Madani Mental

Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”?

Pertanyaan

7. Seperti apa bentuk pelaksanaan program yang sudah di bentuk oleh yayasan?

- Sebutkan salah satu bentuk programnya? - Berapa jumlah peserta yang mengikutinya?

8. Bagaimana proses bimbingan rehabilitasi di yayasan ini?

9. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam upaya penyembuhan penyalahgunaan narkoba?

10.Contoh proses rehabilitasi 11.Bentuk rehabilitasi

C. Keberhasilan apa yang telah dicapai oleh Yayasan Madani Mental Health Care dan apa saja hambatan yang dialami oleh Yayasan Madani Mental

Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” dalam pembinan atau bimbingan korban penyalahgunaan narkoba?

Pertanyaan

12.Berapa jumlah remaja yang sudah dan sedang mendapatkan pembinaan?

13.Berapa jumlah remaja yang sudah dinyatakan sembuh secara mental dari pengaruh narkoba?

14.Berapa jumlah remaja yang belum sembuh secara mental dari pengaruh narkoba?

15.Apa kendala kendala dalam melakukan pembinaan ini?

16.Kronologi peserta rehabilitasi yang dinilai sembuh (Nama, masa rehabilitasi, Bagaimana perkembangannya)

17.Kronologis peserta rehabilitasi yang dinilai belum sembuh (Nama, masa rehabilitasi, Bagaimana perkembangannya)


(4)

Susunan Pengurus Yayasan Pusat Rehabilitas Madani Pembina/Penasehat : Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater

Prof. Dr. Suharyadi Sumhudi, SE. MA

Ketua Yayasan : Darmawan, S.Ag

Ka. Bidang Dakwa : A. Fuad Salim, LC

Ka. Bidang Lit Bang : Ginanjar Maulana, SSI

Ka. Bidang Ekonomi : Ahmad Jami Hw, S.Sos.I

Sekretaris : Taufik Permadi

Bendahara : Santi Rachmawati, SPd

Ka. Bidang SDM : Surinto, S.Psi

Ketua Biadang Internal : Samsuludin, S. Sos.I

Bidang Humas : Heria Widia Hermono, S.E

Bidang Keperawatan : Imam Hariadi, AMK

Bidang Perlengkapan : Yanto Abdulatif, S.Th.I

Bidang Pengembangan : Ade C. Hidayat, S.Pd.I

Konselor Pendamping : Ahmad Jami Hw, S.Sos.I, Ginanjar Maulana, S.S.I, Samsuludin, S.Sos.I, Ade C. Hidayat, S.Pd.I, Harid Isnaeni, S.Soso.I, Surinto, S.Psi, Heria Widya, S.E


(5)

Instruktur Olahraga : Sabam Dindin

Instruktur Bhs. Inggris : Hendro, MM & Mr Ado

Staff Pemeliharaan : Casudin

Bagian Dapur : Sarojah, Dimroh, Damirah, Wesiah

Foto-Foto Kegiatan

Madani Mental Health Care

I. Foto-Foto Kegiatan Pembinaan 1. Terapi Psiko Religius/Agama


(6)

3. Terapi Lukis / Pengembangan Keterampilan