8 Menyadari akan bahayanya, Muhammad Abduh sangat gencar
mengkritik ulama tafsir yang menggunakan Israiliyyat sebagai penafsiran al- Quran. Dalam nada yang lebih keras, Syaltut menuduh bahwa Israiliyyat telah
menghalangi umat Islam menemukan petunjuk-petunjuk al-Quran
15
. Orientasi tafsir al-Quran yang menjadi objek kritikan para mufassir
modern dalam pengutipan riwayat Israiliyyat, adalah tafsir yang menggunakan orientasi penafsiran bi al-matsur. Dalam hal ini, tafsir Jami’ al-Bayân fî Tafsîr
al-Qurân selanjutnya disebut tafsir ath-Thabârî karya Ibnu Jarîr al-Thabârî dan Tafsîr al-Qurân al-Azîm selanjutnya disebut tafsir Ibnu Katsîr diduga
sebagai kitab tafsir yang banyak memuat Israiliyyat. Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka penulis mencoba untuk
mengangkat tentang permasalahan ini, dengan menganalisa perbandingan keberadaan riwayat Israiliyyat dalam kedua tafsir tersebut dikomentari atau
tidak, yaitu dengan tema: Isrâiliyyât Dalam Tafsir Ath-Thabârî dan Ibnu Kastîr Sikap Ath-Thabârî dan Ibnu Katsîr Terhadap Penyusupan
Isrâiliyyât Dalam Tafsirnya
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam sejarah penafsiran al-Quran, keberadaan Israiliyyat dalam kitab tafsir secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua macam
16
. Pertama,
15
Muhammad Syaltut, Fatwa-Fatwa, terj. Bustamin A. Gani, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, Juz I, hlm.95.
16
Kategori ini diungkapkan oleh Adz-Dzahabi dalam ‘’al-Tafsir wa al-Mufassirun”, menjadi enam kategori keberadaan riwayat Israiliyyat dan keenam kategori itu secara garis besar
9 Israiliyyat dikomentari oleh penulisnya. Komentar yang dimaksud adalah
menyangkut analisis terhadap kualitas sanad dan matan. Kategori ini dipandang sebagai cara yang benar dalam mengemukakan Israiliyyat. Kedua,
riwayat Israiliyyat yang keberadaannya tanpa dikomentari apa-apa, yakni tanpa penyebutan sanadnya, analisis terhadap kualitas sanadnya, analisis
terhadap isi Israiliyyat, dan penafsiran yang benar terhadap ayat yang ditafsirkan dengan Israiliyyat. Poin-poin ini merujuk kepada studi kritis
terhadap riwayat hadis. Dalam studi kritik al-Hadis, hal yang ditinjau adalah aspek sanad dan matan. Kategori yang kedualah yang kerap kali menjadi
objek kritikan para ulama tafsir. Berkaitan dengan itu, penulisan skripsi ini membatasi dan memusatkan
perhatian kepada penyusupan riwayat Israiliyyat dalam tafsir Jâmi’ al-Bayân fî Tafsîr al-Qurân selanjutnya disebut tafsir ath-Thabârî karya Ibnu Jarîr al-
Thabârî dan Tafsîr al-Qurân al-Azîm selanjutnya disebut tafsir Ibnu Katsîr dengan penekanan pada analisis apakah keberadaannya dikomentari atau
tidak. Dengan kata lain, apakah ath-Thabârî dan Ibnu Katsîr bersikap kritis atau tidak, dan penulis juga merumuskan “Apa itu sebenarnya kisah-kisah
Israiliyyat dan Bagaimana kisah-kisah Israiliyyat tersebut dapat menyusup kedalam kitab tafsir Jâmi’ al-Bayân karya ath-Thabârî dan tafsir al-Qurân al-
Azîm karya Ibnu Katsîr yang keduanya merupakan kitab yang banyak dijadikan rujukan para pembaca”.
dapat dibagi ke dalam dua bagian. Lihat Adz-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Juz 1., hlm. 95- 98
10
C. Ruang Lingkup Masalah