BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Radioterapi adalah salah satu metoda pengobatan penyakit yang bersifat ganas maligna dengan menggunakan sinar peng-ion. Metoda pengobatan ini mulai
digunakan orang sebagai salah satu regimen pengobatan tumor ganas, kanker stadium lanjut, segera setelah ditemukannya sinar-X oleh WC Rontgen, sifat-sifat
radioaktivitas oleh Becquerel dan radium oleh Pierre dan Marie Curie, yaitu pada akhir abad ke
– 19 Radiologi diagnostik, 2009. Kesuksesan pengobatan radioterapi dimulai pertama kali pada salah satu pasien dengan indikasi
basal cell epithelioma
pada tahun 1899 Abeloff, Armitage, Niederhuber, Kastan, McKenna, 2008. Hal tersebut terjadi karena efek dari radiasi yang akan mempengaruhi semua sel yang ada
dalam tubuh seseorang, dimana sel –sel normal akan lebih mampu pulih dari efek
radiasi tersebut dibandingkan dengan sel-sel kanker atau sel yang tidak normal menolak untuk pulih dari efek tersebut sehingga menghambat perkembangan sel
menjadi lebih ganas Damrot
et all
, 2009. Menurut
WHO
2008 ada sekitar 3125 orang yang menjalani radioterapi dalam kurun waktu 1976-2007 yang tersebar di AS, Amerika latin, Asia, dan Eropa.
Dalam kurun waktu 1992-2007 ada sekitar 4616 orang yang menjalani radioterapi tersebar di Australia, Eropa, Kanada, AS dan Inggris.
Pengobatan ini juga tidak terlepas dari efek samping yang ditimbulkannya. Efek samping tersebut timbul bervariasi berdasarkan faktor imunitas tubuh seseorang,
area tubuh seseorang yang diterapi, durasi waktu pelaksanaan radioterapi, dan dosis radioterapi yang diterima seseorang. Hal tersebut membuat setiap orang berbeda
dalam menerima efek terapi, sehingga setiap orang memiliki sifat toleransi yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda terhadap efek tersebut Delaney et all, 2005. Efek samping yang ditimbulkan bisa bersifat dini, lambat, maupun lokal. Salah satunya efek yang sering
dijumpai dari beberapa efek samping yang ditimbulkan oleh radioterapi adalah timbulnya masalah kelainan kulit. Ada beberapa efek lain yang ditimbulkan selain
masalah kelainan kulit, yaitu gangguan tidur, masalah pencernaan, kerontokan rambut, gangguan pertumbuhan tulang, dan timbulnya masalah seksual Canadian
Cancer Society, 2015. Efek samping ini terjadi dalam waktu yang berbeda bisa beberapa hari, beberapa minggu sesudah terapi radiasi. Tetapi umumnya paling
banyak efeknya timbul dalam waktu lebih kurang 2 bulan setelah selesai terapi radiasi. Paling lama efek yang ditimbulkan oleh terapi tersebut bisa mencapai tahunan
setelah penyelesaian pengobatan Canadian Cancer Society, 2015. Dari beberapa penelitian yang dilakukan hampir 87 , pasien yang mengalami radioterapi dengan
berbagai faktor resikonya mengalami masalah kelainan kulit dari yang sedang sampai berat Harris et all, 2011. Survei yang dilakukan sekitar tahun 1990 di Inggris
dilaporkan bahwa lebih dari 80 mengalami masalah kelainan kulit, walaupun tidak selalu dalam kondisi yang berat Barkham,1993. Reaksi yang terjadi sekitar 80-90
adalah reaksi eritema pada pasien tersebut dan sekitar 10-15 ditemukan reaksi deskuamasi setelah dilakukan radioterapi Porock Kristjanson, 1999.
Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa masalah kelainan kulit adalah salah satu masalah yang sering dijumpai pada kasus-kasus pasien yang menjalani
radioterapi dan juga belum adanya data mengenai bagaimana karakteristik kelainan kulit pada pasien yang menjalani radioterapi terutama di daerah Sumatera Utara
maka dari itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik pasien radiodermatitis di RSUP H. Adam Malik Medan Januari 2014
– Agustus 2015.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah