Perkembangan Masyarakat Madani Pemikiran Politik Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani

tapi satu masyarakat berkepribadian yang menolak binari peradaban sambil tetap memegang teguh martabat dan identitasnya. Karena itu, Anwar dengan contoh Melayunya bisa menangkis pesimisme Huntington 1970 yang melihat bahwa masyarakat madani di dunia Islam lebih banyak didominasi oleh sentimen anti-Barat dan karena itu menjadi bertentangan dengan demokrasi. Melayu yang toleran dan terbiasa dengan pluralisme juga membantah pesimisme Gellner 1981 bahwa ummah adalah komunitas ideologis tanpa menyisakan ruang bagi pluralisme. 90 Masyarakat madani sesungguhnya dapat berjalan bergandengan dengan demokrasi, karena masyarakat madani adalah masyarakat yang mementingkan musyawarah. Namun, kedaulatan atas rakyat dalam demokrasi tidak boleh melebihi kedaulatan tuhan. Karena kedaulatan tuhan berada di atas segala-galanya.

3.1.2 Perkembangan Masyarakat Madani

Konsep masyarakat madani, atau dalam terminologi Barat disebut dengan civil society, telah muncul pada masa pencerahan Renaissance di Eropa melaui pemikiran John Locke abad ke-18 dan Emmanuel Kant abad ke-19. Sebagai sebuah konsep, masyarakat sipil berasal dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi tentang state negara. Dalam tradisi Eropa abad ke- 18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara, yakni suatu kelompok atau kekuatan yang mendominasi kelompok lain. Barulah pada paruh kedua abad ke-18, terminologi ini mengalami pergeseran makna. Negara dan masyarakat madani kemudian dimengerti sebagai dua buah entitas yang berbeda. 91 90 Ibid., 91 Saiful Hamiwanto,dan M,Ali Said JSD. Op Cit.. http:www.mail-archive.comislamssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jpmsg00070.html. Universitas Sumatera Utara Bahkan kemudian Kant menempatkan civil society dengan negara dalam kedudukan yang berlawanan, yang kemudian dikembangkan oleh Hegel. Melalui Hegel, civil society terpilahkan secara sempurna dari negara, bahkan sebagai entitas yang berlawanan saling menegaskan. Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil society ini adalah Adam Ferguson dalam bukunya ”Sebuah Essai tentang Masyarakat Sipil An Essay on The Civil Society”, terbit tahun 1773 di Skotlandia. 92 Adi Suryadi Culla menginventarisasi ada empat perspektif utama yang mempengaruhi wacana civil society khususnya dalam hubungan eksistensialnya dengan negara . Pertama, civil society dan negara adalah dua entitas terpisah yang berhadapan secara diametral. Pendekatan ini memunculkan pemahaman timbal balik bahwa negara yang kuat akan melemahkan civil society dan sebaliknya sehingga akhirnya menghasilkan dua kutub baru: perspektif negara mengungguli masyarakat Hegel dan Karl Marx dan perspektif kemandirian civil society atas negara John Stuart Mill dan Alexis de Tocqueville. Pendekatan ini dapat membaca fenomena dunia ketiga dimana negara yang superior dan tidak demokratis membunuh tumbuhnya potensi civil society. Kedua, civil society dan negara adalah dua entitas yang secara rasional dan institusional tidak terpisah, dan keduanya merupakan istilah yang dapat dipertukarkan. Perspektif ini mendasarkan pada prasyarat integrasi negara dan civil society dalam sistem hukum yang demokratis, dengan tidak adanya penindasan negara terhadap civil society dan tidak adanya penentangan negara oleh civil society. Ketiga, civil society dan negara sebagai entitas yang tidak berhadapan secara vis a vis, pada masing-masing memiliki konflik pada subentitasnya. Berdasar 92 Ibid., Universitas Sumatera Utara perspektif ini, negara dan civil society masih terpisahkan dengan masing-masing memiliki elemen-elemen prodemokrasi maupun antidemokrasi. Keempat, civil society adalah entitas yang terpisah dengan tiga entitas lain yaitu negara, masyarakat politik political society, dan masyarakat ekonomi economic society. Perspektif ini menggambarkan bahwa interaksi terjadi antara banyak aktor selain civil society dan negara yaitu masyarakat politik dan masyarakat ekonomi. Meskipun terdapat keragaman sudut pandang, konsep civil society dapat ditarik secara generalisasi bahwa civil society adalah komunitas atau kelompok sosial politik terorganisasi yang memiliki karakter kesukarelaan voluntary, otonomi keswadayaan, self-supporting, kemandirian keswasembadaan, self-generating, dan mampu bersikap kritis yaitu, tidak semata-mata berlawanan terhadap entitas lain baik pada negara, masyarakat ekonomi, masyarakat politik, termasuk civil society lain yang tidak demokratis. 93 Pada dataran konkritnya civil society adalah jejaring atau kelompok masyarakat yang dapat mencakup rumah tangga, warga, LSM, gerakan mahasiswa, kelompok budaya, serta organisasi sosial dan keagamaan. Sebahagian besar sarjana Islam cenderung mengaitkan perkembangan masyarakat madani dengan pembentukan masyarakat beradab di Madinah. Ibnu Taimiyah dalam kajiannya mengutarakan bahwa negara dalam Islam sebagai sebuah sarana untuk menegakkan hukum syariat dengan mengatakan “Semua hukum atau keputusan hukum telah disampaikan Nabi kepada Ummat, maka tidak perlu lagi mereka menyandarkan diri kepada Imam karena Imam hanyalah pelaksana segala ketetapan dari Nabi saw”. Hukum Islam bersumber dari tiga hal: Al Qur’an, Sunnah Nabi, dan Ijtihad ‘Ulama berupa ijma’ dan qiyas berdasar dua sumber sebelumnya. 93 Imron Rosyadi. KAMMI,Masyarakat Madani dan Agenda -agenda Gerakan Mahasiswa. http:www.kammi.or.idlastlihat.php?d=materido=viewid=44 . 1 Maret 2003. Diakses pada tanggal 25 Februari 2008. Universitas Sumatera Utara Dalam konsep kekuasaan, Ibnu Taimiyah menyandarkan sumber kekuasaan adalah Allah swt, sedangkan manusia berperan sebagai khalifah di muka bumi, sehingga kekuasaan manusia berada dalam tanggungjawab untuk memenuhi kehendak-Nya . Sehingga sesuai QS 4:59, ketaatan kepada penguasa ulil amri dilandaskan pada ketaatan penguasa terhadap hukum Allah. Ia menyatakan ulil amri terdiri atas ulama yang berfungsi mengemban tugas menafsirkan hukum syari’at dan merumuskan ketentuan keadilan, dan umara yang bertugas menegakkan berlakunya hukum Allah dan mempertahankan negara Islam . Oleh karena itu, kedaulatan negara dan kedaulatan rakyat tunduk pada supremasi syari’at kedaulatan hukum – Allah. Pada Islamlah, kekuasaan mayoritas dapat dibatasi, sehingga kedaulatan rakyat bermakna hak rakyat untuk mengawasi pemerintahan untuk senantiasa berada dalam batas- batas yang digariskan Syari’at. 94 Ini yang diungkapkan oleh Anwar sebagai kedaulatan rakyat patut dihargai sewajarnya namun tidak bertentangan dengan kedaulatan suci dan murni dari Allah SWT. Senada dengan Ibnu Taimiyah, Yusuf Qaradhawi menunjukkan secara lebih tegas bahwa daulah Islamiyah bukanlah negara teokrasi daulah diniyah. Daulah Islamiyah adalah daulah madaniyah negara sipil yang berkuasa atas nama Islam, berdasar proses bai’at dan syuro memilih pemimpin yang kuat qawiy, dapat dipercaya amin, dapat diandalkan hafidz dan berpengetahuan ‘aliim . Ia membedakan teokrasi dan nomokrasi, dengan menunjukkan negara Islam sebagai negara yang nomokrasi berda sar syari’at daulah syar’iyah dusturiyah . Prinsip dasar yang dimiliki adalah ketundukan hukum positif pada hukum- hukum moral syari’at. Pada prakteknya dalam sejarah Islam awal, prinsip dasar tersebut menginspirasikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip hukum modern seperti prinsip keadilan, 94 Ibid., Universitas Sumatera Utara kesetaraan di hadapan hukum dan pengadilan, asas praduga tak bersalah presumption of innocence, dan prinsip hukum pada tindakan yang nampak. 95 Masyarakat Madinah yang menjadi rujukan konsep negara Islam memiliki gagasan politik yang disebut sebagai syuro musyawarah yaitu ruang terbuka dimana siapapun berhak menyampaikan pendapatnya pada wilayah dimana syari’at tidak membatasi secara ketat misalnya wilayah mu’amalah. Syuro melebihi demokrasi dalam hal ketersed iaan syari’at yang membatasi kekuasaan mayoritas yang memungkinkan tumbuhnya otoritarianisme yang berkedok demokrasi. Tetapi di sisi lain, syuro punya irisan dengan demokrasi pada aspek substansi demokrasi, semangat penentangan tirani, dan prinsip mayoritas. Dengan konsep syuro, negara dalam Islam harus membuka ruang interaksi bagi masyarakat sebagai bagian dari mekanisme kontrol dan partisipasi politik sebagai bagian dari ibadah dan amar ma’ruf nahi munkar . Pada aspek politik ini, sosiolog agama Robert N. Bellah menyatakan bahwa Islam terasa unik dibandingkan agama lain bukan semata karena ia tidak memisahkan antara politik dan agama, tetapi karena salah satunya adalah sifatnya “sangat modern” dalam pandangan dan praktek politik kenegaraannya khususnya pada masa khulafaur rasyidin. 96 Negara dalam hubungannya dengan masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar meliputi tanggung jawab melindungi kaum mustadh’afiin, buruh yang tidak terupahi dengan baik, kaum wanita dari penindasan, anak-anak sampai dia mandiri, orang-orang tua. Negara juga bertanggung jawab mendistribusikan kemakmuran melalui instrumen-instrumen seperti zakat, shadaqah, dan baitul maal, juga melalui sistem ekonomi tanpa riba dan perlindungan hak-hak konsumen. Dengan itu negara 95 Ibid., 96 Ibid., Universitas Sumatera Utara membentuk solidaritas sosial dan menegakkan keadilan dalam masyarakatnya, di mana dengan itu masyarakat mendukung kuatnya negara untuk melaksanakan tugas etisnya: penegakan hukum Allah di muka bumi. Pola interaksi negara-masyarakat dalam Islam menunjukkan kesatuan yang tak terpisahkan antara negara dan masyarakat dan menunjukkan kedua entitas itu dapat dipertukarkan. Apabila merujuk pada kategorisasi Culla, ia mendekati perspektif kedua yang lebih mudah menjelaskan hubungan integratif negara- civil society modern. Masyarakat Madinah dengan ciri penjelasan di atas terbukti merupakan masyarakat par exellence yang ‘terlalu maju’ bagi jamannya. Diakatakan Anwar bahwa masyarakat madani memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada perbedaan dari segi etntitas antara masyarakat sipil dari Barat dengan masyarakat madani yang berdasarkan Islam. Konsep masyarakat sipil Barat berteraskan sekulerisme yang mewujudkan pertentangan antara agama dengan negara berbeda dengan masyarakat madani yang menumpukan pada perpaduan harmoni antara pemerintah dan agama. Menurut AS Hikam penggunaan masyarakat madani sebagai penerjemahan civil society bukan hanya sekedar pengalihbahasaan saja, ia adalah suatu konsep yang bersifat khusus dan ada perbedaan soal cakupan, masyarakat madani lebih merupakan penggunaan paradigma yang bersifat partikularistik, khususnya Islam dengan menggunakan momentum dimana kajian civil society sudah dilupakan. Masyarakat madani yang diperkenalkan oleh Anwar Ibrahim ini kemudian dikembangkan oleh para tokoh pemikir Islam di Indonesia,seperti Nurcholis Madjid, Dawam Rahardjo, AS Hikam,dan lain-lain. Di Indonesia, masyarakat madani dikenal dengan nama masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, masyarakat warga,civil society tanpa diterjemahkan,masyarakat madani dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Masyarakat madani di dasarkan pada masyarakat madinah dibawah pimpinan nabi Muhammad SAW. Madinah, yang dahulunya bernama Yastrib. Sebelum kedatangan Rasulullah SAW masyarakat madinah adalah masyarakat yang tidak mengenal sopan santun, tidak beradab, saling bermusuhan,tidak ada toleransi antar kaum, tidak ada permufakatan dan saling tindas menindas. Masyarakat Madinah,yang oleh Nurcholis Madjid dijadikan tipologi masyarakat madani,merupakan masyarakat yang demokratis. Dalam arti bahwa hubungan antar kelompok masyrakat, sebagaimana yang terdapat dalam poin-poin Piagam Madinah,mencerminkan egalitarianisme setiap kelompok mempunyai hak dan kedudukan yang sama,penghormatan terhadap kelompok lain,kebijakan diambil dengan melibatkan kemompok masyarakat seperti penetapan strategi perang,dan pelaku ketidakadilan,dari kelompok manapun,diganjar dengan hukuman yang berlaku. 97 Prinsip masyarakat madani dimulai sejak Rasulullah SAW melakukan hijrah beserta para pengikutnya dari Makkah ke Madinah. Hal tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat yang madaniyyah beradab. Selang dua tahun pasca hijrah atau tepatnya 624 M, setelah Rasulullah mempelajari karakteristik dan struktur masyarakat di Madinah yang cukup plural, beliau kemudian melakukan beberapa perubahan sosial. Salah satu diantaranya adalah mengikat perjanjian solidaritas untuk membangun dan mempertahankan sistem sosial yang baru. Sebuah iktan perjanjian antara berbagai ras,suku,dan etnis seperti Bani Qainuqa, Bani Auf, Bani al-Najjar dan lainnya yang beragama pada saat itu, juga termasuk Yahudi dan Nasrani. 97 Deny Suito. Membangun Masyarakat Madani. http:www.cmm.or.idcmm- ind_more.php?id=A2342_0_3_0_M . Tanggal 28 July 2006 Universitas Sumatera Utara Perjanjian itu disebut dengan piagam Madinah Mitsaq al-Madinah. Dalam dokumen itulah umat manusia pertama kali diperkenalkan dengan wawasan kebebasan, terutama di bidang agama dan ekonomi, serta tanggung jawab politik dan sosial, khususnya pertahanan secara bersama. Disebut Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah karena didalamnya memang terdapat pasal-pasal yang menjadi hukum dasar sebuah negara,yakni negara kota yang kemudian disebut Madinah. Perjanjian yang pasal satunya adalah kesepakatan membentuk satu umat di Madinah itu adalah awal dari suatu proses. Ketika kepala-kepala suku yang sebenarnya mengandung potensi konflik diantara sesamanya itu bersetuju untuk tunduk kepada suatu kedaulatan tertentu yakni ummah dan menerima berbagai jenis perlindungan yang disepakati dari kedaulatan itu. 98 Melalui piagam Madinah itu tampak bahwa Rasulullah hendak menegakkan sebuah konstitusi yang mampu dijadikan pijakan dasar bersama dalam konteks hidup bersama. Titik balik peradaban yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada gilirannya mengantarkan masyarakat Yatsrib menjadi masyarakat yang madaniyyah. Sebuah masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai atau karakter yang adil, egaliter, partisipatif, humanis, toleran dan demokratis. Masyarakat tersebut juga patuh dan tunduk kepada kepatuhan din dan dinyatakan dalam supremasi hukum dan peraturan. Atau dalam pandangan senada, Robert N Bellah,seorang sosiolog agama berpendapat bahwa masyarakat Madinah saat itu sarat dengan nilai, moral,maju,beradab,dan sangat menghargai nilai-nilai kemausiaan. Konsep masyarakat madani di Madinah menjadi asas kepada satu kehidupan bertamaddun dengan kombinasi elemen perundangan, penyertaan politik dari berbagai kalangan rakyat dan kaum serta kesediaan memenuhi keperluan berbagai budaya. 98 M. Dawam Rahardjo. Op Cit. Hal. 149 Universitas Sumatera Utara Secara formal Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antara komponen masyarakat. Pertama, antara sesama muslim,bahwa sesama muslim adalah satu ummat walaupun mereka berbeda suku. Kedua,hubungan antara komunitas muslim dengan non muslim didasarkan pada prinsip bertetangga yang baik,saling membantu dalam mengahdapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya,saling menasihati dan menghormati kebebasan beragama. Secara umum, piagam Madinah mengatur kehidupan sosial penduduk Madinah secara lebih luas. Ada dua nilai dasar yang tertuang dalam piagam Madinah,yang menjadi dasar bagi pendirian sebuah negara Madinah kala itu. Pertama,prinsip kesederajatan dan keadilan al musawwah wal ’adalah. Kedua, inklusifisme atau keterbukaan. Kedua prinsip itu lalu dijabarkan dan ditanamkan dalam bentuk bebrapa nilai universal, seperti konsistensi i’tidal,keseimbangan tawazum,moderat tawasut dan toleran tasamuh. 99 Oleh sebab itu,dalam negeri Madinah saat itu, walaupun penduduknya heterogen baik dalam arti agama, ras,suku dan golongan-golongan kedudukannya sama,masing-masing memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan melaksanakan aktivitas dalam bidang sosial dan ekonomi. Setiap pihak mempunyai kebebasan yang sama untuk membela Madinah tempat tinggal mereka. Rasulullah SAW bisa membangun sebuah masyarakat yang modern ditengah padang gersang dan di tengah lingkungan yang dicitrakan tak beradab itu karena Rasulullah dapat melakukan reformasi dan tranformasi ke dalam inner reformation and transformation pada individu yang berdimensi akidah,ibadah dan akhlak. Karena itu, iman dan moralitas menjadi landasan Piagam Madinah. 99 Saiful Hamiwanto,dan M,Ali Said JSD. Op Cit.. http:www.mail-archive.comislamssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jpmsg00070.html. Universitas Sumatera Utara Semua prinsip dan nilai diatas menjadi dasar semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi dan hukum masa itu, sehingga masyarakat madani yang diidealkan itu secara empiris pernah terwujud di muka bumi ini, bukan sekedar sebuah impian. Perujukan masyarakat madinah sebagai kerangka acuan dalam membangun tatanan masyarakat muslim modern merupakan keharusan. Dengan alasan, masyarakat Madinah adalah umat terbaik yang dipandang Allah. Firman- Nya, ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh keapda yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,dan beriman kepada Allah.” QS.Ali Imran :110. Menurut Quraish Shihab,masyarakat muslim awal disebut umat terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal- hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah al- ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan,kaum Muslim awal menjadi ”khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasulNya. 100 Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan pada peniruan struktur masyarakatnya,tapi pada sifat-sifat yang menghiasi masyarakat ideal ini. Seperti,pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk ilahi,maupun persatuan yang kesatuan. Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar yang direstui ilahi adalah dengan hikmah,nasehat,dan tutur kata yang baik. Dalam rangka membangun ”masyarakat madani modern”,meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain,seperti menjaga persatuan umat 100 Deny Suito. Op Cit. http:www.cmm.or.idcmm-ind_more.php?id=A2342_0_3_0_M . Tanggal 28 July 2006 Universitas Sumatera Utara Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja,tidak melakukan pemaksaan agama,dan sifat-sifat luhur lainnya. 101 Namun, kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakah mungkin masyarakat ideal itu akan hadir kembali di tengah-tengah kehidupan yang semakin modern ini dan semakin meninggalkan akhlak dan moralitas yang sebenarnya menjadi sebuah landasan terwujudnya masyarakat madani itu. Untuk menjalankan masyarakat madani bukan hanya berusaha menjalankan apa yang dijalankan oleh masyarakat madinah,tapi juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang tawassuth dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja. Anwar mengatakan bahwa masyarakat madani yang coba dicapai oleh rakyat di negara-negara Islam khususnya mendapati masyarakat madani mempunyai konsep yang lebih luas dan merangkumi suatu masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat madani telah mempertimbangkan hubungan rakyat dengan pemerintah, rakyat didalam kehidupan bermasyarakat dan aspirasi untuk mencapai tamadun yang berasaskan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan yang murni bermula dari individu, keluarga,masyarakat hingga kepada negara dan pemerintah. Masyarakat madani lebih mengutamakan konsep musyawarah dan aspek kerjasama serta perdamaian dalam mencapai masyarakat yang berfungsi sebagai masyarakat madani. Dalam masyarakat madani bukan hanya hubungan antara sesama manusia atau hubungan antara masyarakat dengan kelompok masyarakat lain dan juga bukan hanya 101 Ibid., Universitas Sumatera Utara sekedar hubungan antara masyarakat dengan negara namun lebih kepada hubungan manusia dengan tuhan,sehingga dapat menjadikan tujuan pembentukan masyarakat lebih bermakna bukan hanya sekedar kepentingan individu semata-mata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakteristik masyarakat madani adalah pertama, Free Public Sphere Kebebasan ruang publik artinya adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk menyampaikanmengemukakan pendapat. Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik. Kedua,demokrasi. Demokrasi merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani. Warga negara mempunyai kebebasan penuh untuk menjalankan aktifitas kehidupan mereka termasuk berinteraksi dengan lingkungannya. Demokrasi berarti masyarakat dapat berlaku santun dengan masyarakat di lingkunganny tanpa mempertimbangkan perbedaan suku,ras,agama maupun golongan. Ketiga, toleransi. Toleransi merupakan nilai yang dikembangkan masyarakat madani dalam menghargai dan menghormati aktifitas orang lain dan juga menghargai perbedaan pendapat. Keempat, pluralisme. Pluralisme harus dipahami sebagai sebuah tata cara kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pluralisme tidak tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, namun harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme sebagai bentuk positif dan merupakan rahmat tuhan. Universitas Sumatera Utara Kelima, keadilan sosial. Keadilan sosial merupakan keadilan yang menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban tiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

3.2 Masyarakat Madani dan Demokrasi