Kekuatan Kertas - Indeks Sobek Tear Index

konsumsi H 2 O 2 dalam hal ini adalah anion perhidroksil juga meningkat. Akhirnya setelah proses pemutihan selesai hanya meninggalkan sedikit residu H 2 O 2 . Untuk mengefektifkan konsumsi H 2 O 2 penambahan dosis harus diikuti dengan peningkatan temperatur reaksi. Pada temperatur yang rendah 65 C reaksi dekomposisi H 2 O 2 berlangsung lambat sehingga pada saat reaksi dihentikan setelah 180 menit masih banyak terdapat H 2 O 2 yang belum terdekomposisi. Hal ini menyebabkan residu yang tinggi pada temperatur yang rendah terutama pada dosis H 2 O 2 yang tinggi. Sebaliknya pada temperatur tinggi hampir semua H 2 O 2 terdekomposisi sehingga residu H 2 O 2 pada akhir proses pemutihan menjadi rendah. Jadi residu H 2 O 2 yang paling rendah diperoleh pada sampel pulp dengan dosis H 2 O 2 yang paling kecil 0,1 dan temperatur paling besar 95 C. Sebaliknya residu H 2 O 2 yang tinggi diperoleh pada dosis H 2 O 2 yang tinggi 0,4 dan temperatur yang rendah 65 C.

4.2.5. Kekuatan Kertas - Indeks Sobek Tear Index

Gambar 4.8a dan 4.8b adalah grafik indeks sobek rata-rata kertas tahap D 2 dan P. Indeks sobek rata-rata diambil dari data indeks sobek kertas yang dihasilkan pada temperatur pemutihan pulp 75 C dan 85 C. Pada Gambar 4.8a dan 4.8b dapat dilihat perbandingan indeks sobek pulp tahap P dan D 2 . Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa indeks sobek tahap P lebih tinggi dari pada tahap D 2 . Pada dosis ClO 2 dan H 2 O 2 yang sama indeks sobek tahap ≥ Hasnah Ulia: Altrnatif Penggunaan Hidrogen Peroksida Pada Tahap Akhir Proses Pemutihan Pulp, 2007. USU e-Repository © 2008 besar sama dengan indeks sobek tahap D 2 pada tiap revolusi. Indeks sobek yang paling rendah pada tiap revolusi diperoleh pada sampel tahap D 2 dengan dosis ClO 2 terbesar 0,7. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1000 2000 3000 4000 5000 Revolusi rpm In d eks so b ek m N m 2g D1 1 - P 0.1 D1 1 - P 0.2 D1 1 - P 0.4 D1 1 - D2 0.2 D1 1 - D2 0.4 D1 1 - D2 0.7 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1000 2000 3000 4000 5000 Revolusi rpm In d e ks so b ek m N m 2g D1 1.3 - P 0.1 D1 1.3 - P 0.2 D1 1.3 - P 0.4 D1 1.3 - D2 0.2 D1 1.3 - D2 0.4 D1 1.3 - D2 0.7 Gambar 4.8a. Indeks Sobek Kertas Tahap D 2 dan P dari D 1 1 Gambar 4.8b. Indeks Sobek Kertas Tahap D 2 dan P dari D 1 1,3 Gambar 4.9a menunjukkan bahwa penambahan dosis bahan pemutih yang besar menghasilkan kertas dengan indeks sobek yang rendah karena bahan pemutih selain menyerang lignin juga mendegradasi selulosa sehingga kertas yang dihasilkan lebih mudah robek. Hasnah Ulia: Altrnatif Penggunaan Hidrogen Peroksida Pada Tahap Akhir Proses Pemutihan Pulp, 2007. USU e-Repository © 2008 Gambar 4.9b menunjukkan bahwa indeks sobek memberikan respon positif terhadap kenaikan temperatur. Pada temperatur 85 C diperoleh indeks sobek yang lebih tinggi dari pada indeks sobek pada temperatur 75 C dengan kenaikan 0,4 mNm 2 g untuk sampel D 1 1-P dan 0,2 mNm 2 g untuk sampel D 1 1,3-P. Sampel D 1 1- P mempunyai indeks sobek yang lebih tinggi daripada sampel D 1 1,3-P. 7.30 7.10 7.05 6.55 7.06 7.10 6.4 6.6 6.8 7.0 7.2 7.4 0.2 0.4 0.6 Dosis H2O2 In d e ks S o b e k m N m 2 g D1 1 - P D1 1.3 - P 6.98 7.33 6.81 6.99 6.7 6.8 6.9 7.0 7.1 7.2 7.3 7.4 70 75 80 85 90 Tem peratur C In d eks S o b ek m N m 2 g D1 1 - P D1 1.3 - P Gambar 4.9a. Pengaruh Dosis H 2 O 2 Terhadap Indeks Sobek Gambar 4.9b. Pengaruh Temperatur Terhadap Indeks Sobek - Indeks Tarik Tensile Index Gambar 4.10a dan 4.10b adalah grafik indeks tarik rata-rata kertas tahap D 2 dan P. Indeks tarik rata-rata diambil dari data indeks tarik kertas yang dihasilkan pada temperatur pemutihan pulp 75 C dan 85 C Hasnah Ulia: Altrnatif Penggunaan Hidrogen Peroksida Pada Tahap Akhir Proses Pemutihan Pulp, 2007. USU e-Repository © 2008 Gambar 4.10a dan 4.10b menunjukkan bahwa indeks tarik tahap P lebih tinggi dari pada tahap D 2 terutama pada dosis H 2 O 2 dan ClO 2 yang sama. Indeks tarik tertinggi untuk tiap revolusi beating dicapai oleh sampel D 1 1–P 0,1 dan D 1 1,3–P 0,1 2 12 22 32 42 52 62 72 82 92 1000 2000 3000 4000 5000 Revolusi rpm Inde k s Ta ri k N m g D1 1 - P 0.1 D1 1 - P 0.2 D1 1 - P 0.4 D1 1 - D2 0.2 D1 1 - D2 0.4 D1 1 - D2 0.7 2 12 22 32 42 52 62 72 82 92 1000 2000 3000 4000 5000 Revolusi rpm Inde k s Ta ri k N m g D1 1.3 - P 0.1 D1 1.3 - P 0.2 D1 1.3 - P 0.4 D1 1.3 - D2 0.2 D1 1.3 - D2 0.4 D1 1.3 - D2 0.7 Gambar 4.10a. Indeks Tarik Kertas Tahap D 2 dan P dari D 1 1 Gambar 4.10b. Indeks Tarik Kertas Tahap D 2 dan P dari D 1 1,3 Respon indeks tarik terhadap dosis H 2 O 2 ditunjukkan oleh Gambar 4.11a. Dari gambar tersebut diketahui bahwa penambahan dosis H 2 O 2 dapat menurunkan indeks tarik pulp, sehingga indeks tarik terendah diperoleh pada dosis H 2 O 2 yang terbesar 0,4. Sebagaimana juga indeks sobek, dosis H 2 O 2 yang besar dapat Hasnah Ulia: Altrnatif Penggunaan Hidrogen Peroksida Pada Tahap Akhir Proses Pemutihan Pulp, 2007. USU e-Repository © 2008 menurunkan kekuatan kertas dalam hal ini indeks tarik. Kondisi ini disebabkan karena sebagian selulosa ikut terdegradasi bersama lignin sehingga kertas menjadi rapuh. Gambar 4.11b menunjukkan bahwa peningkatan temperatur dari 75 C ke 85 C dapat meningkatkan indeks tarik kertas dengan kenaikan indeks tarik sebesar 1,27 Nmg untuk sampel D 1 1–P dan 3,76 Nmg untuk sampel D 1 1,3–P. 57.91 56.94 56.4 55.61 57.98 57.08 55.0 55.5 56.0 56.5 57.0 57.5 58.0 58.5 0.2 0.4 0.6 Dosis H2O2 In de k s Ta ri k N m g D1 1 - P D1 1.3 - P 56.5 57.7 55.0 58.8 54.0 55.0 56.0 57.0 58.0 59.0 70 75 80 85 90 Tem peratur 0C In d eks T a ri k N m g D1 1 - P D1 1.3 - P Gambar 4.11a. Pengaruh Dosis H 2 O 2 Terhadap Indeks Tarik Gambar 4.11b. Pengaruh Temperatur Terhadap Indeks Tarik

4.2.6. Perbandingan Nilai Ekonomi