Latar Belakang Altrnatif Penggunaan Hidrogen Peroksida Pada Tahap Akhir Proses Pemutihan Pulp

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengawasan terhadap masalah pencemaran lingkungan semakin meningkat terutama tentang penggunaan senyawa klorin. Hal ini menyebabkan industri pulp mengevaluasi kembali proses dan bahan kimia yang digunakan dalam proses pemutihan pulp. Solusi yang diterapkan oleh banyak industri pulp adalah proses pemutihan pulp dengan sistem bebas unsur klorin Elemental Chlorine Free, ECF. PT. Riau Andalan Pulp and Paper RAPP adalah perusahaan yang memproduksi pulp dan kertas yang menggunakan sistem ECF pada proses pemutihan pulp. Perusahaan ini telah beroperasi sejak tahun 1995 dan saat ini kapasitas produksi pulp mencapai lebih kurang 2 juta tontahun RAPP, 2005. PT. RAPP terletak 75 km bagian tenggara kota Pekanbaru, tepatnya di Desa Pangkalan Kerinci, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau. PT.RAPP menggunakan empat tahap proses pemutihan pulp yaitu D , Eo, D 1 , D 2 , dimana pada tahap D , D 1 dan D 2 menggunakan klorin dioksida ClO 2 sebagai bahan pemutih, sedangkan tahap Eo merupakan proses ekstraksi lignin yang menggunakan oksigen dan natrium hidroksida NaOH. Hidrogen Peroksida digunakan dalam tahap ekstraksi Eop untuk pulp mixed hard wood MHW bersama-sama dengan natrium hidroksida dan oksigen. Proses pemutihan pulp bertujuan untuk meningkatkan derajat putih dan sifat fisik pulp. Derajat putih brightness adalah parameter yang sangat penting dalam Hasnah Ulia: Altrnatif Penggunaan Hidrogen Peroksida Pada Tahap Akhir Proses Pemutihan Pulp, 2007. USU e-Repository © 2008 produksi pulp. Namun konsumen mengeluhkan derajat putih pulp yang menurun selama masa penyimpanan, transportasi dan proses produksi kertas. Untuk mengatasi masalah penurunan derajat putih ini digunakan bahan pemutih yang dapat menjadikan pulp dengan derajat putih yang relatif stabil. Bahan pemutih yang digunakan adalah hidrogen peroksida H 2 O 2 . Sejak tahun 1970-an telah diketahui bahwa hidrogen peroksida telah mampu memisahkan lignin pada pulp kraft. Selama beberapa tahun terakhir ini hidrogen peroksida telah digunakan pada proses pemutihan pulp kraft. Dengan penambahan yang relatif rendah, hidrogen peroksida dapat meningkatkan derajat putih Anderson, 1992. Pulp yang diputihkan dengan menggunakan hidrogen peroksida pada tahap akhir proses pemutihan menghasilkan pulp dengan derajat putih yang lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan klorin dioksida. Suss, 2003; Senior dan Ragauskas, 1996; Dence dan Reeve, 1996. Dengan mengganti klorin dioksida dengan hidrogen peroksida pada tahap akhir proses pemutihan pulp dapat mengurangi pencemaran lingkungan oleh senyawa klor organik sekaligus meningkatkan stabilitas derajat putih pulp. Sebelum ini, penelitian tentang penggunaan hidrogen peroksida dalam proses pemutihan ECF kraft pulp telah dilakukan Anderson, 1992; Bouchard dkk, 1996 ; Malinen dan Marimus, 1993; Lachapelle dkk, 1992; Ulrich, 2003; Suss dkk. 2004; dan lain-lain. Pada umumnya penelitian-penelitian itu dilakukan terhadap kayu berdaun jarum softwood, sebagian kecil kayu berdaun lebar mixed hardwood. Sampel yang diambil umumnya dari Amerika utara dan Eropa. Namun penelitian ini Hasnah Ulia: Altrnatif Penggunaan Hidrogen Peroksida Pada Tahap Akhir Proses Pemutihan Pulp, 2007. USU e-Repository © 2008 belum pernah dilakukan terhadap akasia yang ada di daerah tropis Asia tenggara. Berdasarkan hal tersebut maka riset mengenai pemutihan kraft pulp dari tropical hardwood yaitu akasia menggunakan hidrogen peroksida perlu dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah