Indikasi dari aktifitas enzim lipase ini dapat diketahui dengan mengukur kenaikan bilangan asam. Enzim lipase ini sangat aktif, bahkan pada kondisi yang
baik, minyak sawit jarang diproduksi dengan kandungan asam lemak bebas dibawah 2 atau 3, dan pada kondisi optimum, kandungan asam lemak pada minyak bisa
mencapai 60 atau lebih. Enzim lipase akan mengalami kerusakan pada suhu 60 C,
dan aktifitas enzim ini lambat pada buah yang baru dipanen, tetapi aktifitasnya akan lebih cepat meningkat apabila buah mengalami luka. Buah yang baru dipanen dan
dilepas dari tandannya pada umumnya telah mengalami luka, tetapi hal ini tidak cukup untuk memberi peluang berkembangnya aktifitas enzim lipase secara optimum.
Salah satu perlakuan secara mekanik yaitu melukai buah sawit sisa sortiran.
2.5 Kinetika Reaksi
Pada reaksi hidrolisa ini, reaksi dapat terjadi secara irreversible karena pada percobaan ini kontak antara substrat dan enzim selalu dapat terjadi karena adanya
bantuan perlakuan pengadukan. Hal ini dapat terjadi karena sampel pada percobaan ini adalah campuran antara serat dengan minyak, sehingga proses pengadukan dapat
dilakukan. Disamping itu kadar air pada buah ataupun air yang ditambahkan akan membantu proses pengadukan sehingga kontak antara substrat dengan enzim dapat
terjadi dengan baik. Reaksi balik pada percobaan ini dapat dianggap tidak terjadi karena kadar air pada produk yang dihasilkan sangat besar, dimana kandungan air
yang sangat besar ini bergabung dengan alkohol sweet water atau gliserol sehingga mengakibatkan reaksi balik antara asam lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan
baik. Hal inilah yang mendasari bahwa pada penentuan kinetika reaksi, konsentrasi air sebagai salah satu reaktan dapat dianggap mengikuti reaksi orde nol air dianggap
selalu tersedia dalam jumlah berlebih. Sebagai hasilnya, persamaan laju reaksi akan mengikuti orde satu, walaupun pada kenyataannya reaksinya adalah bimolekular. Jadi
pada reaksi ini laju reaksi tergantung pada konsentrasi substrat, bukan pada konsentrasi air.
Pada penentuan kinetika secara enzimatis ini, konsentasi substrat dan konsentrasi produk yang diperoleh sudah dapat melukiskan mekanisme kinetika
reaksi yang terjadi, dan mekanisme ini dapat diselesaikan sesuai dengan persamaan Michaelis-Menten.
Pada reaksi ini, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi enzim yang berperan sebagai katalisator. Pada Gambar 2 terlihat hubungan antara konsentrasi enzim
dengan kecepatan reaksi apabila konsentrasi substrat berlebihan. Di sini dapat dilihat bahwa banyaknya substrat ditransformasikan sesuai dengan tingginya konsentrasi
enzim yang digunakan. Jumlah Peningkatan
Substrat Jumlah
Ditransfor- Enzim
masikan 4x
3x 2x
1x Waktu Reaksi
Gambar 2 Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Kecepatan Reaksi
Tetapi jika konsentrasi enzim yang digunakan tetap, sedangkan konsentrasi substrat dinaikkan maka hubungan yang didapat adalah seperti pada Gambar 2.3.
Di sini dapat dilihat bahwa pada penambahan pertama kecepatan reaksi naik dengan cepat, tetapi jika penambahan substrat dilanjutkan maka tambahan kecepatan mulai
menurun sampai pada suatu ketika tidak ada tambahan kecepatan lagi. Michaelis menyatakan bahwa rekasi yang dikatalisis oleh enzim pada
berbagai konsentrasi substrat mengalami 2 fase, yaitu jika konsentrasi substrat masih rendah, daerah yang aktif pada enzim tidak semuanya terikat dengan susbtrat fase I,
dan jika jumlah molekul substrat meningkat maka daerah yang aktif terikat seluruhnya oleh substrat, dan pada saat ini enzim sudah bekerja dengan kapasitas
penuh. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi diperlihatkan pada Gambar 3 berikut.
V, Kecepatan Kec. Maksimum
Vmax Kinetik orde nol fase II
Kinetik campuran orde satu dan nol v2
Kinetik orde satu fase I K
m,
Konsentrasi Substrat Gambar 3 Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Kecepatan Reaksi
Dibandingkan dengan reaksi enzimatik yang lain yaitu dengan cara immobilized enzim lipase, maka harga Km yang diperoleh ini relatif sangat besar.
Harga Km yang besar ini menunjukkan bahwa minyak sawit dan enzim lipase tidak berikatan secara kuat. Penyebab dari pada hal ini adalah karena adanya inhibisi oleh
produk yang terbentuk, sehingga aktifitas enzim lipase untuk mengkatalisa minyak menjadi asam lemak menjadi menurunterganggu.
Untuk menguji harga Km yang diperoleh, dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Lineweaver-Burk.
Kalau dilihat kembali persamaan : v =
m
K S
S V
+ ]
[ ]
[
max
Maka :
v 1
=
⎟⎟⎠ ⎞
⎜⎜⎝ ⎛
max
v K
M
S 1
+
max
1 v
Persamaan tersebut identik dengan persamaan garis lurus : y = ax + b, dimana grafiknya diperlihatkan pada Gambar 4 berikut :
v 1
Kemiringan =
max
v K
m
max
1 v
Intercept = -
Km 1
] [
1 S
Gambar 4 Grafik Persamaan Lineweaver-Burk
Hasil yang diperoleh dari persamaan Lineweaver-Burk ini akan sama dengan hasil yang diperoleh dengan persamaan Michaelis-Menten.
Sebagai perbandingan, harga-harga Km pada reaksi enzimatik lainnya dapat dilihat seperti pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5 Harga K
m
Beberapa Enzim Enzim Substrat
K
m
molaritas Peroksidase horse-radish
Katalase Lipase pig liver
Lipase human pancreas Sakkarase yeast
Kimotripsin pancreas Hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida Etil-d-mandelat
Etil-d-mandalat Sukrosa
Klaeil-L-tirosinamida 4 x 10
-7
6 x 10
-7
0,0005 0,0017
0,016-0,01 0,122
Sumber : Boyer Paul,D 1970 Harga Km ini diperoleh pada suhu 25
o
C, Harga K
m
dan v
max
ini dapat
diperoleh dengan membuat plot antara [S] dengan harga v.
III. METODOLOGI PENELITIAN