Pengaruh Berbagai Tingkat Pelukaan Buah Pengaruh Penambahan Air

4.2.4.1 Pengaruh Berbagai Tingkat Pelukaan Buah

Dari Penelitian ini hasil yang terbaik dicapai pada perlakuan buah yang dilumatkan. Dengan proses seperti ini terbukti bahwa kadar asam lemak yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan jika buah tidak dilumatkan sampai halus hanya dimemarkandilukai. Dari Penelitian Tambun 2002, perlakuan terhadap tingkat pelukaan buah sawit sisa sortiran dan pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisa langsung karena akan membantu terjadinya kontak antara enzim dan minyak substrat. Hal ini karena posisi enzim lipase pada buah sawit belum diketahui secara pasti, sehingga untuk mengatasi hal ini maka buah harus dilumat sampai halus, kemudian minyak dan seratnya dicampur kembali. Pengaturan kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu dilakukan, karena pada proses ini pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak antara air, substrat dan enzim. Disamping itu, karena yang diaduk adalah campuran serat dan minyak, maka pemilihan rancangan pengaduk sangat perlu untuk diperhatikan.

4.2.4.2 Pengaruh Penambahan Air

Dari gambar diatas terlihat bahwa persentase asam lemak yang paling tinggi diperoleh pada percobaan buah sawit sisa sortiran dilumatkan dengan suhu 28 o C dan penambahan 20 air. Tingkat hidrolisa yang diperoleh pada kondisi ini adalah 100 dan dapat dicapai dalam waktu 0 hari. Perbedaan utama antara percobaan buah sawit sisa sortiran tidak dilukai dengan percobaan buah sawit sisa sortiran dilumatkan adalah tentang tipe sampel percobaan. Pada percobaan, tipe sampel yang digunakan adalah buah sawit sisa sortiran secara keseluruhan, artinya sampel yang digunakan adalah buah sawit sisa sortiran secara lengkap yang tidak dilukai lalu disimpan pada suhu yang dikehendaki, kemudian dilakukan penggilingan dengan screw press. Sedangkan pada percobaan-2 tipe sampel yang dipakai adalah buah sawit sisa sortiran dilumatkan, artinya buah sawit sisa sortiran yang telah dirajang di giling dengan screw press, lalu minyaknya cairannya dicampur dengan seratnya, kemudian campuran ini disimpan pada suhu yang dikehendaki. Dengan kata lain bahwa perbedaan antara percobaan buah sawit sisa sortiran tidak dilukai dengan percobaan buah sawit sisa sortiran dilumatkan adalah pada persentase pelukaan buah yang menyebabkan kontak antara enzim dan substrat minyak berbeda. Pada percobaan buah sawit sisa sortiran dimamarkan, tipe sampel yang digunakan adalah buah sawit sisa sortiran yang dimamarkan kemudian disimpan cairan diperoleh dengan menggunakan screw press. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan enzim lipase apakah berada di dalam minyak atau serat. Dari hasil yang diperoleh pada percobaan buah sawit sisa sortiran tidak dilukai ternyata kenaikan kadar asam lemak sangat lambatkecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa enzim lipase tidak berada dalam minyak, tetapi berada dalam serat. Jadi untuk percobaan sampel yang akan digunakan adalah campuran serat dan minyak. Dari Penelitian Tambun 2002, Air mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi, dan pengaruh ini pada dasarnya adalah membantu terjadinya kontak antara substrat dengan enzim. Sebagaimana kita ketahui, enzim lipase aktif pada permukaan interface antara lapisan minyak dan air, sehingga dengan melakukan pengadukan, maka kandungan air pada buah akan mampu untuk membantu terjadinya kontak ini. Pada proses hidrolisa ini, secara stokiometri air pada buah sudah berlebih untuk menghasilkan asam lemak kadar air pada buah sawit adalah sekitar 28, tetapi karena air ini berada pada padatan maka perlu dilakukan pelumatan buah dan selanjutnya dilakukan pengadukan. Disamping itu, untuk mengatasimencegah kekurangan air, maka pada percobaan dilakukan variasi penambahan air. Reaksi balik pada percobaan ini dapat dianggap tidak terjadi karena pengaruh kadar air pada produk yang dicapai sangat besar, dimana kandungan air yang sangat besar ini mengakibatkan reaksi antara asam lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan baik.

4.2.4.3 Pengaruh Lama Penyimpanan