l. Memiliki sikap untuk bersaing dengan sehat, karena sadar bahwa
setiap umat memiliki kiblat dan martabatnya.
4. Fathanah dalam Zakat
Selain dalam persyaratan amanah yang harus dimiliki lembaga pengelola ZIS, Prof. KH. Ali Yafie menambahkannya dengan persyaratan
Fathanah yang diartikanya dengan profesional. Mengelola ZIS tidak boleh dilakukan hanya selingan saja, namun dalam pengelolaan ZIS
hendaknyalah lembaga yang benar-benar dikelola oleh SDM yang profesional dalam bidangnya. ZIS jika akan dijadikan suatu kekuatan
bangsa dan umat, maka sudah saatnya untuk dikelola dengan standar profesional. SDM yang ada haruslah orang-orang yang profesional dan
dihargai sebagai seorang profesional, penghargaan dalam hal ini, Islam telah menyiapkannya melalui dana ZIS itu sendiri yang alokasi
persentasinya cukup tinggi. Kecerdasan sangat dibutuhkan oleh Amil untuk mewujudkan ide-
ide segar, ditopang oleh kreativitas dan inovasi. Kedua aspek tersebut diperlukan guna menemukan kekuatan positif. Upaya mendayagunakan
dana ZIS merupakan langkah strategis dan menjadi garda depan dalam mengimplementasikan salah satu visi lembaga pengelola ZIS yaitu
profesional. Profesional berarti kemampuan competence hasil dari akumulasi pengetahuan knowledge, keterampilan skill, bisa melakukan
ability yang dilengkapi dengan pengalaman experience.
Kemampuan profesional dalam mendayagunakan dana ZIS, artinya bagaimana upaya mendayagunakan menjadi suatu kenyataan dalam bentuk
amal shalih, “…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”
Q.S. al-Kahfi:110,
Sehingga para Amil bertindak sebagai orang-orang yang mampu membuat sesuatu menjadi kenyataan. Para Amil mesti berangkat dari
pemikiran dari luar ke dalam dari pada pemikiran dari dalam ke luar. Jadi langkah strategis yang dapat dilakukan adalah memulai untuk
mengidentifikasi problem mendasar umat Islam. Penemuan akar masalah paling tidak dapat dicapai melalui kemampuan diri semacam “radar” untuk
melihat trend kebutuhan mendasar masyarakat, yang kemudian diartikulasikan menjadi suatu produk yang mampu memenuhi harapan dan
menyelesaikan masalah. Dengan demikian, upaya mendayagunakan dana ZIS mesti melahirkan nilai yang bermanfaat yaitu berdaya dan berguna.
24
Pengelolaan zakat yang profesional memang perlu dilakukan lembaga zakat, namun harus benar-benar diingat bahwa profesional di
lembaga zakat harus sesuai dengan syariah. Jangan sampai slogan profesional sama seperti yang dilakukan Dirjen Perpajakan dan cukai. Kita
lihat kurang profesional apalagi di perpajakan, tapi korupsinya juga masih
24
.Ahmad Hasan Ridwan
,
artikel diakses pada tanggal 2 juli 2008 dari http:persis.or.id
tinggi. Oleh sebab itu profesionalisme di lembaga zakat harus bersih dari tindakan-tindakan di luar syariat Islam.
Pekerjaan mengurus harta benda lebih mudah menggelincirkan orang jauh kepada pelanggaran, bagi yang tidak tabah mengerjakannya,
orang-orang yang lemah iman dan akhlaknya yakni orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dalam bertugas mengumpulkan dan
membagikan zakat. Kita harus cermat dan teliti memilih setiap orang yang akan diangkat dalam memegang amanah urusan zakat. Baik yang
memungut, membagikan, maupun yang mengaturnya. Khususnya dalam pengurus pusat lembaga zakat sebab pemimpin adalah bagaikan hati,
apabila dia baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik tetapi jika dia rusak maka satu tubuh pun akan rusak pula.
25
Sebagai petugas atau Amil zakat dia harus bersifat adil, yaitu tidak boleh memungut zakat dengan perhitungan yang ringan kepada yang
dicintai dan tidak boleh zalim terhadap orang yang tidak disukai., tidak ridha terhadap kesalahan, tidak bertujuan untuk dekat kepada orang-orang
kaya, dan kerelaan orang-orang miskin. Tetapi semua keinginannnya adalah semata-mata karena untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
Unsur manajemen pengelolaan zakat masa kini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Unsur organiasasi stukrural
Amil adalah merupakan kumpulan orang banyak, bukan orang perorangan. Orang-orang tersebut dilibatkan dalam urusan keahliannya
25
. Yusuf Qardhawi, kiat sukses mengelola zakat, op.cit. h. 42
masing-masing dan diangkat oleh penguasa atua oganisasi sosial yang diberi kewenangan untuk mendaftarkan para seseorang yang pantas
menjadi muzaki, menarik, mengumpulkan harta zakat, melihat dan mendayagunakan zakat kepada mustahik yang berhak menerimanya.
b. Unsur koordinasi
Pengelolaan zakat sangat berkaitan dengan masalah hukum syariat Islam, kondisi sosial masyarakat muzaki dan sistem manajemen
pengelolaannya yang baik untuk menyatukan ketiga unsur itu, maka pengelolaan zakat diperlukan adanya koordinaasi dengan instansi atau
lembaga pemerintahan, maupun lembaga swasta, lembaga profesi masyarakat, seperti MUI, tokoh masyarakat, cendekiawan muslim dan
lembaga-lembaga profesi lainnya. Koordinasi ini bertujuan untuk menyatakan visi dan misi sehingga
terjalin sinergi antara lembaga amil pemerintah, lembaga amil masyarakat dan tokoh masyarakat atau cendekiawanan sehingga
dihindari timbulnya benturan berbagai kepentingan dan pendapat dikalangan kelompok dan lembaga tersebut.
c. Unsur Staf atau Aparatur.
Dalam mengefektifkan pengelolaan zakat maka penunjukan pengurus zakat harus benar-benar memenuhi syarat antara lain sifat amanah,
jujur, serta ahli dalam bidangnya, karena tugas dan tanggungjawab pengelolaan zakat sangatlah luas dan berat, bukan saja tugas
pengumpulan saja yang berat melainkan juga pendayagunaan yang berdampak kepada sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
umat juga sangat penting sesuai degan ahlinya. Staf dan Aparatur yang sesuai dengan keahliannya masing-masing ditempatkan pada bagian
organisasi seperti pengumpulan, pendayagunaan, bina program, ketatausahaan, pengembangan ekonomi rakyat serta bagian lain yang
dianggap perlu.
26
26
. fungsi dan peran lembaga zakat, Pelita, Jakarta, 21 maret 2000. h.7
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya
BAZNAS adalah singkatan Badan Amil Zakat Nasional yang dibentuk oleh pemerintah tingkat nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun
2001, tanggal 17 Januari 2001. BAZNAS, lahir sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, lembaga
ini bersifat Koordinatif, Konsultatif, dan Informatif, yang berkhidmad untuk meningkatkan harkat masyarakat yang secara sosial ekonomi belum beruntung
dengan dana Zakat, infak, dan shadaqoh.
Landasan syari berdirinya BAZNAS sesuai dengan QS At Taubah :
103 yang artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu menjadi ketenteraman jiwa mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Jumhur ulama menyatakan bahwa yang berhak melakukan pengambilan sebagaimana kata Ambillah yang tercantum pada ayat tersebut adalah
pemerintah. Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridlai keduanya. Ia berkata : Serahkanlah sedekah kamu sekalian pada orang yang dijadikan Allah sebagai
penguasa urusan kamu sekalian………….. HR Baihaqi.
Lahirnya BAZNAS diharapkan menjadi modal bagi pengelola lembaga zakat yang dapat mengemban Amanah baik dari Muzakki, terlebih lagi dari
mustahik yang menggantungkan harapannya pada dana ZIS, sesuai dengan azas yang dimiliki oleh BAZNAS dalam mengelola dana ZIS masyarakat,
yaitu moral yang amanah, manajemen yang transfaran dan profesional, serta pengembangan yang kreatif dan inovatif.
27
27
. Profil BAZNAS