Manajemen penghimpunan dana ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

(1)

MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZIS

PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh :

Ahmad Nursamsi

1110053000004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v ABSTRAK

Ahmad Nursyamsi, NIM 1110053000004, Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Bimbingan Prof. Dr. Murodi, MA.

BAZNAS adalah lembaga amil zakat yang menghimpun, mengelola dan mendistribusikan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf. Secara khusus BAZNAS memiliki konsen dalam membina dan memberdayakan generasi bangsa melalalui program-program pendidikan bagi anak yatim dan duafa. Oleh karena itu tugas BAZNAS untuk menghimpun dana dalam jumlah besar adalah suatu keharusan agar setiap program yang telah dibuat dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Penulis memperhatikan pentingnya manajemen penghimpunan dana ZIS pada BAZNAS, berdasar latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimana fungsi-fungsi manajemen penghimpunan yang diterapkan pada BAZNAS dan bagaimana langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan Penghimpunan pada BAZNAS. Adapun teori yang digunakan adalah teori George R.Terry mengenai fungsi-fungsi manajemen yang

mencakup Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Kemudian teori

penghimpunan yang dikemukakan April Purwanto bahwa Penghimpunan diartikan sebagai proses mempengaruhi masyarakat untuk menyalurkan dana dan sumber daya lainnya (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk ditarik kesimpulan. Dengan tipe pendekatan studi kasus, penulis mengadakan penelitian dengan melihat, menggambarkan tentang Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada BAZNAS. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dengan manager penghimpunan BAZNAS serta dokumentasi BAZNAS.

Hasil dari penelitian manajemen penghimpunan dana ZIS pada BAZNAS yaitu BAZNAS telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik dan juga telah menjalankan langkah-langkah manajemen penghimpunan sesuai dengan teoriteori manajemen yang terdapat dalam literatur pustaka. Meskipun masih ada yang perlu diperbaiki dan dimaksimalkan kinerjanya seperti memperluas jaringan donatur ke luar negeri, sosialiasi yang lebih masif agar khalayak lebih mengenal dan mengetahui BAZNAS sebagai lembaga pengelola ZIS dan wakaf.


(6)

vi

KATA PEGANTAR

Puji syukur saya ucapkan hanya kepada Allah SWT. yang telah member taufik, hidayah dan berbagai pertolongan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul “MANAJEMEN

PENGHIMPUNAN DANA ZIS PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

(BAZNAS)” dapat terselesaikan berkat bimbingan dari berbagai pihak. Selawat

serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. semoga kita semua mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat nanti. Dengan selesainya skripsi ini kami menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan I, Bapak Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Sunandar, MA. selaku Wakil Dekan III.

2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku ketua jurusan Manajemen Dakwah

dan Bapak Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu menyumbangkan pemikiran dalam penulisan skripsi dan juga semenjak penulis masuk pada bangku kuliah.

3. Bapak Prof. Dr. Murodi, MA. selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini,

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dengan penulis serta memotivasi penulis dalam mencari esensi dari tema yang penulis telaah pada skripsi ini dan secara tuntas dapat mengoreksi skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mentransformasikan ilmunya pada penulis dalam batasan-batasan tertentu yang dapat penulis terima, sehingga penulis sedikit banyak telah mengetahui informasi tentang dinamika pengetahuan yang ada.

5. Bapak Mohan dan Ahmad Kamaluddin, selaku Manager Divisi Penghimpunan

BAZNAS yang rela meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikannya.


(7)

vii

6. Kepada kedua orangtua tercinta, Ibunda Hj. Hayati dan Ayahanda H. Kastari

yang senantiasa mendo’akan dan memotivasi penulis untuk terus berkreasi dan berpacu dalam mencari ilmu.

7. Kepada Istri saya tercinta Eva Nurillahiyah Pratiwi yang selalu menyemangati

saya dikala saat berjuang menuntut ilmu.

8. Teman-teman Manajemen Dakwah 2010, Alung, Ta’mir, Azhar, Afrian, Jaitun,

Nurul dan Dinda semoga Allah membalas kebaikan kalian. Teman-teman seperjuangan. PMII Komfakda (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Fakultas Dakwah Ciputat.

Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini merupakan sebuah refleksi studi S1 dan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang berminat dengan tulisan ini. Dan

dengan harapan karya tulis ini dapat dijadikan amal bagi penulis, Amin ya robbal

alamin.

Jakarta, 5 November 2014


(8)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...... v

KATA PENGANTAR …….………. vi

DAFTAR ISI ………..………. viii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….……..………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……...………... ..7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...………...……….7

D. Metodologi Penelitian ……….………..……... 8

E. Tinjauan Pustaka ………. ….11

F. Sistematika Penulisan ………... 13

BAB II: TINJAUAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK, SEDEKAH A. Manajemen Penghimpunan……….…………. 15

1. Pengertian Manajemen ………...……...…...….. 15

2. Pengertian Penghimpunan ………...………17

3. Fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan ………..22

4. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan ………...…….24

B. Pengertian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)…...…..……..………31

BAB III: GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) A. Sejarah Berdirinya BAZNAS……...……… 35

B. Visi, Misi BAZNAS……….………. 38

C. Struktur Organisasi BAZNAS………...…………... 38

D. Program BAZNAS……… 39


(9)

ix

BAB IV: ZAKAT UNTUK KESEJAHTERAAN MUSTAHIK

A. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS……….…….... 50

B. Analisis……...………. 58

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan……….……….. 61

B. Saran-saran……….……….…….…. 62

DAFTAR PUSTAKA………..………. 63


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbanyak di dunia, hal ini menjadi faktor utama besarnya potensi zakat di Indonesia, karena dalam tingkat perekonomian dan taraf hidup rakyatnya, Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Potensi zakat, infak, dan sedekah dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip umat yang satu, persamaan derajat dan kewajiban, persaudaraan Islam, serta tanggung jawab bersama. Zakat, infak, dan sedekah menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta. Selain itu juga berfungsi sebagai keseimbangan tanggung jawab individu dalam kehidupan bermasyarakat.

Zakat di tunjukan dalam Al-Quran sebagai pernyataan yang jelas akan kebenaran dan kesucian iman. Iman tidaklah sekedar kata-kata karena iman itu adalah kepercayaan. Melainkan dengan iman kita harus dapat mewujudkan keberadaan dan kebaikan Allah. Pengamalan zakat hanya akan bernilai jika

berawal dari cinta, bukan dari motif lain.1

Berbagai aspek dalam Islam, baik ideologi, spiritual, hukum, sosial maupun politik, masing-masing saling konsisten dan menopang satu sama lain. Oleh karena itu, Islam tidak meminta kaum Muslim untuk menyibukkan diri hanya dengan sholat saja, tetapi merekapun harus bekerja keras untuk

1

Yasin Ibrahim al-Syaikh, Kitab Zakat Hukum, Tata Cara dan Sejarah (Bandung: Penerbit Marja, 2008) h. 11


(11)

2

memperluas dan melaksanakan aspek-aspek Islam yang lain dalam setiap sektor kehidupan serta menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Muslim.

Zakat, yang merupakan ibadah pokok dan bukan pajak, merupakan pertumbuhan dan sekaligus penyucian diri. Secara teknis, zakat berarti menyucikan harta milik seseorang dengan cara pendistribusian oleh kaum kaya memberikan sebagian hartanya kepada kaum miskin sebagai hak mereka. Dengan membayar zakat, maka seseorang memperoleh penyucian hati dan dirinya serta telah melakukan tindakan yang benar dan memperoleh rahmat selain hartanya akan bertambah.

Kata lain yang di gunakan untuk zakat baik di dalam Al-Quran maupun

hadis adalah sedekah yang berasal dari kata shidq (yang hak dan benar). Istilah

sedekah termasuk dalam zakat. Sedekah ini ada dua macam, yaitu sedekah

tathawwu’ (sumbangan sukarela) dan sedekah mafrudh (sumbangan wajib), sebagaimana yang dapat kita lihat dalam Al-Quran surah At-taubah ayat 60.

                                

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana”

Di masa Rasulullah memang zakat tidak popular, karena hanya di ambil dari orang-orang kaya saja di antara mereka. Justru sedekah lebih popular di bandingkan zakat. Karena sedekah bisa diperoleh dari siapa pun


(12)

3

tidak pandang bulu, entah eseorang yang mengeluarkan sedekah itu kaya atau miskin. Sedekah memang memiliki pengertian yang lebih luas di bandingan dengan pengertian zakat. Jika zakat hanya sebatas materi saja dengan ketentuan-ketentuan syariat yang harus dipenuhi, sedekah lebih dari sekedar materi bahkan bisa pula berupa immateri. Misalnya menjadikan orang lain gembira, bahagia dan senang, dengan senyuman.

Zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang memiliki kelebihan dalam hal harta benda. Selain itu zakat juga merupakan bagian dari rukun islam

yang bersifat ijtimaiyah. Berbeda dengan rukun-rukun Islam yang lain.

Sehingga pada masa-masa awal pemerintahan Islam, khususnya pada pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq, zakat pernah dipaksakan

sebagai mana dalam ucapan khutbah beliau “ akan aku perangi siapa saja yang

memisahkan antara sholat dan zakat”.2

Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi satu sumber dana untuk kepentingan pengembangan agama Islam. Dalam perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan Barat pendahulu, zakat, terutama bagian sabilillahnya, merupakan sumber dana perjuangan ketika satu persatu tanah air kita dikuasai oleh penjajah Belanda. Pemerintah Kolonial itu mengeluarkan Bijblad Nomor 1892 tanggal 4 Agustus 1893 yang berisi kebijaksanaan pemerintah kolonial mengenai zakat yang menjadi pendorong pengeluaran peraturan tentang zakat itu adalah alasan klasik rezim kolonial yaitu mencegah terjadinya penyelewengan keuangan zakat oleh para penghulu bekerja untuk melaksanakan administrasi kekuasaan pemerintah Belanda, tapi

2

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 16


(13)

4

tidak diberi gaji atau tunjangan untuk membiayai hidup dan kehidupan mereka beserta keluarganya dan untuk melemahkan (dana) kekuatan rakyat yang bersumber dari zakat itu. Pemerintah Hindia Belanda melarang semua pegawai

pemerintah dan priyayi pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat.3

Salah seorang pengurus Forum Zakat Indonesia, Sri Adi Bramasetia sebagaimana dikutip di situs www.voaindonesia.com, beliau mengatakan,

“meski jumlah zakat yang dihimpun di Indonesia naik tiap tahun, namun tidak pernah mencapai potensi yang sesungguhnya.” Ia menyatakan bahwa jika

dikelola serius, potensi zakat di Indonesia, dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, bisa mencapai Rp 300 triliun per tahun. Namun dari potensi besar itu, dana yamg terkumpul baru sekitar Rp 1,8 triliun. Sri Adi memperkirakan, angka tersebut disebabkan karena perusahaan-perusahaan besar dan masyarakat masih memiliki kesadaran yang rendah dalam menunaikan zakat.4

Fenemona di atas menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh BAZNAS ataupun Lembaga Amil Zakat yang ada di Indonesia. BAZNAS harus menjadi fasilitator antara duafa dan para aghniya, sehingga potensi zakat di Indonesia bisa dimaksimalkan sebaik mungkin.

Karena berdasarkan data yang didapat pada tahun 2011, Lembaga Amil Zakat sekelas Dompet Dhuafa saja baru mampu mengumpulkan dana zakat sekitar 75 milyar pertahun, pada tahun yang sama BAZNAS baru mampu mengumpulkan dana zakat sekitar 30 milyar. Hal ini menunjukkan perlunya

3

M Arifin Purwakananta dkk, Gerakan Zakat Untuk Indonesia (Jakarta: Khairul Bayan Press, 2008) h. 59

4

Budi Nahaba, “Potensi Zakat Bisa Capai Rp 300 T Per Tahun,” artikel diakses pada 9 Agustus 2014 dari m.voaindonesia.com/a/1455819.html


(14)

5

perhatian dari para praktisi zakat dan juga BAZ maupun LAZ agar bisa memaksimalkan aktifitas penghimpunan. Karena ketika kita membahas potensi zakat kemudian dikaitkan dengan BAZNAS, maka fokus perhatian kita akan tertuju pada aktifitas penghimpunan di lembaga itu sendiri. Untuk meraih hasil yang maksimal dalam pengumpulan dana zakat yang tentunya untuk disalurkan kembali kepada yang berhak menerimanya, maka menjadi suatu keniscayaan bagi setiap Lembaga Zakat agar aktifitas penghimpunan dikelola dengan manajerial yang baik dan profesional.

Mengelola aktifitas penghimpunan yang baik, maka dibutuhkan manajemen yang baik, karena menggalang dan menghimpun dana bukanlah hal yang mudah, banyak proses dan dinamika yang harus dilalui, harus ada proses manajemen dalam menjalankan penghimpunan, dari mulai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Dari aspek perencanaan saja Adrean Sargeant dan Eliane Jay

mengemukakan setidaknya ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu “Where

are we now, where do we want to be and how are we going to get there.”5 Mereka menyebutkan bahwa dalam merencanakan penghimpunan poin-poin yang harus diperhatikan adalah organisasi harus mengetahui keadaan lingkungan dimana organisasi itu berada, kemudian objek penghimpunan kita segmentasinya siapa, apakah individu, perusahaan atau yayasan, setelah semuanya dilakukan maka lembaga atau organisasi membuat strategi dan taktik yang akan digunakan dalam penghimpunan untuk mencapai target yang telah ditentukan.

5

Adrean Sargeant dan Eliane Jay, Management Fundraising (New York: Taylor & Francis e-library, 2004), h. 19.


(15)

6

BAZNAS merupakan salah satu lembaga zakat yang telah berkiprah kurang lebih 13 tahun dalam pengelolaan zakat. BAZNAS merupakan badan amil zakat nasional yang konsen terhadap pemberdayaan generasi penerus bangsa, melalui jargon gerakan cinta yatim dan dhuafa Indonesia yang kemudian diejawantahkan dalam berbagai program yang mengutamakan pendidikan dan pembinaan anak duafa dan yatim.

Namun apabila kita melihat laporan keuangan BAZNAS pada tahun

2013.6 BAZNAS baru bisa mengumpulkan dana zakat kurang lebih 25 milyar,

jelas ini masih jauh dari harapan, apabila melihat potensi zakat yang ada di Indonesia.

Dengan tanggung jawab yang besar dalam membina generasi bangsa dan menjamin kehidupan yang layak untuk mereka, dan telah berdirinya asrama-asrama yatim yang tersebar di setiap kota yang ada Indonesia serta didirikannya lembaga-lembaga pendidikan dan sanggar-sangar belajar hal ini jelas membutuhkan kecakapan dalam mencari dan mengelola dana zakat, agar sarana tersebut bisa benar-benar bermanfaat untuk membantu proses pendidikan dan pembinaan anak-anak yang berada dibawah naungan BAZNAS. Manajemen yang baik dalam proses penggalangan dana adalah suatu keniscayaan yang harus dilaksanakan oleh BAZNAS supaya segala sesuatu yang telah diprogramkan bisa terlaksana secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai manajemen penghimpunan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang

kemudian penulis masukan dalam sebuah judul skripsi yaitu : Manajemen

Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

6


(16)

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pembahasan mengenai manajemen Penghimpunan memiliki cakupan yang sangat luas, agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah hanya pada Manajemen Penghimpunan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalahnya adalah:

a. Bagaiman fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan Dana ZIS yang

diterapkan Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

b. Bagaiman langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan Penghimpunan Pada Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan Dana ZIS

Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

b. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

2. Manfaat Penelitian


(17)

8

a. Ilmu Pengetahuan, Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang zakat, infak dan sedekah secara umumnya dan dalam penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah pada khususnya.

b. Manfaat akademik, yakni hasil dari penelitian ini dapat menjadi penambah

wawasan, inspirasi, serta pengetahuan bagi para mahasiswa dan mahasiswi dalam manajemen pengumpulan dana yang baik.

c. Manfaat praktis, yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah

bahan masukan dan evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam pemberdayaan masyarakat setempat bagi lembaga yang bersangkutan.

d. Lembaga terkait, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi BAZNAS secara umum, dan menjadi bahan kajian Divisi Penghimpunan yang menangani masalah ini secara khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan kinerja yang belum tercapai secara optimal.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Di mana yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat diambil (didokumentasikan). Penelitian ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara seutuhnya.


(18)

9

2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitiannya, penulisan ini bersifat deskriptif, karena data yang ditampilkan berupa kata-kata, bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan diberi berbagai kutipan data untuk memberikan gambaran atas laporan tersebut. Data tersebut bisa bersumber dari hasil wawancara, observasi, memo, dan dokumentasi lainnya.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

terhitung sejak bulan Februari sampai dengan April 2014.

4. Teknik Pemilihan Informasi

Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka dalam pemilihan informan dapat menentukan informasi kunci tertentu yang syarat informasinya sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sampel lebih tepat, maka dilakukan dengan sengaja, yaitu peneliti memilih dan menetukan orang-orang yang dapat menjadi informan untuk diwawancarai.

5. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Data primer, yakni data utama yang terdiri dari kata – kata dan tindakan. Data

primer biasanya digunakan dalam penelitian ini berasal dari wawancara dengan responden di lapangan dan hasil observasi pada subjek penelitian.

b. Data sekunder, yakni data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis. Data

yang digunakan adalah buku, majalah ilmiah, arsip, serta dokumen milik Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).


(19)

10

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data – data yang diperlukan, maka penulis

menggunakan jenis penelitian lapangan atau field research, dimana peneliti

datang langsung ke Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pembahasan di antaranya sebagai berikut :

a. Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin, yang berarti melihat dan memperhatikan. Observasi merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini biasanya hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data dan menilai lingkungan yang dilihat.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap segala hal yang terkait dengan masalah mengenai strategi penghimpunan dana ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidik. Dalam peneitian ini, penulis melakukan komunikasi secara langsung dengan narasumber di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yaitu dengan bapak Natsir Tajug selaku Manajer Divisi Penghimpunan.


(20)

11

Dokumentasi diartikan sebagai bahan tertulis maupun data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal organisasi itu sendiri. Data yang didapat peneliti dalam penelitian ini adalah dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan foto-foto dokumentasi kegiatan Penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah.

d. Teknik Analisis Data

Dari data yang dikumpulkan, lalu dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu penelitian memberikan penjelasan mengenai karakteristik suatu populasi atau fenomena tertentu. Di mana data tersebut menerangkan dan memberikan sebuah gambaran secara apa adanya, kemudian penelitilah yang menyimpulkan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat, yaitu :

1. Ratih Wulandari, yang skripsinya berjudul : Model Penghimpunan Zakat

Infak Sedekah Pada Badan Amil Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta Selatan Dan Respon Masyarakat. Skripsi Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Manajemen ZISWAF Prodi Muamalat ini disusun pada tahun 2012 dan berisi tentang : Model Penghimpunan Zakat Infak Sedekah yang


(21)

12

dilakukan oleh Badan Amil Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta Selatan

Dan Respon Masyarakat.7

2. Nurul Fajriah, yang skripsinya berjudul : Pola Pendistribusian Dana Zakat

Pada Badan amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Skripsi mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikaasi, Jurusan Manajemen Dakwah ini disusun pada tahun 2006 dan berisi tentang : pola distribusi dana zakat yang dilakukan oleh BAZDA kota

Tangerang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.8

3. Skripsi ditulis oleh Asep Muhdiyar Mahasiswa Manajemen Dakwah

2013.“Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang.” Pada

skripsi tersebut sang peneliti mendapatkan hasil bahwa Masjid Al-Hidayah Tangerang telah melaksanakan konsep manajemen fundraising, dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan langkah-langkah manajemen

walaupun masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.9

4. Tesis ditulis oleh Halimsyah Mahasiswa Studi Ilmu Agama Islam

2011.“Strategi Pemberdayaan Zakat untuk Kesejahtraan Umat (Studi Kasus

Peran BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil).” Pada Tesis tersebut sang peneliti

mendapatkan hasil bahwa BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil telah

melaksanakan konsep Strategi Pemberdayaan Zakat.10

7

Ratih Wulandari, Model Penghimpunan Zakat Infak Sedekah Pada Badan Amil Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta Selatan Dan Respon Masyarakat, Jakarta, 2012

8

Nurul Fajriah, Pola Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan, Jakarta, 2006

9

Asep Muhdiyar, Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang, Jakarta, 2013

10

Halimsyah, Strategi Pemberdayaan Zakat untuk Kesejahtraan Umat (Studi Kasus Peran BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil), Jakarta, 2011


(22)

13

Dilihat dari beberapa judul diatas, penelitian penulis berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini tidak menjadikan BAZDA, BAZ Kelurahan dan Masjid sebagai objek penelitian dan juga tidak membahas aspek Model dan Pola, kali ini penulis menggambarkan bagaimana Penghimpunan Dana ZIS Pada BAZNAS. Oleh karena itu materi pembahasannyapun berbeda, materi yang penulis

bahas tentang “Penghimpunan Dana ZIS Untuk Kesejahteraan Mustahik Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran tentang penelitian ini, peneliti telah menyusun penulisan ini dalam lima bab. Tiap-tiap bab terdiri atas beberapa sub bab. Diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan beserta kritik dan saran. Adapun sistematika penulisan ini sebagai berikut ::

I. PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

II. LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, dikemukakan teori – teori yang melandasi dan mendukung

penelitian. Yang meliputi pengertian, strategi, penghimpunan dana, Zakat, infak, sedekah Serta pemberdayaan masyarakat.

III. GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

Pada bab ini, kami membahas mengenai profil dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi dan misi,


(23)

14

motto dan tujuannya, program-program kegiatannya, sarana dan prasarana, struktur organisasi, pembiayaan operasional, serta kerjasama.

IV. ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Bab ini membahas tentang hasil analisis Bagaiman Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

V. PENUTUP

Pada bab terakhir ini, kami memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya demi menghasilkan masukan maupun saran dalam membangun serta pengembangan pada program lembaga tersebut.


(24)

15

BAB II TINJAUAN TEORI

TENTANG MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK, SEDEKAH

A. Manajemen Penghimpunan 1. Pengertian Manajemen

Secara etimologi manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu manus

yang berarti tanggan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu

digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Manager

diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,

dengan kata benda managemen, dan manager untuk orang yang melakukan

kegiatan menejemen. Akhirnya, managemen diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.11

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian manajemen, penulis mengemukakan pendapat para pakar mengenai pengertian manajemen, diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut George Terry yang dikutip dalam buku Tommy Suprapto

mendefinisikan manajemen sebagai berikut, “manajemen merupakan

sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

11

Husaini Usman, MANAJEMEN Teori, Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara 2009), cet ke-1, h.5.


(25)

16

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya.”12

b. Erni Trisnawati Sule mengemukakan bahwa “manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu terkait dengan

pencapaian tujuan.”13

c. Haiman dan Scott mengatakan “managementis a social and technical process which utilizies resources, influence human action and facilitales changes in order to accomplish or organization goals.”14

d. Ulber silalahi dalam bukunya mengemukakan bahwa “manajemen

didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian staf, pemimpinan dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan

organisasional secara efektif dan efisien.”15

e. Secanlan dan Keys mengemukakan”Management may be defined as the coordination and integrating of all resources (both human and technical) to accomplish various specific results.”16

12

Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Jakarta: Med Press, 2009), cet ke-2, h.122.

13

Erni Trisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), cet ke-1, h.6.

14

Haiman and Scott, Management in the Modern Organization (Boston: Hougton Mifflin Company, 1970) h.7.

15

Ulber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen (Bandung: Mandar Maju, 2002), Cet ke-2, h.4.

16

Burt Scanlan and Bernad Keys, management And Organizational Bahaviour (Wiley & sons, 1983), cet ke-2, h.6.


(26)

17

2. Pengertian Penghimpuanan

Untuk memahami penghimpunan atau biasa disebut istilah fundraising kita bisa merujuk terlebih dahulu ke dalam kamus bahasa Inggris. Fundraisin di terjemahkan dengan pengumpulan uang. Mengapa pengumpulan uang perlu ? pengumpulan uang sangat di perlukan untuk membiayai program kerja dan oprasional sebuah lembaga. Intinya keberlangsungan hidup sebuah lembaga tergantung pada sejauh mana pengumpulan dana itu di lakukan. Penghimpunan biasanya di lakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi

nirlaba.17

Dalam organisasi perusahaan, untuk menjaga keberlangsungan hidup perusahaan dibutuhkan tim yang handal dalam mengatur perusahaan tersebut. Tim tersebut terkumpul dalam suatu manajemen yang mampu menggerakan seluruh elemen organisasi perusahaan dari operasional, produksi, pengelolaan dan pemasaran. Posisi penghimpunan dalam organisasi nirlaba hampir sama dengan posisi pemasaran dalam organisasi perusahaan. Hanya saja, ada perbedaan mendasar antara penghimpunan dalam organisasi nirlaba dan pemasaran dalam organisasi perusahaan.

Penghimpunan adalah proses mempengaruhi masyarakat baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi. Kata mempengaruhi masyarakat mengandung banyak makna; Pertama, dalam kalimat diatas mempengaruhi bisa diartikan memberitahukan kepada masyarakat tentang

17

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat


(27)

18

seluk beluk keberadaan organisasi nirlaba atau OPZ (karena organisasi pengelola zakat bekerja atas dasar ibadah dan sosial, tidak fokus pada perolehan laba dan keuntungan, maka OPZ menjadi bagian dari organisasi nirlaba). 18

Kedua, mempengaruhi dapat juga bermakna mengingatkan dan menyadarkan. Artinya mengingatkan kepada para donator dan calon donator untuk sadar bahwa dalam harta yang di milikinya ada sebagian hak fakir miskin yang harus di tunaikannya. Harta yang di milikinya bukanlah seluruhnya di peroleh dari hasil usahanya secara mandiri. Karena manusia bukanlah lahir sebagai makhluk individu saja, tetapi juga memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial. Sesempurnanya manusia, tidak akan lepas dari berinteraksi dan membutuhkan orang lain. Tidak mungkin, seseorang yang membutuhkan sepotong baju harus mencari biji kapas terlebih dahulu, kemudian menanamnya dalam waktu yang tidak cukup hanya satu dua bulan, bahkan bertahun-tahun hingga tanaman kapas tumbuh dan berbuah. Setelah itu memanennya, memintalnya menjadi benang, dan menenunnya menjadi kain. Itupun belum selesai, masih ada proses mengukur besaran badan agar lebih serasi untuk dijahit menjadi baju agar pas dan enak dikenanakan dan di pandang mata. Sungguh, teamat sangat rumit apabila semuanya dikerjakan sendirian. Dan ini, tidaklah mungkin dikerjakan oleh kita seorang diri. Yang berarti ada sebagian besar tugas-tugas kita, yang biasa kita menikmati hasilnya, kita mendapatkannya anpa berpikir, dari mana hasil yang kita dapatkan ini?.

18

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 12


(28)

19

Ternyata kita baru sadar ketika ada orang yang dating kepada kita menawarkan berbagai macam program dan kegiatan untuk membantu kaum dhuafa. Kesadaran yang seperti inilah yang di harapkan oleh OPZ dalam mengingatkan para donator dan muzakky. Sehingga penyadaran dengan mengingatkan secara terus menerus menjadikan individu dan masyarakat terpengaruh dengan

program dan kegiatan pemberdayaan masyrakat yang dilakukannya.19

Ketiga, mempengaruhi dalam arti medorong masyarakat, lembaga dan individu untuk menyerahkan sumbangan dana baik berupa zakat, infak, sedekah dan lain-lain kepada organisasi nirlaba. OPZ atau organisasi nirlaba dalam melakukan penghimpunan juga mendorong kepedulian osial dengan

memperlihatkan prestasi kerja atau annual report kepada calon donator.

Sehingga ada kepercayan dari para calon donator setelah mempertimbangkan segala sesuatunya. Dorongan hati nurani para calon doatur untuk memberikan sumbangan dana kepada OPZ ini merupakan upaya penghimpunan dalam

upaya penggalian dana untuk keberlangsungan hidup OPZ.20

Keempat, mempengaruhi untuk membujuk para donator dan

muzakky untuk bertransaksi. Pada dasarnya keberhasilan suatu

peghimpunanadalah keberhasilan dalam membujuk para donator untuk memberikan sumbangan dananya kepada organisasi pengelola zakat. Maka tidak ada artinya suatu penghmpunan tanpa adanya transaksi. Kepandaian seseorang dalam membujuk donatur, mestinya tidak bisa di pisahkan dengan

19

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 12

20

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 13


(29)

20

kepandaian seseorang dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Jika dengan tulisan saja calon donator sudah merasa yakin, simpati dan mendukung OPZ, maka akan lebih baik lagi apabila komunikasi tulisan diikuti dengan tindakan silaturahmi sehingga terjadi kontak mata dan komunikasi secara lisan. Proses membujuk masyarakat baik dengan lisan maupun tulisan dari memulai memikirkan tema apa yang akan di tuliskan dalam sarana ( pamplet, spanduk, banner, dll) hingga silaturahmi untuk saling mempengaruhi berjalan dengan baik. Sehingga terjadi transaksi karena dipengaruhi oleh sikap dan perilaku para amil dalam membujuk para donator dan muzakky. Upaya

mempengaruhi ini merupakan bagian penting dari upaya penghimpunan.21

Kelima, dalam mengartikan penghimpuanan sebagai proses mempengaruhi masyarakat, mempengaruhi juga dapat di terjemaahkan sebagai merayu, memberikan gambaran tentang bagaimana proses kerja, program dan kegiatan sehingga menyentuh dasar-dasar nurani seseorang. Gambaran-gambaran yang diberikan inilah yang diharapkan bisamempengaruhi masyarakat sehingga mereka bersedia memberikan sebagian dana yang di milikinya sebagai sumbangan ana, zakat, infak, maupun sedekah kepada organisasi yang telah merayunya. Kita bisa menganalogikan dengan seorang yang sedang jatuh cinta. Kalau salah satu pasangan menghendaki sesuatu, edangkan yang lain tidak menyetujui tatau tidak merkenen mereka tetap berusaha untuk merayu, membujuk dengan berbagi cara bahkan terkadang dengan ancaman. Sehingga pasangannya berubah pikiran karena merasa iba,

21

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 14


(30)

21

kasihan, sayang, cinta, tersentuh hati nuraninya, atau peasaan yang lainnya beserta kekhawatiran apabila ditolak cintanya. Yang tadinya tidak menyetujui karena berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya, berubah pikiran menjadi menyetujui, bahkan memberikan penawaran yang lebih terhadap pasangannya. Penghimpunan juga memberikan peluang untuk merayu kepada para calon donator untuk terpaksa memberikan sumbangan dananya kepad organisasi pengelola zakat karena gambaran-gambaran yang diberikan oleh

OPZ.22

Keenam, mempengaruhi dalam pengertian penghimpunan

dimaksudkan untuk memaksa jika diperkenankan. Bagi organisasi pengelola zakat, hal ini bukanlah suatu fitnah, atau kekhawatiran akan menimbulkan

keburukan. Tentunya paksaan ini di lakuka dengan ahsan, sebagaimana

perintah Allah dalam Al quran surat At-taubah ayat 103;

                      

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.23

22

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2009) h. 15

23

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 17


(31)

22

3. Fungsi-Fungsi Manajemen Penghimpunan

George R Terry dalam bukunya Principles of Managemen sebagaimana

dikutip oleh Winardi, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen terdiri

dari Planning, Organizing, Acuating , Controlling.24

Uraiannya sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap sesuatu yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan.25

T. Hani Handoko mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

“perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan

selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.26

Salah satu cara yang paling lumrah dalam penyusunan suatu rencana adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan yaitu apa, dimana,

bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa.27

Dalam aspek perencanaan terdapat dua tipe utama rencana, yaitu:28

24

Winardi, Asas-Asas Manajemen (Bandung: Bandar Maju, 2010), h. 133.

25

Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.38.

26

T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2003), cet. ke-18, h. 77.

27

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h.37.

28


(32)

23

1)Rencana-rencana Strategik (Strategic plans), rencana ini

dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas dan mengimplementasikan misi yang memberikan alasann khas keberadaan organisasi.

2) Rencana-rencana operasional (Operational plans), dalam aspek

ini diuraikan secara terperinci bagaimana rencana-rencana

strategic akan dicapai. Dalam tipe operational plans, terdapat

dua sub-tipe dalam pelaksanaannya. Pertama, Rencana sekali pakai (single use plans), bagian ini dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan tidak digunakan kembali

bila telah tercapai. Kedua, rencana tetap (standing plans),

merupakan pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan situasi-situasi yang dapat diperkirakan dan terjadi berulangulang b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditentukan simbolnya.29

Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen memiliki arti baik secara statis ataupun dinamis. Secara statis, organisasi adalah skema, bentuk, bagan yang menunjukkan hubungan antara fungsi serta otoritas dan tanggung jawab yang berhubungan satu sama lain. Sedangkan organisasi dalam arti dinamis adalah proses pendistribusian pekerjaan yang harus

29

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h. 60.


(33)

24

dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan otoritas yang diperlukan untuk pengoperasiannya. Jadi, pengorganisasian berarti menetapkan sistem organisasi yang dianut dan mengadakan distribusi kerja agar

mempermudah perealisasian tujuan.30

c. Actuating (Penggerakan)

Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan

“Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik

dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan

efisien, efektif, dan ekonomis”.31

d. Controlling (Pengawasan)

Menurut Mc. Farland yang dikutip dalam buku Maringan Masry

Simbolon mendefinisikan pengawasan sebagai barikut, “Pengawasan ialah

suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,

perintah, tujuan, kebijkan yang telah ditentukan”.32

4. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan

Langkah-langkah dalam manajemen penghimpunan merupakan

penjabaran dari fungsi manajemen itu sendiri, maka langkah-langkah tersebut merupakan pengejawantahan dari proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

30

H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h. 24.

31

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h.95.

32

Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 61.


(34)

25

Alur perencanaan penghimpunan dana ZIS

Keterangan:

Dalam proses perencanaan maka langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah: 33

a. Perkiraan dan perhitungan masa depan

Dalam aspek ini suatu organisasi bisa membuat perkiraan mengenai kemungkinan terlaksananya kegiatan fundraising, baik dari segi waktu, tempat ataupun kondisi organisasi.

b. Penentuan dan perumusan sasaran

Di bagian ini ditentukan sasaran yang akan dijadikan objek penghimpunan, segmentasi mana yang akan dijadikan sasaran penggalangan dana, kemudian ditentukan juga tujuan dari penggalangan dana itu sendiri.

c. Penetapan Metode

Di bagian ini ditentukan metode apa yang akan dipakai untuk penggalangan dana, metode penghimpunan sangat banyak sekali macamnya, hal ini bisa ditentukan dengan berdasar kepada kondisi lembaga ataupun objek penghimpunan.

33

Hasanudin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 28.

Perkiraan dan perhitungan masa depan

Penentuan dan

perumusan sasaran Penetapan Metode

Penetapan Waktu dan Lokasi

Penetapan Program Penetapan biaya


(35)

26

d. Penetapan Waktu dan Lokasi

Dalam poin ini ditentukan waktu pelaksanaan dan juga tempat yang akan dijadikan sasaran penghimpunan.

e. Penetapan Program

Dalam poin ini ditentukan gambaran atau rentetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan penghimpunan.

f. Penetapan biaya

Dalam tahap ini organisasi harus memperkirakan biaya yang diperlukan untuk proses penghimpunan, dan juga menentukan target dana yang akan didapat.

Alur pengorganisasian penghimpunan dana ZIS

Keterangan:

Dalam proses pengorganisasian langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah:34

a. Pembagian dan penggolongan tindakan penghimpunan

Dalam tahap ini suatu lembaga membagi penghimpunan sesuai dengan strategi dan metode yang dijalankannya, pembagian ini sangat penting karena pelaksanaanya pun akan berbeda dan dilakukan dengan cara yang berbeda.

34

Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 29.

Pembagian dan penggolongan tindakan penghimpunan

Perumusan dan pembagian


(36)

27

b. Perumusan dan pembagian tugas kerja

Dibagian ini ditentukan pembagian tugas kerja dalam pelaksanaan penghimpunan, pembagian tugas ini dimaksudkan agar tidak adanya tumpah tindih tugas, semua tugas terbagi habis dan tidak ada yang terbengkalai sehingga target penghimpunan yang telah ditetapkan dalam perencanaan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

c. Pemberian wewenang

Pada bagian ini para karyawan ataupun pekerja diberikan kejelasan

wewenang, agar tidak terjadi miss communication dan missunderstanding.

Alur penggerakan penghimpunan dana ZIS

Keterangan:

Dalam proses penggerakan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

a. Pembimbingan

Pembimbingan adalah aktivitas manajemen yang berupa memerintah, menugaskan, memberi arah, memberi petunjuk kepada bawahan dalam menjalankan tugas sehingga dapat tercapai dengan efisien.

b. Pengkoordinasian

Ibnu Syamsi sebagaimana dikutip Hasanudin, mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan “pengkoordinasian adalah aktivitas dan fungsi manajemen yang dilakukan dengan jalan menghubungkan-hubungkan, memanunggalkan


(37)

28

dan menyeleraskan orang-orang dan pekerjaan-pekerjaanya sehingga semuanya

berlangsung tertib dan seirama menuju ke arah tercapainya tujuan bersama”.35

c. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan kegiatan

manajemen yang terwujud dalam tindakan pemilihan diantara pelbagai kemungkinan untuk menyelesaikan persoalan dan pertentangan yang timbul

dalam proses pengelolaan organisasi.36

Alur pengawasan penghimpunan dana ZIS

Keterangan:

Kemudian dalam proses pengawasan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

35

Hasanudin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 30.

36

Hasanudin, Manajemen Dakwah, h. 31

Menetapkan standar Pemeriksaan dan

penelitian

Membandingkan antara pelaksanaan tugas

dengan standar.

Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan

terhadap penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.


(38)

29

a. Menetapkan standar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan standar

adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.37

Adapun syarat-syarat standar yang baik adalah:38

1) Validitas; kesahihan

2) Reliabilitas; handal, terpercaya

3) Sensitivitas; kepekaan, kemampuan untuk membedakan 4) Akseptabilitas; dapat diterima untuk digunakan

5) Practicable; dapat dipraktikan. b. Pemeriksaan dan penelitian

Dalam pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan penghimpunan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan,yaitu:

1) Peninjauan pribadi manajer 2) Laporan secara lisan 3) Laporan tertulis

4) Laporan dengan penelitian terhadap hal-hal yang bersifat

istimewa.39

c. Membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standar.

Dalam proses ini dapat diadakan penilaian apakah proses penghimpunan berjalan dengan baik atau sebaliknya telah terjadi penyimpangan-penyimpangan. Apabila ternyata proses penghimpunan berjalan dengan baik, artinya pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana dan

37

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 858.

38

E.K. Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam ( Jakarta: PT. Bhratara Karya Aksara, 1986), h. 154.

39

Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977), h. 144-146.


(39)

30

hasilnya dapat mendekati atau bahkan mencapai target yang telah ditentukan. Hal itu bisa dijadikan contoh untuk pelaksanaan penghimpunan berikutnya. Tetapi apabila dalam prosesnya terdapat penyimpanganpenyimpangan dan hasilnya tidak dapat mencapai target yang telah ditentukan, maka manajer harus memfokuskan perhatiannya ke

arah penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.40

d. Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan terhadap penyimpangan- penyimpangan yang telah terjadi.

Diantara penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan yaitu:

a. Kekurangmampuan pihak pelaksana. Solusi dari permasalahan ini

dilakukan dengan training, penambahan atau penggantian tenaga pelaksana.

b. Waktu dan biaya tidak cukup tersedia. Solusinya dengan tindakan

perbaikan berupa penyesuaian waktu dan biaya dengan kepadatan volume pekerjaan.

c. Ketidakmampuan manajer/pemimpin dalam mengelola setiap elemen

yang dibutuhkan. Solusinya dengan peningkatan kualitas manajemen

melalui pelatihan, Training Development, dan Organization

Development.41

40

Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977), h. 147

41


(40)

31

B. Pengertian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

1. Zakat

Zakat berasal dari bentukan kata zaka yang berarti suci, baik, berkah,

tumbuh, dan berkembang. Menurut terminology syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat-syarat tertentu yang di wajibkan oleh Allah untuk di keluarkan dan di berikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Kaitan antara makna secara bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu bahwa setiap harta yang sudah di keluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang

Adapun persyaratan harta yang wajib di zakatkan itu, antara lain

sebagai berikut. Pertama, al-milk at-tam yag berarti harta itu di kuasai

secara penuh dan di miliki secara sah, yang di dapat dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian yang ah, di mungkinkan untuk di pergunakan, I ambil manfaatnya, atau kemudian di simpan. Di luar itu, seperti hasil korupsi, kolusi suap, atau perbuatan tercela lainnya, tidak sah dan tak akan di terima zakatnya. Dalam hadits Imam Muslim, Rasulullah bersabda bahwa Allah SWT tidak akan menerima zakat atau sedekah dari

harta yang ghulul (di dpatkan dengan cara batil).

Kedua, an-namaa adalah harta yang berkembang jika di usahakan

atau memiliki potensi untuk berkembang misalnya harta perdagangan,

peternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama, obligasi,

dan lain sebagainya. Ketiga, telah mencapai nisab, harta itu telah mencapai ukuran tertentu. Misalnya, untuk hasil pertanian telah mencapai


(41)

32

jumlah 653 kg, emas atau perak telah senilai 85 gram, perdagangan telah mencapai nilai 85 gram emas, peternakan sapi telah mencapai 30 ekor, dan sebagainya. Keempat, telah memebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang di perlukan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungannya untuk kelangsungan hidupnya. Kelima, telah

mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu, mialnya

perdagangan. Akan tetapi untuk tanaman di keluarkan zakatnya pada saat

memanennya.42

2. Infak

Infak beasal dari kata anafaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu

harta untuk kepentingan sesuatu. Termasuk ke dalam pengertian ini, infak yang di keluarkan orang-orang kafir untuk kepetingan agamanya, Allah telah berfirman di dalam surat Al-Anfal: 36;

                                  

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.

Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau pengjasilan untuk suatu

42

Achmad Subianto, Shadaqoh Infak dan Zakat (Jakarta: Yayasan Bermula dari Kanan, 2004) h.33


(42)

33

kepentingan yang di perintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, infak tidak mengenal nisab. Infak di keluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasila tinggi atau rendah, apakah ia di saat lapang maupun sempit.jika zakat harus di berikan pada mustahik tertentu (8 asnaf) maka infak boleh di berikan kepada siapa pin juga, misaalnya untuk

kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya.43

3. Sedekah

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar orang yang suka

bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menerut terminologi syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hokum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmaterial. Hadist riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka bembaca tasbih, memebaca takbir,

tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan melakukan kegiatan amar ma’ruf

nahi munkar adalah sedekah44.

Sering kali kata-kata sedekah di pergunakan di dalam Al-Quran, tetapi

maksud sesungguhnya adalah zakat, misalnya firman Allah dalam surat At-Taubah: 60 dan 103. Yang perlu diperhatikan, jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat di anjurkan sekali untuk berinfak

43

Dididn Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah (Jakarta: Gema Insani, 2008) h. 14

44

Dididn Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah (Jakarta: Gema Insani, 2008) h. 15


(43)

34

dan bersedekah. Berinfak adalah ciri utama orang yang bertakwa, telah dijelaskan di dalam Al-Quran surat Ali Imran: 134;



 

 





 







 

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.


(44)

35

BAB III

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya yang di bentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,

infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.45

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang

melakukan pengelolaan zakat secara nasional.46

Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui

Menteri Agama.47

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:48

1.Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

2.Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

45

Dokumentasi BAZNAS

46

Dokumentasi BAZNAS

47

Dokumentasi BAZNAS

48


(45)

36

3.Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

4.Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS memiliki

kewenangan:49

1. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.

2. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,

BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ

3. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana

sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Agar menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara professional dan tanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzaki, mustahiq dan pengelola zakat tentang

pengeloalaan zakat yang berasaskan iman dan taqwa.50

49

Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan

50

H M Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih & Amaliyah Zakat (Jakarta: Pustaka Nawaitu, 2009) h. 38


(46)

37

Di Indonesia badan amil zakat sudah dilembagakan yaitu dinamakan BAZ. Sementara itu, terjadi perkembangan yang menarik di Indonesia bahwa pengelolaan zakat, kini memasuki era baru, yakni dikeluarkannya Undang-undang yang berkaitan dengannya, yakni Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun. Undang-undang tersebut menyiratkan tentang perlunya BAZ dan LAZ meningkatkan kinerja sehingga menjadi amil zakat yang profesional, amanah, terpercaya dan memiliki program kerja yang jelas dan terencana, sehingga mampu mengelola zakat, baik pengambilannya maupun pendistribusiannya dengan terarah yang kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan para mustahik.

Selain menerima zakat, BAZNAS juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan pencatatan dalam pembukuan tersendiri.

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil.Sedangkan BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.


(47)

38

B. Visi dan Misi BAZNAS 1. Visi51 BAZNAS

“Menjadi Badan Zakat Nasional yang Amanah, Transparan dan Profesional”. 2. Misi52 BAZNAS

a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat.

b. Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat nasional sesuai

dengan ketentuan syariah dan prinsip manajemen modern.

c. Menumbuh kembangkan pengelola atau amil zakat yang amanah, transparan,

profesional, dan terintegrasi.

d. Mewujudkan pusat data zakat nasional.

e. Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia

melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait. C. Struktur Organisasi BAZNAS

Menurut Didiet Hardjito struktur organisasi adalah susunan formal dan mekanisme-mekanisme dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan sebagai perwujudan hubungan-hubungan antar komponen-komponen, bagian-bagian, fungsi-fungsi, kegiatan-kegiatan dan

posisi-posisi juga menunjukkan hierarki, tugas dan wewenang serta

memperlihatkan hubungan pelopornya.53 Untuk jelasnya nama-nama pengurus

51

Visi adalah suatu impian/keadaan dimasa akan datang yang dicita-citakan oleh seluruh personil organisasi untuk dicapai. Lihat: Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik (Binarupa Aksara, 1996), cet ke-1, h. 38.

52

Misi adalah rangkaian kegiatan utama yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai visinya. Menurut Peter Drucker untuk merumuskan misi, organisasi harus mengajukan pertanyaan: “in what business are we in or should be in” (dalam bisnis apa kita berada, atau seharusnya ada). Lihat: Hendrawan Supratikno, dkk, Advanced Strategic Management (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 13

53

Dydiet Hardjto, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), cet ke-3, h. 26.


(48)

39

yang berada dalam struktur Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bisa dilihat dilampiran :54

Gambar : 1

D. Program Kerja BAZNAS

1. Zakat Community Development

Program Zakat Community Development (ZCD) adalah proses jangka panjang dengan mengintegrasikan program-program untuk mengatasi masalah kesehatan, pendidikan, ekonomi dan masalah sosial, dengan menggunakan dana Zakat Infak Shodaqoh, diharapkan ada perubahan yang sangat signifikan dengan

54

Dokumentasi BAZNAS


(49)

40

adanya program ZCD, dengan partisipasi komunitas atau masyarakat, dengan

segala fasilitas dan teknologi yang diinovasikan pada suatu program.55

2. Konter Layanan Mustahik

Konter Layanan Mustahik (KLM) adalah tempat pelayanan mustahik yang dibentuk BAZNAS untuk memudahkan mustahik mendapatkan bantuan sesuai kebutuhannya. Bantuan yang disalurkan PPM berbentuk hibah (program karitas), yang disalurkan untuk perorangan maupun lembaga.Konter Layanan Mustahik

memberikan pelayanan kepada mustahik dengan prinsip cepat, tepat dan akurat.56

Konter Layanan Mustahik berlokasi di Kantor Pusat BAZNAS, Jl. Kebon Sirih No 57, Jakarta Pusat.Buka setiap hari kerja mulai pukul 9 pagi sampai dengan pukul 3 sore.

Bantuan yang diberikan, yaitu :57

a. Bantuan kebutuhan hidup Mustahik

b. Bantuan kesehatan (bantuan pengobatan jalan)

c. Bantuan pendidikan (biaya tunggakan sekolah dll)

d. Bantuan ibnu sabil (bantuan untuk orang terlantar)

e. Bantuan Gharimin

f. Bantuan Mualaf

g. Bantuan fisabilillah

h. Bantuan advokasi pelayanan pendidikan, kesehatan dll.

55

Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan

56

Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan

57


(50)

41

3. Rumah Sehat BAZNAS

Rumah Sehat BAZNAS (disingkat RS BAZNAS) adalah Program Layanan Kesehatan cuma-cuma bagi masyarakat miskin, sering disebut juga sebagai

“Rumah Sakit tanpa kasir”, karena memang tidak menyediakan kasir

pembayaran alias GRATIS.

Rumah Sehat BAZNAS hanya dikhususkan untuk masyarakat miskin

secara GRATIS dengan menggunakan sistem membership.58

Model pelayanan RUMAH SEHAT BAZNAS diberikan dalam bentuk:

a. Model Pelayanan Dalam Ruang

b. Model Pelayanan Luar Ruang

Saat ini Rumah Sehat BAZNAS telah dibuka di :

a. DKI Jakarta: Rumah Sehat BAZNAS Masjid Agung Sunda Kelapa,

Menteng, Jakarta Pusat

b. DI Yogyakarta: Rumah Sehat BAZNAS UII Metro TV, Bantul, DIY

c. Awal 2012, Rumah Sehat BAZNAS akan dibuka di:

d. Jawa Timur: Rumah Sehat BAZNAS PGN Al-Chusnaini, Sidoarjo, Jatim

e. Sulawesi Selatan: Rumah Sehat BAZNAS PERTAMINA, Makassar,

Sulsel

f. Kalimantan Timur: Rumah Sehat BAZNAS BAZDA KALTIM, Samarinda

Kaltim

g. Lampung: Rumah Sehat BAZNAS PGN (dalam konfirmasi)

58


(51)

42

h. Banten: Rumah Sehat BAZNAS PGN (dalam konfirmasi)

Rumah Sehat BAZNAS direncanakan akan dibangun di setiap ibu kota propinsi di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan gratis namun berkualitas bagi masyarakat miskin. BAZNAS membuka kesempatan bagi semua pihak untuk berpartisipasi dalam donasi pembangunan dan pengelolaan Rumah Sehat BAZNAS.

4. Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB)

Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB) adalah program pendanaan dan bimbingan bagi siswa dan mahasiswa dalam bidang pendidikan dan pelatihan sehingga menjadi individu yang mandiri.

Indonesia berada dalam peringkat ke-108 di antara bangsa-bangsa lain di dunia (Human index 2010) .Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia menyebabkan berbagai permasalahan, salah satunya angka pengangguran terbuka 10,45 % dan angka setengah pengangguran 28,16 % (BPS 2007).

Melihat kondisi ini, BAZNAS bermaksud membuka jalan bagi masyarakat kurang mampu dan mengajak mereka menatap tegap masa depan melalui

program pengembangan pendidikan.59

Tujuannya, yaitu :

a. Mewujudkan tujuan nasional dibidang pendidikan dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa

b. Memberi kesempatan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu secara

ekonomi untuk bersekolah hingga perguruan tinggi

59


(52)

43

c. Menyiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki integritas lifeskill (IQ,60

EQ,61 dan SQ).62

d. Program yang dilaksanakan :

e. Rumah Cerdas Primagama

f. Satu Keluarga Satu Sarjana(SKSS)

g. Sekolah Anak Jalanan

h. Beasiswa Dinnar

i. PPSDMS

j. Program Sarana Pintar

5. Rumah Makmur BAZNAS (RMB)

Rumah Makmur BAZNAS (RMB) adalah lembaga keuangan mikro syariah berbadan hukum koperasi yang menyalurkan dana ZIS secara produktif baik melalui pinjaman kebajikan (Al Qardhul Hasan) maupun melalui pembiayaan dengan pola syariah kepada para mustahik.

60

Kecerdasan intelektual (Intelectual Quotiet) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan

mengolah informasi menjadi fakta. Lihat: Silviastrilyani, “Pengertian IQ, EQ, dan SQ,” artikel diakses

pada 8 April 2014 dari silvistrilyani.wordpress.com/2013/02/11/pengertian-iq-eq-dan-sq/

61

Danil Goleman mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi (Emotional

Quotient) adalah “kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan

memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungannya dengan orang lain.” Lihat: Muhammad Muhyidin, Manajemen ESQ Power (Yogyakarta:

Diva Press, 2007), h. 83.

62

Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient) adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif. Lihat: Ary Ginanjar Agustian, ESQ Emotional Spiritual Quotient (Jakarta: Arga, 2005), h. 47.


(53)

44

6. Program Tanggap Bencana

Program Tanggap Bencana adalah program MERESPON untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah sesaat setelah terjadi bencana. Program Tanggap bencana meliputi tanggap darurat, evakuasi, recovery, dan rekontruksi, pelaksanaan kegiatan tanggap darurat bencana dilakukan makasimal 14 hari.

Program Tanggap Bencana dilakukan bekerjasama dengan instansi pemerintah terkait penanggulangan bencana dan Jaringan Relawan Indonesia (JARI) yang tersebar di 33 propinsi dan berbagai lembaga sosial. Dengan sisitem kemitraan, Program Tanggap Bencana dapat dilaksanakan sesegera mungkin, setelah terjadinya bencana.

7. Kaderisasi 1000 Ulama

Program Kaderisasi 1000 Ulama adalah program peningkatan jenjang pendidikan (penambahan ilmu) bagi ulama yang sudah bergerak di masyarakat. Program dengan sistem seleksi yang ketat ini bertujuan melahirkan ulama yang mampu menjawab seluruh permasalahan umat terkini.Program yang bekerjasama dengan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) ini melakukan seleksi ketat untuk para peserta program.

Peserta yang dinyatakan lulus akan menempuh pendidikan S2/S3, diharapkan setelah lulus program magister/doktoral akan melaksanakan kegiatan penelitian, tulisan untuk membina masyarakat dan mengcounter perkembangan pemikiran

yang menyimpang dari Al-Qur’an dan sunah.63

63


(54)

45

Target Program

Setiap tahun akan menghasilkan 100 ulama , yang akan mengajar di perguruan tinggi Islam dan terlibat pada aktifitas dakwah.

E. Layanan Divisi Penghimpunan BAZNAS

a. Zakat Via Payroll System64

Zakat via payroll system adalah sebuah bentuk pelayanan zakat melalui pemotongan langsung dari gaji seorang karyawan di sebuah perusahaan. Keutamaan membayar zakat melalui payroll system:

1) Memudahkan karyawan (penunaian zakat langsung dipotong dari gaji

oleh bagian SDM perusahaan)

2) Meringankan karyawan (dilakukan setiap bulan secara otomatis)

3) Tertib (karyawan sebagai wajib zakat terhindar dari lupa)

4) Menjadi keikhlasan (tidak berhubungan langsung dengan mustahik)

5) Tepat sasaran dan berdaya guna (penyaluran zakat melalui program

pendistribusian dan pendayagunaan BAZNAS yang berkesinambungan)

6) Mekanisme pembayaran zakat melalui payroll system:

7) Manajemen perusahaan memfasilitasi pimpinan dan karyawan untuk

menunaikan zakat dengan cara diperhitungkan langsung dalam daftar gaji.

8) Karyawan mengisi form kesediaan membayar zakat melalui potong gaji

langsung yang ditujukan kepada bagian SDM atau bagian gaji.

64


(55)

46

9) Pembayaran zakat dilakukan langsung dari gaji setiap bulan dan

ditransfer ke rekening BAZNAS oleh bagian keuangan.

10) Bagian SDM atau bagian gaji menyerahkan data karyawan yang

membayar zakat kepada BAZNAS dalam bentuk file berformat excel.

11) Karyawan memperoleh kartu NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat),

BSZ (Bukti Setor Zakat) dan Laporan Donasi atas zakat yang ditunaikan.

b. Zakat Via E-Card65

Bermula dari berkembangnya jaringan ATM (Anjungan Tunai Mandiri/Automated Teller Machine), saat ini pembayaran apa saja dapat dilakukan via ATM dan konter yang menyediakan layanan mesin EDC. Kartu ATM pun semakin populer, hingga bisa digesek di EDC Swipe dan ditambah dengan pengaman PIN.EDC yang biasa digunakan untuk memproses kartu kredit pun didesign untuk mendukung kartu ATM. Banyak sekali konter memiliki mesin EDC yang dapat memproses kartu ATM atau biasa disebut juga sebagai Kartu Debit.Kemudian, seiring perkembangan, ATM dengan PIN ini mulai dinilai kurang praktis karena harus memasukan PIN yang butuh waktu untuk melakukannya.Disinilah cikal bakal konsep Uang Elektronik atau E-Wallet itu.Yaitu bagaimana membuat alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) ini lebih praktis

tanpa menggunakan PIN.66

65

Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan

66


(56)

47

BAZNAS bekerjasama dengan kalangan perbankan, menyediakan fasilitas pembayara melaui menu pembayaran zakat di ATM. Di masa depan, BAZNAS akan menerbitkan kartu Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) yang sekaligus dapat berfungsi sebagai kartu Debit dan ATM, serta E-Wallet. Selain untuk pembayaran, data muzaki dan data history pembayaran zakat muzaki dapat diunduh ke dalam kartu elektronik tersebut untuk memudahkan para muzaki dalam menunaikan kewajiban zakatnya

dimana saja dan kapan saja.67

c. Zakat Via Online Payment

Perkembangan teknologi web 2.0 semakin membuat semarak proses transaksi online melalui portal, web dan blog di internet secara mudah, aman dan cepat. BAZNAS menyediakan kemudahan layanan pembayaran zakat, infak shodaqoh dan donasi lain melalui mekanisme online payment atau e-payment dengan bekerjasama dengan pihak perbankan syariah dan

konvensional.68

Click dan lakukan transaksi pembayaran anda melalui banner online perbankan syariah yang telah bekerjasama dengan BAZNAS, dibawah ini.Para muzaki yang budiman dapat juga melakukan pembayaran ZIS ke BAZNAS di atm-atm perbankan melalui menu pembayaran zakat, atau

datang langsung ke konter-konter perbankan syariah terdekat.69

d. Zakat Via Bank Syariah

67

Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

68

Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

69


(1)

d

HARI

LAl{#%

H

";:,,

'

'i: l,'t

;ri i:i '.

ifft ,,,,

'r:",:

',i,

fi"t+,t

iH Ii,,

l$r*:

'""'i,

".,'

*:' '

;;,,;,g;i'

.

i : : . , , ,,.,ii i,

. : .

CALON

IIAJI

oiiltumrAN

BAYARzAKAT

KH

HASYIM

ASY'ARL__-Slt}IG

PTIIJIHE

KEMERDEKAAN

ARY

GINANIAR

AGUSTIAN

JIAF{AT

MEMBERI

$,,1

ilt,&,ii{dhffi

IAAN

SEJATI

MENCARI


(2)

€s,

=;f

fta al

-t-r

-t

o,

g.

s,

rl

J

T'

(9

O J

q, FF

5 E

< L

E

A J =

.= trJ

: ' 4 , , =

H

: = J

+

F r =

l P

o

-il iE6

,=

I -

ct',

"g ,Ea

= . o ' , o J

d : 4 , ,

O J i b

< :

d - ' @

J .

='

1!

i ' =

>

c/)

n$i ee;v

I

3trfi

HA-+e

6 t 6 ' = = ' o

O , J J

N.l

.*

3 m t

.l :+ - o

N = , l-r'?

^ i o -' uo

0 l J

' _ :

' ' : l

r.

t-, 1 . q L . O l

,l '< .:t- 0r

3

o

=

c a o i( AJ

\n = rJl \ ? f u Y ( D - r u lu q,

;

= 5

Y

-:

l 4

"

i l : r

>t

- \y

*

E o r

u n

--

d t s

q o

- - ,

0J ol

. o

, a : q,' : . I J ; q

'. =.

' =

I T F

- h

= =

" 0 J

.. D_

: 6 ;

: l

-: {

: ---l

f, UO

-t

o) f q, 9J

=

uo ct

=

z.

q,

3

0) L

L

?.

'!,

(a

-C

'E

A J =

=,id

{t

F { a

s,

-it

7 F =

o J e

,+ ttQ

g E

N l =

-,

C/1

=t A,

> (/')

Fr (0

- . =

> o J

e 5

> e l

F J '

= J

>

-(/) =

r+ (0 c b r

v) -c,

S E

=. 6.,

- =

trr l\

(9 A' < ; F (9 6J = r + ( E =

>

-A J =

- 5

A '

-, E q

v) Q-O' AJ (t)

> c

F { =

-, =,

> =

(-/) -'

AJ

x

A)

M

Wi

\

€ ! g

5 rto

A, qCI A , E


(3)

= =

Qa sl

- f - F

AJ

2.

A.|

-l r t r

x - x

- T

- - Y 6 n ; n '

O I ? : l - - '

a _ r = N

x-=

=

o

t!)

a

c,

a,

T-l

a

=

J L OJ

-c:

=

9

T)

-o

o

=

Cl

c

t))

=

al-o

a 6

o

!

x-OJ

:

rD

f ft

=

OJ

=

OJ

=

N OJ

c,

=

O.)

=

! a v)

o-o

=

-

o-c

o)

o

=

N

;r

c,

c

e.

o,

=

o-c,

J C

=

T q

a

=

c r \

-6 O a

a = f c J x- oJ

= 2 ,

K ,-r

c u

-, ^ C I

X; rD

OJ OJ ^ : l

r D N C r o J

=

-.D

3

- T

. D O

a r L n

p

-cr

x-_ r D

. <

-- :_:_

- O J NJ

\ m U Q

-m { u c, oqc

q = n' 0J d = . * f

9

3

A (tl 90 J\

?

!

o

q

c

=

o-.D

l ,Jo

o)

:l

x-OJ

o-OJ

-

o-c,

L

!

o

=

::r

OJ f OJ

=

_o_

-rD

-

o-OJ

=

o--u

CD

-^ a

- : o

/tl -'1 OJ

=

:1 .D f, .D a

=

OJ ! .D

=

UA f OJ

=

oj

=

rD

t t

rD

rrdsq

= *.-1"-3a:e

+xi;;llriaqaf =

l"g:r1

A SSEtt

tiiE;ia:

1'.;'=p:il1

c

;38*s

? i;{ii*EititFE*;;

:tilr

F

?g?di H x*E*?;'ge;EErr;,Hg

9ifg+ U

iiHl;

3 1:i;EiFif;r$e1+i

j;18

t

Et +=q

i*r:r.-,. ;;€u;I;.+:qq

= h;3

4?3

:€ +EBii=ii: ; rt + L

giAa Faii gr_

ti*:i = tgil:+Fi;+i*

qi4: ;iEr =

cii?la ;i+'lEEi+-in

liiwi=

i;E=Ec^x:6:i

g: i:fii E

?glib

;1a!;7, iaecl*i

fi Ed agis:-,

: - u A : o _ - - 3 r a v = 2 T ? 5

F g ;

I

:

P : s a

;

5

3 " i

-_ * ' P _ r r e o ; I P = Z

=r!

? *i;

-i=lr=

a :

t

$ E

3e-@ a ) - E 3e-@ 3e-@ 3e-@ w

c = o o s z F

d a l > + ; ;

E E I = E E

; E :

= ; ;

x ; <

: r r

!

u r a \ - o w @ @ @ c = O a N Z F , s 5 : _ 1 > > : f -O C P - t x a o r , ^ a ,

= ' € ' I * o I - s P = : . : .

6 - , n : O P

X d <

= = =

qJ

. \ o a r - ^ ^ - )

o o D D , i ) 9 o - q q c i = J

= 9 ? P 4 2 - T

o : Y t : - ? l

- g J - \ :

7 - * ^ t = - l S i + = >

-) = =

J

& 3 { a < = .

-P x - i i ' :

i 3 = Q

: ; x o : :

Q l j :

-o ' 8

:

-- r ) a 1 r ) . ) r ) -- l

o o q J o o o 0

PHqEfFry

I I = o p - = .

+ i i , 3 = t

-) = l 6 ^ J ) .

a s s s e S d

o L ! - q Q . o . i

\ U ^ ! = o X \

-- -- r 6 : l I ! o .

- @ \ l a J r ! " ' - - l \ l a


(4)

FOTO KEGIATAN WAWANCARA DAN PENYUSUNAN SKRIPSI

Pengumpulan data divisi penghimpunan

Wawancara dengan Bpk Kamaluddin


(5)

Pengumpulan data


(6)