Implementasi Konsep Amanah Dan Fathanah Pada Pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

(1)

74

FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

Disusun Oleh :

Aji Maulana

104053002040

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH

PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT

NASIONAL (BAZNAS)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun oleh :

Aji Maulana

NIM : 104053002040

Di bawah Bimbingan :

DRS. M. Sungaidi, MA

NIP : 150 282 640

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjjudul IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salh satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program studi Manajemen Dakwah.

Ciputat, 12 Desember 2008

Sidang munaqasyah

Ketua, Sekretaris,

Drs. Study Rizal LK. MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP : 150 262 876 NIP : 150 287 029

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA Noor Bekti Negoro, SE. STP, Msi

NIP : 150 270 815 NIP : 150 293 230

Pembimbing,

Drs. M. Sungaidi, MA NIP : 150 282 640


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya mentyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Desember 2008

Aji Maulana


(5)

ABSTRAKSI

Aji Maulana Di bawah bimbingan Drs. M. Sungaidi. MA

Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah pada Pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Zakat yang merupakan kewajiban atas setiap muslim, berkedudukan untuk menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan yang bersatu yang mengandung unsur-unsur perasaudaraan, perkokohan umat, dan kenbersamaan bersama. Zakat dalam pengelolaannya haruslah benar-benar dikelola oleh para amil zakat, yang bias memegang amanah dari para donator maupun para muzaki. Agar dan tersebut dapat benar teralokasikan kepada mustahik yang membutuhkan dengan menentukannya sesuia dengan ketentuan syariat Islam. Sifat amanah saja belumlah cukup untuk mengambarkan sifat yang harus dipegang oleh amil zakat, haruslah ditambah sifat fathanah dalam pengelolaan zakat, sifat fathanah yan diartikan sebagai kecerdasan dalam buku Kecerdasan Rohaniah karya Toto Tasmara, disini mengartikan bahwasanya fathanah itu adalah bentuk kemahiran, kecerdasan dan keahlian dalam bidang tertentu. Sifat amanah dan fathanah memanglah penting sekali dipegang oleh para amil zakat, di mana sifat amanah yang diartikan sebagai misi hidup seorang muslim dan fathanah sendiri diartikan sebagai strategi hidup seorang muslim, maka disini perlulah sifat amanah dan fathanah melekat pada seorang amil zakat. Kecerdasan sangatlah penting untuk dimiliki oleh para amil zakat, untuk mewujudkan ide-ide segar, kreativitas, dan inovasi baru dalam program-program pendayagunaan, penyaluran dana zakat. Pengelolaan zakat dengan peneraan konsep amanah dan fathanah perlulaha kita perhatikan sehingga salam pengelolaan dapet benar-benar efektif dan dipercaya oleh masyarakat. Pengelolaan zakat bukanla kegiatan individu melainkan suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan secara kolektif atua bersama atau kegiatatn yang diselenggarakan oleh lembaga di mana disitu terjadi kerjasama antara para ulama, ormas-ormas islam sehingga mendukkung kegiatan pengelolaannya. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengelolaan zakat yang dijalankan oleh lembaga-lembaga zakat, apakah sudah benar benar sesuai dengan ketentuan syariat islam dengan amanah danprofesional melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa pengelolaan yang dilaksanakan denga penerapan konsep amanah dan dikelola dengan sistem profesioanlisme dalam menjalankan tugasnya sehingga dana tersebut tersalurkan dengan benar dan tepat sasaran. Sumber penelitian ini adalah Badan Amil Zakat Nasional yaitu suatu lembaga pengelolaan zakat yang didirikan oleh pemerintah untuk menjalankan amanah tentang pengelolaan zakat. Dalam pengelolaannya BAZNAS disini menerapkan sifat Rasul yaitu pada pengelolaan zakat, di sini melekat pada sebagai Azas dan budaya kerja yang dilakukan oleh BAZNAS yaitu sifat amanah dan fathanah.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT, sebagaimana kita telah diberi nikmat iman dan islam yang tiada tara, serta nikmat sehat sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada kita semua. Berkat rahmat dan hidayahnyalah skripsi ini bisa terselesaikan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad saw, juga segenap keluarga, para sahabat, serta umat beliau hingga akhir zaman.

Babak demi babak dalam penulisan ini berlalu demi mencapai terbentuknya sebuah skripsi ini, ada kalanya senang bahagia dan banyak pula halangannya, sebagai penulis yang masih banyak perlu belajar kepada para guru, dosen maupun pengajar yang lebih ilmunya maupun pengalaman dalam mengalami dunia luar, khususnya dalam bidang zakat. Penulis merasa bahwasanya terselesaikannya penulisan karya ilmiah ini banyak dibantu oleh banyak orang yang selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada penulis, dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua, diantaranya:

1. Orang Tua penulis, Bapak Supeno dan Ibunda Djohariyah yang senantiasa memberi semangat kepada penulis, baik itu semangat doa dan cinta kasihnya yang tak terhingga, untuk mereka skripsi ini penulis persembahkan.

2. Orang tua angkat penulis Bapak Chaerudin yang telah mendidik penulis dalam dunia bisnis dan telah membiayai segala kebutuhan penulis dalam menempuh pendidikan sarjana ini, dan kepada nenek penulis Hj. Tumakminah atas berkat doanya dan motivasi dari beliau penulis semangat dalam menjalani kehidupan.

3. D R. Murodi M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN beserta segenap jajaran Pembantu Dekan.

4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Sekretaris Jurusan


(7)

Manajemen Dakwah, beserta segenap jajaran karyawan struktural dan Kru Jurusan dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN.

5. Drs. Sungaidi, MA selaku pembimbing yang dengan murah hati dan begitu sabar dalam memberikan pengarahan kepada penulis, dan Noor Bekti Negoro, SE. STP, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik. 6. Segenap pengurus BAZNAS yang membantu penulis, khususnya

kepada Bapak Broto Santoso (supervisor HRD), dan Bapak Budi Setiawan (bagian pendayagunaan), yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi tentang Amanah dan Fathanah dalam pengelolaan zakat di BAZNAS.

7. Adik-adik penulis Fatkhu Rochim, yang telah memberikan motivasi terus-menerus kepada penulis agar selalu semangat, dan adik-adik tercinta Agung Prabowo, Nur Hikmah, Achmad Zulfi Rahman.

8. Segenap temen-temen MD A/B seangkatan yang berjuang bersama dalam menempuh gelar kesarjanaan ini, khusnul khuluki, hidayatullah subiki (bim-bim), Apoy, M. Zakaria, jiepam, ipin, joe, nurdin, deby, uzy, ummi, herva, chris, heri, fahmi, slamet, dll yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu

9. Keluarga besar FKMP dan IMABA, saudara-saudara penulis yang berjuang bareng dari daerah, Udin, Arif H, bejo, arif M, Yanti, kang Takin, ika kita tetap haris tetap semangat daerah kita butuh orang-orang yang pintar dan jujur untuk lebih maju. Serta teman penulis di HMI Komfakda, dan BEMJ MD yang banyak mengajari penulis dalam berorganisasi.

Semoga Allah memberikan balasan pada mereka denagn setimpal atas segala upaya yang dilaksanakannya. Sedikit harapan penulis semoga kaya ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Ciputat, 10 Desember 2008 Aji Maulana


(8)

DAFTAR ISI

Abtraksi ……… i

Kata Pengantar ……… ii

Daftar Isi ……… iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Konsep Pengelolaan Zakat ... 13

1. Pengertian Pengelolaan Zakat ... 13

2. Pengelolaan Zakat pada Zaman Rosulullah ... 15

3. Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifaturrosyidin ... 16

4. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang No.38 Thn. 1999.19 B. Konsep Amanah dan Fathanah ... 20

1. Pengertian Amanah ... 20

2. Amanah dalam Zakat ... 23

3. Pengertian Fathanah ... 24

4. Fathanah dalam Zakat. ... 27

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS JAKARTA A. Sejarah Berdirinya BAZNAS ... 31

B. Landasan Hukum BAZNAS ... 32

C. Visi dan Misi Tugas pokok ... 32

D. Struktur Organisasi BAZNAS ... 33

E. Program Kerja BAZNAS. ... 39


(9)

A. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam

Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional ... 46 B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pengelolaan

zakat di BAZNAS ... 66 C. Praktek pelaksanaan Pengelolaan Zakat di BAZNAS ... 69

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 73


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat yang merupakan bagian dari rukun Islam yang keempat itu termasuk unsur penting bagi suatu kesejahteraan masyarakat, umat manusia serta sebagai unsur tegaknya keadilan sosial umat Dilihat dari aspek ibadah, Zakat memiliki posisi yang sangat vital karena Zakat merupakan kewajiban umat Islam yang jika ditinggalkan menyebabkan pelakunya mendapatkan beban dosa. Dari penjelasan yang terdapat dalam sumber-sumber Hukum agama Islam, yakni al-Quran dan Al-Hadist mengisyaratkan secara tegas bahwa orang-orang yang menahan hartanya dari membayar zakat akan mendapatkan balasan yang berat dari Allah SWT.

Secara istilah Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat, sedangkan menurut Hukum Islam (istilah Syara’) Zakat adalah Nama bagi sesuatu pengambilan tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al-Hawiy)1

Setiap kali kita mendengar kata zakat sering muncul dalam benak pikiran kita bahwasanya itu berkaitan dengan suatu kegiatan philantrophy, suatu bentuk sosial kemanusiaan salah satu kewajiban dalam Islam, zakat merupakan instrumen yang dapat mensucikan diri (pribadi) dari sebuah dosa, menimbulkan akhlak mulia, peka terhadap suatu rasa kemanusiaan, dan dapat mengurangi rasa dekil, kikir serta serakah terhadap sesama muslim.

1

. Sebagai mana dikutip Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha, (Ciputat : Center For Enterpreneurship Development , 2005 ), h. 4, cet.-1


(11)

Potensi zakat dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri atas prinsip-prinsip : Ummatan Wahidah (ummat yang satu), Musawamah (persatuan derajat, dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), dan Takaful Ijti’wa ( tanggung jawab bersama ).2

Sesuai dengan firman Allah bahwa Zakat diberikan kepada delapan Ashnaf :

!

"#

$

%!

"#

&'()*

+

&,

-

,  !

"#

(/'+12% %

3

"#

45

67

86

9!

"#

3

"#

:;

<

=

>

!9

"#

:;

<

?

@&ABC6

DE

F8

>

G

"#

HIJ

+

BI; <

K

L

4

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah/ 9 : 60)

Pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual dari muzakki langsung diserahkan kepada mustahik, akan tetapi pengelolaan zakat lebih baik dikelola oleh lembaga yang benar-benar khusus menangani zakat, yang memenuhi sebuah persyaratan tertentu yang disebut dengan amil zakat. Amil zakat inilah yang memiliki tugas melakukan sosialisasi kepada

2


(12)

masyarakat, untuk melakukan penagihan dan pengambilan, serta mendistribusikannya secara tepat dan benar.3

Munculnya organisasi-organisasi maupun lembaga-lembaga pengelola zakat di Indonesia, itu merupakan indikasi bahwa kesadaran masyarakat akan menyalurkan zakat makin maju, lembaga pengelola zakat itu baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Secara garis besar, lembaga pengelola zakat mempunyai kegiatan utama yaitu meliputi 3 kegiatan, seperti Penghimpunan, Pengelolaan (keuangan), serta Pendistribusian.

Salah satu lembaga yang mengelola zakat itu di antaranya adalah BAZNAS. Lembaga ini bergerak dalam pengelolaan zakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran untuk mensucikan hartanya dengan memulai berzakat terhadap para masyarakat muslim.

Ada hal lain yang perlu diperhatikan agar zakat dikelola dengan benar serta baik, yaitu zakat harus dikelola oleh lembaga yang profesional, dan para amil zakat yang profesional dan dapat menjalankan amanah.

Salah satu syarat bagi keberhasilan zakat, dalam mencapai suatu tujuan sosial kemanusiaan adalah dengan cara pendistribusian yang profesional yang disandarkan kepada landasan yang sehat, sehingga zakat tidak salah sasaran.

Konsep manajemen amanah merupakan salah satu ungkapan yang dilakukan oleh lembaga zakat untuk menjaga kepercayaan muzakki dalam menyalurkan dana zakatnya kepada amil yang akan didistribusikan kepada mustahik. Amanah ini suatu bentuk kepercayaan yang dijalin oleh muzakki

3

. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), h. 52, cet- 1


(13)

kepada amil terhadap harta maupun barang yang akan disalurkan kepada mustahik yang benar-benar berhak mendapatkannya.

Sifat Amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sistem yang dibangun. Sebagaimana hancurnya perekonomian kita yang lebih besar disebabkan karena rendahnya moral dan tidak amanahnya para pelaku ekonomi. Sebaik apa pun sistem yang ada, akan hancur juga jika moral pelakunya rendah. Terlebih dana yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) adalah dana ummat. Dana yang dikelola itu secara esensi adalah milik mustahik. Muzakki memberikan dananya kepada LPZ tidak ada keinginan sedikitpun untuk mengambil dananya lagi. Kondisi ini menuntut sifat amanah dari para Amil Zakat. Pengelola zakat bila dilakukan dengan baik akan menjadi sumber bagi kesejahteraan masyarakat.

Sifat amanah saja belumlah cukup dalam mengelola zakat, haruslah diimbangi dengan sifat profesionalitas dalam mengelolanya, yaitu dengan sifat Fathanah yang mana dapat dipandang sebagai strategi hidup setiap muslim. Karena untuk mencapai sang maha besar, Seorang muslim harus mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh-Nya. Potensi paling berharga dan termahal yang hanya diberikan pada manusia adalah akal (intelektualitas).4 Hanya dengan profesionalitas yang baik dan benarlah dana yang diamanatkan oleh muzakki kepada amil akan dikelola menjadi efektif serta efisien.

4


(14)

Fathanah seringkali diartikan sebagai kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang tertentu, padahal makna Fathanah merujuk pada dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh, sehingga dapat diartikan bahwa Fathanah merupakan kecerdasan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan terutama kecerdasan spiritual.

Kecerdasan sangat dibutuhkan oleh amil untuk mewujudkan ide-ide segar, ditopang oleh kreativitas dan inovasi. Kedua aspek tersebut diperlukan guna menemukan kekuatan positif. Upaya mendayangunakan dana ZIS merupakan langkah strategis dan menjadi garda depan dalam mengimplementasikan salah satu visi lembaga pengelola ZIS. Adapun visi pengelolan zakat yang terdapat dalam UU no. 38 Tahun 1999 yaitu “Terwujudnya pengelolaan zakat yang amanah dan Fathanah sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat yang bermanfaat sesuai dengan syari’ah.

Banyaknya lembaga zakat maupun badan zakat yang ada di Indonesia belumlah diimbangi dengan kepercayaan masyarakat atas lembaga-lembaga tersebut. Sebenarnya itu bukan dikarenakan kurang amanahnya lembaga zakat tersebut melainkan kurang taunya masyarakat atas harta yang diterima oleh amik tersebut teralokasikan kemana. Sehingga disinilah yang menjadi peran utama bagi para pengelola-pengelola zakat untuk dapat membuktikan bentuk amanahnya lembaga zakat tersebut kepada masyarakat dan benar-benar menyalurkan dana yang diterimanya itu kepada mustahik yang benar membutuhkan, dan benar menyalurkannya sesuai dengan ketentuan syarat islam dalam Al-Qur’an maupun Al-hadist.


(15)

Sifat wajib Rasul yang terdiri dari sidiq, amanah, tabliqh, dan fathanah haruslah kita pegang erat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat merealisasikan hidup yang tentram dan damai, khususnya dalam urusan pengelolaan zakat, sifat tersebut harus melekat erat pada setiap amil zakat yang telah dipercaya untuk mengelola dana zakat, di mana sifat-sifat tersebut diartikan sebagai berikut; Sidiq yang diartikan visi hidup seorang muslim, Amanah diartikan sebagai misi hidup seorang muslim, Tabliqh yang diartikan sebagai taktik dalam menjalankan hidup, serta Fathanah yang diartikan sebagai strategi untuk menjalankan kehidupan di dunia.semuanya itu perlulah diketahui oleh para amil zakat yang menjalankan roda pengelolaan zakat. Sehingga penulis merasa ingin sekali melihat bahwasanya bagaimana sifat Rasul tersebut terserat pada pengelolaan zakat, khususnya pada sifat amanah yang didalanya juga sudah termasuk pengertian dari sifat sidiq, dan sifat fathanah yang telah merangkap arti dalam sifat tabliqh. Sehingga penulis lebih terfokus pada pengelolaan zakat dengan menerapkan sifat amanah dan fathanah.

Pengelolaan zakat haruslah dipegang orang-orang yang amanah, dan harus ditambah sifat fathanah, di sini agar bisa lebih banyak terpercaya oleh para muzaki, donatur zakat, maupun masyarakat umum atas dana yang dikelolanya, profesionalitas dalam pengelolaannya pun harus dilihat penting untuk mengelola dana yang diterimanya dengan berbagai program-program penyaluran maupun pendayagunaan.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana aplikasi pengelolaan dana zakat secara


(16)

benar, dan sesuai dengan konsep amanah. Bagaimana pula lembaga zakat tersebut dapat menjalankan pengelolaan dana zakat yang telah diamanatkan tersebut dengan profesional, sesuai dengan konsep profesional yang ditetapkan oleh dewan syariah. Badan Amil Zakat Nasional merupakan sebuah organisasi yang mengelola zakat dengan menerapkan konsep amanah kepada para amil-amilnya, dan mengharapkan kepada para amil untuk menyalurkan dana zakat secara profesional, dan benar menurut syariah. Maka penulis meninjau perlunya penelitian yang lebih mendalam mengenai proses pengelolaan dana zakat pada BAZNAS dengan menerapkan sistem Manajemen Amanah serta Fathanah maka itu penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi dengan judul

“IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah.

1. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah yang di atas, banyak hal sekiranya dapat diteliti serta dikaji mengenai model, pola dan strategi yang dilakukan oleh BAZNAS.

Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan penulis lakukan haruslah ditujukan untuk mengarah kepada satu hal objek sasaran, maka dari itu penulis dalam hal ini merasa ingin membatasinya objek kajian ini hanya pada lingkup Pengelolaan Zakat dengan konsep Amanah dan Fathanah pada BAZNAS.


(17)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang penulis tuangkan adalah senbagai berikut :

a. Bagaimanakah usaha BAZNAS Pusat dalam menerapkan konsep Amanah dan Fathanah dalam pengelolaan zakat ?

b. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan zakat di BAZNAS?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Setiap karya tulis yang bernilai ilmiah tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai, begitu pula skripsi ini yang bertujuan secara umum, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui usaha BAZNAS dalam menerapkan konsep Amanah dan Fathanah dalam pengelolaan zakat

2. Untuk mengetahui faktor pendukung serta penghambat BAZNAS dalam pengelolaan zakat di BAZNAS

Sedangkan Manfaat Penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan khususnya kepada Manajemen Dakwah dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada umumnya.

2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pedoman bagi pengelola-pengelola zakat lainnya.


(18)

Penelitian dan penulisan Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana strata 1 (S1). Karena itu tidak menutup kemungkinan adanya kemiripin dalam penulisannya baik dengan buku maupun dengan skripsi-skripsi yang terdahulu.

Ada beberapa skripsi yang membahas mengenai BAZNAS yang telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitiannya, dibawah ini diuraikan sebagai berikut :

1. Judul skripsi, “Peran Sosialisasi BAZNAS terhadap peningkatan penerimaan Zakat Maal”, penulis Dini Rostika Sari, Fakultas Syari’ah dan Hukum, jurusan Muamalat (Ekonomi Islam), UIN Jakarta, 2006. yang berisi tentang peran BAZNAS dalam mensosialisasikan Zakat Maal kepada masyarakat dalam upaya peningkatan penerimaan Zakat Maal. 2. Judul skripsi, “Kedudukan dan peranan BAZNAS dalam pengelolaan

Zakat Di Indonesia”, penulis Ishak, Fakultas Syaria’ah dan Hukum, jurusan Muamalat (Ekonomi Islam), UIN Jakarta, 2005, berisi tentang bagaimana praktek pelaksanaan tugas BAZNAS dalam sistem pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian kali ini penulis lebih membahas masalah Implementasi konsep Amanah dan Fathanah pada pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional.

E. Metodologi Penelitian


(19)

Pada penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuhan).5 Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertentu atau lisan dari orang-orang dan perilaku organisasi.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif penulis akan melakukan sebuah penelitian secara langsung di tempat lapangan di mana penulis mendeskripsikannya secara sistematis, mengenai berbagai masalah yang diteliti tersebut serta kemudian dianalisis.

2. Subyek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah orang atau kelompok yang dinilai dapat memberikan informasi kepada penulis, yaitu ketua maupun para pegawai BAZNAS, Khususnya kepala BAZNAS. dan Objek penelitian ini adalah deskripsi tentang implementasi konsep amanah dalm pengelolaan zakat di BAZNAS.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis melakukannya dengan cara : a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti.6

5

.Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitisn Sosial, (Jakarta : UIN Press, 2006), h.30

6

. Hariwijaya & Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal & Skripsi, (Yogyakarta : TUGU PUBLISHER ORYZA, 2007 ), h.63. cet-1


(20)

Dalam kegiatan ini penulis akan melakukan pengamatan secara langsung di BAZNAS yaitu yang berkaitan dengan Pengelolaan zakat menggunakan konsep Amanah dan Fathanah.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses pencarian data dengan cara Tanya jawab langsung kepada responden. Dalam hal ini penulis akan mengadakan wawancara langsung kepada Ketua atau Sekretaris BAZNAS guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai dana zakat yang dikelola dengan konsep Amanah dan Fathanah.

c. Dokumentasi

Untuk melengkapi data-data yang diperoleh, penulis melakukan penelitian dokumentasi yaitu dengan meneliti berbagai literatur baik itu berupa buku, majalah, jurnal, dan sumber yang lain dari laporan BAZNAS.

Adapun pedoman yang dijadikan sandaran penulis dalam menyusun skripsi ini adalah buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Disertasi ” yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dikantor BAZNAS, Jln. Kebon Sirih Raya No.57 Jakarta Pusat. Telp : (021) 3904555.

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu teknik data di mana penulis lebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sistematis, lalu


(21)

diklasifikasi untuk dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.

F. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini, penyusun akan menulisnya ke dalam bab-bab masing-masing memiliki sub-sub bab-bab, dengan penyusunan sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab Pendahuluan yang diawali dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Menjelaskan kerangka teoritis mengenai Konsep Pengelolaan Zakat dan Konsep Amanah dan Fathanah. Konsep Pengelolaan Zakat meliputi Pengertian Pengelolaan zakat, Pengelolaan Zakat pada zaman Rosulullah, Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifah, Pengelolaan Zakat Menurut UU. No.38 Thn. 1999. Sedangkan Konsep Amanah dan Fathanah yang meliputi: pengertian Amanah, Amanah dalam Zakat, Pengertian Fathanah, Fathanah dalam zakat. BAB III : Gambaran umum tentang Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), meliputi Sejarah Berdirinya, Tujuannya, Visi dan Misi, Stuktur Organisasinya dan juga Program Kerjanya.

BAB IV : Implementasi Konsep Amanah Dan Fathanah dalam Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional. Dalam Bab ini membahas tentang penerapan konsep Amanah dan Fathanah BAZNAS, faktor


(22)

pendukung dan penghambat dalam Pengelolaan Zakat di BANAS, praktek pelaksanaan pengelolaan zakat di BAZNAS.

BAB V : Bab ini merupakan penutup dari skripsi, yang di dalamnya menguraikan tentang Kesimpulan dari Pembahasan dan Analisis serta Saran-saran yang sifatnya membangun Lembaga tersebut.


(23)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Pengelolaan Zakat 1. Pengertian Pengelolaan zakat

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengelolaan dapat diartikan sebagai berikut :7

a. Proses membantu merumuskan kebijaksanaan dan tinjauan organisasi. b. Proses yang memberikan pengawasan pada hal yang terlibat dalam

pelaksanaan kebijaksanaan dari pencapaian tujuan.

c. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan mengerakkan tenaga orang lain.

Pengelolaan ialah suatu Bentuk tindakan menjalankan aktivitas yang meliputi unsur perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam suatu bentuk kegiatan yang akan maupun sedang dilakukan.

Zakat ialah jumlah harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh orang Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (mustahik ), menurut yang telah ditetapkan oleh syarak.

Ditinjau dari segi bahasa zakat merupakan kesuburan, kesucian, keberkahan, kebaikan, yang banyak. Menurut istilah fikih berarti

“sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada

7

. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h.411


(24)

orang yang berhak”8, disamping berarti ”Mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yan dikeluarkan itu. Zakat adalah merupakan salah satu institusi yang dapat dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau

menghapuskan derajat kemiskinan masyarakat serta mendorong terjadinya keadilan distribusi harta. Zakat merupakan bagian pilihan dari harta yang dimiliki seseorang yang dibelanjakan untuk membersihkan diri.

Jadi pengelolan zakat ialah suatu proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Di mana pengelolan tersebut terkait dalam suatu bentuk Pengambilan (Fundraising), Organizing, dan Pendistribusian dana-dana zakat.

Pengelolaan zakat sebagaimana dijelaskan dalam definisi

pengelolaan zakat di atas, diawali dengan kegiatan perencanaan, di mana dapat meliputi perencanaan program beserta budgetingnya serta

pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq, kemudian pengorganisasian meliputi pemilihan struktur organisasi (Dewan pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana), penempatan orang-orang (Amil) yang tepat dan pemilihan sistem pelayanan yang memudahkan ditunjang dengan perangkat yang memadai, Amil zakat bertindak nyata (pro active) melakukan sosialisasi serta pembinaan baik kepada muzakki maupun mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari sisi syari’ah, manajemen dan keuangan operasional pengelolaan zakat.


(25)

Tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat adalah :9

a. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat

b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

c. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Setiap lembaga zakat sebaiknya memiliki database tentang muzakki dan mustahiq. Profil muzakki perlu didata untuk mengetahui potensi-potensi atau peluang untuk melakukan sosialisasi maupun pembinaan kepada muzakki 2. Pengelolaan Zakat Zaman Rasulullah

Pemberlakuan syariat zakat diterapkan secara efektif pada tahun ke-2 H. Eksensi zakat pada masa itu yaitu sebagai ibadah bagi muzakki dan sumber pendapatan Negara. Dalam pengelolaannya, Nabi terlibat secara langsung memberikan contoh dan petunjuk pelaksanaan. Adapun pelaksanaan pengumpulan dan pendistribusian nya, Nabi SAW, mengutus petugas di luar daerah sebagai utusan untuk mengambil zakat tersebut, dan sekaligus menyuruh orang tersebut untuk mengelola dana zakat itu. Sesuai dengan ayat al-Quran anjuran tentang mengambil harta para dermawan untuk berzakat ; yang artinya “Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan sucikan mereka dengannya”(taubah ayat 103)

Diantara yang menjadi Amil atas perintah nabi pada saat itu yaitu Mu’adz bin Jalal yang diutus ke penduduk Yaman. Para petugas yang ditunjuk oleh Nabi tersebut dibekali dengan pedoman, petunjuk teknis

9

. Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat pemberdayaan Zakat, Profil Direktorat Pemberdayaan Zakat, ( Jakarta : 2006)


(26)

dalam pelaksanaan, bimbingan, serta peringatan keras dan ancaman sanksi agar dalam pelaksanaan dan pengelolaan zakat dapat berjalan efektif dan efesien.10

3. Pengelolaan Zakat Zaman Kholifaturrosyidin. a. Zaman khalifah Abu Bakar

Pada masa Abu Bakar yakni menjamurnya para pembangkang untuk melaksanakan zakat diberbagai wilayah Islam,. Mereka

beranggapan hanya nabi yang berhak menarik harta zakat, karena beliaulah yang diperintahkan untuk memungut zakat. Kelompok yang membangkan dipimpin oleh Musailamah al-Kadzdzab dari Yamamah.

Abu Bakar kemudian menyatakan perang kepada semua orang yang membangkang membayar zakat, karena mereka telah dianggap murtad. Abu Bakar sangat keras dan tegas menindak orang-orang yang menentangkan penunaian zakat. Setelah itu didistribusikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya menurut cara yang dilakukan Rosulullah. Ia sendiri yang mengambil harta dari Baitul Mal menurut ukuran yang wajar dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dan selebihnya dibelanjakan untuk persediaan bagi angkatan bersenjata yang berjuang dijalan ALLAH. Abu Bakar mendirikan Baitul Mal di Siriah, suatu tempat di dataran tinggi Madinah. Pada saat Abu Bakar meninggal dunia tidak ada sedikit pun dinar dan dirham dalam Baitul Mal, itu dibuktikan oleh para sahabat yang terpercaya, diantaranya Abdurahman bin Auf dan Usman bin Affan untuk masuk ke dalam

10

. Lili Bariadi, dkk., Zakat Dan Wirausaha, ( Ciputat : CED center for enterpreneurship development, 2005 ), h.28


(27)

Baitul Mal tersebut tidak menemukan atau mendapi satu dirham maupun satu dirhampun didalamnya kecuali satu karung harta yang berisi satu dirham saja. 11

Abu Bakar merupakan seorang yang sangat mulia, Dia benar-benar menyalurkan zakat yang telah dipungutnya langsung kepada para masyarakat muslim yang membutuhkan. Tanpa adanya perbedaan status masyarakat. Dari Bayhaqi diriwayatkan bahwa Aslam r.a. mengatakan “ketika Abu Bakar ditunjuk sebagai khalifah,

“ia menetapkan persamaan hak di dalam pembagiaan zakat diantara anggota-anggota masyarakat. Ketika ada usulan untuk menyerahkan pilihan kepada kaum muhajjirin atau anshar, Abu Bakar menjawab, aku memandang seseorang dalam kaitannya dengan urusan dunia. Oleh karena itu, lebih baik menyetarakan mereka dari pada menyerahkan pilihan kepada mereka. Pilihan masyarakat yang terbaik tergantung pada penilaian Allah.”12

b. Zaman Khalifah Umar bin Khatab

Pada masa Umar, situasi jazirah Arab relatif lebih stabil dan tentram. Semua kabilah menyambut seruan untuk membayar zakat dengan sukarela. Umar melantik Amil-Amil untuk bertugas mengumpulkan zakat dari harta orang-orang kaya dan kemudian mendistribusikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Sisanya dikirim kepada khalifah.

Untuk mengelola wilayah yang makin luas dan dengan persoalan yang makin komplek. Umar membenahi stuktur

pemerintahannya dengan menambah beberapa lembaga baru yang

11

. “Pengelolaan Zakat masa Khalifaturrosyidin,” PELITA, 15 Maret 2000, h.7

12

. Yasin Ibrahim al-syaikh, cara mudah menunaikan zakat : membersihkan kekayaan

menyempurnakan puasa ramadhan. Penerjemah Wawan S. Husin dan Danny (Bandung : Pustaka Madani, 1997),h. 135


(28)

bersifat eksekutif operasional. Baitul Mal, lembaga yang berfungsi mengelola sumber zakat. Pada masa Umar harta melimpah ruah, karena semakin banyak negeri-negeri baru yang takluk di bawah khalifah Umar.13

c. Zaman Khalifah Usman bin Affan

Pada masa Usman pengelolaan zakat pada dasarnya

melanjutkan dasar-dasar kebijakan yang telah ditetapkan Umar. Pada masa Usman kondisi ekonomi sangat makmur. Harta pada masa itu mencapai rekor tertinggi. Usman melantik Zaid bin Tsabit untuk mengurus zakat. Pernah satu masa, Usman disuruh membagikan harta kepada yang berhak, namun masih tersisa seribu dirham, lalu Usman menyuruh Zaid untuk membelanjakan sisa dana tersebut untuk membangun masjid Nabawi.14

d. Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib

Kebijakan Ali tentang zakat masih mengikuti khalifah sebelumnya. Bahkan Ali terkenal sangat hati-hati dalam mengelola hasil zakat. Seluruh harta di Baitul Mal benar-benar disalurkan untuk orang–orang yang berhak menerimanya tidak untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya.

Dalam sebuah riwayat, saudara Ali yang bernama Agil pernah meminta bagian dari Baituk Mal, namun Ali kemudian menolak, seraya berkata” kamu tidak berhak atas harta Baitul Mal, namun

13

. “Pengelolaan Zakat masa khalifaturrosyidin,” PELITA,15 Maret 2000, h. 7

14


(29)

bersabarlah hingga saya bisa mengumpulkan harta yang banyak niscaya engkau akan kuberi bagian.15

4. Pengelolaan Zakat Menurut UU. No. 38 Tahun 1999

Menurut undang-undang No.38 Thn. 1999 bahwa pengelolaan zakat ialah kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendristribusian serta pendayagunaan zakat. Dalam undang-undang tentang pengelolaan zakat disebutkan baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat, di semua wilayah (tingkat), baik itu di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi maupun Nasional yang dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah. Pengelolaan zakat ini berasaskan kepada iman da taqwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam UU No.38 Thn. 1999 tentang pengelolaan zakat, yang wajib membayar zakat ialah orang warga Negara Indonesia baik yang ada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri yang beragama Islam dan mampu atau badan hukum (badan usaha) yang dimiliki oleh seorang muslim. Negara berkewajiban memberikan perlindungan kepada muzakki, mustahiq dan Amil zakat. UU pengelolaan zakat berdasarkan atas iman dan taqwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 ( Pasal 4 ), serta bertujuan meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan ibadah zakat, sesuai dengan tuntutan agama ( pasal 5 ayat 1 ), mengangkat fungsi dan peranan pranata

15


(30)

keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial ( Pasal 5 ayat 2 ), serta meningkatkan hasil guna zakat (Pasal 5 ayat 3).

Visi pengelolaan zakat dalam UU No.38 Thn.1999 disebutkan bahwa terwujudnya pengelolaan Zakat yang Amanah dan Fathanah sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat yang bermanfaat sesuai dengan syari'ah

Pengelolaan zakat tersebut yang mengatakan bahwa; Dengan dibentuknya undang-undang tentang pengelolaan zakat, diharapkan dapat ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya mengangkat derajat mustahiq, dan meningkatkan keprofesional pengelola zakat, yang semuanya untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.

B. Konsep Amanah Dan Fathanah 1. Pengertian Amanah

Amanah berasal dari bahasa Arab, dari kata ’amuuna’–’ya’munu’– ’amanah’ yang bermakana ”yang harus ditepati” atau ”titipan yang harus ditunaikan”. Amanah dalam arti khusus ialah pengembalian seseorang akan harta benda atau lainnya kepada orang lain yang menitipkan kepadanya atau mempercayakannya kepadanya, karena dia harus memelihara barang titipan tersebut dan bertanggung jawab terhadap barang itu serta tidak berhak terhadap barang tersebut, dan jika orang yang


(31)

menitipkan barang itu minta kembali barangnya, maka ia harus segera mengembalikannya.

Menurut Mahdi dalam bukunya yang berjudul amanah dalam manajemen menyebutkan bahwa kata amanah digunakan dalam salah satu dari dua hal berikut :16

a. Akhlak mulia yang mendorong pemiliknya menjaga hak-hak orang lain. b. Hak-hak yang dipeliharanya diserahkan kepada seseorang seperti

barang titipan atau yang lain.

Di sini perlu diperhatikan bahwa dalam arti yang kedua amanah harus mengandung dua syarat, yaitu pertama; kesiapan orang yang dipercayai untuk memelihara hak-hak; kedua adanya pengakuan orang yang mempercayakan kepada orang yang dipercaya sekalipun melalui suatu tujuan.

Sedangkan menurut kamus istilah agama Islam karya Drs. Abu A. Baiguni dan Dra. Fauziana, amanah merupakan suatu kepercayaan atau dipercayakan; suatu yang harus ditunaikan sesuai dengan kewajiban yang dibebankan; termasuk bagian dalam akhlakul karimah. Amanah di sini juga dapat diartikan suatu titipan, seperti tangung jawab yang harus ditanggung oleh seseorang terhadap barang maupun sesuatu yang telah dititipkannnya.17

Amanah adalah hak dan kewajiban, baik yang bersifat material maupun yang bersifat spiritual, yang dibebankan kepada seorang untuk

16

. Mahdi bin Ibrahim, Amanah Dalam Manajemen, penerjemah : Rahmad Abbas (Jakarta : Pustaka Al-kautsar, 1997), h. 27

17

. Abu A. Baiquni dan Eni Fauziana, Kamus Istilah Agama Islam, (Surabaya : ARLOKA, 1995), h.113


(32)

dipelihara. Hak-hak tersebut merupakan hak-hak Allah atas hambanya dan hak-hak manusia antara sesamanya. Amanah merupakan unsur penting dalam manajemen, sebab amanah merupakan unsur yang sangat urgen dalam penunaian tugas manajer dalam segala bidang baik itu bidang perencanaan, pengarahan, pengawasan, serta dalam pemberian motivasi antar sesama karyawan, maupun antara atasan dan bawahan. Tiadanya unsur amanah dalam manajemen maupun dalam penunaian tugas akan mengakibatkan bahaya besar yang akan timbul untuk aspek manajemen tersebut.

Dalam suatu bentuk kegiatan yang perlu diperhatikan yaitu unsur amanah dalam kaitannya amanah itu meliputi beberapa aspek antara lain:18 a. Aspek Tanggung Jawab yaitu meliputi beberapa kegiatan sebagai

berikut, berhati-hati dalam bertindak, memperbaiki kesalahan, berusaha melakukan yang terbaik.

b. Aspek Menjaga Kepercayaan yaitu terdiri dari tidak mengecewakan orang lain, bertindak sesuai dengan yang diinginkan, tidak menghianati kepercayaan.

c. Aspek Memelihara yaitu terdiri dari menjaga titipan, mengembangkan titipan, mendayagunakan kemampuannya, bersikap hati-hati terhadap titipan.

d. Aspek Menyampaikan kepada yang berhak yaitu terdiri dari tidak salah dalam memberikan titipan, komitmen yang tinggi, tidak mengambil

18

. Dzulfiqor Alhamumi, “Amanah dan hubungannya dengan etos kerja pegawai lembaga Amil Zakat,” (Skripsi S1 Fakultas Pksikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h.36


(33)

manfaat dari titipan, memelihara kepada yang seharusnya, tidak mengalihkan titipan kepada orang lain.

Amanah akan melahirkan kejujuran dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Sebab sekecil apapun tugas yang diemban,

tanggungjawabnya bukan hanya sekedar kepada manusia saja yang kadang kala bisa ditipu dan dibohongi akan tetapi kepada Allah SWT, dzat yang tidak akan pernah lupa pada setiap aktivitas yang dilakukan hamba-Nya.

2. Amanah dalam Zakat

Lembaga pengelola ZIS sampai sekarang ini banyak yang kurang dipercayai masyarakat, karena kurang amanah, kurang amanah di sini bukan saja berarti lembaga banyak menyelewengkan dana yang

diterimanya, tetapi mungkin masyarakat belum begitu banyak mengerti arah dana yang diterima oleh badan Amil zakat terebut disalurkan dan dimanfaatkan.

Amanah dalam arti khusus ialah pengembalian seseorang akan harta benda atau lainnya kepada orang yang menitipkan kepadanya atau mempercayakannya kepadanya, karena ia harus memelihara barang titipan tersebut dan bertanggungjawab terhadap barang itu serta tidak berhak terhadap barang itu, dan jika yang menitipkan barang itu minta kembali barangnya, maka ia harus segera mengembalikannya.

Nabi Muhammad SAW sangat keras terhadap urusan harta zakat dan memberi peringatan keras kepada para Amil zakat dengan siksa Allah yang sangat keras jika mereka melecehkan hal tersebut, sehingga mereka


(34)

menghalalkan zakat terhadap dirinya dengan mengambil sesuatu dari zakat yang ia kumpulkan.19

Dalam sebuah hadist riwayat Adiy bin Umairah Ra. Ia berkata saya pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda yang artinya :

“Siapa saja di antara kamu yang kami jadikan Amil (zakat), lalu dia menyembunyikan kepada kami sebuah jarum atau lebih, maka ia telah khianat yang menyebabkan nya akan menanggung beban ketika datang pada hari kiamat” ( HR Muslim dan Abu Dawud).

3. Pengertian Fathanah

Fathanah dapat diartikan bahwa bijaksana dalam segala sesuatau sikap, perkataan, dan perbuatan.20 Sedangkan dalam buku Kecerdasan Rohaniah karya K.H. Toto Tasmara, Fathanah diartikan sebagai

kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang tertentu, makna Fathanah merujuk pada dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh, sehingga dapat diartikan bahwa Fathanah merupakan kecerdasan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan terutama kecerdasan spiritual.21

Seseorang yang memiliki sifat Fathanah, keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur. Seorang yang Fathanah itu tidak saja

19

. Dikutip oleh Yusuf Qardhawi, Kiat Sukses Mengelola Zakat, penerjemah ; Amuni Solihan, (Jakarta : media dakwah, 1997), h. 45

20

. Abu A. Baiquni, op.cit, h. 117

21


(35)

cerdas, tetapi juga memiliki kebijaksanaan maupun kearifan dalam berfikir dan bertindak. Mereka yang memiliki jiwa Fathanah mampu menempatkan dirinya sebagai fokus perhatian lalu menjadikan dirirnya sebagai figur atau uswatun khasanah karena kemahiran (profesionalisme), yang dimilikinya dan kepribadiannya yang mampu menumbuhkan situasi yang

menentramkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aston Agor terhadap tiga ribu eksekutif, diketahui bahwa ternyata mereka yang berhasil meraih prestasi puncak karena mereka paling cerdas dalam pendayagunaan intuisi pada saat pengambilan keputusan. Sedangkan David Colemen

mendifinisikan intuisi dan firasat sebagai kemampuan mengindrakan pesan-pesan dari gudang penyimpanan memori emosi kita, yakni tempat tersimpannya kebijaksanaan dan kearifan.22

Orang yang Fathanah pasti bersikap proaktif dan memandang disiplin sebagai konsep dan gambaran diri (self image), serta martabat diri (meaning and self esteem), mereka yang Fathanah memandang disiplin sebagai cara individu untuk menunjukkan jadi diri dan harga dirinya.

Tampakanya bahwa Fathanah dapat pula kita katakan sebagai kecerdasan total yang berawal dari ketajaman intuisi mata batin (basirah) yang berada pada dimensi ruhiah. Ada beberapa karakteristik yang terkandung dalam jiwa Fathanah antara lain :23

22

. Ibid. 212

23


(36)

a. Mereka tidak hanya menguasai dan terampil melaksanakan profesinya, tetapi juga sangat berdedikasi dan dibekali dengan hikmah kebijakan. b. Sangat bersunguh-sungguh dalam hal, khususnya dalam meningkatkan

kualitas dirinya.

c. Mereka memiliki motivasi yang sangat kuat untuk terus belajar dan mampu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang dihadapinya. d. Mereka bersikap proaktif, ingin memberikan kontribusi positif bagi

lingkungannya. Dari pengalaman yang dia miliki akan memberikan sebuah keputusan yang terbaik dan menjauhi hal-hal yang akan merugikan bagi orang lain.

e. Sangat mencintai Tuhannya dan karenanya selalu mendapatkan petunjuk dari-Nya.

f. Selalu berusaha untuk mendapatkan dirinya sebagai insan yang dapat dipercaya sehingga tidak pernah mau mengingkari janji atau menghianati amanah yang dipikulnya.

g. Selalu ingin menjadikan dirinya sebagai teladan yang dapat menampilkan kinerja yang baik.

h. Menaruh cinta kepada orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri

i. Memiliki kedewasaan emosi, tabah, dan tidak pernah mengenal kata menyerah serta mampu mengendalikan diri dan tidak perbah terperangkap dalam keputusan yang emosional.

j. Memiliki jiwa yang tenang.


(37)

l. Memiliki sikap untuk bersaing dengan sehat, karena sadar bahwa setiap umat memiliki kiblat dan martabatnya.

4. Fathanah dalam Zakat

Selain dalam persyaratan amanah yang harus dimiliki lembaga pengelola ZIS, Prof. KH. Ali Yafie menambahkannya dengan persyaratan Fathanah yang diartikanya dengan profesional. Mengelola ZIS tidak boleh dilakukan hanya selingan saja, namun dalam pengelolaan ZIS

hendaknyalah lembaga yang benar-benar dikelola oleh SDM yang profesional dalam bidangnya. ZIS jika akan dijadikan suatu kekuatan bangsa dan umat, maka sudah saatnya untuk dikelola dengan standar profesional. SDM yang ada haruslah orang-orang yang profesional dan dihargai sebagai seorang profesional, penghargaan dalam hal ini, Islam telah menyiapkannya melalui dana ZIS itu sendiri yang alokasi

persentasinya cukup tinggi.

Kecerdasan sangat dibutuhkan oleh Amil untuk mewujudkan ide-ide segar, ditopang oleh kreativitas dan inovasi. Kedua aspek tersebut diperlukan guna menemukan kekuatan positif. Upaya mendayagunakan dana ZIS merupakan langkah strategis dan menjadi garda depan dalam mengimplementasikan salah satu visi lembaga pengelola ZIS yaitu profesional. Profesional berarti kemampuan (competence) hasil dari akumulasi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) yang dilengkapi dengan pengalaman (experience).


(38)

Kemampuan profesional dalam mendayagunakan dana ZIS, artinya bagaimana upaya mendayagunakan menjadi suatu kenyataan dalam bentuk amal shalih,

“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia

mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S. al-Kahfi:110),

Sehingga para Amil bertindak sebagai orang-orang yang mampu membuat sesuatu menjadi kenyataan. Para Amil mesti berangkat dari pemikiran dari luar ke dalam dari pada pemikiran dari dalam ke luar. Jadi langkah strategis yang dapat dilakukan adalah memulai untuk

mengidentifikasi problem mendasar umat Islam. Penemuan akar masalah paling tidak dapat dicapai melalui kemampuan diri semacam “radar” untuk melihat trend kebutuhan mendasar masyarakat, yang kemudian

diartikulasikan menjadi suatu produk yang mampu memenuhi harapan dan menyelesaikan masalah. Dengan demikian, upaya mendayagunakan dana ZIS mesti melahirkan nilai yang bermanfaat yaitu berdaya dan berguna.24

Pengelolaan zakat yang profesional memang perlu dilakukan lembaga zakat, namun harus benar-benar diingat bahwa profesional di lembaga zakat harus sesuai dengan syariah. Jangan sampai slogan

profesional sama seperti yang dilakukan Dirjen Perpajakan dan cukai. Kita lihat kurang profesional apalagi di perpajakan, tapi korupsinya juga masih

24

.Ahmad Hasan Ridwan, artikel diakses pada tanggal 2 juli 2008 dari http://persis.or.id


(39)

tinggi. Oleh sebab itu profesionalisme di lembaga zakat harus bersih dari tindakan-tindakan di luar syariat Islam.

Pekerjaan mengurus harta benda lebih mudah menggelincirkan orang jauh kepada pelanggaran, bagi yang tidak tabah mengerjakannya, orang-orang yang lemah iman dan akhlaknya yakni orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dalam bertugas mengumpulkan dan

membagikan zakat. Kita harus cermat dan teliti memilih setiap orang yang akan diangkat dalam memegang amanah urusan zakat. Baik yang

memungut, membagikan, maupun yang mengaturnya. Khususnya dalam pengurus pusat lembaga zakat sebab pemimpin adalah bagaikan hati, apabila dia baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik tetapi jika dia rusak maka satu tubuh pun akan rusak pula.25

Sebagai petugas atau Amil zakat dia harus bersifat adil, yaitu tidak boleh memungut zakat dengan perhitungan yang ringan kepada yang dicintai dan tidak boleh zalim terhadap orang yang tidak disukai., tidak ridha terhadap kesalahan, tidak bertujuan untuk dekat kepada orang-orang kaya, dan kerelaan orang-orang miskin. Tetapi semua keinginannnya adalah semata-mata karena untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Unsur manajemen pengelolaan zakat masa kini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Unsur organiasasi / stukrural

Amil adalah merupakan kumpulan orang banyak, bukan orang

perorangan. Orang-orang tersebut dilibatkan dalam urusan keahliannya

25


(40)

masing-masing dan diangkat oleh penguasa atua oganisasi sosial yang diberi kewenangan untuk mendaftarkan para seseorang yang pantas menjadi muzaki, menarik, mengumpulkan harta zakat, melihat dan mendayagunakan zakat kepada mustahik yang berhak menerimanya. b. Unsur koordinasi

Pengelolaan zakat sangat berkaitan dengan masalah hukum (syariat Islam), kondisi sosial masyarakat muzaki dan sistem manajemen pengelolaannya yang baik untuk menyatukan ketiga unsur itu, maka pengelolaan zakat diperlukan adanya koordinaasi dengan instansi atau lembaga pemerintahan, maupun lembaga swasta, lembaga profesi masyarakat, seperti MUI, tokoh masyarakat, cendekiawan muslim dan lembaga-lembaga profesi lainnya.

Koordinasi ini bertujuan untuk menyatakan visi dan misi sehingga terjalin sinergi antara lembaga amil pemerintah, lembaga amil masyarakat dan tokoh masyarakat atau cendekiawanan sehingga dihindari timbulnya benturan berbagai kepentingan dan pendapat dikalangan kelompok dan lembaga tersebut.

c. Unsur Staf atau Aparatur.

Dalam mengefektifkan pengelolaan zakat maka penunjukan pengurus zakat harus benar-benar memenuhi syarat antara lain sifat amanah, jujur, serta ahli dalam bidangnya, karena tugas dan tanggungjawab pengelolaan zakat sangatlah luas dan berat, bukan saja tugas pengumpulan saja yang berat melainkan juga pendayagunaan yang berdampak kepada sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan


(41)

umat juga sangat penting sesuai degan ahlinya. Staf dan Aparatur yang sesuai dengan keahliannya masing-masing ditempatkan pada bagian organisasi seperti pengumpulan, pendayagunaan, bina program, ketatausahaan, pengembangan ekonomi rakyat serta bagian lain yang dianggap perlu.26

26


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM BAZNAS JAKARTA

A. Sejarah Berdirinya

BAZNAS adalah singkatan Badan Amil Zakat Nasional yang dibentuk oleh pemerintah tingkat nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001. BAZNAS, lahir sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, lembaga ini bersifat Koordinatif, Konsultatif, dan Informatif, yang berkhidmad untuk meningkatkan harkat masyarakat yang secara sosial ekonomi belum beruntung dengan dana Zakat, infak, dan shadaqoh.

Landasan syar'i berdirinya BAZNAS sesuai dengan QS At Taubah : 103 yang artinya :

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu menjadi ketenteraman jiwa mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui." Jumhur ulama menyatakan bahwa yang berhak melakukan pengambilan sebagaimana kata "Ambillah" yang tercantum pada ayat tersebut adalah pemerintah. " Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridlai keduanya. Ia berkata : Serahkanlah sedekah kamu sekalian pada orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa urusan kamu sekalian………….. (HR Baihaqi).

Lahirnya BAZNAS diharapkan menjadi modal bagi pengelola lembaga zakat yang dapat mengemban Amanah baik dari Muzakki, terlebih lagi dari mustahik yang menggantungkan harapannya pada dana ZIS, sesuai dengan azas yang dimiliki oleh BAZNAS dalam mengelola dana ZIS masyarakat, yaitu moral yang amanah, manajemen yang transfaran dan profesional, serta pengembangan yang kreatif dan inovatif.27

27


(43)

B. Landasan Hukum BAZNAS

Landasan hukum berdirinya BAZNAS Jakarta yaitu terdiri dari 1. UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

2. Surat Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001 diperbarui dengan SK Presiden RI No. 103 tahun 2004.

3. Keputusan Menteri Agama No. 531 tahun 2000 diperbarui dengan No. 373 tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

4. Keputusan Dirjen Bimas Islam No. D/281 tentang petunjuk teknis pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.28

C. Visi, Misi dan Tugas Pokok BAZNAS

1. Visi

Visi dari BAZNAS yaitu : Menjadikan BAZNAS sebagai Pusat Zakat Nasional yang memiliki peran dan posisi yang sangat strategis di dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, melalui pengelolaan zakat nasional yang amanah, profesional, efisien dan efektif, berdasarkan syariat Islam dan aturan perundang-undangan yang berlaku”

2. Misi

Misi yang diemban oleh Baznas yaitu :

a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat b. Sebagai koordinator BAZ dan LAZ yang ada, melalui upaya

sinergisitas yang efektif dan tepat sasaran

28


(44)

c. Sebagai Pusat Data Nasional, yang mencakup data BAZ/LAZ, data jumlah penerimaan zakat BAZ/LAZ, data pendayagunaan zakat BAZ/LAZ, maupun data muzakki dan mustahik secara nasional. d. Sebagai pusat pembinaan dan pengembangan SDM zakat nasional 3. Tugas pokokBAZNAS.

Tugas pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS yaitu:

a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat

b. Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat

c. Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan, peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi masyarakat.

d. Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di kalangan mustahik.

e. Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan dalam mengelola zakat.

f. Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya. g. Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat29

D. Struktur Organisasi Dewan Pengurus Baznas

1. Pembentukan Badan Amil Zakat

a. Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah dan BAZNAS oleh presiden atas usul menteri.

29


(45)

b. Keputusan pembentukan BAZNAS dengan keputusan presiden (KEPPRES).

c. BAZNAS berkedudukan di Ibu kota Negara

d. Wilayah operasional BAZNAS meliputi instansi / lembaga ti8ngkat pusat, swasta Nasional dan luar negeri

e. BAZ bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai tingkatannya, maka BAZNAS bertanggung jawab kepada pemerintah

f. BAZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakn zakat sesuai dengan ketentuan agama.

2. Organisaai BAZ terdiri dari a. Unsur pertimbangan b. Unsur pengawas dan c. Unsur pelaksana 3. Kepengurusan BAZ yaitu :

a. Unsur masyarakat b. Unsur pemerintah

Yang keduanya memenuhi persyaratan tertentu, unsure di atas terdirir dari : 1. Ulama, 2. Cendekiawan, 3. Tokoh Masyarakat, 4. Tenaga Profesional, 5. wakil pemerintah.

Masa kepengurusan BAZNAS sampai 3 tahun ketentuan ini berdasarkan keputusan yang bersandar pada pasal 13 Kep Menag No 581. dari kepengurusan itu terdiri dari dewan pertimbangan, komisi pengawas, dan Badan pelaksana :


(46)

Dewan pertimbangan

1. Susunan dewan pertimbangan BAZNAS terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris , wakil sekretris, anggota sebanyak-banyaknya sepuluh orang. 2. Dewan pertimbangan mempunyai peran dan fungsi memberikan

pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi tentang pengembangan hukum dan pemahaman mengenai pengelolaan zakat.

3. Dewan pertimbangan mempunyai tugas

a. menetapkan garis-garis kebijakan umum BAZ bersama komisi pengawas dan badan pelaksana

b. mengeluarkan fatwa syariah baik itu di minta maupun tidak berkaitan dengan hukum zakat yang wajib di ikuti oleh pengurus BAZ

c. memberikan pertimbangn, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas

d. menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umst tentang pengelolaan zakat

Komisi pengawas

1. Susunan komisi pengawas BAZNAS : ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, anggota sebanyak-banyaknya sepuluh anggota.

2. Komisi pengawas mempunyai peran dan fungsi melaksanakan pengawas internal atas operasional kegiatan yan di laksanakan badan pelaksana

3. Komisi pengawas mempunyai tugas :

a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.


(47)

c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.

d. Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari’ah dan perundang-undangan.

e. Menunjuk akunta publik.

Badan pelaksana

1. Susunan kepengurusan BAZNAS terdiri dari ketua umum, beberapa ketua, sekretaris umum, beberapa sekretaris, bendahara, devisi pengumpulan, devisi pendistribusian, divisi pendayagunaan dan divisi pengembangan.

2. Badan pelaksana mempunyai peran dan fungsi melaksanakan kebijakan BAZ dalam program pengumulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat.

3. Badan pelaksana mempunyai tugas :

a. Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat.

b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah dittapkan. c. Menyusun laporan tahunan dan laporan audit.

d. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah dan dewan perwakilan rakyat sesuai tingkatannya.

e. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik yang kedalam maupun keluar.30

30


(48)

Sesuai Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 8 tahun 2001 Tanggal 17 Januari 2001, maka organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdiri dari : Badan Pelaksana, Dewan Pertimbangan, dan Komisi Pengawasan

1. Badan Pelaksana

Ketua Umum : Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, Msc. Ketua I : Drs. H. Eri Sudewo, M.DM.

Ketua II : H. Aries Muftie, SE, SH Sekretaris Umum : Prof.Dr. Nasrun Haroen, MA. Sekretaris I : Drs. H. Isbir Fadly

Sekretaris II : Hj. Isye S. Latif

Bendahara : Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim Divisi Pengumpulan

Kepala : Dr. Siti Chalimah Fadjriyah, SE, Akt, MM Anggota : 1. Dr. H. Salim S. Al Jufrie, MA.


(49)

Divisi Pendistribusian

Kepala : Drs. H. Abdul Shomad Muin, MM. Anggota : 1. M. Fuad Nasar, S.Sos.

2. Rahmat Riyadi Divisi Pendayagunaan

Kepala : Laksda (Purn) H. Husein Ibrahim Anggota : 1. Ir. Jamil Azzaini, MM.

2. Drs. H. Miftahul Munir, MM. Divisi Pengembangan

Kepala : Wahyu Dwi Agung, SH.

Anggota : 1. Hertanto Widodo, SE, Akt. 2. Dra. Hj. Faiqoh, M.Hum

2. Dewan Pertimbangan

Ketua : H. Muchtar Zarkasyi, SH.

Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Syeihul Hadi Permono, SH, MA Sekretaris : H. Iskandar Zulkarnain, SE, M.Si.

Wakil Sekr. : Dr. H. Wahidudin Adam, MA Anggota : 1. Drs. H. A. M. Fatwa

2. Dr. H. Daud Rasyid, MA. 3. K.H. Abdullah Gymnastiar 4. Prof. Drs. H. Cecep Syarifuddin

5. Prof. H. Fathurrahman Jamil 6. Drs. H. Djamal Doa

7. Drs. H. Rahmad Gobel 8. Ir. H. Hariyadi Sukamdani


(50)

3. Komisi Pengawas

Ketua : Drs. H. Achmad Subianto, M.BA. Wakil Ketua : Dr. H. Muhammad Syafii Antonio, M.Sc Sekretaris : Drs. H. Basri Barmanda, M.BA.

Wakil Sekretaris : Drs. H. Farid Hadjiry, MM

Anggota : 1. Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH, MA 2. Prof. Dr. H.M. Tahir Azhary, SH 3. Drs. Mar’i Muhammad

4. Dra. Hj. Yuniwati T. Masjchun Sofwan 5. Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin 6. Drs. H. Taufiq Kamil

7. Prof. Dr. H. Muchsin, SH. 8. Prof. Dr. Didiek J. Rachbini 9. Drs. H. Mubarok

10. K.H. Cholid Fadlullah, SH

E. Program Kerja BAZNAS 1. Program penghimpunan

a. Kerjasama

1) Pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) 2) Program penyaluran ZIS

b. Layanan Pembayaran ke BAZNAS 1) Pembayaran melalui Konter, 2) Pembayaran melalui UPZ Mitra


(51)

3) Pembayaran Melaui Bank : ATM, transfer, phone & internet banking

4) Pembayaran Layanan Jemput 5) Pembayaran via SMS dll c. Layanan Lain

1) NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat ) 2) BSZ ( Bukti Setor Wajib Zakat )

2. Program Pendayagunaaan

Zakat, infak dan shadaqoh yang terhimpun disalurkan BAZNAS untuk kepentingan umat melalui program-program sbb ini :

a. Program kemanusiaan (Indonesia peduli) 1) Unit salur zakat center

b. Program kesehatan (Indonesia sehat) 1) Unit kesehatan keliling (UKK). 2) Dokter keluarga prasejahtera. 3) Selamatkan tunas bangsa.

c. Program Dakwah (Indonesia Taqwa) 1) Da’I terpencil mandiri

d. Program pengembangan ekonomi masyarakat (Indonesia makmur) 1) Sentral ternak domba cimande.

2) Desa ternak makmur 3) Lapak sampah terpadu 4) Lubung tani organik


(52)

5) Pemberdayaan kampong nelayan (PKN) 6) pemberdayaan perempuan

e. Program penongkatan kualitas SDM (Indonesia cerdas) 1) Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS)

2) Dana Infak Abadi Anak Negeri (DINNAR) 3) Mobil dan Motor Pintar

4) BAZNAS latihan kerja (BLK)31

Dana BAZNAS di dayagunakan berdasarkan prioritas kebutuhan mustahik dan dimanfaatkan untuk usaha produktif, adapun pendayagunaan dana BAZNAS untuk usaha yang produktif dilakukan dengan berdasarkan persyaratan sbb:

a. Apabila pendayagunaan dana BAZNAS dari zakat pada tahap pertama sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan.

b. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan. c. Mendapat persetujuan tertulis dari dewan pertimbangan. 32

Sedangkan dana BAZNAS yang berasal dari hasil penerimaan Infak, shadaqoh, hibah, wasiat, dan kafarat didayagunakan terutama untuk usaha produktif di mana dilakukan dengan prosedur sbb :

a. Dilakukan studi kelayakan, b. Ditetapkan jenis usaha produktif c. Dilakukan bimbingan dan penyuluhan,

d. Dilakukan pemantauan, pengendaliaan dan pengawasan,

31

. BAZNAS, katalok Program 2008.

32

. Dikutip oleh Yeni Fitriani, dari Risalah Rekornas ke-1, skripsi peranan Badan Amil Zakat Nasional dalam pemodalan usaha kecil menengah, f akultas syariah dan hokum UIN syarif hidayatullah jakarta.


(53)

e. Dilakukan evaluasi dan f. Membuat lapaoran

Agar memberikan manfaat yang optimal, zakat harus didayagunakan sesuai kebutuhan mustahik dengan tetap mengacu pada aturan syariah, untuk menjangkau mustahik secara luas dan tepat sasaran, strategi penyaluran dilakukan langsung dan tidak langsung. Penyaluran secara langsung adalah penyaluran yang disalurkan langsung kepada mustahik oleh USZ oknter. Sedangkan penyaluran tidak langsung adalah penyaluran yang dilakukan melalui lembaga mitra BAZNAS, seperti Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan USZ mitra yang ada di BUMN, BUMS, BMT, maupun lembaga Masjid.33

Jenis pendayagunaan dana ZIS BAZNAS terbagi kedalam 5 kategori program yaitu : program kemanusiaan, kesehatan, kualitas SDM, pengembangan ekonomi masyarakat, serta program dakwah.

a. Program Kemanusiaan.

Program bantuan untuk meringankan masyarakat yang tertimpa bencana alam, kemanusiaan maupun bantuan untuk memenuhi kebutuhan asasi masyarakat, seperti evakuasi, logistic, pelayanan kesehatan dan rehabilitasinya termasuk program ini.

Dalam program ini BAZNAS telah melakukan Penanganan Bencana :

Bantuan Evakuasi Korban, Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat, Bantuan Pangan dan Sandang, Bantuan Rehabilitasi Daerah Pasca

33


(54)

Bencana, Bantuan Rawan Pangan, Bantuan pendidikan & kesehatan sesaat, Bantuan Ibnu Sabil dan bantuan Tsunami Aceh, gempa DIY, Bengkulu, Sumbar, banjir longsor di seluruh Indonesia dll.34

b. Program kesehatan.

Pada program kesehatan ini BAZNAS melakukan berbagai kegiatan antara lain : 1. Unit Kesehatan Keliling & Siaga Bencana, diantaranya memberikan fasilitas sebagai berikut; Memberikan penyuluhan dan pencegahan wabah penyakit di daerah kantong kemiskinan. Layanan kesehatan gratis di daerah kantong kemiskinan dan daerah-daerah bencana, Pencegahan dan penanggulangan rawan gizi, Telah beroperasi di 14 Kecamatan di Jadebotabek 2. Dokter Keluarga Pra Sejahtera dianataranya program ini Beroperasi di 5 wilayah DKI dan Solo, dan 3. Rumah Sehat Masjid Sunda Kelapa c. Program Kualitas SDM.

Pada program ini baznas melakukan suatu terobosan bagus dalam bidang pendidikan ; 1. satu keluarga satu sarjana yaitu program yang merupakan program Beasiswa kepada mahasiswa berprestasi secara akademik dan kemasyarakatan, untuk mengembangkan mahasiswa yang berkarakter dan mandiri serta mampu membangun masyarakat. 2. Program Peningkatan Kualitas Guru, program ini merupakan program pelatihan pelajaran eksakta untuk guru Madrasah, 3. Pengelolaan Motor Pintar, Mobil Pintar, Rumah Pintar bekerjasama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu

34


(55)

d. Program Pengembangan Ekonomi Umat.

Pada program ini BAZNAS menjalankan berbagai bentuk kegiatan antara lain; 1. Desa Ternak Makmur ; beberapa yang dilakukan yaitu Pemberdayaan dan pendampingan intensif peternak kambing & domba, ayam,ikan. Pembangunan jaringan pemasaran produk, Lokasi : Bandung, Sukabumi, Bogor, Payakumbuh, Lombok Barat NTB, Lombata NTT. 2. Kampung Nelayan Makmur di mana berbenruk kegiatan yang bermacam yaitu Pemberdayaan dan pendampingan nelayan secara intensif dengan pembrian kapal, alat pancing, Bantuan pemasaran hasil tangkapan, Dakwah, Lokasi : Indramayu, Maluku Utara, Adonara NTT. 3. Program Wirausaha Mandiri diantaranya program ini meliputi kegiatan sebagai berikut yiatu, Program mengurangi pengangguran pemuda, Pelatihan diikuti dengan pemberian modal kerja dan pendampingan. Contoh : pelatihan bengkel motor, ternak ayam, service telepon seluler dll. 4. Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Bank Desa Makmur) yaitu program yang mengarap berbagi kegiatan antara lain, Membangun Baitul Qiradh dan BMT, Mengembangkan BMT dengan pemberian modal kerja untuk 14 BMT, Membangun 22 Baitul Maal Desa (BMD) di DIY dan Jawa Timur. 5. Kelompok Masyarakat Makmur yang terdiri dari berbagai kegiatan ; Pemberian modal dan sarana, Budidaya rumput laut, pengolahan limbah plastik & Pertanian ubi jepang di Pamijahan Bogor, Kuningan Kerajinan tas, garmen dll


(56)

e. Program dakwah

Program ini menjalankan berbagai bentuk kegiatan antara lain : Dengan melakukan Pengiriman Dai ke daerah terpencil, Kerjasama dengan lembaga dakwah dalam rangka pemberdayaan dai, termasuk donasi untuk para dai, Beasiswa untuk pendidikan kader ulama (dai), Memberikan donasi bagi muallaf di daerah tertentu.


(57)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

A. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam Pengelolaan Zakat pada BAZNAS

1. Amanah pada pengelolaan zakat Badan Amil Zakat Nasional

Undang-undang no.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang disusun oleh pemerintah sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan zakat yang ada di berbagai lembaga zakat yang berdiri di Indonesia ini. Yaitu di mana pengelolaan zakat yang dikelola oleh lembaga maupun badan zakat yang profesional , amanah, dan transparan. Amanah adalah kepercayaan yang dipercayakan kepada seseorang.35

Amanah di dalam penglolaan zakat di BAZNAS diartikan proses pembuktian, menyalurkan dana zakat, melaporkan kepada muzakki, dan mengumumkan kepada khalayak umum maupun masyarakat.36 Sifat amanah sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelolaan zakat, jika lembaga tersebut patut dan layak untuk dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparasi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara

35

. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1999), h. 18

36


(58)

berkala dan juga ketetapan penyalurannya sejalan dengan ketentuan-ketentuan syariah islamiyah.37

Amanah merupakan kepercayaan yang diberikan kepada kita untuk menjaga baik-baik apa yang Di manaahkan sebelum itu diambil oleh yang berhak mendapatkannya. Dalam kenyataannya suatu amanah yang diemban oleh BAZNAS dari para donator maupun muzakki untuk menyalurkan dan mengelola harta zakatnya itu tidak disia-siakan, maksudnya yaitu BAZNAS dengan proses penyaluran dana kepada mustahik yang sesuai kriteria, yang berhak menerima zakat barulah dana tersebut disalurkan. Dalam penyaluran tersebut Andanya sebuah proses pembuktian bahwasanya dana zakat itu tersalurkan dengan baik dan benar. Di mana semua bentuk aktivitas yang dilakukan baik berupa pengumpulan, penyaluran, dan pendayangunaan dibuat dalam bentuk laporan sebagai laporan pertanggungjawaban atas dana yang dikelolanya, baik itu kepada muzakki, maupun kepada pihak pemerintah yang telah mendirikan BAZNAS.

Pengelolaan zakat harus dilandasi sikap amanah, yaitu merupakan bentuk sikap kejujuran dan kesediaan berkorban dengan kepentingan orang lain. Pengelolaan zakat merupakan amanah Allah dan sekaligus amanah masyarakat kepada para penguasa, karena pengtingnya amanah ini, maka Rosulullah SAW menyatakan bahwa apabila amanah diabaikan maka tunggulah saat kehancuran. Kehancuran yang dimaksudkan dalam sabda nabi tersebut dapat dipahami dalam makna yang luas termasuk krisis

37

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2002 ), cet-1, h 128


(59)

ekonomi yang berkepanjangan dan bobroknya moral penguasa yang ditandai dengan meningkatnya kolusi, korupsi, dan manipulasi. Akibatnya penderitaan dialami oleh masyarakat kalangan bawah (BAZNAS, Risalah silaturahmi Rakernas ke-1 )38

Pada awal pendiriannya, BAZNAS dipimpin oleh DRS. H. Achmad Subinto, MBA, menghadapi berbagai tantangan yang cukup berat, yaitu rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat. Namun perlahan tapi pasti, dengan didukung pengurus yang kredibel dalam mengelolanya, serta program-program yang dapat dipertanggungjawabkan, maka BAZNAS mulai dapat mengatasi tantangan tersebut, kini BAZNAS di bawah pimpinan kyai Didin, semakin eksis di kancah perzakatan nasional. Dukungan dari berbagai instansi negara terus mengalir, termasuk dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang telah ikut menyalurkan zakatnya kepada BAZNAS. Tak ketinggalan dari kalangan pejabat-pejabat negara, Dewan Perwakilan Rakyat yang juga menyalurkan zakatnya kepada BAZNAS. Sebelumnya beberapa BUMN telah secara rutin mempercayakan penyaluran zakatnya ke lembaga zakat ini (BAZNAS).39

Amanah bisa berupa harta, pangkat atau jabatan. Amanah ini harus dijaga sebaik-baiknya sesuai dengan perjanjian dengan yang memberinya. Kalau tidak, yang memberikan kepercayaan akan marah. Harta, pangkat adalah amanah dari Allah yang diberikan kepada manusia. Karena itu

38

. Sebagaimana dikutip yeni fitriani, “Perananan Badan Amil Zakat Nasional dalam permodalan usaha kecil menengah, ” (skripsi S! fakultas Syariah dan hokum, universitas islam Negeri Jakarta, 2004), h.32

39

. BAZNAS : “Mewujudkan Pusat Zakat Nasional yang Amanah, transparan dan Profesional, Future Leaders: Newsletters PPSDMS, (Jakarta), mei 2008, h.6


(60)

dalam harta ada hak Allah. Hak Allah dalam harta adalah mengeluarkan zakat kepada yang berhak menerimanya. Tidak pernah melupakan salat dan selalu dekat dengan Allah.40

Setiap rupiah yang dititipkan lembaga zakat adalah merupakan bentuk bentuk amanah. Setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban. bukannya pertanggungjawaban di dunia saja melainkan juga di akhirat. Sebagai pembawa amanah dari donator dan muzakki, lembaga zakat hendaknya memperhatikan pesan moral seperti itu.

Sebagaimana yang tersirat dalam surat An’Nisa ayat 58 :

M

NO

-(/ P 8 R C

O#S

?

#TJ, %

"@

8VW

X*Y

Z

\#S

]

"#

IV_

K

`

N

N@

O#S

?

2

! #8

4b_

%!

`

c

NO

-de %

`

f

% C

g

K

`

NO

-O ,P

%;

,h

@)

`

L

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. An-Nisa’: 58)

Para amil yang diamanahi untuk membelanjakan dana maupun mendistribusikan dana ZIS, harus benar-benar memegang amanah dan hati-hati agar jangan sampai terjadi pengeluaran belanja yang seharusnya tidak perlu dilakukan.

Pergumulan (keilmuan) dalam dunia zakat sesungguhnya bukanlah semata-mata pergumulan masalah hukum dan fikih, akan tetapi juga

40

. Ameer Hamzah, “Amanah : Pernik-pernik Manajemen Qur’ani”, (Aceh : PT Arun NGL.Co, 1997 ), h.48


(61)

pergumulan persoalan kemanusiaan secara luas dan menyeluruh. Betapa tidak, jika zakat dikelola dengan baik, profesional, tranparan dana amanah oleh amil zakat, maka akan mampu meminimalisir persoalan kemiskinan sekaligus meningkatkan kesejahteraan. Zakat juga mampu mensilaturahmikan antar kelompok-kelompok miskin, sekaligus menghilangkan kesenjangan dan kecemburuan sosial.41

Amanah akan melahirkan kejujuran dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas, sebab sekecil apapun tugas yang diemban, yang berkaitan dengan hajat dan kepentingan orang banyak, tanggungjawabnya bukan sekedar kepada manusia (masyarakat) saja, melainkan itu harus bertanggung jawab kepada Allah SWT yang telah memberi kita Amanah untuk suatu pekerjaan tersebut.

Amil zakat harus mempunyai sifat Iffah (menghindari setiap yang haram walau sekecil apapun), sehingga tangan dan matanya tidak tertarik sedikitpun terhadap harta zakat yang telah diterimanya dari muzakki, dan seterusnya benar-benar dialokasikan terhadap mustahik yang membutuhkannya. Zakat adalah kepercayaan. Amanah dalam pengelolaan zakat menjadi tujuan utama BAZNAS. karena itu, BAZNAS menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaannya.42

Amanah dalam lingkupnya pengelolaan zakat yang terdiri dari pengumpulan, pendistribusian, pendayangunaan, dan pengembangan yaitu yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan.

41

. Didin Hafidhudin, “Amanah, Kunci Sukses Mengelola Zakat” : BAZNAS News, Media Zakat,”(Januari 2008), h.3

42


(1)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……… I

Daftar Isi ……… II

BAB I PENDAHULUAN

G. Latar Belakang Masalah ... 1

H. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

I. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

J. Tinjauan Pustaka ... 7

K. Metodologi Penelitian ... 8

L. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Konsep Pengelolaan Zakat ... 13

1. Pengertian Pengelolaan Zakat ... 13

2. Pengelolaan Zakat pada Zaman Rosulullah ... 15

3. Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifaturrosyidin ... 16

4. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang No.38 Thn. 1999.19 C. Konsep Amanah dan Fathanah ... 20

1. Pengertian Amanah ... 20

2. Amanah dalam Zakat ... 23

3. Pengertian Fathanah ... 24

4. Fathanah dalam Zakat. ... 27

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS JAKARTA F. Sejarah Berdirinya BAZNAS ... 31

G. Landasan Hukum BAZNAS ... 32

H. Visi dan Misi Tugas pokok ... 32

I. Struktur Organisasi BAZNAS ... 33


(2)

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS

D. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional ... 46 E. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan konsep

Amanah Dan Fathanah. ... 61 F. Analisis SWOT ... 63

BAB V : PENUTUP

C. Kesimpulan ... 66 D. Saran ... 67


(3)

Nomor : Istemewa Jakarta, 5 Juni 2008

Lamp : 1 Berkas

Hal : Pengajuan Judul Skripsi Kepada YTH,

Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

Fakultas Dakwah Dan Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Di

Tempat

Assalamualaikum Wr.Wb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Aji Maulana

NIM : 104053002040

Fak/Jur : Dakwah dan Komunikasi / Manajemen Dakwah Semester : VIII ( Delapan )

Dengan ini mengajukan judul skripsi sebagai guna mendapat gelar Sarjana Strata Satu (S1) dengan judul :

“ Pengelolaan Zakat dengan Konsep Amanah Dan Fathanah pada Badan Amil Zakat NAsional (BAZNAS) Jakarta

Sebagai Bahan Pertimbangan saya lampirkan satu berkas proposal skripsi yang terdiri dari :

1. Out line

2. Proposal Skripsi

3. Daftar Pustaka Sementara

Demikianlah surat pengajuan ini saya sampaikan atas perhatiaan dan pertimbangannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb Mengetahui,

Dosen Pembimbing Akademik Pemohon

Noor Bekti Negoro, SE. STP, MSi Aji maulana


(4)

DEPARTEMEN AGAMA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputal 15412 Telp. : 7432728

FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE-74 SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2008/2009

1. Nama : AJI MAULANA

2. Tempat/Tanggal Lahir : Pekalongan, 7 Mei 1986

3. Nomor Pokok : 104053002040

4. Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

5. Jurusan : Manajemen Dakwah

6. Program : S1

7. Judul Skripsi : IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN

FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) 8. Tanggal Lulus : 11 Desember 2008

9. No. Ijazah :

10.Indek Prsetasi : 3,27 Yusidium : AMAT BAIK

11.Jabatan Dalam Organisasi

Kemahasiswaan : Kabid. Penerbitan BEMJ-MD 2006-2007

12.Alamat Asal : Jl. Sulawesi Bendan Gg. 3/48. RT 04/02 Pekalongan 13.Alamat Sekarang : Jl. Pahlawan No. 9 RT 09/01 Rempoa Raya ciputat,

Tangerang

14.Nama Ayah : SUPENO

15.Pendidikan Ayah : SLTP 16.Pekerjaan Ayah : BURUH


(5)

17.Nama Ibu : Djohariyah 18.Pendidikan Ibu : SLTP

19.Pekerjaan Ibu : Ibu rumah Tangga

Ciputat, 15 desember 2008

Tanda tangan Ybs.

Aji Maulana

DEPARTEMEN AGAMA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputal 15412 Telp. : 7432728

IDENTITAS ALUMNI

WISUDA KE : 74 /TAHUN AKADEMIK : 2008/2009

Yang bertanda tangan di bawah ini,

1. Nama : AJI MAULANA

2. Nomor Pokok/NIM : 104053002040 3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Tenpa/Tanggal Lahir : Pekalongan, 7 Mei 1986

5. Alamat Asal : Jl. Sulawesi Bendan Gg. 3/48. RT.04/02, Pekalongan.

6. Alamat Sekarang : Jl. Pahlawan No. 9 RT 09/01 Rempoa Raya Ciputat, Tangerang.

7. Kode Pos : 15412

8. Telepon : (021) 7403107 HP : 081584177099


(6)

10.Juduk Skripsi : IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL.

11.Pembimbing : Drs. M. Sungaidi, M.A

12.Penguji 1 : Drs. Hasanudin Ibnu Hiban. M.A 13.Penguji 2 : Noor Bekti Negoro, SE, STP, Msi 14.Tanggal Lulus : 11 Desember 2008

15.IP/Yusidium : 3,27/AMAT BAIK 16.Nomor & Tgl. Ijazah :

17.Pekerjaan : --- 18.Alamat Pekerjaan : ---

Mengetahui, Ciputat, 15 Desember

2008

Ketua jurusan Tanda Tangan Ybs.