Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan berbagai macam interaksi ataupun tindakan demi memenuhi kebutuhannya. Semua tindak-tanduk manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan semata-mata demi mendapatkan kesejahteraan. Dalam lingkup yang lebih besar, manusia secara berkelompok sebagai suatu masyarakat akan memiliki regulasi dan tatanan yang padu, hingga sampai pada tingkat sebuah negara. Artinya, negara yang baik tentunya adalah negara yang dapat memberi jaminan akan kebutuhan masyarakat. Salah satu tujuan dan cita-cita utama sebuah negara adalah kesejahteraan masyarakatnya. Terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Berbicara mengenai kesejahteraan, maka konteks yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pendapatan perkapita bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga. Lalu akan muncul pertanyaan, bagaimana bila pendapatan saja tidak cukup? Tentu rumah tangga yang bijak akan memikirkan sebuah cadangan yang diharapkan menjadi tambahan dana bila sewaktu-waktu diperlukan. Hal inilah yang mendasari masyarakat untuk menyisihkan pendapatannya untuk menabung. Menabung dapat dilakukan siapa saja, baik di rumah secara tradisional menggunakan celengan, ataupun dengan lebih terstruktur dan terjamin yakni menggunakan jasa perbankan. Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sudah mengenal institusi perbankan, walau semuanya masih dikendalikan pihak asing. Bank Indonesia sebagai bank sentral negara Indonesia, dahulunya adalah institusi perbankan Belanda yang bernama De Javasche Bank. Setelah melewati proses Nasionalisasi pada 6 Desember 1951, De Javasche Bank menjadi Bank Sentral Indonesia berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968 dengan nama Bank Indonesia. Melihat sejarahnya yang sudah cukup lama di Indonesia, tentu kebiasaan dan pengetahuan mengenai perbankan di tengah masyarakat sudah menjadi hal yang lumrah. Akan tetapi menurut data statistik dari BI 2014 , jumlah nasabah dari tabungan bank pemerintah di Provinsi Sumatera Utara yang diasumsikan paling sering digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah adalah sekitar 5.539.376, atau sekitar 41,5 dari jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah sekitar 13.326.307 orang BPS 2013. Tabel 1.1 Jumlah Simpanan Tabungan Menurut Jenis Bank di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004 - 2014 Sumber : BI 2014 Nominal Tabungan dalam jutaan Tahun Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing Campuran BPR Nominal Jumlah Rekening Nominal Jumlah Rekening Nominal Jumlah Rekening Nominal Jumlah Rekening 2004 9266390 2784593 9433161 800026 130136 9791 48110 638 2005 8944108 2915000 8436618 840920 288642 17152 79912 861 2006 10239133 2411817 9641429 829009 260197 12535 101863 108969 2007 13579247 2574260 12311592 883391 281910 12307 130019 116555 2008 15308430 2737472 13530727 998081 548668 20511 149470 164488 2009 17829127 2834088 16382761 1051587 645639 21073 183146 131157 2010 20980689 3581086 20594987 1216905 800392 25431 216333 138601 2011 25463728 3691155 24787529 1365178 1022140 22168 258823 158914 2012 28985884 4192128 28868604 1584325 1125645 20673 300501 180552 2013 31453587 5497464 29345843 1685374 1141911 22166 334231 180552 2014 30838951 5539376 30736726 1730111 926842 22188 380154 218935 Dapat dilihat bahwa ada tren meningkat baik untuk nominal maupun jumlah rekening pada tabungan di Provinsi Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya bisa lihat grafik dibawah ini: Gambar 1.1 : Perbandingan Rekening Tabungan Antar Bank di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004 - 2014 Sumber : BI, 2014 Pada gambar1.1 di atas ditunjukkan bahwa jumlah rekening paling banyak terdapat pada bank pemerintah. Perlu untuk diketahui, bank pemerintah contohnya yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN. Jumlah rekening pada bank pemerintah tampak tidak seimbang dibanding dengan bank asing dan campuran, serta BPR. Sementara bank swasta nasional hanya kira-kira setengah jumlah rekening bank 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing Campuran BPR pemerintah. Dibawah kita bisa melihat grafik pertumbuhan nominal tabungan di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2014. Gambar 1.2 : Perbandingan Nominal Tabungan Antar Bank di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004 - 2014 Sumber : BI, 2014 Berbeda dengan distribusi jumlah rekening, nominal simpanan masyarakat pada bank pemerintah nasional dengan bank swasta nasional cukup berimbang. Walau bank asingcampuran dan BPR masih belum bisa menyamai bank pemerintah nasional dan bank swasta nasional. 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing Campuran BPR Di kota Medan sendiri, jumlah rekening dan nominal tabungan masyarakat memliki tren yang sama dengan Provinsi Sumatera Utara. Selengkapnya seperti dapat terlihat dibawah ini : Tabel 1.2 Jumlah Simpanan di Kota Medan Tahun 2009 - 2014 Sumber : BI, 2014 Nominal tabungan dalam jutaan Peningkatan jumlah tabungan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2010, dengan total peningkatan nominal 7,5 Triliun. Di tahun-tahun berikutnya nilai tabungan juga tidak mengalami tanda-tanda penurunan. Hal ini juga berbanding lurus dengan giro dan simpanan berjangka yang mengalami kondisi yang sama yakni meningkat setiap tahunnya. Namun kita dapat melihat bahwa tahun 2010 merupakan tahun dengan peningkatan terbanyak. Tahun 2010 kebetulan menjadi tahun awal Gerakan Indonesia Menabung yang diselenggarakan Bank Indonesia, dengan target meningkatkan budaya menabung pada berbagai lapisan masyarakat. Kota Medan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Giro Nominal 12,615,913 13,863,691 15,387,732 16,190,940 18,511,570 19,432,557 Rekening 61,317 71,003 72,407 185,555 77,524 83,873 Simpanan Berjangka Nominal 34,936,826 39,925,485 44,514,363 47,532,573 54,151,604 61,987,092 Rekening 115,633 122,756 124,420 184,903 125,350 129,731 Tabungan Nominal 22,739,787 30,254,124 35,043,134 40,686,061 41,913,502 42,668,529 Jumlah Bilyet 1,903,816 2,719,478 2,508,505 2,742,556 2,843,847 2,983,602 jumlah nominal 70,292,526 84,043,300 94,945,229 104,409,574 114,576,676 124,088,178 Jika ditelaah dari keadaan sosial-ekonomi negara Indonesia, mayoritas lapisan masyarakat cenderung berada pada level menengah ke bawah. Padahal, masyarakat menengah ke bawah sering dihadapkan pada kejadian tak terduga yang tentunya memerlukan biaya tambahan, seperti penyakit, bencana alam, kecelakaan, ataupun kenaikan harga kebutuhan pokok. Asian Development Bank 2010 mendefinisikan kelas menengah bawah lower middle class dengan pengeluaran perkapita perhari sebesar US 2-4 Rp 780.000 – Rp 1.560.000 bulan. Dengan definisi ini, maka didapatkan jumlah kelas menengah Indonesia sebanyak 134 juta tahun 2010 atau sekitar 56 dari seluruh penduduk, suatu jumlah yang sudah cukup besar. Oleh karena itu, Bank Indonesia bekerjasama dengan industri perbankan nasional telah menjalankan sebuah program yang bernama ‘Gerakan Indonesia Menabung GIM. Program ini dirancang untuk meningkatkan budaya menabung di bank serta bertujuan memasyarakatkan gerakan gemar menabung. Selanjutnya sebuah produk perbankan bernama TabunganKu pun ikut diluncurkan bersamaan dengan diresmikannya program GIM pada 20 Februari 2010. Di tahun - tahun selanjutnya GIM terus digencarkan demi meningkatkan bankable masyarakat. Produk TabunganKu sebagai ujung tombak program GIM, merupakan suatu bentuk tabungan dengan persyaratan mudah dan ringan, yang ditujukan untuk menjangkau masyarakat dari berbagai lapisan yang beranggapan bahwa menabung di bank mahal dan rumit. Rekening TabunganKu tidak dibebani dengan biaya administrasi, dengan minimum setoran awal hanya Rp. 20.000 dengan setoran tunai minimum Rp. 10.000 pada bank Umum, dan Rp. 10.000 dengan setoran tunai minimum bebas pada bank Syariah. Sesuai dengan laporan TabunganKu yang berasal dari 74 Bank yang memiliki produk Tabunganku diketahui bahwa sejak diluncurkan pada tahun 2010, jumlah rekening TabunganKu pada April 2014 tercatat sebanyak 12,49 juta rekening. Gambar 1.3 Perkembangan Jumlah Rekening TabunganKu di Indonesia Tahun 2010 - 2014 Sumber : BI, 2014 Seperti dilihat pada gambar 1.3 diatas, perkembangan rekening TabunganKu pada awalnya cukup lambat walau terus meningkat. Dalam dua tahun, Gerakan Indonesia Menabung melalui TabunganKu membukukan sekitar 300 kenaikan jumlah rekening, dengan saldo yang justru menurun pada Desember 2012. Pada tahun 2013,terjadi peningkatan yang sangat besar, bahkan sampai 1000 untuk jumlah rekening. Akan tetapi, saldo rata-rata justru tidak mengikuti tren jumlah rekeningnya. Kenaikan pesat pada tahun 2013 sedikit banyak dipengaruhi oleh program Gerakan Indonesia Menabung yang kembali digencarkan BI, dengan cara bekerja sama dengan 21 bank umum di Indonesia yang tergabung dalam Kelompok Kerja Pokja Edukasi Keuangan dan TabunganKu serta Badan Musyawarah Perbankan Daerah BMPD dan telah melaksanakan kampanye GIM pada 9 wilayah di bawah Koordinator Kantor Perwakilan Bank Indonesia, yaitu Makassar, Banjarmasin, Denpasar, Surabaya, Semarang, Bandung, Palembang, Pekanbaru, dan Medan. Dan bersamaan dengan ini pula Bank Indonesia kemudian menetapkan hari Rabu setiap awal bulan sebagai hari rajin menabung, sesuai akronim dari kata ‘Rabu’ PT Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk BRI merupakan salah satu bank pemerintah yang terbesar di Indonesia. BRI pada awalnya merupakan sebuah lembaga yang bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau berarti “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto” yang didirikan pada 16 Desember 1895. Di masa kini, BRI tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil dengan berbagai fasilitas yang disediakan, antara lain memberikan kredit pada pengusaha kecil, juga mendukung adanya program Gerakan Indonesia Menabung dengan produk TabunganKu. Dengan BRI sebagai salah satu penyedia produk TabunganKu, maka alangkah baiknya lingkup penelitian dalam mengetahui kesadaran menabung masyarakat dipersempit kepada Bank Rakyat Indonesia. Hal ini dinilai perlu karena BRI memang lebih identik kepada rakyat kecil atau masyarakat menengah ke bawah. Kota Medan sebagai salah satu kota sasaran kampanye GIM, merupakan kota dengan tingkat kemajemukan yang cukup tinggi dari berbagai sektor. Beragam strata sosial dan ekonomi berbaur dalam wilayah 265,10 Km 2 . Sehingga tidaklah keliru keputusan BI untuk turut menggencarkan GIM di kota Medan. Adapun Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk dan berada dikawasan pinggiran bahagian selatan kota Medan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang dengan luas arealnya 1.696 Ha, yang terdiri dari 6 Kelurahan dan memiliki 81 lingkungan. Mengingat luas wilayah yang mumpuni dan wilayah Kecamatan Medan Johor yang menjadi daerah pemukiman penduduk, maka diperlukan adanya kajian mengenai kesadaran masyarakat menengah ke bawah di Kecamatan Medan Johor akan pentingnya menabung. Selain itu, Kecamatan Medan johor dipilih dari sekian banyak kecamatan lain di Kota Medan karena kawasan Kecamatan Medan Johor merupakan daerah yang didominasi oleh pemukiman penduduk dengan komposisi yang beragam, yang diharapkan bisa mewakili keadaan penduduk di Kota Medan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “KESADARAN MENABUNG MASYARAKAT MENENGAH KE BAWAH DI BANK RAKYAT INDONESIA MELALUI GERAKAN INDONESIA MENABUNG Studi Kasus di Kecamatan Medan Johor”.

1.2 Perumusan Masalah